Anda di halaman 1dari 26

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY BERBASIS EKSPERIMEN

TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DAN SIKAP ILMIAH SISWA

Disusun Oleh :

JULIA RAHMANIA PUTRI ( E1Q019032 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2022
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................................... i

Daftar Isi......................................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................

1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................

1.4 Manfaat Hasil Penelitian.....................................................................................

1.5 Batas Maslah........................................................................................................

1.6 Definisi Operasional...........................................................................................

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................

2.1 Model Pembelajrana..........................................................................................

2.2 Model Pembelajaran Discovery.........................................................................

2.3 Metode Eksperimen............................................................................................

2.4 Kaitan Antara Model Pembelajaran Discovery dengan Metode Eksperimen....

2.5 Hasil Belajar Siswa..............................................................................................

2.6 Kerangka Berpikir..............................................................................................

2.7 Sikap Ilmiah.........................................................................................................

2.8 Hipotesis................................................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................................

3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................................


3.2 Variabel Penelitian ...............................................................................................

3.3 Desain Penelitian ...............................................................................................

3.4 Waktu dan Tempat Penelitian............................................................................

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian..........................................................................

3.6 Rancangan Penelitian ..........................................................................................

3.7 Instrumen Penelitian............................................................................................

3.8 Teknik Analisi Data..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fisika merupakan ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi,
perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen,
penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Dapat dikatakan bahwa hakikat
fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala- gejala melalui serangkaian proses
yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya
terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep,
prinsip, dan teori yang berlaku secara universal (Trianto, 2012). Hakikat fisika dalam
pembelajaran yang dibangun atas dasar sikap ilmiah akan mudah dipahami jika siswa tertarik
dengan pembelajaran fisika. Ketika siswa merasa tertarik dengan pembelajaran fisika, maka
siswa akan semangat untuk belajar sehingga mampu menghadapi kesulitan yang menghadang
dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Keberhasilan pencapaian tujuan yang diharapkan terutama ditentukan oleh pembelajaran
yang dialami siswa dengan ketepatan model pembelajaran yang digunakan oleh guru ketika
pembelajaran fisika. Siswa yang belajar dengan model pembelajaran yang tepat akan
mengalami perubahan ke arah yang lebih baik, baik dari segi pengetahuan, keterampilan,
maupun sikap. Namun pada penerapannya di sekolah, guru jarang menerapkan model
pembelajaran yang bervariasi dan inovatif yang membuat siswa aktif dan senang untuk
mempelajari fisika.
Berdasarkan hasil observasi peneliti melalui wawancara dengan salah seorang guru dan
beberapa siswa SMAN tahun pelajaran 2022/2023, bahwa metode yang digunakan dalam
pembelajaran fisika yaitu metode ceramah, metode diskusi, dan metode eksperimen. Namun
model pembelajaran yang lebih sering digunakan adalah model pembelajaran konvensional
sehingga di dalam proses pembelajaran masih didominasi oleh peran aktif guru yang
menyampaikan materi dan siswa hanya sebagai penerima atau bersifat pasif. Selain itu,
permasalahan juga terdapat pada siswa karena beberapa siswa malas bertanya jika tidak
mengerti materi yang diajarkan. Hal ini berdampak pada hasil belajar fisika siswa yang
rendah.
Menyikapi permasalahan tersebut, peneliti menawarkan suatu alternatif solusi
pembelajaran yang mengedepankan pembelajaran yang berpusat pada siswa, yakni dengan
menerapkan model pembelajaran discovery dan inkuiri terbimbing berbasis eksperimen. Di
dalam model pembelajaran discovery dan inkuiri terbimbing, guru bersifat sebagai fasilitator,
artinya siswa yang aktif untuk menemukan suatu pemecahan dalam permasalahan fisika dan
guru sebagai petunjuk jalan dan pembimbing siswa menuju pemecahan masalah tersebut
sehingga diharapkan hasil belajar fisika siswa meningkat dan sikap ilmiahnya berkembang.
Model pembelajaran discovery, guru memberikan suatu permasalahan tentang
pembelajaran dan siswa mencari solusinya, permasalahan yang diberikan oleh guru
merupakan permasalahan yang sudah diketahui oleh guru penyelesaiannya Kurniasih dan
Sani (2014) memaparkan bahwa model pembelajaran discovery merupakan model
pembelajaran dengan sintaknya yaitu stimulation (stimulasi), problem statement (identifikasi
masalah), data collection (pengumpulan data), data processing (pengolahan data), verification
(pembuktian), dan generalization (generalisasi). Dalam penelitian ini, diberikan eksperimen
supaya siswa merasa senang dalam belajar fisika, model pembelajaran discovery sangat
cocok jika dipadukan dengan metode eksperimen, sesuai dengan sintak model pembelajaran
discovery, yaitu setelah sintak problem statement maka siswa mencari penyelesaian dari
masalah yang diberikan melalui eksperimen sehingga untuk sintak selanjutnya pada model
pembelajaran discovery dapat diperoleh dari hasil eksperimen.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing, guru memberikan bimbingan terhadap siswa
tentang gambaran permasalahan fisika dalam kehidupan, artinya guru tidak secara langsung
memberikan rumusan masalah kepada siswa, siswa harus memahami dan menghayati
gambaran permasalahan yang disampaikan oleh guru sehingga bisa mendapatkan rumusan
masalahnya dan mencari penyelesaian dari rumusan masalah yang disusunnya tersebut.
Abidin (2014) memaparkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model
pembelajaran dengan sintaknya yaitu menetapkan masalah, merumuskan hipotesis,
melaksanakan penelitian/eksperimen, mengolah dan menganalisis data, menguji hipotesis,
membuat kesimpulan umum, dan menyajikan hasil. Model pembelajaran inkuiri terbimbing
sangat cocok jika dipadukan dengan metode eksperimen, sesuai dengan sintak model
pembelajaran inkuiri terbimbing, yaitu setelah sintak merumuskan hipotesis maka siswa bisa
mencari penyelesaian dari masalah yang diberikan dengan melaksanakan eksperimen, dengan
melaksanakan eksperimen diharapkan siswa dapat memperoleh jawaban dari permasalahan
yang telah dirumuskannya.
Sejalan dengan pemecahan ini, peneliti tertarik melakukan suatu penelitian dengan
mengambil judul "Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Berbasis Eksperimen Terhadap
Hasil Belajar Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa".

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat disusun
perumusan masalah dalam pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran discovery berbasis eksperimen
terhadap hasil belajar fisika siswa?
2. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran discovery berbasis eksperimen
terhadap sikap ilmiah siswa?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, adapun tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh model pembelajaran discovery berbasis eksperimen terhadap
hasil belajar fisika siswa.
2. Mengetahui pengaruh model pembelajaran discovery berbasis eksperimen terhadap
sikap ilmiah siswa.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan positif di dalam
pembelajaran fisika di kelas. Manfaat yang dapat diambil, antara lain :
1.4.1 Bagi Siswa
Meningkatkan hasil belajar fisika, melatih siswa dalam berkomunikasi dan
berinteraksi dengan temannya.
1.4.2 Bagi Guru
Sebagai bahan masukan agar dapat menggunakan model pembelajaran discovery dan
inkuiri terbimbing untuk mengaktifkan siswa di dalam proses pembelajaran.
1.4.3 Bagi Peneliti
Mendapatkan pengalaman langsung dalam penggunaan model pembelajaran discovery
dan inkuiri terbimbing.
1.4.4 Bagi Mahasiswa
Melengkapi bahan pustaka sebagai penunjang kegiatan penelitian bagi mahasiswa yang
mengambil kajian yang sama dengan peneliti.

1.5 Batasan Masalah


Agar penelitian ini terfokus pada ruang lingkup pelaksanaan dan dibatasi pada
pembahasaannya, maka perlu ditegaskan bahwa batasan masalah pada penelitian ini, adalah:
1. Siswa yang diteliti adalah siswa kelas X SMAN Semester Kedua Tahun Ajaran
2021/2022.
2. Materi pokok yang diajarkan pada saat penelitian adalah Kalor.
1) Standar Kompetensi
4. Menganalisis konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai
perubahan energi.
2) Kompetensi Dasar
4.1. Menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat.
4.2. Menganalisis cara perpindahan kalor.
4.3. Menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah

3. Sikap ilmiah siswa yang diukur dalam penelitian ini meliputi sikap ingin tahu,
respek terhadap data, berpikir kritis, penemuan dan kreativitas, berpikiran terbuka
dan kerjasama, ketekunan, dan peka terhadap lingkungan sekitar.

4. Hasil belajar yang dianalisis adalah hasil belajar dalam ranah kognitif (C, sampai
dengan C6) menggunakan taksonomi Bloom yang sudah direvisi seperti yang
digagas oleh Anderson dan Krathwohl.

1.6 Definisi Operasional

Agar pemahaman penelitian ini terfokus pada apa yang dimaksudkan oleh peneliti, maka
ada beberapa definisi operasional yang terkait dengan penelitian. Definisi operasional yang
dimaksud yaitu:
1. Model pembelajaran discovery merupakan suatu model pembelajaran dalam
proses pembelajarannya pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk
finalnya, tetapi diharapkan menggunakan pikirannya untuk menemukan konsep
atau prinsip.
2. Metode eksperimen merupakan metode penyajian pembelajaran dengan siswa
melakukan percobaan agar membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
3. Sikap ilmiah merupakan sikap yang diperlihatkan oleh siswa ketika mereka
terlibat dalam ilmu alamiah saat melakukan kegiatan eksperimen.
4. Hasil belajar fisika siswa adalah perubahan, sikap, pengetahuan, dan keterampilan
siswa setelah melaksanakan proses pembelajaran fisika dengan menggunakan
model pembelajaran discovery dan inkuiri terbimbing yang diukur dengan
instrumen penilaian.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Model Pembelajaran


Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Melalui model pembelajaran guru
dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan
mengekspresikan ide. Selain itu, model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi
para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar
(Suprijono, 2012).
Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu konsep yang membantu menjelaskan
proses pembelajaran, baik menjelaskan pola pikir maupun pola tindakan pembelajaran
tersebut. Model pembelajaran berada pada lingkup terluar dari pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran (Abidin, 2013). Sejalan dengan hal tersebut, Huda (2013)
mengungkapkan bahwa model pembelajaran harus dianggap sebagai kerangka kerja
struktural yang juga dapat digunakan sebagai pemandu untuk mengembangkan lingkungan
dan aktivitas belajar yang kondusif (Huda, 2013).
Dari beberapa definisi yang disebut di atas, model pembelajaran adalah suatu pola yang
digunakan sebagai pemandu dalam merancang pembelajaran secara sistematis dalam
mencapai tujuan belajar yang diharapkan.

2.2 Model Pembelajaran Discovery


Model pembelajaran discovery merupakan model pembelajaran yang mengarahkan
siswa untuk menemukan sesuatu melalui proses pembelajaran, pada model ini siswa
dibiasakan untuk menjadi seorang saintis (Koasih, 2014). Sedangkan Faizi (2013)
menyatakan bahwa discovery adalah proses mental apabila anak atau individu
mengasimilasi konsep-konsep dan prinsip-prinsip belajar menggunakan pikiran untuk
menemukan. Melalui pembelajaran penemuan (discovery), diharapkan siswa terlibat dalam
penyelidikan suatu hubungan, mengumpulkan data, dan menggunakannya untuk
menemukan hukum atau prinsip yang berlaku pada kejadian tersebut (Suprihatiningrum,
2013). Kurniasih dan Sani (2014) memaparkan Sintak model pembelajaran discovery
sebagai berikut:
1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Stimulasi pada tahap
ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat
mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan.
2. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,
kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban
sementara atas pertanyaan masalah).
3. Data collection (pengumpulan data)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis.
4. Data processing (pengolahan data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah
diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya,
setelah itu ditafsirkan, kemudian semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, bahkan
bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan
tertentu.
5. Verification (pembuktian).
Pada tahap ini peserta didik melakukan pemerikasaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan semua
alternatif, dihubungkan dengan hasil pengolahan data. 6. Generalization (menarik
kesimpulan/generalisasi) Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses
menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk
semua kejadian atau masalah yang sama dengan memperhatikan hasil verifikasi.
Pada penelitian ini digunakan sintaks model sebagai berikut :
Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Discovery
Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Stimulasi Guru mengajukan pertanyaan Siswa memberi berbagai jawaban atas
(permasalahan ). pertanyaan yang diajukan oleh guru.
2. Identifikasi Guru membimbing siswa Siswa mengidentifikasi sebanyak
masalah untuk mengidentifikasi mungkin masalah yang relavan dengan
sebanyak mungkin masalah bahan pelajaran dan mengemukakan
yang relavan dengan bahan hipotesisnya.
plajaran dan pembentukan
hipotesis.
3. Pengumpula Guru membagi siswa dalam siswa duduk berkelompok dan
n Data kelompok dan memberi mengumpulkan informasi atau data
kesempatan kepada siswa untuk membuktikan benar atau
untuk mengumpulkan tidaknnya hipotesis melalui
informasi/data untuk eksperimen.
membuktikan benar atau
tidaknnya hipotesis melalui
eksperimen.
4. Pengelolaan Guru membimbing siswa Siswa mengolah data yang diperoleh
Data untuk mengelola data yang dari percobaan yang telah dilakukan.
diperoleh dari percobaan
yang telah dilakukan.
5. Verifikasi Guru membimbing siswa Siswa melakukan pemeriksaan secara
dalam melakukan cermat untuk membuktikan benar atau
pemeriksaan secara cermat tidaknnya hipotesis yang ditetapkan.
untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis yang
telah ditetapkan.
6. Generalisasi Guru membimbing dan Siswa menarik kesimpulan yang
memotivasi siswa dalam didapat berdasarkan hasil percobaan
membuat kesimpulan. dengan memperhatikan hasil verifikasi.

Model pembelajaran discovery memiliki beberapa keunggulan seperti yang


dikemukakan oleh Prasetyo (2004). Adapun keunggulan dari model pembelajaran
discovery antara lain:
1. Siswa memperoleh pengetahuan bersifat individual sehingga lebih kokoh
tertanam pada jiwanya.
2. Memperkuat kepercayaan pada diri siswa dalam proses penemuan.
3. Siswa memperoleh kesempatan untuk berkembang dan maju sesuai dengan
kemampuannya.
Dari beberapa definisi yang disebut di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
model pembelajaran discovery merupakan suatu model pembelajaran dalam proses
pembelajarannya pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya,
tetapi diharapkan menggunakan pikirannya untuk menemukan konsep.

2.3 Metode Eksperimen

Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajianpelajaran, yaitu siswa melakukan


percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses
belajar mengajar dengan metode percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri
atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis,
membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek atau keadaan (Djamarah
dan Zain, 2006)..

Eksperimen merupakan metode mengajar yang sangat efektif, sebab membantu para siswa
untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta (data) yang benar (Sudjana,
2011). Metode eksperimen merupakan penyampaian materi pelajaran melalui latihan yang
menggunakan alat ukur, bahan percobaan, dan perangkat percobaan yang dilakukan oleh siswa,
baik secara individual maupun kelompok untuk membuktikan atau menemukan konsep. prinsip,
teori, asas, atau hukum-hukum fisika. Dalam pelaksanaan metode eksperimen, diperlukan
petunjuk, pedoman, atau penuntun praktikum (Faizi, 2013).
pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen mempunyai 3 langkah, yaitu
persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi/tindak lanjut eksperimen (Djamarah dan Zain, 2006).
Metode Eksperimen memiliki beberapa keunggulan seperti yang dikemukakan oleh Faizi (2013),
yaitu:

1. Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan pecobaannya
sendiri daripada hanya menerima kata guru atau membaca buku.
2. Siswa dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi)
tentang ilmu dan teknologi.
3. Menumbuhakan dan membina manusia, sehingga dapat membawa terobosan terobosan
baru dengan penemuan hasil percobaan yang bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.

Dari beberapa definisi yang disebut, metode eksperimen merupakan metode penyajian
pembelajaran dengan siswa melakukan percobaan agar mengalami dan membuktikan sendiri
sesuatu yang dipelajari.

2.4 Kaitan antara Model Pembelajaran Discovery dengan Metode Eksperimen.

Apabila pembelajaran discovery di kombinasikan dengan eksperimen, diharapkan dapat lebih


mengefektifkan pembelajaran di kelas. Pada kegiatan discovery, siswa dituntut memecahkan
masalah melalui eksperimen. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Djamarah (2006) bahwa
metode eksperimen (percobaan) merupakan cara penyajian pelajaran, siswa melakukan
percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.Diungkapkan
pula oleh Faizi (2013) beberapa prosedur dalam teknik eksperimen yang hampir sama
pelaksanaannya dalam model discovery yakni:

1. Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen. Mereka harus memahami
masalah yang dibuktikan dengan eksperimen.
2. Memberikan penjelasan kepada siswa tentang alat-alat atau media yang digunakan, baik
dari segi fungsi maupun prosedur pemakaian alat-alat tersebut.
3. Selama eksperimen berlangsung, guru harus mendampingi dan mengawasi pekerjaan siswa.
Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang jalannya eksperimen.
4. Setelah eksperimen selesai, guru harus mengumpulkan hasil percobaan siswa,
mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau sekedar tanya jawab.
Dari pemaparan tersebut, terlihat keunggulan-keunggulan yang ditawarkan oleh model
discovery berbasis eksperimen tersebut, diantaranya:

1. Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalahnya.


2. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya.
3. Adanya tanggung jawab dalam kelompok untuk menyelesaikan permasalahannya secara
ilmiah (pembuktian melalui eksperimen).
4. Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok, sehingga siswa lebih aktif
dalam berpikir dan berbuat.

2.5 Hasil Belajar Fisika

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah
pengetahuannya dan sikap (Sudjana, 2011). Sedangkan Prastowo (2013) mendefinisikan bahwa
belajar adalah suatu proses tidak terlihat yang dilakukan dalam mental seseorang dalam
interaksinya dengan lingkungan sekitar, sehingga menimbulkan perubahan perilaku, baik
perubahan pada aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor yang bersifat positif.

Suprijono (2012) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Selaras dengan pendapat dari
Suprijono, Trianto (2012) mendefinisikan hasil belajar sebagai pencapaian kompetensi-
kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang
diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak, hasil belajar merupakan akibat dari suatu
proses belajar. Bloom dalam Sudjana (2011) mengemukakan bahwa terdapat tiga aspek hasil
belajar, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Berikut ini dikemukakan unsur-unsur yang
terdapat dalam ketiga aspek hasil belajar tersebut.

2.5.1 Aspek Kognitif (Penguasaan Intelektual)

1. Pengetahuan hafalan merupakan pengetahuan yang perlu diingat kembali.


2. Pemahaman merupakan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep.
3. Aplikasi merupakan kesanggupan menerapkan suatu konsep, ide, rumus, hukum
dalam situasi yang baru.
4. Analisis merupakan kesanggupan memecah, mengurai suatu integritas (kesatuan yang
utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti atau mempunyai
tingkatan atau hirarki.
5. Sintesis merupakan kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu
integritas.
6. Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu
berdasarkan kriteria yang dipakainya.

2.5.2 Aspek Afektif (Berhubungan dengan Sikap dan Nilai)

1. Receiving, yakni kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang
datang pada siswa.
2. Responding, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulasi yang datang
dari luar.
3. Valuing, yakni berkenaan dengan nilai daan kepercayaan terhadap gejala atau
stimulasi.
4. Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam satu sistem organisasi,termasuk
menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lain dan kemantapan,dan prioritas nilai
yang telah dimilikinya.
5. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan dari semua sistem nilai
yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah
lakunya.
2.5.3 Aspek Psikomotor
1. Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).
2. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
3. Kemampuan konseptual termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan
auditif motorik dan lain-lain.
4. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan dan ketepatan.
5. Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan
yang kompleks.
6. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi seperti gerakan ekspersif. Dimensi
hasil belajar pada ranah kognitif (C1 sampai dengan C6) menggunakan taksonomi
Bloom yang sudah direvisi seperti yang digagas oleh Anderson dan Krathwohl (2010)
adalah sebagai berikut:
 Mengingat yaitu mengambil pengetahuan dan memori jangka panjang.
 Memahami yaitu mengkonstruk makna dari materi pembelajaran, termasuk
apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru.
 Mengaplikasikan yaitu menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam
keadaan tertentu.
 Menganalisis yaitu memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya
dan menentukan hubungan-hubungan antara bagian itu dan hubungan antara
bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan.
 Mengevaluasi yaitu mengambil keputusan berdasarkan kriteria atau standar.
 Mencipta yaitu memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang
baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal.

2.6 Sikap Ilmiah
Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek
tersebut (Suprijono, 2012). Sikap dapat dipelajari dan dapat diubah melalui proses belajar
Sudjana (2011). Sikap ilmiah merupakan salah satu bentuk kecerdasan yang dimiliki oleh setiap
individu. Dalam pembelajaran sikap ilmiah siswa sangat diperlukan sikap rasa ingin tahu,
bekerja sama secara terbuka, bekerja keras, bertanggung jawab, kepedulian, kedisiplinan, dan
kejujuran. Ini dikarenakan dengan sikap ilmiah tersebut pembelajaran akan berjalan dengan baik,
sehingga mencapai tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang diinginkan, yaitu siswa
diharapkan mampu aktif dan kreatif dalam pembelajaran (Fakhruddin, 2010). Sikap ilmiah pada
dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para ilmuwan saat siswa melakukan kegiatan
sebagai seorang ilmuwan (Yuliani, 2012).
Pengukuran sikap ilmiah siswa didasarkan pada pengelompokkan sikap sebagai dimensi sikap
selanjutnya dikembangkan indikator-indikator sikap untuk setiap dimensi sehingga memudahkan
menyusun butir instrumen sikap ilmiah. dikembangkan oleh Harlen (Anwar, 2009) yang dapat
dilhat pada tabel 2.3.
2.3 Tabel Dimensi dan Indikator Sikpa Ilmiah
No Dimensi Indikator
1 Sikap Ingin tahu Antusias mencari jawaban.
Perhatian pada objek yang diamati.
Antusisas pada proses sains.
Menanyakan setiap langkah kegiatan .
2 Sikap respek terhadap Obyektif/jujur.
data/fakta. Tidak memanipulasi data.
Tidak purbasangka.
Mengambil keputusan sesuai fakta.
Tidak mencampur fakta dengan pendapat.
3 Sikap berpikir kritis Meragukan temuan teman.
Menanyakan setiap perubahan/hal baru.
Mengulangi kegiatan yang dilakukan.
Tidak mengabaikan data meskipun kecil.
4 Sikap penemuan dan Menggunakan fakta-fakta untuk dasar konklusi.
kreativitas Menunjukan laporan berebda dengan teman kelas.
Merubah pendapat dalam merespon terhadap fakta.
Menggunakan alat tidak seperti biasannya.
Menyarankan percobaan-percobaan baru.
Menguraikan konklusi baru hasil pengamatan.
5 Sikap berpikir terbuka Menghargai pendapat/temuan orang lain.
dan kerjasama Mau merubah pendapat jika data kurang.
Menerima saran dari teman.
Tidak merasa selalu benar.
Mengangggap setiap kesimpulan adalah tentatif.
Berpartisipasi aktif dalam kelompok.
6 Sikap ketekunan Melanjutkan meneliti sesudah kebaruannya hilang.
Mengulangi percobaan meskipun berakibat kegagalan.
Kelasannya selesai lebih awal.
7 Sikap peka terhadap Perhatian terhadap peristiwa kelas.
lingkungan. Partisipasi pada kegiatan sosial.
Menjaga kebersihan lingkungan sekolah

Dari beberapa definisi yang disebut, sikap ilmiah merupakan sikap yang diperlihatkan oleh
siswa ketika mereka terlibat dalam ilmu alamiah seperti melakukan kegiatan percobaan, sikap
ilmiah ini berupa sikap ingin tahu, respek terhadap data, berpikir kritis, penemuan dan kreativitas,
berpikiran terbuka dan kerjasama, ketekunanan, dan peka terhadap lingkungan sekitar.

2.7 Kerangka Berpikir


Dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran fisika, tidak terlepas dari suatu model yang
akan diterapkan pada proses pembelajaran tersebut. Keberhasilan suatu proses pembelajaran
sangat ditentukan oleh berbagai komponen, diantaranya siswa, guru, sarana dan prasarana serta
model pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran discovery yang dikombinasikan dengan metode eksperimen. Peneliti menerapkan
pembelajaran discovery berbasis eksperimen di kelas eksperimen I.
Harapan peneliti dengan menerapkan model pembelajaran ini sehingga dapat lebih
mengefektifkan pembelajaran di kelas. Penggunaan dari model pembelajaran tersebut tentunya
diharapkan dapat mengembangkan sikap ilmiah dan meningkatkan hasil belajar fisika siswa.
2.8 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho1, Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran discovery berbasis eksperimen terhadap hasil
belajar fisika siswa.
Ho2, Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran discovery berbasis eksperimen terhadap sikap
ilmiah siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu Menurut Setyosari
(2013), pada penelitian eksperimen semu, peneliti tidak memiliki keleluasaan untuk
memanipulasi subjek, artinya random kelompok biasanya dipakai sebagai dasar untuk
menetapkan sebagai kelompok perlakuan dan kontrol.

3.2 Variabel Penelitian


Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian
(Setyosari, 2013). Variabel dalam penelitian, yaitu:
1. Variabel Bebas adalah model pembelajaran discovery dan inkuiri terbimbing berbasis
eksperimen.
2. Variabel Terikat adalah hasil belajar fisika dan sikap ilmiah siswa.
3. Variabel kontrol adalah materi, instrumen, penilaian, waktu, dan jam pelajaran

3.3 Desain Penelitian


Desain penelitian yang digunakan adalah factorial design 2×2, factorial design ini digunakan
apabila peneliti mempertimbangkan variabel bebas lain (biasanya variabel moderator) dalam
penelitiannya (Setyosari, 2013). Factorial design 2-2 dapat digambarkan seperti pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Desain Faktorial

B Model Pembelajaran (B)


A Discovery Berbasis Eksperimen (B1)

Hasil Belajar
Diukur Fisika (A10 A1B1
(A) Sikap Ilmiah (A2)
A2B1
Keterangan:

A = Variabel yang diukur

A1=Hasil belajar fisika

A2= Sikap ilmiah siswa

B = Model Pembelajaran

B₁ = Model pembelajaran discovery berbasis eksperimen

3.4 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan berdasarkan waktu dan tempat sebagai berikut:

3.4.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada saat Kegiatan Belajar Mengajar, jam 08:00-selesai.

3.4.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 6 Mataram.

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dan sampel penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:

3.5.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 6 Mataram semester
genap tahun ajaran 2022/2023 .

3.5.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini ada dua kelas, yaitu kelas X-10 sebagai kelas eksperimen
I dan kelas X-11 sebagai kelas eksperimen II dengan cara pengambilan sampel
menggunakan teknik cluster random sampling, yakni dengan mengambil sampel dari
populasi yang dilakukan secara acak pada kelompok-kelompok kecil (cluster) bukan pada
individu.

3.6 Rancangan Penelitian

Penelitan ini dilakukan tiga tahap, yakni tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.

3.6.1 Tahap persiapan

Pada tahap persiapan, Peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan pada saat
penelitian, diantaranya:

1. Studi literatur atau pustaka untuk memperoleh berbagai macam teori tentang penelitian
yang dilakukan. Baik dari segi metodologi, pembelajaran, permasalahan yang dibahas
dalam penelitian, maupun materi atau pokok bahasan yang diajarkan menggunakan
model pembelajaran discovery dan inkuiri terbimbing berbasis eksperimen.
2. Menentukan sekolah yang dijadikan tempat penelitian.
3. Mendatangi sekolah yang dijadikan tempat penelitian.
4. Melakukan pengamatan langsung pembelajaran di kelas yang dilakukan untuk
mengetahui kondisi kelas, siswa dan pembelajaran yang biasa dilaksanakan.
5. Melakukan observasi terhadap populasi dan sampel.
6. Melakukan wawancara dengan guru.
7. Melakukan telaah kurikulum SMA untuk menentukan materi pokok yang akan
diajarkan dengan model pembelajaran discovery dan inkuiri terbimbing berbasis
eksperimen.
8. Menyusun proposal penelitian, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan
instrumen penelitian.
9. Mengkonsultasikan instrumen penelitian kepada dosen pembimbing untuk validasi ahli.

3.6.2 Tahap pelaksanaan

Setelah tahap persiapan selesai, maka dilanjutkan ke tahapan berikutnya yakni tahap
pelaksanaan penelitian. Tahap ini dilaksanakan dalam beberapa langkah berikut ini:

1. Melakukan uji coba instrumen pada kelas yang berbeda.


2. Menganalisis hasil uji coba instrumen yang meliputi validitas angket, reliabilitas
angket, validitas soal, reliabilitas soal, tingkat kesukaran soal, dan daya pembeda soal.
3. Menentukan sampel penelitian yang terdiri dari dua kelas yakni kelas eksperimen I
dan kelas eksperimen II.
4. Memberikan angket awal dan pretest bagi kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II
5. Memberikan treatment pada kedua kelas. Pada kelas eksperimen I diterapkan model
pembelajaran discovery berbasis eksperimen sedangkan pada kelas eksperimen II
diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis eksperimen
6. Memberikan posttest bagi kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II 3.6.3 Tahap
akhir
Pada tahap yang terakhir, dilakukan analisis pengambilan kesimpulan sebagai berikut:
1. Mengolah data hasil angket awal, pretest, dan posttest.
2. Menganalisis dan membahas temuan penelitian.
3. Menarik kesimpulan.
4. Memberikan saran-saran sebagai bahan perbaikan jika dilaksanakan penelitian
berikutnya atau penelitian pengembangan.

3.7 Instrumen Penelitian


3.7.1 Instrumen Tes
Instrumen tes digunakan untuk pengambilan data hasil belajar fisika. Bentuk tes yang
digunakan adalah tes pilihan ganda dengan 5 (lima) pilihan jawaban. Butir-butir soal dalam
tes hasil belajar mencakup ranah kognitif (C1 sampai dengan C6) menggunakan taksonomi
Bloom yang sudah direvisi seperti yang digagas oleh Anderson dan Krathwohl. Sebelum
instrumen tes diberikan kepada siswa kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II,
instrumen tes terlebih dahulu diujicobakan. Instrumen tes diujicobakan kepada siswa di
SMAN 6 Mataram.
3.7.2 Instrumen Angket
Instrumen angket digunakan untuk mengukur sikap ilmiah siswa. Skala yang digunakan
adalah skala Likert dengan 4 alternatif jawaban. Dengan menggunakan skala Likert, maka
variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi yang terukur dan dapat dijadikan
titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pernyataan yang perlu dijawab oleh
responden (Sugiyono, 2012). Sebelum instrumen angket diberikan kepada siswa kelas
eksperimen I dan kelas eksperimen II, instrumen angket terlebih dahulu diujicobakan.
Instrumen angket diujicobakan kepada siswa di SMAN 6 Mataram.

3.8 Teknik Analisis Data


3.9.1 Data Hasil Belajar Ranah Kognitif dan Sikap Ilmiah Siswa
Data hasil belajar ranah kognitif dan sikap ilmiah siswa diuji menggunakan uji prasyarat
analisis untuk mengetahui apakah analisis data untuk hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak.
Beberapa uji prasyarat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
3.9.1.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal
dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dicari dengan
menggunakan persamaan Chi-kuadrat (Sugiyono, 2014):
( )
∑ (3.7)

Dimana f. menyatakan frekuensi hasil pengamatan dan fi menyatakan


frekuensi harapan berdasarkan distribusi frekuensi kurva normal teoritis
Suatudata akan terdistribusi normal jika xhung Xabet pada taraf signifikansi 5%
dengan derajat kebebasan, db-k-1, dimana k menyatakan jumlah kelas interval
Berdasarkan uji normalitas pretest, angket awal, angket akhir, dan posttest yang
telah dilakukan pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II diperoleh Xing
Xtabel untuk masing-masing instrumen sehingga disimpulkan data terdistribusi
normal.
3.9.1.2 Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang homogen. Artinya kemampuan awal siswa di dalam penelitian ini
diasumsikan sama. Untuk membuktikan ini, maka peneliti melakukan uji
homogenitas sampel pada data awal yang bertujuan untuk mengetahui apakah
pasangan kelompok data yang diuji memiliki varians yang tergolong homogen
atau tidak. Riduwan (2012) menyatakan bahwa uji homogenitas dilakukan
dengan menggunakan uji:
(3.8)

Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:


1) Jika Fhitung > Ftabel, data tidak homogen.
2) Jika Fritung ≤ Frabel, data homogen..
Berdasarkan uji homogenitas sampel pada pretest, angket awal, angket akhir,
dan posttest didapatkan nilai Fhitung <Ftabel untuk masing-masing instrumen
sehingga data dikatakan homogen.
3.9.2 Uji Normal Gain (N-Gain)
Uji N-Gain adalah suatu selisih dari hasil pretest dan posttest, dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat signifikansi peningkatan hasil belajar fisika dan sikap ilmiah
setelah diberikan perlakuan Uji N-Gain dilakukan dengan menggunakan rumus
(Hake, 1999):

(3.10)

dengan kategorisasi perolehan berikut ini:


1. G-tinggi nilai G≥ 0,70
2. G-sedang nilai 0,30 G < 0,70
3. G-rendah
nilai G < 0,30
Pada perhitungan N-Gain yang telah dilakukan diperoleh, nilai N-Gain untuk hasil
belajar fisika pada kelas eksperimen I dan eksperimen II adalah 57,92% dan 64,02%,
nilai N-Gain untuk hasil sikap ilmiah siswa pada kelas eksperimen I dan eksperimen II
adalah 26,49% dan 47,82%. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. 2014. Desain Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: PT Refika
Aditama.
Anderson, LW dan Krathwohl, DR. 2010. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran,
dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Anwar, H. 2009. Penilaian Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pelangi Ilmu, 2(5):
103-114.
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Djamarah, S.B dan
Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar Jakarta: PT Rineka Cipta..
Faizi, M. 2013. Ragam Metode Mengajarkan Eksakta pada Murid. Yogyakarta: DIVA press.
Fakhruddin. 2010. Sikap Ilmiah Siswa dalam Pembelajaran Fisika dengan Media Komputer
Melalui Model Kooperatif Tipe STAD Pada Siswa Kelas X3 SMA Negeri Bangkinan
Barat Jurnal Geliga Sains.Universitas Riau.
Hake, R. 1999. Analyzing Change/Gain Scores. USA.
Huda, M. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jauhar, M. 2011. Implementasi Paikem dari Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Behavioristik Sampai
Koasih, E. 2014. Strategi Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: Yrama Widya Kurniasih, I dan
Sani, B. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Yogyakarta: Kata Pena.
Maretasari, E. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium
untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Sikap Ilmiah Siswa Unnes Physics Education
Journal. Universitas Negeri Semarang 2004, Kapita Selekta Pembelajaran
Fisika .Jakarta.
Prasetyo, Z. Universitas Terbuka. Prastowo, A. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik.
Jogjakarta: DIVA Press.
Riduwan. 2012. Dasar-dasar Statistika Bandung: Alfabeta Roestiyah. 2012. Strategi Belajar
Mengajar Jakarta: PT Rineka Cipta.
Setyosari, P. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:
Kencana Sudjana, N. 2011. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensido.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung Alfabeta 2014.
Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta.
Suprihatiningrum, J. 2013 Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-ruz Media.
Suprijono, A. 2012 Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Trianto, 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher.
...............2012 Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam
KTSP. Jakarta: Bumi Aksara.
Widiadnyana. 2014. Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Pemahaman Konsep IPA
dan Sikap Ilmiah Siswa SMP. Jurnal Program Pascasarjana Program Studi IPA.
Universitas Pendidikan Ganesha.
Wijaya, T. 2010. Analisis Multivariat; Teknik Olah Data untuk Skripsi, Tesis, dan Disertasi
Menggunakan SPSS. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Yuliani, H. 2012. Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses dengan Metode
Eksperimen dan Demonstrasi Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Kemampuan Analisis.
Jurnal Inkuiri. Universitas Sebelas Maret.

Anda mungkin juga menyukai