Anda di halaman 1dari 33

PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA MATERI BENDA DAN SIFATNYA

DI SD/MI

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

“Metodologi Pembelajaran MIPA”

Dosen Pengampu

Dr. Eny Setyowati, M.Pd


Dr. Adi Wijayanto, M.Pd

Oleh:
LILI MAULYNA AZIZAH
NIM. 12850521016

PROGRAM MAGISTER
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
PASCASARJANA
UIN SATU TULUNGAGUNG
MEI 2022
PRAKATA

Syukur Alhamdulillah, penulis ucapkan atas limpahan rahmat dan bimbingan Allah
SWT, Makalah yang berjudul “Penerapan Pembelajran IPA Materi Benda dan Sifatnya di
SD/MI”, dapat terselesaikan dengan baik semoga ada guna dan manfaatnya . Shalawat serta
salam semoga tetap terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
membimbing manusia ke arah jalan kebenaran dan kebaikan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Pembelajaran
MIPA. Selesainya penyusunan makalah ini berkat dari dosen pengampu mata kuliah dan
juga berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dr. Eni Setyowati, M.Pd selaku Dosen Pengampu 1 mata kuliah Metodologi
Pembelajaran MIPA
2. Dr. Adi Wijayanto, M.Pd selaku Dosen Pengampu 2 mata kuliah Metodologi
Pembelajaran MIPA
3. Teman-teman kelas 2 B Pascasarjana PGMI

Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah dan tercatat
sebagai ‘amal shalih. Akhirnya, makalah ini penulis suguhkan pembaca, dengan harapan
adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan. Terakhir penulis berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan menjadi amal jariyah penulis bagi
khazanah dunia pendidikan dan ridha Allah SWT.

Tulungagung, 27 Mei 2022


Penulis

LILI MAULYNA AZIZAH

ii
DAFTAR ISI

COVER
PRAKATA ………………………..………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………. iii

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………......................... 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………… 2
C. Tujuan Pembahasan……………………………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Model Pembelajaran IPA Materi Benda dan Sifatnya di SD/MI…………………. 3.
B. Metode Pembelajaran IPA Materi Benda dan Sifatnya di SD/MI………………. 16
C. Strategi Pembelajaran IPA Materi Benda dan Sifatnya di SD/MI……………….. 19
D. Media Pembelajaran IPA Materi Benda dan Sifatnya di SD/MI………………… 20
E. Evaluasi Pembelajaran IPA Materi Benda dan Sifatnya di SD/MI……………… 22

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan………………………………………………………………………… 25
B. Saran………………………………………………………………………………… 26

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
IPA adalah salah satu pelajaran yang bisa diaplikasikan ke dalam dunia nyata
ataupun kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan dengan mempelajari pelajaran IPA
siswa dapat mengembangkan pengetahuan dan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan
dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran IPA merupakan pelajaran
wajib maka dari itu mata pelajaran IPA harus dikenalkan dan dipahami mulai sekolah
dasar. Mata pelajaran IPA diajarkan sejak sekolah dasar agar siswa mempunyai bekal
pengetahuan, konsep dan keterampilan dalam melanjutkan pendidikan di jenjang
berikutnya,1
Jenis mata pelajaran yaitu fakta, konsep, procedural dan prinsip, dengan
mengidentifikasi jenis materi yang dipelajari siswa maka guru dapat dengan mudah
dalam cara mengajarkannya. Hal ini disebabkan setiap jenis mata pelajaran memerlukan
strategi pembelajaran, metode, media dan system penilainnya berbeda-beda. Misalnya
metode mengajarkan materi fakta dan hafalan adalah membaca cepat dan teliti sedangkan
untuk metode mengajarkan procedural menggunakan eksperimen. Materi perubahan
wujud benda dan sifatnya merupakan materi IPA jenis prosedural. Materi perubahan
wujud benda dan sifatnya membutuhkan langkah yang urut dan terstruktur dalam
melakukan kegiatan pembelajaran.
Keempat unsur IPA yaitu sikap, proses, produk dan aplikasi tidak boleh
ditinggalkan sehingga siswa dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh,
memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah dan
meniru para ilmuwan bekerja dalam membuktikan dan menemukan fakta baru.
Kenyataanya adalah pembelajaran IPA hanya menekankan IPA sebagai produk,
menghafal konsep, teori dan hokum sehingga akibatnya IPA sebagai proses, sikap.
Produk dan aplikasi tidak tercapai dalam pembelajaran.2
Pembelajaran IPA di SD/MI seharusnya memberikan pengalaman yang nyata bagi
siswa untuk memahamkan fenomena alam melalui kegiatan belajar mengajar. Selama ini
pembelajaran hanya tampak dari kemampuan siswa menghafal fakta-fakta, meskipun

