Anda di halaman 1dari 18

MODUL 3

Tahap
Perkembangan
Bahasa dan
Kemampuan
Berpikir Matematis

Tutor : Ibu Hj. Siti Wulandari, M.Pd.


Di Susun Oleh :

KELOMPOK IV :

1. Henny Fuji Asmutin -


858945869
2. Nur Nilam sari – 858938365
3. Intan Sukma Wahyu
Darmayanti – 858938136
4. Siti Fitriah – 858939073
Kegiatan Belajar I :
Tahap Perkembangan Bahasa

A. Bahasa dan Komponen Penyusunnya

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa


adalah sebuah sistem kata, simbol, atau lambang bunyi
yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk
bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan
diri. Bahasa juga mencakup sesuatu yang abstrak,
tetapi mengandung pesan sehingga seseorang dapat
menerjemahakan dan menangkap pesan tersebut.
1. Komponen Penyusun Bahasa
Terdapat lima buah komponen bahasa yaitu :
• Cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang mengkaji bunyi ujar dalam bahasa tertentu. Pembahasan yang
dijelaskan dalam fonologi adalah mengkaji bunyi-bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran beserta
dengan gabungan antarbunyi yang membentuk silabel atau suku kata (chaer 2009:5). Dalam fonologi,
Fonologi terdapat dua pandangan dalam mempelajari bunyi yaitu fonetik dan fonemik.

• Cabang dari lingusitik atau ilmu bahasa yang mengkaji pembentukan kata atau morfem-morfem
dalam suatu bahasa. Cabang ilmu ini tidak hanya membahas bagaimana kata itu terbentuk, tetapi
Morfologi juga membahas seluk-beluk bentuk kata dan fungsi perubahan-perubahan bentuk kata.

• Cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang mengkaji makna yang terkandung dalam bahasa, kode,
atau jenis lain dari representasi. Semantik akan memiliki hubungan yang erat kaitannya dengan
Semantik sintax dan pragmatik yang akan dibahas selanjutnya.

• Aturan dalam pembentukan kalimat agar mampu dimengerti dengan benar. Sintax berfungsi dalam
menata kata hingga membentuk kalimat yang utuh.
Sintax

• cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang mengkaji penggunaan bahasa yang dikaitkan dengan
konteks pemakaiannya.
pragmatik
2. Teori Perkembangan Bahasa

• Teori ini menjelaskan


• Teori empiris atau yang
biasa dikenal dengan teori
2. Teori interaksi antar
belajar menunjukkan Nativisme perkembangan bahasa,
bahwa ketika bayi perkembangan kognitif, dan
dilahirkan, mereka kemampuan berpikir secara
dikelilingi oleh bahasa. • Noam Chomsky adalah umum. Teori ini banyak
Kita berbicara dengannya ahli bahasa terkemuka terkait mengenai teori
setiap waktu walaupun yang mengatakan bahwa kognitivitas dari piaget.
kita tahu kalau mereka manusia terlahir dengan Menurut piaget,
tidak dapat mengerti dan perangkat akuisisi perkembangan kognitif
merespons apa yang kita bahasa atau language adalah sebuah proses genetik
sedang bicarakan. Pada acquisition device yang didasarkan atas
tahap awal bayi akan (LAD). Chomsky tidak mekanisme biologis
mengikuti suara yang mempercayai jika bayi perkembangan sistem syaraf.
sering mereka dengar, belajar mengembangkan Dengan semakin
kemudian mereka belajar bahasa dengan cara bertambahnya umur
untuk menangkap makna mengikuti perkataan seseorang, semakin
kata dan meniru peraturan or5ang dewasa di kompleks susunan sel
tata bahasa berdasarkan sekitarnya karena orang syarafnya dan semakin
meningkat pula
1.mereka
apa yang Teoridengar. dewasa sangat jarang
berbicara dengan kemampuannya.3. Teori
Oleh karena
Empiris menggunakan tata itu, kemampuan anak umur 1
Interaksi
bahasa yang benar. dan 3 berbeda dalam proses
belajar.
B. Tahap Perkembangan Bahasa

1. Periode pralinguistik
Tahap perkembangan bahasa sudah terjadi sejak bayi. Walaupun
mereka belum dapat bicara atau mengatakan apa yang mereka mau,
mereka mengirimkan pesan dengan berbagai cara, seperti ekspresi
wajah dan suara (menangis, berteriak, tertawa, dan sebagainya).
2. Periode holophrase
Tahap ini dikenal dengan one-word period atau tahap satu kata.
Pada tahap ini, anak belum memulai mengombinasikan kata-kata,
tetapi mereka sedang belajar untuk menangkap makna yang lebih sulit
dari pada tahap sebelumnya.
3. Periode telegrafis
Pada tahap telegrafis, anak mencoba membentuk makna dengan
mengombinasikan dua kata.
4. Perkembangan bahasa usia dini, kanak-kanak, dan remaja
C. Bilingualisme

