Anda di halaman 1dari 11

ARTIKEL ILMIAH

PERBANDINGAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN


BLENDED LEARNING TERHADAP
PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA

DISUSUN OLEH :

1. Julia Rahmania Putri (E1Q019032)


2. Tasya Septiana Melanie (E1Q019076)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2022
PERBANDINGAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN
BLENDED LEARNING TERHADAP PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH FISIKA
Julia Rahmania Putri¿1 , Tasya Septiana Melanie ¿2
Universitas Mataram

Abstrak
Model pembelajaran yang berpusat pada guru dapat menyebabkan siswa menjadi jenuh,
hal ini akan berdampak pada hasil belajar. Sehingga diperlukan model pembelajaran yang
tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Model pembelajaran yang tepat yaitu
model pembelajaran discovery learning dengan blended learning. Penelitian ini juga
menggunakan metode analisis deskriptif dengan menyebarkan survei untuk menggali
informasi dari para responden, yaitu mahasiswa angkatan 2021,2020,2019 dan
2018.Peneliti melakukan survei, di antaranya menyusun instrumen untuk mengukur
kemampuan pemecahan masalah dalam fisika

Kata kunci: Model Pembelajaran Discovery Learning, Blended Learning, dan


Pemacahan masalah

1. PENDAHULUAN

Pemacahan masalah merupakan hal yang penting dan harus dimiliki oleh setiap siswa
karena pemecahan masalah merupakan sebuah fungsi intelektual yang komplek di mana
siswa dituntut untuk membuat rencana dari segala sudut pandang pengetahuan,
membangun pengetahuan sendiri dari pengalaman belajar yang telah dialami dan
menghasilkan keputusan yang tepat, cermat, logis dan mempertimbangkan dari berbagai
sudut pandang (Dewi dkk, 2017), namun dalam kenyataannya kemampuan pemecahan
masalah siswa masih berada pada katagori rendah. Siswa umumnya masih terpaku pada
hasil akhir dari suatu masalah tanpa memperhatikan proses dari pemecahan masalah yang
dihadapi (Alfiyah, 2014). Menurut Aljaberi (2015), kelemahan siswa dalam tahapan
pemecahan masalah berada pada tahapan meyusun rencana dan memeriksa solusi, hal ini
disebabkan dalam tahapan ini siswa belum mampu untuk mengkonstruksi pemahaman
dan mengambil sikap yang benar dalam menyelesaikan masalah.
Diperlukan suatu model dan media pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah dan kemandirian belajar siswa yang masih tergolong rendah.
Menurut Balım (2009), model pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan
kontruktivisme yang membuat siswa lebih efektif dan membangun pengetahuan
pengetahuan mereka sendiri. Berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses, model pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi kurikulum
2013 adalah model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) dan model
pemebelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Penggunaan media
pembelajaran berkembang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pendidikan di
jamannya, dewasa ini teknologi internet menjelma menjadi suatu kebutuhan primer di
segala bidang salah satunya bidang pendidikan. Pengunaan internet dalam proses belajar
menunjukan hasil yang signifikan bagi hasil belajar siswa (Star dkk, 2014), serta mampu
membuat siswa mengkontruksi pengetahauan dalam pelajaran matematika (Li & Ma,
2010). Penggabungan media internet secara online dan tatap muka dalam proses belajar
disebut dengan istilah Blended Learning.

Hasil penelitian yang dilakukan Achera dkk (2015), menunjukkan bahwa penerapan
discovery learning dengan kelompok, efektif mengembangkan kemampuan pemencahan
masalah matematis siswa. Siswa yang memperoleh pembelajaran discovery dengan
kelompok memiliki nilai hasil belajar yang tinggi dibandingkan dengan siswa yang
memperoleh dengan pemebelajaran konvesional. Dengan model pembelajaran discovery
membantu siswa untuk menemukan jawaban, menggali pengetahuan dan pengalaman
dan memiliki rasa tanggung jawab atas hasil yang diperoleh. Selain itu, discovery
menumbuhkan rasa percaya diri siswa untuk terlibat aktif dalam sesi tanya jawab tanpa
rasa canggung.

