OLEH :
NIM : E1Q019032
UNIVERSITAS MATARAM
2022
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................... i
Daftar Isi......................................................................................................................... ii
2.5 Kaitan Antara Model Pembelajaran Discovery dan Inkuiri Terbimbing dengan
Metode Eksperimen.............................................................................................
PENDAHULUAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, adapun tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh model pembelajaran discovery berbasis eksperimen terhadap
hasil belajar fisika siswa.
2. Mengetahui pengaruh model pembelajaran discovery berbasis eksperimen terhadap
sikap ilmiah siswa.
3. Mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis eksperimen
terhadap hasil belajar fisika siswa.
4. Mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis eksperimen
terhadap sikap ilmiah siswa.
5. Mengetahui pengaruh model pembelajaran discovery dan inkuiri terbimbing berbasis
eksperimen terhadap hasil belajar fisika siswa.
6. Mengetahui pengaruh model pembelajaran discovery dan inkuiri terbimbing berbasis
eksperimen terhadap sikap ilmiah siswa
3. Sikap ilmiah siswa yang diukur dalam penelitian ini meliputi sikap ingin tahu,
respek terhadap data, berpikir kritis, penemuan dan kreativitas, berpikiran terbuka
dan kerjasama, ketekunan, dan peka terhadap lingkungan sekitar.
4. Hasil belajar yang dianalisis adalah hasil belajar dalam ranah kognitif (C, sampai
dengan C6) menggunakan taksonomi Bloom yang sudah direvisi seperti yang
digagas oleh Anderson dan Krathwohl.
Agar pemahaman penelitian ini terfokus pada apa yang dimaksudkan oleh peneliti, maka
ada beberapa definisi operasional yang terkait dengan penelitian. Definisi operasional yang
dimaksud yaitu:
TINJAUAN PUSTAKA
Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam menerapkan model pembelajaran inkuiri adalah
menentukan jenis inkuiri yang tepat. Inkuiri yang relevan dengan psikologis siswa sekolah dasar
dan menengah adalah inkuiri terbimbing. Hal ini berarti dalam tahapan proses tertentu, siswa
tetap mendapatkan bimbingan dan panduan guru dalam melaksanakan proses inkuirinya (Abidin,
2014).
Pada penelitian ini digunakan sintaks model pembelajaran inkuiri terbimbing yang dapat
dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
1. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja keras atas inisiatifnya sendiri, bersikap
obyektif, jujur, dan terbuka.
2. Mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
3. Mendorong siswa untuk merumuskan hipotesisnya sendiri.
Dari beberapa definisi yang disebut di atas, peneliti meyimpulkan bahwa model pembelajaran
inkuiri terbimbing merupakan suatu model pembelajaran yang mengacu pada keterampilan
dengan bimbingan guru dan menempatkan siswa sebagai subjek belajar yang aktif, tahap-tahapan
dalam kegiatan pembelajarannya meliputi menetapkan masalah, merumuskan hipotesis,
melaksanakan penelitian/eksperimen, mengolah dan menganalisis data, menguji hipotesis,
membuat kesimpulan umum, dan menyajikan hasil.
Eksperimen merupakan metode mengajar yang sangat efektif, sebab membantu para siswa
untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta (data) yang benar (Sudjana,
2011). Metode eksperimen merupakan penyampaian materi pelajaran melalui latihan yang
menggunakan alat ukur, bahan percobaan, dan perangkat percobaan yang dilakukan oleh siswa,
baik secara individual maupun kelompok untuk membuktikan atau menemukan konsep. prinsip,
teori, asas, atau hukum-hukum fisika. Dalam pelaksanaan metode eksperimen, diperlukan
petunjuk, pedoman, atau penuntun praktikum (Faizi, 2013).
pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen mempunyai 3 langkah, yaitu
persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi/tindak lanjut eksperimen (Djamarah dan Zain, 2006).
Metode Eksperimen memiliki beberapa keunggulan seperti yang dikemukakan oleh Faizi (2013),
yaitu:
1. Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan pecobaannya
sendiri daripada hanya menerima kata guru atau membaca buku.
2. Siswa dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi)
tentang ilmu dan teknologi.
3. Menumbuhakan dan membina manusia, sehingga dapat membawa terobosan terobosan
baru dengan penemuan hasil percobaan yang bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
Dari beberapa definisi yang disebut, metode eksperimen merupakan metode penyajian
pembelajaran dengan siswa melakukan percobaan agar mengalami dan membuktikan sendiri
sesuatu yang dipelajari.
2.5 Kaitan antara Model Pembelajaran Discovery dan Inkuiri Terbimbing dengan Metode
Eksperimen.
1. Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen. Mereka harus memahami
masalah yang dibuktikan dengan eksperimen.
2. Memberikan penjelasan kepada siswa tentang alat-alat atau media yang digunakan, baik
dari segi fungsi maupun prosedur pemakaian alat-alat tersebut.
3. Selama eksperimen berlangsung, guru harus mendampingi dan mengawasi pekerjaan siswa.
Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang jalannya eksperimen.
4. Setelah eksperimen selesai, guru harus mengumpulkan hasil percobaan siswa,
mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau sekedar tanya jawab.
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah
pengetahuannya dan sikap (Sudjana, 2011). Sedangkan Prastowo (2013) mendefinisikan bahwa
belajar adalah suatu proses tidak terlihat yang dilakukan dalam mental seseorang dalam
interaksinya dengan lingkungan sekitar, sehingga menimbulkan perubahan perilaku, baik
perubahan pada aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor yang bersifat positif.
Suprijono (2012) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Selaras dengan pendapat dari
Suprijono, Trianto (2012) mendefinisikan hasil belajar sebagai pencapaian kompetensi-
kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang
diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak, hasil belajar merupakan akibat dari suatu
proses belajar. Bloom dalam Sudjana (2011) mengemukakan bahwa terdapat tiga aspek hasil
belajar, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Berikut ini dikemukakan unsur-unsur yang
terdapat dalam ketiga aspek hasil belajar tersebut.
2.6.1 Aspek Kognitif (Penguasaan Intelektual)
Dari beberapa definisi yang disebut, sikap ilmiah merupakan sikap yang diperlihatkan oleh
siswa ketika mereka terlibat dalam ilmu alamiah seperti melakukan kegiatan percobaan, sikap
ilmiah ini berupa sikap ingin tahu, respek terhadap data, berpikir kritis, penemuan dan kreativitas,
berpikiran terbuka dan kerjasama, ketekunanan, dan peka terhadap lingkungan sekitar.
Keterangan:
A = Variabel yang diukur
B = Model Pembelajaran
Penelitian ini dilaksanakan pada saat Kegiatan Belajar Mengajar, jam 08:00-selesai.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 6 Mataram semester
genap tahun ajaran 2022/2023 .
Sampel dalam penelitian ini ada dua kelas, yaitu kelas X-10 sebagai kelas eksperimen
I dan kelas X-11 sebagai kelas eksperimen II dengan cara pengambilan sampel
menggunakan teknik cluster random sampling, yakni dengan mengambil sampel dari
populasi yang dilakukan secara acak pada kelompok-kelompok kecil (cluster) bukan pada
individu.
3.6 Rancangan Penelitian
Penelitan ini dilakukan tiga tahap, yakni tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.
Pada tahap persiapan, Peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan pada saat
penelitian, diantaranya:
1. Studi literatur atau pustaka untuk memperoleh berbagai macam teori tentang penelitian
yang dilakukan. Baik dari segi metodologi, pembelajaran, permasalahan yang dibahas
dalam penelitian, maupun materi atau pokok bahasan yang diajarkan menggunakan
model pembelajaran discovery dan inkuiri terbimbing berbasis eksperimen.
2. Menentukan sekolah yang dijadikan tempat penelitian.
3. Mendatangi sekolah yang dijadikan tempat penelitian.
4. Melakukan pengamatan langsung pembelajaran di kelas yang dilakukan untuk
mengetahui kondisi kelas, siswa dan pembelajaran yang biasa dilaksanakan.
5. Melakukan observasi terhadap populasi dan sampel.
6. Melakukan wawancara dengan guru.
7. Melakukan telaah kurikulum SMA untuk menentukan materi pokok yang akan
diajarkan dengan model pembelajaran discovery dan inkuiri terbimbing berbasis
eksperimen.
8. Menyusun proposal penelitian, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan
instrumen penelitian.
9. Mengkonsultasikan instrumen penelitian kepada dosen pembimbing untuk validasi ahli.
Setelah tahap persiapan selesai, maka dilanjutkan ke tahapan berikutnya yakni tahap
pelaksanaan penelitian. Tahap ini dilaksanakan dalam beberapa langkah berikut ini:
Abidin, Y. 2014. Desain Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: PT Refika
Aditama.
Anderson, LW dan Krathwohl, DR. 2010. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran,
dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Anwar, H. 2009. Penilaian Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pelangi Ilmu, 2(5):
103-114.
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Djamarah, S.B dan
Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar Jakarta: PT Rineka Cipta..
Faizi, M. 2013. Ragam Metode Mengajarkan Eksakta pada Murid. Yogyakarta: DIVA press.
Fakhruddin. 2010. Sikap Ilmiah Siswa dalam Pembelajaran Fisika dengan Media Komputer
Melalui Model Kooperatif Tipe STAD Pada Siswa Kelas X3 SMA Negeri Bangkinan
Barat Jurnal Geliga Sains.Universitas Riau.
Hake, R. 1999. Analyzing Change/Gain Scores. USA.
Huda, M. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jauhar, M. 2011. Implementasi Paikem dari Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Behavioristik Sampai
Koasih, E. 2014. Strategi Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: Yrama Widya Kurniasih, I dan
Sani, B. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Yogyakarta: Kata Pena.
Maretasari, E. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium
untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Sikap Ilmiah Siswa Unnes Physics Education
Journal. Universitas Negeri Semarang 2004, Kapita Selekta Pembelajaran
Fisika .Jakarta.
Prasetyo, Z. Universitas Terbuka. Prastowo, A. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik.
Jogjakarta: DIVA Press.
Riduwan. 2012. Dasar-dasar Statistika Bandung: Alfabeta Roestiyah. 2012. Strategi Belajar
Mengajar Jakarta: PT Rineka Cipta.
Setyosari, P. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:
Kencana Sudjana, N. 2011. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensido.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung Alfabeta 2014.
Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta.
Suprihatiningrum, J. 2013 Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-ruz Media.
Suprijono, A. 2012 Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Trianto, 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher.
...............2012 Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam
KTSP. Jakarta: Bumi Aksara.
Widiadnyana. 2014. Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Pemahaman Konsep IPA
dan Sikap Ilmiah Siswa SMP. Jurnal Program Pascasarjana Program Studi IPA.
Universitas Pendidikan Ganesha.
Wijaya, T. 2010. Analisis Multivariat; Teknik Olah Data untuk Skripsi, Tesis, dan Disertasi
Menggunakan SPSS. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Yuliani, H. 2012. Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses dengan Metode
Eksperimen dan Demonstrasi Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Kemampuan Analisis.
Jurnal Inkuiri. Universitas Sebelas Maret.