Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH METODOLOGI PEMBELAJARAN FISIKA

DOING SCIENCES

Dosen Pengampu : Eka Indaryani, M.Pd

Oleh

KELOMPOK 6

Nama Anggota :

1. Syifa Adenia Rinanda (1920209021)

2. Irgi Yuhda Yanti (1910209006)

3. Michelly Fathimahtuzzahra Suhengki (1920209029)

4. Kharizmi Naufal (1920209022)


Program Studi Pendidikan Fisika

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

2020

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur marilah kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan menyadari
begitu banyak nikmat yang telah didapatkan dari Allah SWT. Selain itu, kami juga merasa
sangat bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik iman maupun islam. Dengan
nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang
merupakan tugas mata kuliah Metodologi Pembelajaran Fisika. Kami sampaikan terimakasih
sebesar-besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah yaitu, ibu Eka Indaryani, M.Pd dan
semua pihak yang turut membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan-kekurangan dan
kesalahan-kesalahan baik dari isinya maupun struktur penulisannya, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran positif untuk perbaikan dikemudian hari.
Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada para pembaca dan
khususnya bagi kami sendiri.Amin.

Palembang, 28 Maret 2020


Penulis

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR .............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Doing Sciences .............................................................................................. 6

2.2 Model Pembelajaran Learning by Doing .................................................................................. 7

2.2.1 Dasar dan Tujuan Model Pembelajaran Learning by Doing .......................... 7

2.3 Eksperimen by Doing Sciences ...................................................................................... 8


2.3.1 Pengukuran dan Sistem Satuan dalam Fisika ............................................................... 8

2.3.2 Besaran Pokok ................................................................................................................... 9

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fisika adalah suatu pelajaran yang berkaitan dengan ilmu alam dan merupakan
ilmu pengetahuan yang dapat menunjang berkembangnya teknologi. Banyak fenomena
alam yang terjadi dapat dijelaskan dengan konsep-konsep fisika. Pengetahuan tidak dapat
dipindahkan begitu saja dari seorang guru ke siswa. Siswa sendirilah yang harus
mengartikan apa yang telah diajarkan oleh guru dengan menyesuaikan pengalaman-
pengalaman mereka. Pengetahuan seharusnya bukan hanya diterima secara pasif dari
guru, melainkan dibentuk oleh siswa secara aktif. Oleh karena itu, proses pembelajaran
fisika handaknya dilakukan secara aktif dan luwes oleh siswa karena fisika menyediakan
berbagai pengalaman belajar untuk memahami suatu konsep. Pengamatan dalam
eksperimen dan teori merupakan dua hal yang saling berkaitan yang tidak dapat
dipisahkan dan saling ketergantungan satu sama lain didalam fisika. Teori bergantung
pada hasil-hasil eksperimen untuk sesuatu yang baru, tapi disisi lain arah eksperimen
dipandu dengan adanya teori.

Belajar dapat didefinisikan sebagai proses diperolehnya pengetahuan atau


keterampilan serta perubahan tingkah laku melalui aktivitas diri. Menurut pandangan
teori kognitif Gestalt, manusia sebagai sumber dari semua kegiatan dan dia bebas
membuat pilihan dalam setiap situasi.. Melakukan sains dapat membuat siswa lebih
mengerti akan proses dalam belajar mengajar. Selama ini pelajaran fisika selalu berkesan
monoton bagi para murid atau anak didik.

Metode pembelajaran yang dimaksud harus mampu membuat siswa aktif untuk
mengikuti proses pembelajaran fisika. Adapun metode pembelajaran yang akan kami
bahas dalam buku ini adalah tentang doing sciences yaitu melakukan sains berupa
eksperimen. Metode eksperimen adalah suatu teknik pembelajaran yang menekankan
pada keterlibatan siswa secara langsung untuk mengalami proses dan membuktikan
sendiri hasil percobaan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Doing Sciences?


2. Apa penyebab belum tercapainya hasil belajar fisika siswa yang memuaskan?
3. Apa yang dimaksud dengan metode melakukan sains atau eksperimen?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian doing sciences.

2. Untuk mengetahui apa saja penyebab belum tercapainya hasil belajar siswa yang
memuaskan.

3. Untuk mengetahui bagaimana metode melakukan sains atau eksperimen dalam


fisika.
5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Doing Sciences

Doing sciences adalah proses yang sesuai dengan metode ilmiah yang banyak
digunakan oleh para ahli fisika dalam menemukan hukum ataupun teori fisika yang baru.
Secara umum proses doing sciences mencakup langkah sebagai berikut:

1. Mengamati gejala yang ada;


2. Mengajukan pertanyaan mengapa gejala itu terjadi;
3. Membuat hipotesis untuk menjawab persoalan yang diajukan atau menjelaskan
alasannya;
4. Merencanakan suatu eksperimen dan melakukan eksperimen tersebut untuk mengetes
hipotesis;
5. Menarik kesimpulan apakah hipotesisnya benar atau tidak berdasarkan eksperimen
yang dilakukan.

Jelas bahwa langkah-langkah ini adalah langkah-langkah metode ilmiah yang


banyak diterapkan dalam eksperimen fisika oleh para ahli. Dan cara para ahli menemukan
hukum fisika, digunakan pula sebagai cara pembelajaran fisika bagi siswa. Tentu proses
pembelajaran fisika yang lengkap akan menggunakan semua langkah yang ada dalam
doing sciences di atas. Dengan mengamati dan melakukan percobaan sendiri, anak didik
akan lebih mengerti konsepnya dan lebih sulit melupakan yang ditemukan sendiri dalam
eksperimen.
Model doing sciences ini sesuai dengan model konstruktivisme, dimana fisika itu
adalah pengetahuan fisis, yang bertolak dari kejadian nyata atau pengalaman, lalu siswa
diajak mempertanyakannya, dan mencoba dengan mengukur, mencari data, dan
menyimpulkannya. Melakukan sains dapat membuat siswa lebih mengerti akan proses
dalam belajar mengajar. Selama ini pelajaran fisika selalu berkesanmonoton bagi para
murid atau anak didik. Belum tercapainya hasil belajar fisika siswa yang memuaskan
kemungkinan disebabkan karena hal-hal berikut:

1) metode diskusi informasi masih dominan dalam kegiatan belajar-mengajar sehingga


menimbulkan kejenuhan pada siswa;
2) siswa kurang diikutsertakan dalam partisipasi proses belajar mengajar;
3) kurang dioptimalkannya penggunaan media pembelajaran sesuai dengan karakteristik
materi fisika, sehingga materi yang disampaikan tidak dapat dipahami siswa dengan
baik;
4) aktivitas siswa seperti oral activities yaitu mengemukakan pendapat, menjawab
pertanyaan dan mendebat pernyataan masih belum muncul

5) guru belum sepenuhnya memperhatikan kemampuan verbal siswa sehingga metode


yang digunakan kadang tidak sesuai dengan kebutuhan siswa;
6) guru belum memperhatikan pentingnya sikap ilmiah siswa sebagai salah satu penentu
keberhasilan siswa;

Teori pembelajaran fisika terdapat teori doing sciences atau melakukan sains. Teori
ini lebih menekankan pada praktik daripada teori yaitu dituntut agar menemukan
bukan menerima. Teori doing sciences lebih menekankan agar siswa dapat melakukan
eksperimen atau percobaan.

2.2 Model Pembelajaran Learning by Doing


Langkah ini juga menarik perhatian, yaitu proses pembelajaran yang sering
dinamakan Learning By Doing (belajar dan melakukannya). Dalam realitasnya,
langkah ini sering menunjukkan hasil lebih baik daripada pembelajaran berbasis
Textbox. Mengapa? Pembelajaran berbasis Textbox, materinya tidaklah mudah
dicerna, pengetahuan yang diberikan harus melalui proses lebih lanjut berdasarkan
kemampuan daya serap dan daya pikir/nalar dari masing-masing individu sehingga
persepsi yang sangat subyektif bisa menjadikan salah tafsir/salah pemahaman
berakibat sulit dipraktekkan dalam dunia kerja yang sedang ditekuni.

Sedangkan proses pembelajaran melalui Learning By Doing, setiap pelakunya


berhadapan langsung dengan obyek atau bidang kerjanya sekaligus memikirkan untuk
mencari pemecahan masalah yang ditemui. Perlu diketahui bahwa proses Learning By
Doing yang menitikberatkan pada usaha belajar sambil melakukan
pekerjaan/beraktivitas
2.2.1 Dasar dan Tujuan Model Pembelajaran Learning by Doing

Belajar bagi kehidupan manusia menjadi bagian yang sangat


penting, karena manusia diciptakan sebagai pengelola dunia (khalifah
fil ardi). Secara bertahap mereka akan mengalami fase pembelajaran
yang didasarkan pada pengalaman. Sebagai ilustrasi terdekat adalah
bayi manusia yang dilahirkan, jika tidak mendapat bantuan dari
manusia dewasa yang lain, tidak belajar, niscaya binasalah ia. Ia tidak
mampu mengembangkan naluri/intrinsik dan potensi-potensi yang
diperlukan untuk kelangsungan hidupnya tanpa pengaruh dari luar.
Beberapa pendapat tentang pengertian belajar banyak
disebutkan,diantaranya,Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of
Learning yang dikutip oleh Ngalim Purwanto dalam Psikologi
Pendidikan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman
berulang-ulang dalam situasi tersebut, dimana perubahan tingkah laku
itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon

pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat


seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya). Lebih
lanjut Piaget berpendapat seperti yang disadur Dimyati dan Mudjiono
bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan
interaksi terus menerus dengan lingkungan yang selalu mengalami
perubahan, sehingga fungsi intelek semakin berkembang. Pengetahuan
dibangun atas dasar tiga bentuk, yaitu pengetahuan fisik, pengetahuan
logika-matematik, dan pengetahuan sosial. Sedangkan prosesnya
didasarkan tiga fase, yaitu fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan
aplikasi konsep.

2.3 Eksperimen by Doing Sciences


Eksperimen bukan untuk menemukan teori, tetapi lebih menguji teori atau hukum
yang sudah ditemukan oleh para ahli. Eksperimen dibedakan menjadi dua, yaitu eksperimen
terencana atau terbimbing dan eksperimen bebas. Secara umum metode eksperimen adalah
metode mengajar yang mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian,
pengecekan ahwa teori yang sudah dibicarakan adalah memang benar.
2.3.1 Pengukuran dan Sistem Satuan dalam Fisika

Pengukuran besaran fisis dapat mencakup berbagai besaran seperti panjang,


waktu, temperatur, kuat arus listrik, kecepatan, percepatan, gaya, dan masih banyak
besaran fisis yang lainnya. Misalnya, apabila kita ingin mengukur lebar sebuah meja
kita menggunakan alat ukur mistar atau penggaris yang memiliki skala tertentu.
Hasil ukur lebar meja yang kita ukur adalah berupa angka yang terbaca pada mistar.
Dalam hal ini, besaran fisis yang diukur adalah besaran panjang. Secara umum,
besaran fisis adalah sesuatu yang dapat dinyatakan keberadaannya dengan suatu
angka atau nilai, Pengukuran adalah proses mengukur suatu besaran, yaitu
membandingkan nilai besaran yang sedang kita ukur dengan besaran lain sejenis
yang dipakai sebagai acuan. Dalam hal pengukuran lebar meja di atas kita
membandingkan lebar meja dengan panjang (besaran sejenis) mistar sebagai acuan

Pertanyaannya adalah adakah sesuatu yang bukan besaran? Sesuatu yang dapat
diwakili dengan angka adalah sesuatu yang dapat diukur dengan alat ukur.
Kecantikan, kesenangan, misalnya apakah dapat diukur dengan alat? Tampaknya
kecantikan bagi seseorang belum tentu sama cantiknya bagi orang lain. Jadi,
kecantikan itu sendiri sangat relatif dan tidak dapat diukur eksak. Jadi, kecantikan
jika dilihat dari definisinya bukanlah besaran fisis. Demikian juga manakala kita
mengukur maka acuan ukuran yang digunakan juga dapat berbeda. Misalnya,
mengukur panjang meja dengan mistar menunjukkan hasil 140 cm. Sebaliknya,
apabila acuan kita adalah jengkal maka panjang meja itu kita katakan misalnya 8
jengkal. Tentu saja makna jengkal di sini menjadi tidak sama bagi semua orang.

Jadi, kita perlu mendefinisikan apa yang disebut satuan sebagai ukuran terkecil
seperti apa nilai besaran fisis itu dinyatakan. Jadi, panjang meja jika kita nyatakan
dalam satuan cm, misalnya disebutkan 140 cm. Karena itu, kita perlu membakukan
satuan yang digunakan supaya dapat diterima oleh semua orang di manapun berada.
Artinya, apabila kita menyatakan panjang meja adalah 140 cm maka orang lain yang
kita beritahu akan mengerti makna dari 140 cm tersebut.

Besaran pokok
Kita sudah mengetahui bahwa dalam fisika kita memerlukan satuan standar
untuk menyatakan nilai suatu besaran supaya dapat dimengerti oleh semua kalangan.
Jadi, kita harus menggunakan satuan internasional yang definisinya disetujui oleh
sebuah komite saintis internasional. Untuk menyatakan satuan standar dalam fisika
dapat dinyatakan dengan dua cara sistem satuan, yaitu sebagai berikut. 1. Satuan
mks (meter, kilogram, dan sekon) atau dikenal sebagai sistem metrik. 2. Satuan cgs
(centimeter, gram, dan sekon) atau dikenal sebagai sistem gaussian.
Satuan mks ini sering digunakan dalam fisika, sedangkan satuan cgs lebih
sering digunakan dalam kimia meskipun ini tidak mutlak. Namun, kedua sistem
satuan ini banyak digunakan secara internasional. Sistem satuan lainnya adalah
sistem satuan British yang populer digunakan beberapa negara seperti di Amerika
Serikat, Inggris, Myanmar, dan Liberia. Pada satuan British, besaran panjang
dinyatakan dalam feet (ft), gaya dalam pound, massa dalam slug, dan waktu dalam
sekon (s). Sistem mks menggunakan satuan meter untuk panjang, kilogram untuk
massa benda, dan sekon untuk waktu, sistem cgs menggunakan satuan sentimeter
untuk panjang, gram untuk massa, dan sekon untuk waktu. Pilihan sistem mana yang
akan digunakan dalam hal ini tidak ada keharusan, namun sistem mks adalah sistem
satuan yang banyak digunakan secara luas. Perhatikan bahwa meskipun antara
sistem mks dan cgs sangat mirip, namun dalam kajian listrik-magnet pada
elektrodinamika, persamaanpersamaan yang digunakan di kedua sistem tersebut
bentuknya cukup berbeda. Tentu saja antarketiga sistem satuan ada konversi satu
sama lain.

1 kg (mks) = 1000 gr (cgs) = 1/14,59 slug (British).

1 m (mks) = 100 cm (cgs) = 3,281 ft


(British).

Untuk sistem mks, sejak tahun 1960


melalui konferensi internasional untuk berat dan
ukuran, telah memasukkan satuan ampere (A)
sebagai satuan dasar (pokok) sehingga menjadi sistem mksa (meter-kilogram-
sekonampere). Sistem satuan internasional, SI (sisteme international menurut bahasa
Perancis) adalah versi modern dari sistem metrik melalui konvensi internasional.

Perhatikan gambar berikut!


Contoh Soal Besaran Satuan dan Pengukuran

1. Sebuah balok diukur ketebalannya menggunakan jangka sorong dengan hasil


pengukuran

seperti pada gambar berikut. Besarnya hasil pengukuran adalah ….


Pembahasan :
Skala utama = 6,2 cm
Skala nonius = 5 x 0,1 x 0,1 = 0,05 cm
Hasil pengukuran = (6,2 + 0,05) cm = 6,25 cm
2. Supaya neraca setimbang, maka nilai anak timbangan x yang harus ditambahkan ke piring
B adalah ….
Pembahasan :
Massa A = massa B
1.500 gram = 250 gram + 250 gram + x
1.500 gram = 500 gram + x
x = 1.500 gram – 500 gram = 1.000 gram

10

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Doing sciences adalah proses


yang sesuai dengan metode ilmiah yang
banyak digunakan oleh para ahli fisika
dalam menemukan hukum ataupun teori
fisika yang baru. Belum tercapainya hasil belajar fisika siswa yang memuaskan
kemungkinan disebabkan karena hal-hal berikut yaitu metode diskusi informasi masih
dominan dalam kegiatan belajar-mengajar sehingga menimbulkan kejenuhan pada
siswa, siswa kurang diikutsertakan dalam partisipasi proses belajar mengajar, kurang
dioptimalkannya penggunaan media pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi
fisika, sehingga materi yang disampaikan tidak dapat dipahami siswa dengan baik,
aktivitas siswa seperti oral activities yaitu mengemukakan pendapat, menjawab
pertanyaan dan mendebat pernyataan masih belum muncul, guru belum sepenuhnya
memperhatikan kemampuan verbal siswa sehingga metode yang digunakan kadang
tidak sesuai dengan kebutuhan siswa, guru belum memperhatikan pentingnya sikap
ilmiah siswa sebagai salah satu penentu keberhasilan siswa. Eksperimen bukan untuk
menemukan teori, tetapi lebih menguji teori atau hukum yang sudah ditemukan oleh
para ahli. Eksperimen dibedakan menjadi dua, yaitu eksperimen terencana atau
terbimbing dan eksperimen bebas. Secara umum metode eksperimen adalah metode
mengajar yang mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian,
pengecekan ahwa teori yang sudah dibicarakan adalah memang benar.

11

Anda mungkin juga menyukai