Penerapan model pembelajaran discovery learning dalam mata pelajaran matematika


dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliasari (2017), dan Sahrudin (2014),
menunjukkan bahwa dengan model pembelajaran discovery learning mampu
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis, selain itu pembelajaran
matematika dengan model discovery learning mampu meningkatkan motivasi dan dan
kemandirian belajar siswa.
Selain model pembelajaran mempengaruhi terhadap keberhasilan belajar, media
pembelajaran juga mengambil peranan penting dalam keberhasilan proses belajar seiring
meningkatnya keterlibatan dan kemandirian belajar siswa (Li & Ma, 2010), namun
pengunaan media pembelajaran harus digunakan dengan benar, sebab bisa saja media
yang digunakan membuat motivasi dan hasil belajar siswa menurun (Mulqueeny dkk,
2015). Salah satu media yang digunakan dalam proses belajar dan membantu untuk
meningkatkan hasil belajar adalah media internet yang dipadukan dengan model
pembelajaran tatap muka dan e-learning dengan istilah pembelajaran campuran atau
blended learning. Hal ini sejalan dengan definisi blended learning yang diungkapkan oleh
Mutaqin dkk (2017), menyatakan blended learning adalah metode pembelajaran yang
menyediakan siswa atau pengajar untuk belajar dan memecahkan masalah dengan
berbantu media internet seperti Learning Management System (LMS), pembelajaran
tatap muka dan bantuan alat komunukasi. Definisi lain menyatakan blended learning
sebagai model pembelajaran yang menggabungkan belajar tatap muka, offline dan online
dengan kombinasi alokasi waktu sesuai dengan kebutuhan belajar (Dwiyogo, 2018).
Dalam penelitian ini proses pembelajaran blended learning dilakukan dengan
menbaurkan pembelajaran tatap muka model discovery leaening dengan pembelajaran e-
learning bermedia edmodo.com.
Beberepa penelitian tentang pengaruh blended learning terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematis dan kemandirian belajar telah banyak dilakuakan. Hasil
penelitian Darmawan dan Klari (2019), menggunakan Blended Computer Based
Learning (BCBL) dalam meningkatkan kemandirian kemandirian belajar siswa dalam
materi turunan fungsi mendapatkan hasil siswa yang mengalami pembelajaran BCBL
menunjukkan kemandirian belajar yang cukup signifikan dengan 65,12 % siswa mampu
menyelesaikan masalah tanpa mengulang dan selesai tepat waktu. Penelitian lain tentang
pengaruh model blended learning terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis
dilakukan oleh Sulistioningsih (2015), tentang pengaruh model problem based laerning
degan blended learning dalam mata pelajaran peluang didapatkan hasil penelitan
menunjukkan adanya peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis pada
siswa hal ini dapat ditunjukan dengan sebagian besar siswa mencapai ketuntasan dalam
pemecahan masalah.
Kedua model pembelajaran discovery learning dan blended learning memiliki
pengaruh yang signifikan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematis. Pertimbangan dilakukannya penelitian tentang perbandingan model
pembelajaran discovery learning dan blended learning adalah untuk mengetahui alternatif
model pembelajaran yang sesuai dengan anjuran kurikulum 2013 terhadap pembelajaran
matematika untuk mengembangkan pencapaian kemampuan pemecahan masalah siswa.

Penelitian ini akan dilakukan Google Form dapat di bagi ke orang-orang secara terbuka
atau khusus kepada pemilik akun Google dengan pilihan aksesibilitas .Untuk dapat
menggunakan Google Form maka kita disyaratkan untuk memiliki akun universal
Google, yaitu dengan mendaftar di http://account.Google.com/login. Dengan memiliki
akun tersebut maka kita akan bisa menggunakan berbagai produk Google yang dirilis
secara gratis, seperti Gmail sebagai alat untuk berkomunikasi dengan email, Drive
sebagai alat penyimpanan online. Aplikasi ini berbasis web maka setiap orang dapat
memberikan tanggapan atau jawaban terhadap kuisioner secara cepat dimanapun ia
berada dengan menggunakan aplikasi internet komputer/ laptop ataupun Handphone.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini juga menggunakan metode analisis deskriptif dengan menyebarkan survei
untuk menggali informasi dari para responden, yaitu mahasiswa pendidikan Fisika
angkatan 2021,2020,2019 dan,2018.
Tabel 1. Deskriptif Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Mahasiswa

Jumlah
Angkatan Persentase

DL BL

45 %
2018 55 %

2019 50%
50%

2020 70 % 30 %

2021 69 % 31%
Rata-rata 8,26 6,79

Berdasarakan Tabel 1 rerata skor posttest kemampuan pemecahan masalah


matematis siswa pada kelompok Discovery learning, yaitu sebesar 8,26 berada pada
tingkatan yang lebih tinggi dari pada kelompok Blended learning, yaiutu sebesar
6,79. Perbedaan pencapaian kemampuan pemecahan masalah fisika antara kelompok
discovery learning dan blended learning sebesar 1,47. Jika dikonversi
dalam bentuk persentase terhadap skor ideal maka terlihat bahwa persentase
pencapaian skor posttest kelompok Discovery learning sebesar 70,65% lebih tinggi
daripada perentase skor posttest kelompok Blended learning, yaitu
sebesar 30,35%. Perbedaan rerata tersebut memperlihatkan bahwa terdapat
perbedaan pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis antara mahasiswa
yang mendapatkan model discovery learning dan model bleded learning.

