Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
Nama Dosen/Tutor : MARTHA LESTARI BR PURBA
Nama Mahasiswa : DEWI ELYAWATI
Program Studi : FKIP NIM : 835038657 UPBJJ : PALEMBANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
FKIP UNIVERSITAS TERBUKA TAHUN 2023 1. Sebutkan dan jelaskan tahap perkembangan bahasa dan kompoenen penyusunnya? Jawaban: Bahasa adalah segala bentuk komunikasi dimana pikiran dan perasaan manusia disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menjalin pertemanan, dan belajar banyak hal di sekitarnya. Melalui komunikasi anak akan akan mampu membentuk dan membangun suatu pemahaman pengetahuan baru tentang berbagai hal. Hal ini menunjang kepercayaan diri anak dalam memasuki lingkungan yang baru (Wiguna dan Noorhana, 2001). Dengan kata lain, Bahasa sangat berperan dalam perkembangan anak. Bahasa dapat menfasilitasi komunikasi interpersonal, membantu mengorganisasikan pikiran, dan membantu dalam mempelajari sesuatu. Perkembangan dari kemampuan berkomunikasi merupakan sesuatu hal yang penting dalam rangka pembelajaran bahasa. Komponen-komponen dalam berbahasa yaitu : 1) Phonology menggambarkan sistem bunyi pada bahasa. Phonems merupakan unit bunyi yang membentuk kata 2) Semantik mempelajari arti dari kata-kata dan kalimat 3) Grammar menggambarkan struktur bahasa, sintaks (serangkaian aturan grammar yang mengarahkan bagaimana kata-kata dapat terbentuk menjadi kalimat), morfem (unit bahasa terkecil yang mengandung arti) 4) Pragmatik yaitu terdiri dari aturan bagaimana berbahasa yang tepat dalam konteks sosial (misal kita menggunakan bahasa yang simpel bila berbicara dengan anak-anak) Seperti yang dijelaskan pada bab terdahulu, Vygotsky juga memberikan pernyataan penting dalam perkembangan bahasa pada manusia, yaitu bahasa dan fikiran berkembangan secara sendiri-sendiri, namun pada akhirnya menyatu. Anak-anak belajar berbicara karena mereka harus berkomunikasi dengan orang lain, membuat kontak sosial, serta mempengaruhi individu-individu di sekelilingnya. Secara bertahap, mulai usia pra-sekolah, anak-anak akan membuat transisi dari external speech yang merupakan pembicaraan anak pada orang lain ke inner speech. Inner speech merupakan pembicaraan anak pada diri sendiri akan menjadi pemikirannya. Anak-anak terlihat menguasai pengetahuan dan kesadaran akan dirinya. Masa transisi ke external speech adalah egocentric speech. Ini bertujuan untuk membuat kontak sosial dengan mengekspresikan pemikiran-pemikirannya yang pada akhirnya dapat menuju external speech. Anak-anak belajar berkomunikasi dan membentuk pikiran serta membiasakan mengatur fungsi-fungsi intelektualnya. Dengan mempelajari bahasa kita dapat berrkomunikasi dalam konteks sosial. Untuk itu anak-anak harus belajar pragmatiks atau aturan yang tepat dalam pengguanaan bahasa yang ebrkenaan dengan situasi sosial yang dihadapinya. Anak-anak harus dapat mengirim pesan-pesan yang ingin disampaikannya kepada orang lain sebaik ia mendapat dan mengerti pembicaraan orang lain. Anak-anak mengembangkan kemampuan bahasa dengan melalui petunjuk khusus dan melalui observasi dan mengenal orang lain berbicara. Anak-anak tumbuh dan berkembang tidak hanya belajar bagaimana berfikir dan berperasaan yang tepat melalui pemlihan kata-kata yang sopan, namun mereka juga belajar bagaimana mengekpresikan emosi seperrti marah yang tepat, sehingga tidak memberikan respon penolakan dari lingkungan. Shipley dan McAfee menuliskan bahwa bahasa terdiri dari 5 komponen diantaranya adalah semantik, sintaksis, morfologi, pragmatik, dan fonologi(Shipley & McAfee, 2021). Semantik: merujuk pada makna kata-kata yang digunakan untuk bahasa. Sintaksis: merujuk pada aturan tata bahasa (grammar). Morfologi: merujuk pada unit-unit makna. Membahas tentang morfem bebas dan morfem. Morfem bebas adalah unit yang bisa berdiri sendiri (sebagian besar kata, misal: sapi, apel, buku, dan sejenisnya). Sedangkan morfem terikat adalah unit yang tidak bisa berdiri sendiri, unit-unit tersebut harus dilampirkan ke morfem bebas (misal: me- untuk menyapu, be- untuk berenang, di- untuk dimakan). Pragmatik: merujuk pada aspek-aspek sosial bahasa (misal, kontak mata, gilir bicara). Fonologi: merujuk pada bunyi bicara, pola bunyi, dan aturan organisasi bunyi untuk menggunakan Bahasa. 