Disusun oleh :
Kelompok 3
1. Muhammad Frendy Putra (201710430311051)
2019
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang menganalisis kesalahan konsep dalam materi IPA .
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................5
C. Tujuan..........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................6
A. Pengertian Miskonsepsi.............................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita ketahui bahwa semua siswa sudah banyak memiliki pengalaman tentang
gerak,gaya, listrik, magnet, energy, tentang makhluk hidup, benda mati dan masih
banyak lagi peristiwa alam yang diketahui oleh siswa. Sebelum melakukan proses
pembelajaran terlepas apakah pengetahuan mereka benar menurut “konsep” ataupun
tidak pasti perlu di pertanyakan. Dengan pengalaman itu sudah terbentuk intuisi dan
“teori siswa” mengenai peristiwa alam dalam lingkungan sehari-hari manusia, akan
tetapi belum tentu intuisi dan teori yang telah terbentuk itu adalah benar.
Dengan paparan di atas kita ketahui bahwa pada umumnya pada proses
pembelajaran siswa belajar setiap mata pelajaran tidak dengan kepala yang kosong.
Artinya siswa telah memiliki pengetahuan dasar tentang pelajaran yang akan
dipelajari sebelum melakukan proses pembelajaran terutama pada pmbelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA).
Pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang penting ditanamkan
pada anak didik karena melalui pembelajaran IPA, siswa mampu bersikap ilmiah
dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi (Rusnadi, 2013). Pembelajaran
IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan
alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut. Pembelajaran IPA merupakan
suatu proses penyampaian pengetahuan, yang dilaksanakan dengan menuangkan
pengetahuan kepada siswa (Khusniati, 2012). Menurut Morrison dan Estes (2007)
menyatakan bahwa aplikasi skenario dunia nyata merupakan strategi yang efektif
untuk mengajarkan IPA sebagai proses. Akan tetapi siswa banyak yang gagal konsep
dalam memahami hal tersebut.
Beberapa survei dan penelitian yang ada, tampak komponen guru sebagai
pengajar menjadi titik awal terjadinya miskonsepsi pada siswa. Hal ini ditunjukkan
dari fakta bahwa pemahaman guru terhadap materi IPA masih rendah (Laksana,
2014). Suryanto (1997) menyatakan bahwa rata-rata guru SD hanya mampu
menguasai 45% dari keseluruhan materi yang seharusnya mereka kuasai. Hal yang
sama juga ditemukan terhadap guru IPA SD yang menunjukkan bahwa tingkat
pemahamanguru terhadap materi IPA masih rendah. Kurangnya pemahaman guru
1
terhadap materi IPA juga dikemukakan oleh Simamora dan Redhana (2007) yang
menyatakan bahwa guru-guru yang mengajarkan sains banyak mengalami masalah
pembelajaran yang berkaitan dengan model pengubahan konseptual ditinjau dari
karakteristik suatu konsep baru. Oleh karena itu kami mengangkat judul menganalisis
kesalahan konsep dalam materi IPA agar dapat mengatasi masalah tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu miskonsepsi dan macam macam kesalahan konsep atau miskonsepsi yang
terdapat pada materi IPA SD?
2. Apa saja yang menjadi hal atau penyebab miskonsepsi pada pembelajaran IPA
SD?
3. Bagaimana cara mengatasi miskonsepsi atau salah konsep pada pembelajaran IPA
SD?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian miskonsepsi dan macam macam kesalahan konsep
atau miskonsepsi yang terdapat pada materi IPA SD.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Miskonsepsi
1. Menurut Para Ahli
2. Secara Harfiah
Secara harfiah kata miskonsepsi berasal dari kata dasar “konsep”. Kata
konsep dalam berbagai pembahasan dapat dikembangkan menjadi beberapa istilah
diantaranya adalah; peta konsep, konsepsi, prakonsepsi, miskonsepsi dan lain-lain.
Konsep adalah benda-benda, kejadian-kejadian, situasi-situasi, atau ciri-ciri yang
memiliki ciri khas dan yang terwakilin dalam setiap budaya oleh suatu tanda atau
symbol. Jadi Miskonsepsi atau konsepsi merupakan sebuah kejadian dimana
seseorang salah menafsirkan sebuah konsep
3
hendaknya dilakukan penggalian prakonsepsi siswa untuk dapat menentukan
strategi yang tepat dalam mengajarkan konsep IPA kepada siswa.
Miskonsepsi sering kali dialami oleh siswa namun dikalangan guru juga
tidak jarang mengalami miskonsepsi dalam mengajar. Menurut beberapa literature
ciri-ciri miskonsepsi disimpulkan sebagai berikut (Osborne dan freyberg, 1985;
driver et al, 1985; Gilbertdan Watts, 1983; Hasweh, 1986; Halloun dan Hestenes,
1985):
d. Dengan ceramah yang bagus, miskonsepsi tak dapat dihilangkan atau dihindari
(Halloun & Hestenes, 1985).
f. Guru dan dosen pada umumnya tidak mengetahui miskonsepsi yang lazim
antara (maha) siswanya dan tidak menyesuaikan proses pembelajaran dengan
muskonsepsi (maha) siswanya.
g. Miskonsepsi bisa terjadi pada (maha) siswa tanpa memandang apakah siswa
tersebut pandai atau tidak terbukti pada hasil tes miskonsepsi, siswa yang
tergolong pandai mendapat skor rata-rata sama dengansiswa yang memiliki
kemampuan rata-rata.
h. Pada umumnya cara mediasi yang sudah dicobakan mendapatkan hasil yang
belum maksimal
4
Konsep siswa di anggap miskonsepsi apabila memenuhi kriteria berikut :
c. Gambaran konsep yang salah, proses generalisasi dari suatu konsep abstrak
bagi seseorang yang tingkat pikirnya masih konkrit akan banyak mengalami
hambatan.
d. Generalisasi yang salah dari suatu konsep, berakibat pada hilangnya esensi
dasar konsep tersebut. Kehilangan pemahaman terhadap esensi konsep
menimbulkan pandangan yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmiah.
Setiap hari, kita melihat matahari di pagi hari terbit di ufuk timur.
Tengah hari berada tepat di atas kepala kita. Senja hari, tenggelam di ufuk
barat. Kesimpulan apa yang dibuat siswa. Banyak anak usia SD yang
berpendapat bahwa matahari bergerak mengelilingi bumi dari timur ke barat
siang malam. Pengalaman dapat menimbulkan miskonsepsi. Padahal bumi
yang berputar pada porosnya dan matahari menjadi pusat tata surya
2. Buku
3. Konteks
6
Menurut Suparno kesalahan siswa dapat berasal dari kekacauan
penggunaan bahasa antara bahasa sehari-hari dengan bahasa ilmiah. Sehingga Mc
Clleand (Suparno) menganjurkan guru/dosen dalam memberikan definisi dengan
jelas tidak menggunakan bahasa yang ambigu serta melatih siswa dengan cara
yang sama.
4. Metode mengajar
Metode mengajar yang hanya menekankan salah satu segi dari kebenaran
yang diajarkan dan kefanatikan terhadap salah satu jenis metode mengajar perlu
dihindari karena akan membatasi cara pandang kita terhadap masalah
pengetahuan. Selain itu metode mengajar yang tidak tepat terhadap situasi, kondisi
materi yang diajarkan dapat memunculkan miskonsepsi pada diri siswa, sehingga
guru harus memilih dan menggunakan metode mengajar yang tepat agar
penyampaian konsep dapat dipahami siswa.
7
1. Mengidentifikasi prakonsepsi siswa. Apa yang ada dalam pikiran siswa sebelum
kita mulai mengajar? Prakonsepsi apakah yang sudah terbentuk dalam pikiran
siswa tentang pengalaman dan peristiwa-peristiwa yang akan dipelajari? Apa
kekurangan prakonsepsi tersebut?
2. Prakonsepsi dapat diketahui dari leteratur, dari tes diagnostis, dan dari
pengamatan kegiatan siswa.
4. Memperbanyak latihan soal untuk melatih konsep baru dan menguatkannya. Soal-
soal yang dikerjakan benar-benar dipilih sedemikian rupa sehingga perbedaan
antara konsep yang salah dan yang benar akan muncul dengan jelas. Hal yang
dapat dilakukan guru untuk membantu siswa dalam memahami konsep yang benar
yaitu dengan cara membahas soal dengan memperhatikan dan memahamkan
konsep yang benar kepada siswa. Guru tidak hanya menulis banyak rumus di
papan tulis atau hanya melakukan ceramah tanpa interaksi dengan siswa.
Miskonsepsi dalam pembelajaran IPA kerap kali terjadi, namun hal ini sering
kali tidak disadari oleh pelaku pembelajaran terutama para pendidik. Ada beberapa
pendekatan yang dapat dijadikan langkah antisipatif oleh pendidik dalam upaya
meminimalisir terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran IPA diantaranya sebagai
berikut:
1. Pelajarilah miskonsepsi yang sering terjadi (dari literatur dan tugas-tugas siswa)
2. Sadarilah bahwa miskonsepsi tidak hanya terjadi pada siswa namun sering kali
terjadi pada pendidik/guru.
8
3. Tentukan prioritas dan siapkan pelajaran remedial dan melakukan demonstrasi
khususnya pada materi-materi dasar dan materi prasyarat untuk materi lanjutan
misalnya gaya pada benda diam.
BAB III
KESIMPULAN
9
hanya terjadi pada siswa namun sering kali terjadi pada pendidik/guru, Tentukan prioritas
dan siapkan pelajaran remedial dan melakukan demonstrasi khususnya pada materi-
materi dasar dan materi prasyarat untuk materi lanjutan misalnya gaya pada benda diam,
Gunakan metode demonstrasi untuk melakukan pembuktian terjadinya miskonsepsi,
Lakukan interaksi sesering mungkin dengan siswa untuk dapat menemukan adanya
miskonsepsi pada siswa dan kemudian dapat diarahkan pada konsep yang benar, dan
Senantiasa memberikan stimulus kepada siswa untuk mengemukakan konsep-konsep
dalam kegiatan diskusi kemudian dibuktikan dengan kegiatan demonstrasi
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Masril dan Nur Asma., (2002). “Pengungkapan Miskonsepsi Siswa Force Concept
Inventory dan Certainity of Response Inde”. Jurnal Fisika Himpunan Fisika Indonesia.
2002. Vol.B5). Hlm: 1-3. Available at: http:hfi.fisika.net
Berg, Euwe van den (ed), (1991). Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Salatiga:
Universitas Kristen Satya Wacana Press.
10
Gilbert, J.K., Watts, D.M. 1983. Concepts, Misconceptions and Alternative conception:
Changingperspectives in Science Education. Studies in Science Education,10, 61-98 .
11