Diagram 1. Koesioner Pemecahan Masalah Fisika


Berdasarkan Diagram Kosioner Pemecahan Masalah Fisika , dilihat bahwa banyak
mahasiswa yang normal dalam memahami pemahaman terhadap matapelajran fisika dan
terlihat juga banyak mahasiswa yang kesulitan terhadap memahami matapelajaran fisika.
Tanggapan Mahasiswa terkait minaat belajar Fisika dilihat 41,7 % banyaknya mahasiswa
yang berminat dan sisanya 25% yang beranggapan sangat penting dan 25% yang
beranggapa biasa aja dan sisannya tidak berminat. Pada metode pembelajaran fisika yang
efektif digunakan yang dilihat dari hasil kuisioner yaitu 33,3 % menggunakan metode
praktikum, 25% pada latihan-latihan soal, 16,7% penjelasan lisan dan diskusi serta 8,3%
pemberian catatan. Dalam diagaram kuisioner pemecahan masalah fisika terlihat
beberapa alasan yang menyebabkan mahasiswa kesulitan dalam memahami pelajaran
fiisika yaitu 41,7 % dalam penyampaian materi kurang jelas, 25% teiru sulit dijelskan
pada soal, 16,7% cepat jenuh dan sisannya 8,3 % alat perga yang kurang lengkap dan
waktu penjelasan yang terbatas. Menggunakan model dalam menghasilkan minat dan giat
belajar mahasiswa terhadap efektifitasnya pembelajaran terlihat 50% sangat efektif untuk
dgunakan ,33,3 % efektif dan 16,7 % biasa saja. Terakhir kita lihat ada beberapa faktor
yang menyebabkan tingkat keberhasilan dalam mempelajarai fisika menggunakan model
dapat tercapai yaitu 50% dari kelengkapan materinya , dan masing-masing 16,7 % pada
tampilan yang menarik, kelengkapan soal-soal latihan serta banyak gambar dan animasi
yang dipakai .
Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pencapaian
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh model
discovery learning dan model blended learning, berdasarkan hasil analisis dan data
kuantitatif yang telah dilakukan, diketahui bahwa rerata skor posttest
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan model
Discovery learning lebih tinggi daripada skor rerata posttest kemamuan pemecahan
masalah matematis siswa yang mendapatkan model Blended learning, namun
tidak berbeda secara signifikan. Meskipun pendekatan yang diberikan kepada
mahasiswa berbeda, tetapi tujuan yang diharapkan sama pada pembelajaran sama.
Secara umum dua model pembelajaran yang digunakan memiliki langkah
pembelajaran yang sama, karena pada dasarnya model blended learning yang
digunakan adalah campuran dari discovery learning berbantu e-learning
menggunakan media edmodo. Permasalahan yang diberikan kepada kedua
kelompok mahasiswa adalah permasalahan yang autentik, kemudian mahasiswa
melakukan proses untuk menemukan tujuan-tujuan pembelajaran.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis, data, temuan dan pembahasan yang telah diuraikan,
pelaksanaan pembelajaran dengan model discovery learning dan blended learning
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam pencapaian kemampuan pemecahan
masalah antara mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model
discovery learning dengan mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan
model blended learning.
2. Pencapaian kemampuan pemecahan masalah fisika mahasiswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan model discovery learning tergolong pada katagori
minat(tinggi).
3. Pencapaian kemampuan pemecahan masalah fisika mahasiswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan model blended learning tergolong pada kategori sedang.
4. Pada hasil kuisioner pemecahan masalah fisika metode yang efektif dugunakan
dalam pembelajaran fisika yaitu antara lain metode praktikum, latihan soal,
diskusi serta pemberian catatan.
5. Pada hasil kuisioner pemecahan masalah fisika banyak mahasiswa yang berminat
dalam mempelajarai matakuliah fisika dengan berbagai aspek antara lain dari
kelengkapan materi, tampilan yang menarik, bayak gambar dan animasi serta
kelengkapan latihan-latihan soa.
6. Pada hasil kuisioner matakuliah fisika, Adapun bebrapa faktor penyebab
matakuliah fisika sulit untuk dipahami yaitu penyampaian materi yang kurang
jelas, cepat jenuh, teori sulit diterapkan pada soal, alat peraga yang kurang
lengkap dan waktu penjelasan materi yang terbatas.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. (2015). Intuisi dalam Pembelajaran Matematika. Jakarta: Lentera Ilmu
Cendikia.
Achera, L. J., Belecina, R. R., & Garvida, M. D. (2015). the Effect of Group Guided
Discovery Approach on Theperformance of Students in Geometry. International Journal
of Multidisciplinary Research and Modern Education (IJMRME), 1(2), 331–342
Alfiyah, N. (2014). Identifikasi Kesulitan Metakognitif Siswa dalam Memecahkan
Masalah Matematika. Mathedunesa, 3(2).
Aljaberi, N. M. (2015). University Students ’ Learning Styles and Their Ability to Solve
Mathematical Problems Nahil M . Aljaberi Faculty of Arts University of Petra PO box
961342. International Journal of Business and Social Science, 6(4), 152–165.
Darmawan, D., & Klari, S. (2019). Pengembangan Pembelajaran Model Blended
Computer Based Learning ( BCBL ) Tentang Turunan Fungsi untuk Meningkatkan
Kemandirian Belajar. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan KALUNI, 2(2015), 7–14.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30998/prokaluni.v2i0.3 PENGEMBANGAN
Dewi, I. N., Poedjiastoeti, S., & Prahani, B. K. (2017). Elsii learning model based local
wisdom to improve students’ problem solving skills and scientific communication, 5(1),
107–118.
Dwiyogo, W. D. (2018). Pembelajaran Berbasis Blended Learning. Depok:
RajaGrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai