Anda di halaman 1dari 16

MINI RISET

Analisis Miskonsepsi Materi Gerak Pada Siswa Kelas X


Dosen Pengampu: Drs. Juru Bahasa Sinuraya M.Pd.
Drs. Abu Bakar M.Pd

Disusun oleh:

Daniel Thomson Purba 4183121045


Indah Hairiah Lubis 4181121014
Jenner Hawckins At Tsaqib 4181121014
Muhammad Ali Al-Fattah 4183121025
Puti Salzabilla 4183321032
Rika Yussafitri 4183121039
Valery Mahda Zikri.S 4183121057

Pendidikan Fisika Dik A 2018

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A 2019-2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................................................1
B. Tujuan dan Manfaat...................................................................................................................1
BAB 2 KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN................................................................2
A. Uraian Permasalahan.................................................................................................................2
B. Subjek Penelitian.......................................................................................................................3
BAB 3 METODE PELAKSANAAN....................................................................................................4
A. Metode penelitian......................................................................................................................4
B. Langkah penelitian.....................................................................................................................4
C. Teknik pengumpulan data..........................................................................................................4
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................................6
A. Gambaran Hasil Survey.............................................................................................................6
B. Pembahasan.............................................................................................................................10
BAB 5 KESIMPULAN DAN PENUTUP...........................................................................................11
A. Kesimpulan..............................................................................................................................11
B. Saran........................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................12

i
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Miskonsepsi atau konsepsi merupakan sebuah kejadian dimana seseorang salah


menafsirkan sebuah konsep. “Konsepsi merupakan tafsiran yang dilakukan oleh seseorang”
(Tayubi, 2005). Miskonsepsi didefinisikan sebagai kesalahan pemahaman yang mungkin
terjadi selama atau sebagai hasil dari pengajaran yang baru saja diberikan, berlawanan
dengan konsepsi-konsepsi ilmiah yang dibawa atau berkembang dalam waktu lama (Mosik,
2010).
Miskonsepsi yang terjadi pada siswa disebabkan oleh banyak faktor. Selain berasal
dari diri siswa, miskonsepsi juga dapat dipengaruhi oleh cara penyampaian guru, metode
mengajar yang digunakan kurang tepat, buku ajar yang keliru atau yang lainnya. Secara lebih
jelas Liliawati (2009) menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan miskonsepsi pada
siswa diantaranya yaitu kondisi siswa, guru, metode mengajar, buku dan konteks.
Sejalan dengan itu, Yuliati (2015) berpendapat bahwa aspek-aspek yang
menyebabkan miskonsepsi adalah siswa itu sendiri, guru dan metode pembelajaran yang
digunakan guru di dalam kelas. Sedangkan menurut Hung (2006) penyebab terjadi
miskonsepsi pada pelajaran fisika karena banyaknya rumus yang berkaitan antara satu dan
yang lainnya dan siswa tidak dapat mengkoneksikannya dengan baik. Bukan hanya itu,
kesalahpahaman yang berkembang berdasarkan persepsi diperoleh dari interaksi sehari-hari
dengan dunia fisik juga dapat membuat miskonsepsi dalam diri siswa terjadi. Untuk
menangani miskonsepsi diperlukan langkah-langkah yang tepat dan terencana. Diantaranya
adalah melakukan observasi tentang miskonsepsi dalam pembelajaran fisika.

B. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan serta manfaat yang ingin dicapai dari mini riset ini adalah:
1. Untuk mengetahui fakta apakah terjadi miskonsepsi di kelas X MIPA 3 SMAN
1 PERCUT SEI TUAN.
2. Untuk mengetahui pemahaman siswa di kelas X MIPA 3 SMAN 1 PERCUT
SEI TUAN mengenai konsep gerak.
3. Sebagai dasar untuk merancang upaya mengatasi miskonsepsi tersebut.

1
BAB 2
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Uraian Permasalahan

Miskonsepsi atau konsepsi merupakan sebuah kejadian dimana seseorang salah


menafsirkan sebuah konsep. “Konsepsi merupakan tafsiran yang dilakukan oleh seseorang”
(Tayubi, 2005). Miskonsepsi didefinisikan sebagai kesalahan pemahaman yang mungkin
terjadi selama atau sebagai hasil dari pengajaran yang baru saja diberikan, berlawanan
dengan konsepsi-konsepsi ilmiah yang dibawa atau berkembang dalam waktu lama (Mosik,
2010).

Faktor yang menyebabkan miskonsepsi


Miskonsepsi yang terjadi pada siswa disebabkan oleh banyak faktor. Selain berasal
dari diri siswa, miskonsepsi juga dapat dipengaruhi oleh cara penyampaian guru, metode
mengajar yang digunakan kurang tepat, buku ajar yang keliru atau yang lainnya. Secara lebih
jelas Liliawati (2009) menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan miskonsepsi pada
siswa diantaranya yaitu kondisi siswa, guru, metode mengajar, buku dan konteks.
Sejalan dengan itu, Yuliati (2015) berpendapat bahwa aspek-aspek yang
menyebabkan miskonsepsi adalah siswa itu sendiri, guru dan metode pembelajaran yang
digunakan guru di dalam kelas. Sedangkan menurut Hung (2006) penyebab terjadi
miskonsepsi pada pelajaran fisika karena banyaknya rumus yang berkaitan antara satu dan
yang lainnya dan siswa tidak dapat mengkoneksikannya dengan baik. Bukan hanya itu,
kesalahpahaman yang berkembang berdasarkan persepsi diperoleh dari interaksi sehari-hari
dengan dunia fisik juga dapat membuat miskonsepsi dalam diri siswa terjadi.
Miskonsepsi juga dapat timbul diakibatkan karena penguasaan dan pemahaman
seorang guru akan sebuah materi yang disampaikan kepada siswa tidak mendalam. Seorang
guru juga dituntut harus dapat menyampaikan materi kepada siswa dengan jelas dengan kata-
kata yang terstruktur. Penggunaan kosa kata yang mudah dimengerti juga akan meminimalis
terjadinya miskonsepsi.
Penanggulangan Miskonsepsi
Untuk menangani miskonsepsi diperlukan langkah-langkah yang tepat dan terencana.
Diantaranya
1) Mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa.
Paul Suparno (2005:56) menjelaskan bahwa untuk dapat memahami gagasan siswa
beberapa hal dapat dilakukan antara lain:
 Siswa dibebaskan mengungkapkan gagasan dan pemikirannya mengenai bahan
yang sedang dibicarakan. Hal ini dapat dilakukan secara lisan atau tertulis
 Guru memberi pertanyaan kepada siswa tentang konsep yang biasanya membuat
siswa bingung dan siswa diminta menjawab sejara jujur.
 Guru mengajak siswa untuk berdiskusi tentang bahan tertentu yang biasanya
mengandung miskonsepsi, dan guru membiarkan siswa berdiskusi dengan bebas.

2) Mencoba menemukan penyebab miskonsepsi tersebut


Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengetahui sebab miskonsepsi, antara lain:
 Guru melakukan wawancara pribadi ataupun umum di depan kelas
 Memberikan pertanyaan tertulis yang diberikan kepada siswa. Sangat baik bila
disatukan dengan miskonsepsi siswa

3) Mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi.


Metode mengajar yang dilakukan untuk meminimalisasi miskonsepsi haruslah sesuai
dengan kebutuhan siswa, efektivitas metode tersebut. Hal ini tentunya diperlukan
kejelian pendidik memilih metode yang cocok untuk materi tertentu.

B. Subjek Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Adapun yang menjadi populasi


penelitian adalah seluruh siswa SMAN 1 PERCUT SEI TUAN. Sementara yang menjadi
subjek penelitian adalah siswa kelas X MIPA 3 dimana jumlah siswa yang dijadikan subjek
penelitian berjumlah 34 orang.
BAB 3
METODE PELAKSANAAN

A. Metode penelitian

Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel dengan metode “Purposive sample”


atau disebut juga dengan sampel bertujuan. Pada purposive sample dilakukan dengan cara
mengambil subjek bukan dengan berdasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi
didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil
seluruh siswa yang ada dikelas tertentu pada saat penelitian dilakukan.

B. Langkah penelitian

Penelitian dilakukan dengan datang langsung ke SMAN 1 PERCUT SEI TUAN pada
tanggal 16 september 2019. Kemudian peneliti meminta izin untuk dapat melakukan
penelitian disekolah tersebut. Saat sudah mendapatkan izin peneliti memasuki ruangan kelas
yang sudah ditentukan oleh pihak sekoah. Peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu
kepada siswa agar terjalin saling kersa sama antara subjek penelitian dan peneliti itu sendiri.
Kemudian peneiti menjelaskan kepada subjek penelitian cara pengisian angket tersebut.
Setelah siswa mengerti barulah angket dibagikan dan menekankan pada siswa agar mengisi
angket dengan sebenar-benarnya. Setelah subjek penelitian selesai mengisi anget, angket
dikumpulkan dan peneliti mengucapkan terima kasih atas kerja sama subjek penelitian yang
telah mengisi angket dengan sebenar-benarnya.

C. Teknik pengumpulan data

Setelah angket dibagikan kepada subjek penelitian , hasil jawaban dari angket dapat
dianalisis oleh si peneliti data dengan ketentuan sebagai berikut:
Angket yang terdiri dari 10 butir pernyataan dimana pernyataan nomor 1-7 mengenai
pemahaman konsep mengenai hubungan percepatan benda dengan gaya yang diberikan pada
benda yang memiliki 7 alternatif jawaban dengan skor 5 untuk jawaban benar, 0 untuk
jawaban salah. Kemudian pertanyaan 8-10 bagian kedua mengenai hubungan gaya dengan
bidang miring yang memiliki 7 alternatif jawaban dengan skor 5 untuk jawaban benar dan 0
untuk jawaban salah.Untuk menentukan kecenderungan variabel sebagai berikut:
1. Setelah nilai maksimum (Xmax) dan nilai minimum (Xmin) diketahui, maka yang
selanjutnya dilakukan adalah mencari nila rata-rata dengan rumus Mi = ½
(Xmax+Xmin)
2. Mencari standar devisiasi (SDi) dengan rumus SDi = 1/6 (Xmax-Xmin)

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dikategorikan menjadi 3 kelas yaitu:

No Kelas Skor
.

1. Tinggi < Mi-Sdi

2. Sedang Mi-Sdi sampai dengan < Mi+Sdi

3. Rendah ≥ Mi+ Sdi


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Hasil Survey

Survey dilakukan dengan membagikan angket yang terdiri dari 10 butir pernyataan
dimana pernyataan nomor 1-7 mengenai pemahaman konsep mengenai hubungan percepatan
benda dengan gaya yang diberikan pada benda yang memiliki 7 alternatif jawaban dengan
skor 5 untuk jawaban benar, 0 untuk jawaban salah. Kemudian pertanyaan 8-10 bagian kedua
mengenai hubungan gaya dengan bidang miring yang memiliki 7 alternatif jawaban dengan
skor 5 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah. sehingga berdasarkan angket yang
sudah diajukan maka didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Pemahaman konsep hubungan percepatan dengan gaya


No Subjek Nomor Soal
Total
1 2 3 4 5 6 7
1 5 5 0 5 5 0 0 20
2 5 5 0 5 5 0 0 20
3 5 0 0 5 5 0 0 15
4 5 5 0 5 5 0 0 20
5 5 0 5 5 0 0 5 20
6 5 0 5 5 5 0 5 25
7 5 0 5 5 5 0 5 25
8 0 0 0 0 0 0 0 0
9 0 0 0 0 0 0 0 0
10 5 5 0 5 5 0 5 25
11 5 5 0 5 5 0 5 25
12 0 0 0 0 5 0 0 5
13 0 0 0 0 0 0 0 0
14 5 5 0 5 0 0 0 15
15 0 0 0 0 0 0 0 0
16 5 0 0 5 0 0 5 15
17 0 0 0 0 5 0 0 5
18 0 0 0 0 0 0 0 0
19 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0 0 0 0 0 0 0
21 5 5 0 5 5 5 5 30
22 5 5 0 5 5 0 5 25
23 0 0 0 0 0 0 0 0
24 0 0 0 0 5 0 0 5
25 0 0 0 0 0 0 0 0
26 5 0 5 5 5 0 5 25
27 5 5 0 5 0 0 5 20
28 0 0 0 0 0 0 0 0
29 0 0 0 0 0 0 0 0
30 0 0 0 0 0 0 0 0
31 0 0 0 0 0 0 0 0
32 0 0 0 0 0 0 0 0
33 0 0 0 0 0 0 0 0
34 0 0 0 0 0 0 0 0
Untuk menentukan kecendrungaan variabel sebagai berikut, setelah nilai maksimum (Xmax)
dan nilai minimum (Xmin) diketahui maka selanjutnya mencari nilai rata-rata (Mi) dengan
rumus Mi=1/2(Xmax+Xmin), mencari standar deviasi (SDi) dengan rumus SDi = 1/6(Xmax-
Xmin). Pada angket yang dibagikan skor maksimal adalah 35,skor minimal adalah 0,Mean
sebesar 17,5,standar deviasi sebesar 5,53 . Berdasarkan perhitungan tersebut dapat
dikategorikan menjadi 3 kelas sebagai berikut:

No Tingkat Miskonsepsi Skor

1. Tinggi < Mi-Sdi


<10

2. Sedang Mi-Sdi sampai dengan < Mi+Sdi


11-25

3. Rendah ≥ Mi+Sdi
≥ 25

Sehingga data pemahaman siswa mengenai bullying adalah sebagai berikut:

Frekuensi Persentase

X<10(tinggi) 19 55,8%

11<X<25(sedang) 8 23,5%
Nomor Soal

No Subjek 1 2 3 Total

1 0 0 0 0
X≥25(rendah) 7 20,7%
2 0 0 0 0

3 0 0 0 0

4 0 0 0 0 Berdasarkan tabel
tersebut miskonsepsi
5 0 0 0 0
terhadap konsep
6 0 0 0 0
percepatan sebesar 55,8%
7 0 0 0 0 tinggi, 23,5 % Sedang,
dan 8 0 0 0 0 20,7% rendah. Dari hasil
tersebut dapat
9 0 0 0 0
disimpulkan bahwa
10 0 0 5 5
secara umum siswa kelas
X 11 0 0 5 5 MIPA 3 belum

12 0 0 0 0 memahami konsep
percepatan dengan baik.
13 0 0 0 0

14 0 0 0 0

15 0 0 0 0 2. Pemahaman
16 0 0 0 0 konsep
hubungan gaya
17 0 0 0 0
dengan bidang
18 0 0 5 5
miring
19 0 0 0 0

20 0 0 0 0

21 0 0 0 0

22 0 0 0 0

23 0 0 0 0

24 0 0 0 0

25 0 0 0 0

26 0 0 0 0

27 0 0 0 0

28 0 0 0 0

29 0 0 0 0

30 0 0 0 0
Untuk menentukan kecendrungaan variabel sebagai berikut, setelah nilai maksimum (Xmax)
dan nilai minimum (Xmin) diketahui maka selanjutnya mencari nilai rata-rata (Mi) dengan
rumus Mi=1/2(Xmax+Xmin), mencari standar deviasi (SDi) dengan rumus SDi = 1/6(Xmax-
Xmin). Pada angket yang dibagikan skor maksimal adalah 15,skor minimal adalah 0, Mean
sebesar 7,5 ,standar deviasi sebesar 2,5 . Berdasarkan perhitungan tersebut dapat
dikategorikan menjadi 3 kelas sebagai berikut:

No Tingkat Miskonsepsi Skor

1. Tinggi < Mi-Sdi


<5

2. Sedang Mi-Sdi sampai dengan < Mi+Sdi


5-10

3. Rendah ≥ Mi+Sdi
≥ 10
Sehingga data Tindakan bullying didalam kelas adalah sebagai berikut:

Frekuensi Persentase

X<5(tinggi) 31 91,1%

5<X<10(sedang) 3 8,9%

X≥10(rendah) 0 0%

Berdasarkan tabel tersebut miskonsepsi mengenai hubungan gaya dengan bidang miring
sebesar 91,1% tinggi, 8,9% Sedang, dan 0% tinggi. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa miskonsepsi yang terjadi didalam kelas X MIPA 3 termasuk kedalam tingkatan yang
tinggi.

B. Pembahasan

Dapat dilihat dari hasil tabel diatas bahwa miskonsepsi yang terjadi di dalam kelas X
MIPA 3 tentang pemahaman konsep hubungan percepatan dengan gaya dan pemahaman
konsep hubungan gaya dengan bidang miring belum memahami konsep dengan baik. Dan
dapat di simpulkan bahwa miskonsepsi ini termasuk juga kedalam tingkatan yang tinggi.
BAB 5
KESIMPULAN DAN PENUTUP

A. Kesimpulan

Miskonsepsi terhadap konsep percepatan sebesar 55,8% tinggi, 23,5 % Sedang, dan
20,7% rendah. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum siswa kelas X
MIPA 3 belum memahami konsep percepatan dengan baik. Sementara miskonsepsi mengenai
hubungan gaya dengan bidang miring sebesar 91,1% tinggi, 8,9% Sedang, dan 0% tinggi.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi yang terjadi didalam kelas X MIPA
3 termasuk kedalam tingkatan yang tinggi.

B. Saran

Sebagai guru diperlukanlah peran dari guru untuk memberikan pemahaman mengenai
konsep fisika yang benar baik pada saat pembelajaran dengan menggunakan metode
mengajar yang tepat. Saat terjadi miskonsepsi guru sebaiknya mencari metode yang tepat
untuk mengatasi hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Liliawati, W. (2009). Identifikasi Miskonsepsi Materi IPBA Di SMA Dengan Menggunakan


CRI (Certainly of Respons Index) Dalam Upaya Perbaikan Urutan Pemberian Materi
IPBA Pada KTSP. Penelitian dan Pendidikan MIPA, 159.

Tayubi, R. Y. (2005). Identifikasi Miskonsepsi Pada Konsep-Konsep Fisika Menggunakan


Certainty of Response Index (CRI). Inovasi dan Pembelajaran Fisika, 24.

Anda mungkin juga menyukai