Elis (Maharani dan Astuti, 2018) berpendapat bahwa pembelajaran


bahasa kedua akan lebih mudah jika seseorang telah menguasai bahasa
pertamanya dengan baik karena kemampuan bahasa pertama dapat
berguna dalam proses pembelajaran bahasa kedua. Bambang kaswanti
purwo (1989) meneliti pemerolehan bahasa kedua, khususnya bahasa
inggris oleh anak sekolah dasar (SD).
Dari penelitian tersebut disimpulkan hal berikut :
 Masa emas seseorang belajar bahasa kedua adalah saat ia berusia 6-
12 tahun sehingga pemmbelajaran bahasa kedua pada masa ini
harus dilakukan dengan maksimal.
 Pada pembelajaran usia 6-8 tahun, kemampuan yang lebih
ditonjolkan adalah penguasaan fonologi (tata bunyi/pelafalan)
 Pafa usia 9-12 tahun, kemampuan anak ditonjolkan pada
penguasaan morfologi dan sintaksisnya karena fonologi sudah
dikuasai saat mereka berada pada usia 6-8 tahun.
Kegiatan Belajar 2 :
Kemampuan Berpikir Matematis
A. Pandangan Terhadap Kemampuan Berpikir
Matematis
1. Definisi Berpikir Matematis
Perkembangan pemikiran matematis pada anak
memiliki kemiripan dengan perkembangan bahasa yang
telah dibahas sebelumnya. Sebelum anak mampu
berpikir matematis, mereka harus mengetahui simol dan
makna dari simbol tersebut. Selain itu anak juga harus
bisa mengombinasikan antar simbol matematika dengan
tepat sebagaimana mereka mengombinasikan kata demi
kata yang membentuk sebuah kalimat yang jelas.
Menurut Fajri (2017), dalam proses berpikir
matematis, pembelajaran yang dilaksanakan tidak hanya
berlangsung dalam arah (one way communication), tetapi
harus melalui harus melalui proses interaksi yang bersifat
dua arah (two way communication), yaitu antara sesama
siswa, siswa dengan guru, serta siswa dengan lingkungan
dan sumber belajar.

Menurut Stoltz (2000) dalam Widyastuti, Usodo dan


Riyadi (2015), terdapat tiga macam cara manusia dalam
memecahkan masalah sebagai berikut :
1. 2.
3.
Climber Camper
Quitters
s s
2. Memahami Konsep Bilangan

a. Memahami konsep bilangan kardinal


yakni bilangan yang menunjukkan sebuah kuantitas.
Contoh : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 dan seterusnya.
b. Memahami konsep bilangan ordinal (asli)
yakni dalam memahami konsep bilangan ini, seorang anak
harus mengenal terlebih dahulu sistem numerik. Yang
mana sistem numerik merupakan simbl atau kumpulan dari
simbol yang mempresentasikan sebuah bilangan. Contoh :
simbol dari bilangan sebelas adalah 11.
B. PANDANGAN TEORI
KEMAMPUAN MATEMATIKA

1. Pandangan Teori Interaksi


yakni teori ini berpandangan tentang
kemampuan matematika, yang mana
seseorang dikatakan paham mengenai
numerik ketika ia dapat menyamakan antara
angka dan jumlah. Contoh, seorang ibu
memberikan angka lima maka anaknya
akan memberikan lima buah jeruk.
2. Pandangan Teori Nativisme
Teori ini mengungkapkan bahwa setiap manusia
memiliki sistem bawaan yang memberi kita
kemampuan untuk membuat perkiraan penilaian
tentang jumlah angka. Contoh : penggunaan angka
pada jam.

3. Pandangan Teori Empirisme


Pada teori ini berpendapat bahwa hal yang harus
diketahui oleh anak dalam belajar matematika adalah
membedakan antara angka dan jumlah. Yang mana
angka bisa saja digunakan untuk mewakili jumlah,
akan tetapi ini tidak disampaikan dengan jelas kepada
anak-anak sejak mereka dapat menghitung.
C. PENALARAN DAN PENYELESAAN MASALAH SECARA
MATEMATIS

1. Penalaran Aditif
Yaitu penalaran yang bisa digunakan untuk memecahkan masalah dalam
operasi penjumlahan dan pengurangan pada matematika. Kata “penalran
aditif” lebih dipilih dari pada “penyelesaian dan pengurangan” karna
banyaknya kemungkinan untuk menyelesaikan permasalahan yang sama
dengan menjumlahkan atau mengurangi.

a. Cara memecahkan masalah matematis

Martin Hughes (1981) mengategorikan cara anak memecahkan masalah


berdasarkan umurnya.

1. Umur (1-2) memecahkan masalah dengan menggunakan benda yang nyata,


karena pada umur tersebut anak masih membutuhkan stimulus untuk
memahami jumlah benda.
2. Umur (3-4) memecahkan masalah dengan berimajinasi.

b. Proses berpikir penyelesaian masalah


Anak akan menyelesaikan masalah matematis dengan memahami
maksud dari pertanyaan tersebut yang kemudian akan membentuk
sebuah pola untuk menyelesaikannya. Berikut adalah jenis-jenis
permasalahan matematis yang penting untuk diketahui pleh guru,
sehingga guru diharapkan dapat membantu anak untuk memecahkan
masalah tersebut.
1. Pengubahan (Change problem)
2. Kombinasi (Combination problem)
3. Perbandingan

2. Penalaran Multiplikatif
Dalam penalaran ini biasa digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan dalam operasi perkalian atau pembagian. Jika penalaran
aditif menggunakan satu variabel, tetapi ini tidak terjadi pada
penalaran multiplikatif.
a. Proses berpikir penyelesaian masalah
Terdapat tiga jenis permasalahan yang terjadi pada
penalaran multiplikatif, yakni :
1. Mengelompokkan (one-to many correspondence)
2. Membagikan (sharing problem)
3. Pemahaman produk (measurement of product)
TERIMA KASIH …

Anda mungkin juga menyukai