2. Apa yang dimaksud dengan penalaran aditif dan penalaran multiplikatif? Kemudian berikan contoh penalaran aditif dan penalaran multiplikatif Jawaban: Menurut Kilpatrick 2001: 5, adaptive reasoning are capacity for logical thought, reflection, explanation, and justification . Dengan kata lain, penalaran adaptif merupakan kapasitas untuk berpikir secara logis tentang hubungan antar konsep dan situasi, kemampuan untuk berpikir reflektif, kemampuan untuk menjelaskan, dan kemampuan untuk memberikan pembenaran. Definisi tersebut sejalan dengan NRC 2001 sebagaimana dikutip dalam Ostler 2011, adaption reasoning is loosely defined as the capacitiy for logical thinking and the ability to reason and justify why solutions are appropriate within the context of problems that are large in scope, while strategy competence refers to the ability to formulate suitable mathematical models and select efficient methods for solving problems . Artinya, penalaran adaptif dapat didefinisikan sebagai kemampuan berpikir secara logis, kemampuan untuk menjelaskan, dan kemampuan untuk memberi solusi akan permasalahan matematika yang diberikan. Berdasarkan uraian tersebut, penalaran adaptif merupakan kemampuan yang harus dimiliki siswa untuk menunjang belajar matematika. Serangkaian kegiatan penalaran adaptif dapat melatih siswa untuk berpikir logis dan sistematis dalam menyelesaikan masalah dengan benar. Pada penelitian ini kemampuan penalaran adaptif yang dimaksud adalah kemampuan siswa untuk menyelesaikan soal penalaran adaptif. Siswa dapat menunjukkan kemampuan penalaran adaptif mereka ketika menemui tiga kondisi, yaitu 1 mempunyai pengetahuan dasar yang cukup, artinya siswa mempunyai kemampuan prasyarat yang bagus sebelum memasuki pengetahuan yang baru untuk menunjang proses pembelajaran, 2 tugas dapat dipahami atau dimengerti serta dapat memotivasi siswa, 3 konteks yang disajikan telah dikenal dan menyenangkan bagi siswa Kilpatrick, 2001: 130. Tiga kondisi tersebut dapat dipengaruhi oleh pengajaran guru, baik penggunaan model pembelajaran dan media pembelajaran. Kegiatan apersepsi, pemberian motivasi, dan tugas-tugas yang menantang siswa dalam kegiatan pembelajaran perlu adanya untuk menunjukkan kemampuan penalaran adaptif siswa. Pada penelitian ini, ketiga kondisi tersebut dipenuhi melalui model pembelajaran yang diterapkan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penalaran adaptif mempunyai indikator, antara lain 1 menyusun dugaan, 2 memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran suatu pernyataan, 3 menarik kesimpulan dari suatu pernyataan, 4 memeriksa kesahihan suatu argumen, dan 5 menemukan pola pada suatu gejala matematis Widjajanti, 2011: 153. Pada penelitian ini, kelima indikator kemampuan penalaran adaptif tersebut diimplementasikan pada setiap soal kemampuan penalaran adaptif siswa. Pada dasarnya, penalaran adaptif sama dengan penalaran yang lainnya. Yang membedakan penalaran adaptif dengan penalaran yang lainnya adalah 1 indikatornya, misalnya pada penalaran matematis terdapat indikator melakukan manipulasi matematika, sedangkan pada penalaran adaptif tidak terdapat indikator tersebut; 2 penalaran adaptif mencakup penalaran deduktif dan induktif, yaitu pada penalaran adaptif tidak hanya mengambil kesimpulan berdasarkan pembuktian formal secara deduktif, tetapi dapat juga mengambil kesimpulan berdasarkan pola, analogi, dan metafora; 3 pembelajaran yang mengacu pada penalaran adaptif tidak hanya menekankan siswa untuk menyelesaikan permasalahan saja, melainkan siswa dituntut untuk menggunakan pemikirannya secara logis dan sistematis. Artinya, pemikiran logis dan sistematis siswa untuk menyelesaikan permasalahan oleh siswa harus sesuai dengan situasi dan konsep yang dipelajari sertaa alasan atau bukti dari suatu pernyataan yang jelas Kilpatrick, 2001: 129-131. Penalaran Multipliktif digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam operasioanl perkalian dan pembagian. Jika penalaran adiftif menggunakan satu variebel, tetapi ini tidak terjadi pada penalaran multiplikatif. Proses berfikir penyelesaian masalah ada tiga jenis: a. Mengelompokkan b. Membagikan c. Pemahaman produk Contoh penalaran Multiplikatif Suatu minuman rasa jeruk, idelnya merupakan campuran dari 2 gelas air putih untuk setiap 1/3 gelas sirup. Berapa banyak sirup yang dibutuhkan jika ingin membuat minuman rasa jeruk?
Intelijen: Pengantar psikologi kecerdasan: apa itu kecerdasan, bagaimana cara kerjanya, bagaimana kecerdasan berkembang, dan bagaimana kecerdasan dapat memengaruhi kehidupan kita
Manajemen konflik dalam 4 langkah: Metode, strategi, teknik-teknik penting, dan pendekatan operasional untuk mengelola dan menyelesaikan situasi konflik
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita