Anda di halaman 1dari 22

Handout-Problem Based Learning

Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Kimia

PROBLEM BASED LEARNING

Gambaran Umum:
Pelatihan ini terdiri dari dua pertemuan, masing-masing 3 JP. Pada pertemuan pertama
akan disajikan masalah, kalian diminta memberikan solusi atas permasalahan yang
disajikan fasilitator. Hasilnya dipresentasikan di depan kelas pada pertemuan kedua atau
disajikan melalui video presentasi. Hal ini tergantung ketercukupan waktu. Diakhir
pertemuan kedua kalian akan diminta menyusun desain pembelajaran Kimia menggunakan
pendekatan PBL.

Link Zoom Pembelajaran bagi mahasiswa DARING:


Off A: https://s.id/StrategiOffA
Off B: https://s.id/StrategiOffB

Pertemuan 1
Step 1:
Bacalah bacaan berikut!

Tantangan Pembelajaran Abad 21

Globalisasi memberikan dampak kemajuan yang luar biasa dalam bidang sains dan
teknologi. Kemajuan dalam bidang-bidang tersebut berkembang pesat dan luar biasa
membawa perubahan besar dalam meningkatkan kualitas hidup manusia (Rahayu, 2014).
Berbagai isu telah menyatu, tidak hanya isu bidang sains dan teknologi saja, namun juga isu
lain seperti demokratisasi, lingkungan, teknologi informasi dan komunikasi bahkan isu
bidang pendidikan. Namun, seiring dengan perkembangan tersebut muncul berbagai
permasalahan baru yang terkait dengan etika, moral dan isu-isu global yang justru
mengancam martabat dan kelangsungan hidup manusia (Rahayu, 2016). Masalah moral dan
etik yang dihadapi bangsa antara lain meningkatnya dekandensi moral, meningkatnya
ketidakjujuran pelajar, dan masih tingginya kasus tindakan kekerasan yang terjadi antar

Page 1 of 22
Handout-Problem Based Learning
Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Kimia

pelajar, banyaknya kasus korupsi, serta berbagai fenomena lain yang menunjukan bahwa
Indonesia telah mengalami krisis moral (Pratama, 2017). Isu-isu global yang mengancam
martabat manusia contohnya masalah pemanasan global, berkurangnya sumber energi secara
global atau munculnya berbagai bentuk polusi yang mengganggu kestabilan alam. Banyaknya
permasalah yang ada membutuhkan generasi yang mampu menggunakan apa yang
dipelajarinya dalam konteks keilmuan untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Pemecahan masalah merupakan sesuatu yang dianggap sulit bagi siswa (Lorenzo,
2005; Armagan et al., 2009). Proses pemecahan masalah membutuhkan pemahaman
konsep yang baik. Siswa yang memahami konsep akan cenderung memiliki kemampuan
lebih baik dalam memecahkan persoalan (Fang, 2011). Namun pemahaman konsep yang baik
saja tidak cukup, siswa harus dilatih sesering mungkin agar memiliki ketrampilan
permasalahan dalam konteks nyata, keterampilan berpikir tingkat tinggi, belajar antar
disiplin ilmu, belajar mandiri, belajar menggali informasi, belajar bekerja sama, belajar
keterampilan berkomunikasi agar menjadi ploblem-solver yang baik (Yoon et.al., 2012).
Untuk itu dalam pembelajaran di kelas, guru harus memilih pendekatan pembelajaran yang
mampu melatih siswa terkait ketrampilan-ketrampilan tersebut agar siswa memiliki
kompetensi yang baik dalam menyelesaikan masalah (Temel & Yilmaz, 2012).

Daftar Rujukan

Armagan, F.Ö., Sagır, S. U. & Çelik, A. Y. 2009. The effects of students’ problem solving
skills on their understanding of chemical rate and their achievement on this issue.
Procedia-Social and Behavioral Sciences, 1, 2678–2684.
Fang, N. 2011. Students’perceptions of dynamics concept pairs and correlation with their
problem–solving performance. Journal Science of Education and Technology.
Lorenzo, M. (2005). The Developmet, Implementation, And Evaluation Of a Problem
Solving Heuristic. International Journal of Science and Mathematics
Education,National Science Council, 3, 33-58.
Pratama, Annisa Oktina Sari. 2017. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Dengan Pendekatan
Sains Teknologi Masyarakat Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Pada Materi
Pencemaran Lingkungan. Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Page 2 of 22
Handout-Problem Based Learning
Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Kimia

Rahayu, Sri. 2014. Menuju Masyarakat Berliterasi Sains: Harapan dan Tantangan Kurikulum
2013. Makalah Utama disampaikan dalam Seminar Nasional Kimia dan
Pembelajarannya 2014. Inovasi Pembelajaran Kimia dan Perkembangan Riset Kimia di
Jurusan Kimia FMIPA UM Tanggal 6 September 2014.
Rahayu, Sri. 2016. Mengembangkan Literasi Sains Anak Indonesia Melalui Pembelajaran
Berorientasi Nature Of Science (NOS). Makalah Utama disampaikan dalam Pidato
Pengukukan Guru Besar Dalam Bidang Ilmu Pendidikan Pengetahuan Alam. Sidang
Senat Terbuka UM Tanggal 17 Maret 2016.
Yoon, H., Woo, A. J., Treagust, D. & Chandrasegaran, A. (2012). The efficacy of problem–
based learning in an analytical laboratory course for pre-service chemistry teachers.
International Journal of Science Education, 1-24.

Step 2:
Ikuti petunjuk berikut!
Identifikasi permasalahan yang terjadi pada bacaan di atas. Pada pertemuan ini kita akan coba
bermain peran, dimana kalian akan bertindak sebagai tim khusus yang ditunjuk oleh Menteri
Pendidikan Nasional untuk memberikan rekomendasi solusi atas permasalahan yang
disajikan di atas. Kalian akan dibagi dalam tim-tim kecil agar proses diskusi lebih efektif.
Lakukan investigasi bersama tim kalian minimal mencakup jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan berikut.
1. Apa pendekatan pembelajaran yang akan kalian rekomendasikan berdasarkan identifikasi
permasalahan yang telah kalian lakukan?
2. Jelaskan landasan filosofis yang mendasari munculnya pendekatan ini!
3. Jelaskan landasan teoritis yang mendasari pendekatan tersebut sehingga pendekatan ini
dapat dianggap sebagai solusi atas permasalahan yang ada!
4. Bagaimanakah langkah-langkah pembelajarannya?
5. Jelaskan apakah pendekatan ini dapat diterapkan dalam pembelajaran sains, khususnya
kimia? Berikan contoh satu topik yang dapat dibelajarkan dengan PBL!
6. Lakukan analisis topik mana sajakah dalam pembelajaran Kimia di SMA/MA yang
menurut kalian dapat dibelajarkan dengan menggunakan pendekatan PBL! Berikan
contoh kasus yang dapat disajikan!

Page 3 of 22
Handout-Problem Based Learning
Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Kimia

Step 3:

Untuk memecahkan persoalan tersebut galilah informasi dari berbagai sumber. Diantaranya
kalian dapat menggunakan sumber informasi berikut.

Ap aitu Problem Based Learning (PBL)?

Problem based learning adalah suatu pembelajaran berbasis masalah, untuk


menyelesaikan masalah itu siswa memerlukan pengetahuan baru untuk dapat
menyelesaikannya (Hamruni, 2009). Strategi pembelajaran berbasis masalah (problem based
learning) dikembangkan dari filsafat konstruksionisme, yang menyatakan bahwa kebenaran
merupakan kontruksi pengetahuan secara otonom. Artinya, siswa akan menyusun
pengetahuan dengan cara membangun penalaran dari seluruh pengetahuan yang telah dimiliki
dan dari semua pengetahuan baru yang diperoleh (Hamruni, 2009:150).

Pendekatan pembelalajaran berpusat pada masalah tidak sekadar transfer of


knowledge dari guru kepada siswa, melainkan kolaborasi antara guru dan siswa, maupun
siswa dengan siswa yang lain untuk memecahkan masalah yang dibahas. Dengan demikian,
strategi pembelajaran bermasis masalah adalah strategi pembelajaran yang berorientasi pada
pemecahan masalah secara terbuka. Hal ini berbeda dengan strategi pembelajaran inkuiri.
Dalam strategi pembelajaran inkuiri, masalah yang akan dipecahkan telah ada jawaban yang
pasti dari guru, hanya saja guru tidak menyampaikannya secara langsung.

Pendekatan pembelajaran berbasis masalah mengusung gagasan utama bahwa tujuan


pembelajaran dapat tercapai jika siswa mampu menyelesaikan permasalahan otentik, relevan
dan dipresentasikan dalam satu konteks. Dengan kata lain, tujuan utama pendidikan adalah
memecahkan problem-problem kehidupan. Oleh karena itu, seluruh bangunan pengetahuan
yang dipelajari harus dapat digunakan secara aplikatif umtuk menyelesaikan problem-
problem kehidupan tersebut. Konsekuensinya, bangunan pengetahuan maupun teori yang
diajarkan tidak cukup hanya dihafal dan dipahami, melainkan harus dikaitkan dengan realitas
yang terjadi, dan menggunaknnya untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada.

Page 4 of 22
Handout-Problem Based Learning
Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Kimia

Bagaimana Sejarah Munculnya Pendekatan PBL?

Pendekatan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan


di bidang pendidikan kedokteran pada tahun 1950-an (Savery & Duffy 1995). PBL muncul
akibat ketidakpuasan terhadap pembelajaran yang dilakukan di pendidikan kedokteran
tradisional McMaster University di Kanada (Barrows, 1996; Barrows & Tamblyn, 1980).
Pionir pendekatan ini mengkritik pendidikan ilmu kesehatan tradisional karena format
kuliahnya dan penekanan berat pada menghafal pengetahuan biomedis yang terfragmentasi
tanpa mengembangkan keterampilan pemecahan masalah klinis yang diperlukan untuk
latihan dan pembelajaran seumur hidup (Albanese & Mitchell, 1993; Barrows, 1996).
Kurikulum PBL saat pertama kali diterapkan memiliki banyak kesamaan dengan
karakteristik PBL saat ini. Siswa diminta bekerja dalam kelompok kecil di mana mereka
berinteraksi dengan pasien yang memiliki masalah medis yang kompleks. Mereka melakukan
wawancara pasien, membuat catatan sehubungan dengan hasil wawancara, dan hasil
laboratorium untuk mengidentifikasi masalah pembelajaran, mengembangkan diagnosis, dan
rencana pengobatan (Barrows & Tamblyn, 1976; Torp & Sage, 1998). Dari hasil identifikasi
terhadap permasalahan tersebut siswa melakukan kajian literatir dari berbagai sumber untuk
mendapatkan penjelasan terkait kemungkinan penyebab masalah Kesehatan yang dialami
pasien dan mencari solusi terkait dengan keluhan pasien. Pembelajaran ini difasilitasi oleh
fasilitator berperan untuk memfasilitasi pembelajaran berbasis diskusi dengan mengajukan
pertanyaan dan memantau proses pemecahan masalah (Barrows, 1985, 1986, 1996; Hmelo,
1998).

Apa Fokus Utama dari PBL?


Dalam pembelajaran berbasis PBL diasumsikan bahwa “ketika siswa memecahkan
masalah yang hadapi dalam kehidupan sehari-hari, pembelajaran terjadi" (Barrows &
Tamblyn, 1980, hal. 1). Popper (1994), bahwa “Alles leben ist Problemlösen” (semua
kehidupan adalah pemecahan masalah). Jika ini benar, maka hidup dipenuhi dengan
kesempatan belajar. Selain pentingnya belajar sepanjang hayat, para pendukung PBL
menempatkan sentralitas masalah dalam pembelajaran. Pembelajaran diprakarsai oleh
masalah yang otentik dan tidak terstruktur. Masalah yang tidak terstruktur adalah masalah
yang memiliki tujuan ganda atau tidak diketahui, metode, solusi, dan kriteria untuk

Page 5 of 22
Handout-Problem Based Learning
Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Kimia

menyelesaikannya. Di kelas berbasis PBL, siswa menghadapi masalah sebelum belajar.


Pendekatan ini bertentangan dengan praktik pendidikan formal selama berabad-abad pada
masa itu, di mana siswa diharapkan untuk memiliki penguasaan konten terlebih dahulu
sebelum mereka menghadapi masalah dan mencoba menerapkan konten tersebut ke dalam
penyelesaian permasalahan di dunia nyata.

Bagaimanakah Karakteristik PBL?

Karakteristik utama dari pendekatan PBL adalah sebagai berikut:


➢ Berfokus pada masalah: Pembelajar mulai belajar dengan menangani simulasi masalah
yang otentik dan tidak terstruktur. Konten dan keterampilan yang akan dipelajari diatur di
sekitar masalah daripada sebagai daftar topik yang hierarkis. Dengan demikian,
pengetahuan dipelajari dalam konteks masalah, dan ada hubungan timbal balik antara
pengetahuan dan masalah. Membangun pengetahuan dirangsang oleh masalah dan
diterapkan kembali ke masalah.
➢ Berpusat pada siswa: Fakultas tidak mendikte kegiatan pembelajaran, melainkan
melayani dalam peran yang mendukung.
➢ Kemandirian siswa: Siswa secara individu dan kolaboratif memikul tanggung jawab
untuk menghasilkan pemecahan masalah dan proses pembelajaran melalui penilaian diri
dan penilaian rekan dan mengakses pengetahuan pengalaman dan materi pembelajaran
mereka sendiri.
➢ Refleksi diri: Siswa memantau pemahaman mereka dan belajar untuk menyesuaikan
strategi untuk belajar.
➢ Fasilitatif: Instruktur adalah fasilitator hanya mendukung dan memodelkan proses
penalaran memfasilitasi proses kelompok dan dinamika interpersonal, menggali
pengetahuan siswa secara mendalam, tidak menyisipkan konten atau memberikan
jawaban langsung atas pertanyaan.

Bagaimanakah Landasan Teoritis PBL?


Konstruktivisme

Page 6 of 22
Handout-Problem Based Learning
Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Kimia

Pada dasarnya, PBL didasarkan pada asumsi konstruktivistik tentang pembelajaran.


Konstruktivisme dapat digambarkan dalam lima prinsip tentang pengetahuan, pembuatan
makna, dan pembelajaran (Jonassen, 1991).

1. Pengetahuan dibangun melalui interaksi dengan lingkungan.


Manusia sebagai pembelajar adalah perseptor dan penafsir yang membangun interpretasi
mereka sendiri tentang dunia fisik melalui aktivitas kognitif dan interpretatif yang
membangun model mental. Proses pembuatan pengertian ini melibatkan mengakomodasi
ide-ide dan fenomena baru dengan keyakinan yang ada dan representasi pengetahuan
yang telah dibuat. Pengetahuan yang dikonstruksi oleh pembelajar tidak hanya terdiri dari
ide-ide atau konten saja, tetapi juga pengetahuan tentang konteks di mana pengetahuan itu
diperoleh, apa yang dilakukan masyarakat yang paham terhadap lingkungan itu, dan apa
yang menjadi visi-misi masyarakat yang memahami lingkungan itu. Pembeda manusia
dari mahluk lain adalah intensionalitas dan kemampuan untuk mengartikulasikan niat
yang dimilikinya.
2. Realitas ada dalam pikiran individu.
Proses pembuatan makna yang dijelaskan di atas menghasilkan persepsi tentang dunia
fisik eksternal yang unik bagi yang mengetahui; representasi ini didasarkan pada
rangkaian pengalaman unik pembelajar yang telah menghasilkan kombinasi unik dari
keyakinan tentang dunia. Ini tidak berarti bahwa kita tidak dapat berbagi realitas kita
dengan orang lain. Itu berarti bahwa pengetahuan adalah bukan entitas eksternal yang ada
di dunia fisik untuk diperoleh atau ditransmisikan.
3. Makna dan pemikiran didistribusikan di antara budaya dan komunitas tempat kita
berada dan alat yang kita gunakan.

Saat kita terlibat dalam komunitas belajar (seperti interaksi antar pelajar dalam
lingkungan PBL), pengetahuan dan keyakinan kita tentang dunia dipengaruhi oleh
komunitas itu dan keyakinan serta nilai-nilai mereka. Misalnya, pengetahuan kita tentang
dunia dipengaruhi oleh aktivitas di mana kita terlibat di tempat kerja. Keyakinan dan
pengetahuan rekan praktisi atau pelajar kita mempengaruhi pemikiran kita. Belajar
kemudian dilihat oleh Duffy dan Cunningham (1996) sebagai perubahan dalam hubungan
seseorang dengan budaya yang berhubungan dengannya. Pengetahuan dan keyakinan

Page 7 of 22
Handout-Problem Based Learning
Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Kimia

kami didistribusikan di antara para peserta dalam komunitas ini (Salomon, 1993).
Interaksi dan saling ketergantungan ini dimainkan terutama di PBL.

4. Pengetahuan berlabuh dan diindeks oleh konteks yang relevan.

Ide-ide yang kita ketahui dan keterampilan yang telah kita peroleh sebagian terdiri dari
situasi atau konteks di mana mereka diperoleh atau telah diterapkan (Brown, Collins, &
Duguid, 1989; Lave & Wenger, 1991; Schank, Fano, Bell, & Jona, 1993/1994). Konteks
perolehan pengetahuan adalah bagian dari pengetahuan yang digunakan oleh yang
mengetahui untuk menjelaskan atau memahami ide. Ini berarti bahwa aturan dan hukum
abstrak, terlepas dari konteks apa pun, tidak memiliki arti. Apa yang benar-benar kita
pahami tentang keterampilan adalah aplikasi dari keterampilan tersebut. Kami
menyimpan aplikasi ini sebagai cerita (Schank, 1986), yang menjadi media utama
percakapan dan pembuatan makna di antara manusia. Konstruktivisme berpendapat
bahwa keterampilan akan memiliki makna lebih jika mereka diperoleh pada awalnya dan
secara konsisten dalam konteks yang bermakna. Kecuali ide-ide dapat diterapkan, mereka
tidak memiliki arti. Hanya mengajarkan fakta dan menjelaskan konsep tanpa
kontekstualisasi mencegah pengindeksan ide-ide tersebut ke fitur situasi di mana mereka
relevan (Schank et al., 1993/1994).

5. Konstruksi pengetahuan dirangsang oleh pertanyaan atau kebutuhan atau


keinginan untuk mengetahui.
Apa yang menghasilkan proses konstruksi pengetahuan adalah ketidaksesuaian antara apa
yang diketahui dan apa yang diamati di lingkungan. Menyelesaikan disonansi yang
intrinsik untuk masalah yang dihadapi siswa dalam PBL bagi mereka adalah inti dari
konstruksi pengetahuan. Kita dapat mengingat ide-ide yang dibagikan orang lain kepada
kita, tetapi mencari secara aktif untuk membuat makna tentang fenomena melibatkan
beberapa disonansi antara apa yang kita ketahui dan apa yang kita inginkan atau perlu
kita ketahui. Menghadapi disonansi ini dalam PBL memastikan beberapa kepemilikan di
pihak pelajar. Ini adalah atribut yang sangat penting dari PBL, di mana siswa segera
terlibat dalam memahami dan memecahkan masalah otentik yang secara intrinsik
termotivasi untuk mereka selesaikan.

Situated Learning

Page 8 of 22
Handout-Problem Based Learning
Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Kimia

Sebuah perspektif terkait berpendapat bahwa PBL berakar pada teori pembelajaran
situasional (Hung, 2002). Situated Learning atau Cognition Learning diusulkan oleh Brown
et al. (1989) dan berargumen bahwa pembelajaran yang bermakna dan langgeng terjadi
paling baik ketika tertanam dalam konteks sosial dan fisik yang semirip mungkin dengan di
mana pembelajaran akan diterapkan. Ide ini berbeda dengan cara kebanyakan pembelajaran
formal terjadi pada waktu itu (dan sayangnya, masih terjadi) yaitu, tanpa konteks otentik
dan jauh dari aspek penggunaan apa yang sebenarnya dipelajari. Kognisi terletak
mengusulkan bahwa pengaturan pengetahuan kontekstual sangat penting dan bahwa
pembuatan makna berakar pada hubungan yang kita bangun antara diri kita sendiri sebagai
pelajar dan situasi dan interaksi di sekitar kita (Hung, 2002).

Dalam PBL, "situasi" atau konteks yang bermakna sebagian besar disediakan oleh
masalah yang tidak terstruktur yang dipecahkan oleh pembelajar. Situasi belajar ini mirip
dengan apa yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari dan profesional kita, di mana
kita terus-menerus memecahkan masalah yang tidak terstruktur. Karena makna diperoleh
pembelajar dari konteks di mana mereka bekerja atau belajar ide-ide yang disarikan dari
konteks dan disajikan sebagai teori memiliki sedikit, jika ada, makna bagi pembelajar
pengetahuan yang ditambatkan, atau “ditempatkan” dalam konteks tertentu lebih bermakna,
lebih terintegrasi, lebih dipertahankan, dan lebih dapat ditransfer. Salah satu alasan untuk
fenomena ini adalah sarana dimana siswa mewakili pemahaman mereka (Jonassen, 2006).
Secara khusus, pengetahuan yang dibangun untuk memecahkan masalah menghasilkan
pengetahuan prosedural yang berhubungan dengan tugas dan jenis pengetahuan
fenomenologis (dunia seperti yang kita alami secara sadar). Ini adalah representasi yang
lebih kaya, lebih bermakna, dan mudah diingat.

Hubungan PBL dan Metakognisi

Metakognisi adalah kesadaran akan pengetahuannya sendiri, tindakannya, dan


"keadaan kognitif atau afektif" saat ini (Hacker, Dunlosky, & Graesser, 1998, hlm. 3).
Dengan demikian, metakognisi dapat mencakup pengetahuan siswa tentang apa yang
mereka ketahui, apa yang tidak mereka ketahui, bagaimana mereka mempelajari
pengetahuan atau keterampilan baru, dan apa kekuatan dan kelemahan yang mereka miliki

Page 9 of 22
Handout-Problem Based Learning
Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Kimia

sehubungan dengan bidang studi mereka. Metakognisi adalah seperangkat strategi kognitif
tingkat meta penting yang memungkinkan pelajar untuk tampil lebih baik. Flavell (1976,
1979) membedakan dua karakteristik metakognisi: pengetahuan tentang kognisi dan
pengaturan kognisi sendiri. Pengetahuan kognisi meliputi pengetahuan tentang tugas,
strategi, dan variabel pribadi. Pengetahuan metakognitif mencakup pengetahuan tentang
keterampilan yang dibutuhkan.

Aspek regulasi diri dari metakognisi meliputi kemampuan untuk memonitor


pemahaman seseorang dan mengontrol aktivitas belajarnya. Self-regulation menggambarkan
aktivitas yang mengatur dan mengawasi pembelajaran, seperti perencanaan (memprediksi
hasil, strategi penjadwalan) dan aktivitas pemantauan masalah (memantau, menguji,
merevisi, dan menjadwal ulang selama pembelajaran). Regulasi diri juga melibatkan
evaluasi (menilai efektivitas regulasi) (Schraw & Moshman, 1995; Sperling, Howard,
Staley, & Dubois, 2004; Zimmerman, 2002; Zimmerman & Moylan, 2009).

Meskipun keterampilan metakognitif yang dikembangkan dengan baik dapat


memberikan kontribusi positif bagi keberhasilan siswa di hampir semua jenis kegiatan
belajar (Bransford, Brown, & Cocking, 2001; Prince, 2004), kebutuhan akan keterampilan
metakognitif meningkat dalam pedagogi yang berpusat pada siswa seperti PBL. Dalam
pedagogi tradisional yang berpusat pada instruktur, pengaturan tugas belajar disusun oleh
guru. Sebaliknya, karena pedagogi seperti PBL menjadi lebih berpusat pada siswa, siswa
menjadi semakin bertanggung jawab atas pengaturan diri pembelajaran mereka. Hmelo-
Silver (2004) menjelaskan sifat dasar metakognisi untuk pengalaman PBL yang sukses,
menunjukkan bahwa sementara PBL mengembangkan keterampilan pemecahan masalah,
keterampilan tersebut tidak dapat berkembang tanpa pengembangan "strategi metakognitif
dan penalaran yang tepat". Contohnya, siswa harus menyadari apa yang mereka lakukan dan
tidak mengerti, dan dari pemahaman itu dapat menetapkan tujuan dan mengidentifikasi
tugas-tugas yang akan membantu mereka mencapai tujuan tersebut. Meskipun beberapa
siswa mungkin "secara alami" beradaptasi dengan tanggung jawab tambahan ini dan
mengalami efek positif pada hasil belajar, yang lain mungkin kesulitan, menghasilkan
dampak negatif pada pembelajaran mereka (Prince, 2004). Pengalaman PBL yang berhasil
membutuhkan dukungan bagi siswa khususnya mereka yang baru mengenal PBL untuk
mengembangkan keterampilan metakognitif yang diperlukan. Meskipun beberapa siswa

Page 10 of 22
Handout-Problem Based Learning
Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Kimia

mungkin "secara alami" beradaptasi dengan tanggung jawab tambahan ini dan mengalami
efek positif pada hasil belajar, yang lain mungkin kesulitan, menghasilkan dampak negatif
pada pembelajaran mereka (Prince, 2004). Pengalaman PBL yang berhasil membutuhkan
dukungan bagi siswa khususnya mereka yang baru mengenal PBL untuk mengembangkan
keterampilan metakognitif yang diperlukan.

Bagaimanakah Karakteristik Masalah dalam PBL?

Masalah adalah aspek penting dari PBL. Masalah mewujudkan karakteristik PBL dan
merupakan dasar untuk konstruksi pengetahuan. Masalah digunakan untuk memicu proses
belajar dan menjadi dasar bagi kegiatan belajar siswa. Menciptakan masalah yang efektif,
penting untuk keberhasilan PBL. Dolmans, Snellen-Balendong, Wolfhagen, dan Van der
Vleuten (1997) menguraikan tujuh prinsip desain masalah. Mereka menggambarkan bahwa
masalah harus (1) mensimulasikan kehidupan nyata, (2) mengarah pada elaborasi, (3)
mendorong integrasi pengetahuan, (4) mendorong pembelajaran mandiri, (5) sesuai dengan
pengetahuan awal siswa, (6) minat siswa, dan (7) mencerminkan tujuan pembelajaran.
Jonassen dan Hung (2008) berfokus pada salah satu karakteristik masalah yang awalnya
ditunjukkan oleh Shaw (1976) dan mendefinisikannya sebagai karakteristik kompleksitas
masalah dan struktur masalah. Kompleksitas masalah mengacu pada luasnya, tingkat
kesulitan, kerumitan, dan keterkaitan ruang masalah, sedangkan struktur masalah mewakili
intransparansi, interdisipliner, dan sifat interdisipliner masalah.

Bagaimanakah Langkah Pembelajaran dengan Problem Based Learning?


Terdapat beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk melaksanakan pembelajaran Problem
Based Learning.
Step 1: Explore the issue.
Mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, mempelajari konsep yang baru, dan kemampuan
yangberkaitan dengan topik.

Step 2: State what is known.


Masing – masing siswa dan kelompok membuat daftar hal – hal yang mereka ketahui
mengenai skenario masalah

Page 11 of 22
Handout-Problem Based Learning
Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Kimia

Step 3: Define the issues.


Buat kerangka permasalahan dalam sebuah konteks yang sudah diketahui. Berikan informasi
yang diharapkan dalam pembelajaran

Step 4: Research the knowledge.


Mencari sumber dan informasi yang akan membantu pembelajar untuk bisa mengemukakan
pendapatnya mengenai hal tersebut.

Step 5: Investigate solutions.


Buat daftar mengenai aktivitas yang dilakukan untuk memberikan solusi dari masalah
tersebut, formulasikan dan uji hipotesisnya.

Step 6: Present and support the chosen solution.


Nyatakan dengan jelas dan dukung kesimpulan dengan informasi dan bukti yang relevan

Step 7: Review
Review kembali hasil penyelesaian masalah yang ada, jika jawaban yang diberikan belum
cukup untuk menyelesaikan masalah yang diberikan, maka berikan penjelasan lanjutan untuk
mengklarifikasi jawaban yang paling sesuai dengan penyelesaian masalah.
Alternatif lain yang dapat dijadikan rujukan dalam penerapan PBL adalah step
pembelajaran PBL yang disajikan oleh Kemendikbud sebagai berikut:
1) Orientasi peserta didik pada masalah;
2) Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar;
3) Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok;
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; dan
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Berdasarkan sintak tersebut, langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning (PBL)


yang bisa dirancang oleh guru adalah sebagai berikut:

LANGKAH KERJA AKTIVITAS GURU AKTIVITAS PESERTA DIDIK

Page 12 of 22
Handout-Problem Based Learning
Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Kimia

Orientasi peserta didik Guru menyampaikan Kelompok mengamati dan memahami


pada masalah masalah yang akan masalah yang disampaikan guru atau
dipecahkan secara yang diperoleh dari bahan bacaan
kelompok. yang disarankan.
Masalah yang diangkat
hendaknya kontekstual.
Masalah bisa ditemukan
sendiri oleh peserta didik
melalui bahan bacaan atau
lembar kegiatan.

Mengorganisasikan Guru memastikan Peserta didik berdiskusi dan membagi


peserta didik untuk setiap anggota memahami tugas untuk mencari data/ bahan-
belajar. tugas masing-masing. bahan/ alat yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah.

Membimbing Guru memantau Peserta didik melakukan penyelidikan


penyelidikan individu keterlibatan peserta didik (mencari data/ referensi/ sumber)
maupun kelompok. dalam pengumpulan data/ untuk bahan diskusi kelompok.
bahan selama proses
penyelidikan.

Mengembangkan dan Guru memantau diskusi Kelompok melakukan diskusi untuk


menyajikan hasil karya. dan membimbing menghasil-kan solusi pemecahan
pembuatan laporan masalah dan hasilnya
sehingga karya setiap dipresentasikan/disajikan dalam
kelompok siap untuk bentuk karya.
dipresentasikan.

Menganalisis dan Guru membimbing Setiap kelompok melakukan


mengevaluasi proses presentasi dan mendorong presentasi, kelompok yang lain
pemecahan masalah. kelompok memberikan memberikan apresiasi. Kegiatan

Page 13 of 22
Handout-Problem Based Learning
Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Kimia

penghargaan serta dilanjutkan dengan


masukan kepada kelompok merangkum/ membuat kesimpulan
lain. Guru bersama peserta sesuai dengan masukan yang
didik menyimpulkan diperoleh dari kelompok lain.
materi.

Bagaimana Mengadaptasi Problem Based Learning dalam sebuah Learning Object?


1. Start with a real-life problem
Mulailah sebuah learning object dengan real life problem pada bagian awal tampilan,
munculkan sebuah kasus atau fenomena yang dapat menarik minat pembelajar. Pilihlah
masalah yang kontekstual, karena dapat dengan mudah memicu rasa ingin tahu dari
pembelajar.

2. Map it out
Dari penyajian masalah arahkan pembelajar untuk memahami masalah dan mencari tahu
bagaimana menyelesaikan masalah tersebut.

3. Be creative
Pembelajar diminta untuk mandiri dan mencari informasi lain dari internet atau sumber –
sumber yang relevan untuk memperkaya pengetahuan mereka mengenai penyelesaian
masalah tersebut.

6. Join a challenge
Pembelajar diminta untuk memberikan jawaban atas masalah tersebut dan menyimpulkan
hasil dari penyelesaian masalah. Langkah terakhir adalah pembelajar diberikan jawaban
mengenai penyelesaian masalah yang paling tepat dari kasus yang telah diberikan.

Nilai-Nilai Karakter Apasajakah yang dapat Ditanamkan dengan PBL?

Berikut ini akan dikemukakan nilai-nilai karakter yang dapat ditransmisikan melalui
strategi pembelajaran berbasis masalah. Setidaknya, terdapat enam bahkan lebih nilai
karakter dari 18 nilai karakter yang dicanangkan Kemendikbud, yaitu tanggung jawab, kerja

Page 14 of 22
Handout-Problem Based Learning
Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Kimia

keras, toleransi, demokratis, mandiri, semangat kebangsaan, cinta tanah air, nasionalisme,
peduli lingkungan, dan peduli sosial maupun keagamaan.

1) Tanggung Jawab
Mengingat asumsi dasar dibangunnya problem based learning adalah menyelesaikan
masalah, sedangkan orang yang mempunyai komitmen tinggi untuk menyelesaikan
masalah adalah orang-orang yang bertanggung jawab, maka nilai karakter inti dalam
problem based learning adalah tanggung jawab. orang yang mempunyai jiwa tanggung
jawab tinggi adalah orang yang mempunyai kepekaan masalah yang tinggi, sehingga ia
mempunyai panggilan jiwa untuk menyelesaikannya.
2) Kerja Keras
Untuk dapat menyelesaikan masalah, diperlukan kerja keras yang luar biasa. Terlebih lagi
penyelesaian masalah secara baik dan elegan, tentunya membutuhkan energi ekstra, baik
secara emosional maupun intelektual untuk mewujudkannya. Oleh karena itu, strategi
pembelajaran problem based learning ini secara alamiah menanamkan nilai karakter
berupa kerja keras.

3) Toleransi dan demokratis


Penyelesaian masalah yang dikendaki dalam strategi pembelajaran problem based
learning adalah penyelesaian masalah yang bersifat terbuka, dapat ditoleransi dan bersifat
demokratis. Artinya, tidak ada penyelesaian masalah yang bersifat tunggal dan paling
benar atau paling baik. Bahkan guru juga tidak boleh menentukan cara penyelesaian
tersendiri, sehingga siswa mempunyai hak otonomi secara penuh untuk menyelesaikan
masalahnya sendiri.
4) Mandiri
Setiap siswa mempunyai permasalahan yang berbeda-beda, sehingga memerlukan cara
pemecahan yang berbeda pula. Bahkan jika masalahnya sama, setiap siswa masih tetap
boleh menyelesaikannya dengan cara yang berbeda pula. Artinya, siswa harus bersikap
mandiri dalam menyelesaikan masalahnya sendiri, khususnya masalah yang bersifat
intrapersonal, seperti mengusir rasa malas, memotivasi diri, mengerjakan tugas individu
dan sebagainya.
5) Kepedulian Lingkungan dan Sosial

Page 15 of 22
Handout-Problem Based Learning
Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Kimia

Keagamaan Selain setiap siswa menghadapi masalah-masalah individu yang berbeda-


beda, tidak menutup kemungkinan ia juga menghadapi masalah-masalah sosial
keagamaan di lingkungan sekolahnya. Dalam hal ini, penyelesaian atas masalah tersebut
tidak boleh lagi dihadapi secara mandiri, tetapi harus berkelompok atau bekerja sama
dengan teman sejawatnya, termasuk dalam hal ini adalah melibatkan kepala sekolah,
OSIS, guru bimbingan dan konseling serta guru agama.
6) Semangat Kebangsaan dan Cinta Tanah Air
Topik-topik pembelajaran dari semua mata pelajaransering kali membahas tema-tema
besar kebangsaan. Konsekuensinya, guru harus menyajikan masalah-masalah kenegaraan
atau kebangsaan, seperti dekadensi moral bangsa, korupsi, krisis ekonomi, dan
sebagainya. Upaya menyelesaikan persoalan-persoalan ini dapat menumbuhkan sikap
cinta tanah air, semangat kebangsaan dan menumbuhkan jiwa nasionalisme.
Siswa yang mempunyai karakter seperti ini tidak akan mudah tergiur oleh gaji bekerja di
luar negeri walaupun nilainya 100 kali lipat lebih besar daripada bekerja di negeri sendiri.
Ia lebih memilih bekerja membangun negeri sendiri walaupun dengan gaji yang pas-
pasan. Semangat kebangsaan, cinta tanah air dan jiwa nasionalisme ini perlu ditanamkan
dalam jiwa siswa agar tidak pergi ke luar negeri (membangun negeri orang lain) setelah
menjadi orang cerdas nanti.

Apasajakah Keunggulan PBL?


a) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi
pelajaran.
b) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik, sehingga memberikan
keleluasaan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik.
c) Pemecahan masalah dapat meningkatlan aktivitas pembelajaran peserta didik.
d) Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentransfer pengetahuan
mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
e) Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan
barunya, dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang dilakukan.
f) Peserta didik mampu memecahkan masalah dengan suasana pembelajaran yang aktif-
menyenangkan.

Page 16 of 22
Handout-Problem Based Learning
Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Kimia

g) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir


kritis dan mengembangkan kemampuan mereka guna beradaptasi dengan pengetahuan
baru.
h) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka memiliki dalam dunia nyata.
i) PBL dapat mengembangkan minat peserta didik untuk mengembangkan konsep belajar
secara terus menerus, karena dalam praksisnya masalah tidak akan pernah selesai.
Artinya, ketika satu masalah selesai diatasi, masalah lain muncul dan membutuhkan
penyelesaian secepatnya.

Apasajakah Kelemahan PBL?


Selain memiliki keunggulan, strategi pembelajaran berbasis masalah juga memiliki
beberapa kelemahan, diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Ketika peserta didik tidak memiliki minat tinggi, atau tidak mempunyai kepercayaan
diri bahwa dirinya mampu menyelesaikan masalah yang dipelajari, maka mereka
cenderung enggan untuk mencoba karena takut salah.
b) Tanpa pemahaman “mengapa mereka berusaha” untuk memecahkan masalah yang
sedang dipelajari. Artinya, perlu dijelaskan manfaat menyelesaikan masaalah yang
dibahas pada peserta didik.
c) Proses pelaksaan PBL membutuhkan waktu yang lebih lama atau panjang. Itu pun
belum cukup. Karena sering kali peserta didik masih memerlukan waktu tambahan
untuk menyelesaikan persoalan yang diberikan. Padahal, waktu pelaksanaa PBL harus
disesuaikan dengan beban kurikulum yang ada.

Page 17 of 22
Handout-Problem Based Learning
Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Kimia

Referensi

Albanese, M. A., & Mitchell, S. (1993). Problem-based learning: A review of literature on its
outcomes and implementation issues. Academic Medicine, 68(1), 52-81.

Amador, J., Miles, L., & Peters, C. (2007). The practice of problem-based learning: A guide
to implementing PBL in the college classroom. Hoboken, NJ: Anker.

Barrows, H. S. (1985). How to design a problem-based curriculum for the preclinical years.
New York, NY: Springer. Barrows, H. S. (1986). A taxonomy of problem‐based
learning methods. Medical Education, 20(6), 481-486.

Barrows, H. S. (1996). Problem‐based learning in medicine and beyond: A brief overview.


New Directions for Teaching and Learning, 68, 3-12.

Barrows, H. S., & Tamblyn, R. M. (1976). An evaluation of problem-based learning in a


small groups utilizing a simulated patient. Journal of Medical Education, 51(1), S2-
S4.

Barrows, H. S., & Tamblyn, R. M. (1980). Problem-based learning: An approach to medical


education. New York, NY: Springer.

Branch, R. (2009). Instructional design: The ADDIE approach. Berlin, Germany: Springer-
Verlag.

Bransford, J., Brown, A., & Cocking, R. (2000). How people learn: Brain, mind, experience,
and school. Washington, DC: National Academy Press.

Brown, A., Collin, P., & Duguid, P. (1989). Situated cognition and the culture of learning.
Educational Researcher, 18(1), 32-42.

Dale, E. (1969). Audiovisual methods in teaching (3rd ed.). New York, NY: The Dryden
Press; Holt, Rinehart and Winston.

Des Marchais, J. E. (1999). A Delphi technique to identify and evaluate criteria for
construction of PBL problems. Medical Education, 33(7), 504-508.

Page 18 of 22
Handout-Problem Based Learning
Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Kimia

Dolmans, D. H. J. M., Snellen-Balendong, H., Wolfhagen, I. H. A. P., & van der Vleuten, C.
P. M. (1997). Seven principles of effective case design for a problem-based
curriculum. Medical Teacher, 19(3), 185-189.

Duffy, T., & Cunningham, D. (1996). Constructivism: Implications for the design and
delivery of instruction. In D. Jonassen (Ed.), Handbook of research for educational
communications and technology (pp. 179-198). New York, NY: Simon and Schuster.

Flavell, J. (1976). Metacognitive aspects of problem-solving. In L. B. Resnick (Ed.), The


nature of intelligence (pp. 231-236). Hillsdale, NJ: Erlbaum.

Flavell, J. (1979). Metacognition and cognitive monitoring: A new area of cognitive-


developmental inquiry. American Psychologist, 34, 906-911.

Flavell, J. H. (1987). Speculations about the nature and development ofmetacognition. In F.


E. Weinert & R. H. Kluwe (Eds.), Metacognition, motivation, and understanding (pp.
21-29).

Hillsdale, NJ: Erlbaum. Gagne, R., & Briggs, L. (1974). Principles of instructional design.
New York, NY: Holt, Rinehart, Winston.

Hacker, D. J., Dunlosky, J., & Graesser, A. C. (Eds.). (1998). Metacognition in educational
theory and practice. London, UK: Routledge.

Hmelo, C. E. (1998). Problem-based learning: Effects on the early acquisition of cognitive


skill in medicine. Journal of the Learning Sciences, 7, 173-208.

Hmelo-Silver, C. (2004). Problem-based learning: What and how do students learn?


Educational Psychology Review, 16(3), 235-266.

Hung, D. (2002). Situated cognition and problem-based learning: Implications for learning
and instruction with technology. Journal of Interactive Learning Research, 13(4), 393-
414.

Hung, W., Jonassen, D. H., & Liu, R. (2008). Problem-based learning. In J. M. Spector, J. G.
van Merrienboer, M. D., Merrill, & M. Driscoll (Eds.), Handbook of research on
educational communications and technology (3rd ed.) (pp. 485-506). New York, NY:
Erlbaum.

Page 19 of 22
Handout-Problem Based Learning
Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Kimia

Jacobs, A. E., Dolmans, D. H., Wolfhagen, I. H., & Scherpbier, A. J. (2003). Validation of a
short questionnaire to assess the degree of complexity and structuredness of PBL
problems. Medical Education, 37(11), 1001- 1007.

Jonassen, D. (2003). Using cognitive tools to represent problems. Journal of Research on


Technology in Education, 35(3), 362-381.

Jonassen, D. H. (2006). Accommodating ways of human knowing in the design of


information and instruction. International Journal on Knowledge and Learning, 2(3/4),
181-190.

Jonassen, D. H. (2010). Assembling and analyzing the building blocks of problem-based


learning environments. In K. H. Silber & W. R. Foshay (Eds.), Handbook of
improving performance in the workplace, Vol. 1: Instructional design and training
delivery (pp. 184-226). Silver Spring, MD: International Society for Performance
Improvement.

Jonassen, D., & Hung, W. (2008). All problems are not equal: Implications for problem-
based learning. Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning, 2(2), 6-28.

Jonassen, D. H. (1991). Objectivism versus constructivism: Do we need a new philosophical


paradigm? Educational Technology Research and Development, 39(3), 5-14. Lave, J.,
& Wenger, E. (1991). Situated learning: Legitimate peripheral participation. New
York, NY: Cambridge University Press.

Litzinger, T. A., Lattuca, L. R., Hadgraft, R. G., & Newstetter, W. C. (2011). Engineering
education and the development of expertise. Journal of Engineering Education,
100(1), 123-150.

Major, C., & Palmer, B. (2001). Assessing the effectiveness of problem-based learning in
higher education. Academic Exchange Quarterly, 5(1) 8-9.

Popper, K. (1994). Alles leben ist problemlösen. Munich, Germany: Piper Verlag. Prince, M.
(2004). Does active learning work? A review of the research. Journal of Engineering
Education, 93(3), 223-231.

Page 20 of 22
Handout-Problem Based Learning
Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Kimia

Salomon, G. (1993). On the nature of pedagogic computer tools: The case of the wiring
partner. In S. P. LaJoie & S. J. Derry (Eds.), Computers as cognitive tools (pp. 179-
198). Hillsdale, NJ: Erlbaum.

Savery, J. R., & Duffy, T. M. (1995) Problem-based learning: An instructional model and its
constructivist framework. In B. Wilson (Ed.), Constructivist learning environments:
Case studies in instructional design (pp. 135-150). Englewood Cliffs, NJ: Educational
Technology Publications.

Schank, R. C., Fano, A., Bell, B., & Jona, M. (1994). The design of goal-based scenarios.
The Journal of the Learning Sciences 3(4), 305-345. Schraw, G., & Moshman, D.
(1995). Metacognitive theories. Educational Psychology Review, 7(4), 351-371.

Shaw, M. E. (1976). Group dynamics. New York, NY: McGraw-Hill. Sockalingam, N., &
Schmidt, H. (2011). Characteristics of problems for problem-based learning: The
students’ perspective. Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning, 5(1), 6-
34.

Sperling, R., Howard, B., Staley, R. & Dubois, N. (2004). Metacognition and self-regulated
learning constructs. Educational Research and Evaluation: An International Journal on
Theory and Practice, 10(2), 117-139.

Torp, L., & Sage, S. (1998). Problems as possibilities: Problem-based learning for K-12
education. Alexandria, VA: ASCD.

Woods, D. R. (1994). Problem-based learning: How to gain the most from PBL. Waterdown,
Ontario, Canada: Woods.

Zimmerman, B. (2002). Becoming a self-regulated learner. Theory Into Practice, 41(2), 64-
70.

Zimmerman, B., & Moylan, A. (2009). Self-regulation: Where metacogni tion and
motivation intersect. In D. Hacker, J. Dunlosky, & A. Graesser (Eds.), Handbook of
metacognition in education (pp. 299-315). New York: Routledge.

Page 21 of 22
Handout-Problem Based Learning
Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Kimia

Step 4:

Sajikan hasil investigasi kalian dalam bentuk slide atau sajikan dalam bentuk video presentasi
dan upload di sipejar sebagai laporan kepada Menteri Pendidikan Nasional sebelum
pertemuan kedua.

Pertemuan 2
Pembelajaran Problem Based Learning (Lanjutan)

Presentasi:

Salah satu atau beberapa tim mempresentasikan hasil investigasi tim kecilnya di depan
seluruh tim. Diskusikan hasil investigasi kalian bersama seluruh tim, tim yang memiliki
pendapat berbeda dalam sajian investigasinya memberikan tanggapan, masukan, dan
tambahan informasi. Tunjuk salah satu peserta sebagai notulen untuk mencatat jalannya
diskusi. Sepakati rekomendasi yang akan diberikan.

Tugas Akhir PBL:

Buatlah Desain Rencana Pembelajaran Kimia menggunakan pendekatan Problem Based


Learning bersama dengan kelompokmu. Pilihlah salah satu topik pada pembelajaran kimia.
Poin-poin yang ada dalam desain rencana pembelajaran mengikuti format desain
pembelajaran pada tugas sebelumnya yaitu tugas mendesain rencana pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri.

Page 22 of 22

Anda mungkin juga menyukai