1
Arthur A. C. dan Robert B. S, Metode Pratikum dalam Fisika, (Jakarta: UPI, 2003), hal. 35
2
Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 2005), hal. 101
1
mungkin banyak siswa yang mampu menyajikan tingkat menghafal yang baik terhadap
materi yang diterimanya akan tetapi pada kenyataanya mereka seringkali tidak begitu
memahami secara mendalam mengenai konsep materi yang dipelajari.3 Maka dari itu
untuk memahami konsep siswa harus mengalami proses pembelajaran secara utuh.
Memahami fenomena alam dengan kegiatan belajar dan mengajar dengan baik dan
menarik. Siswa juga mengalami kesulitan dalam mempelajari materi IPA di bukunya,
selain itu siswa bosan dan kurang antusias dengan metode yang diajarkan oleh guru
dalam proses pembelajaran IPA. Beberapa hal upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan
mengetahui model, metode, strategi, media dan evaluasi terhadap penerapan
pembelajaran IPA materi benda dan sifatnya di SD/MI.
Pembelajaran optimal akan tercapai apabila guru mampu mengatur siswa dan
sarana pembelajaran serta dapat mengendalikan suasana yang menyenangkan dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Maka dari itu guru harus kreatif dalam manajemen kelas
seperti guru dapat menggunakan model, metode, strategi, media pembelajaran serta tidak
kalah pentingnya guru harus mampu untuk mengevaluasi setiap kegiatan pembelajran
agae guru dapat mengetahui kemampuan siswa sejauh mana kemampuan siswa dalam
pembelajaran.
Pembelajaran IPA bertujuan untuk mengembangkan rasa ingin tahu, konsep dan
pengetahuan, meningkatkan keterampilan proses, serta kesadaran untuk menghargai
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan melestarikan lingkungan alam sekitar. Dengan hal ini
diperlukan usaha dalam mengelola kelas dengan menggunakan model, metode, strategi,
media dan evaluasi pembelajran.4
Berdasarkan hal yang telah dipaparkan di atas penulis melakukan analisis
terhadap penerapan pembelajaran IPA materi benda dan sifatnya di tingkat sekolah dasar
atau Madrasah Ibtidaiyah. Peneliti berasumsi bahwa siswa di Sekolah Dasar berada pada
tahap pertumbuhan dan perkembangan. Dalam pembelajaran, siswa diharapkan dapat
berinteraksi dengan guru maupun siswa lain sehingga suatu proses pembelajaran dapat
lebih natural untuk memperoleh hasil yang diinginkan guna mencapai tujuan sesuai
dengan kebutuhan yang akan dihasilkan.

3
Arthur A. C. dan Robert B. S, Metode Pratikum……., hal. 37
4
A. Ismail, Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) Berbantuan Multimedia
Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika Siswa SMA, (JIPFRI (Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika Dan Riset
Ilmiah), hal. 19
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apa Model pembelajaran IPA Materi Benda dan Sifatnya?
2. Apa Metode pembelajaran IPA Materi Benda dan Sifatnya?
3. Bagaimana Strategi pembelajaran IPA Materi Benda dan Sifatnya?
4. Bagaimana Media pembelajaran IPA Materi Benda dan Sifatnya?
5. Bagaimana Evaluasi pembelajaran IPA Materi Benda dan Sifatnya?

C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka makalah ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk Mendeskripsikan Model Pembelajaran IPA Materi Benda dan Sifatnya.
2. Untuk Mendeskripsikan Metode Pembelajaran IPA Materi Benda dan Sifatnya.
3. Untuk Mendeskripsikan Strategi Pembelajaran IPA Materi Benda dan Sifatnya.
4. Untuk Mendeskripsikan Media Pembelajaran IPA Materi Benda dan Sifatnya.
5. Untuk Mendeskripsikan Evaluasi Pembelajaran IPA Materi Benda dan Sifatnya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Model Pembelajaran IPA Materi Benda dan Sifatnya di SD/MI


1. Konsep Dasar Pembelajaran IPA Materi Benda dan Sifatnya
a. Hubungan antara Sifat Bahan dengan Bahan Penyusunnya
Benda
1) Sifat Bahan dan Manfaatnya
Benda terbuat dari berbagai macam bahan yang berbeda-beda. Bahan-
bahan tersebut memiliki fungsi yang berbeda pula. Terdapat beberapa bahan-
bahan serta fungsinya dalam kehidupan sebagi berikut:1
a. Plastik
Sifat tali dari bahan plastik adalah kuat, lentur, dan licin. Namun, plastik
kurang kuat jika terkena panas. Plastik banyak digunakan sebagai
peralatan rumah tangga.
b. Nilon
Nilon merupakan serat sintesis atau buatan. Bahan dasar nilon adalah
plastik. Bentuk nilon berupa untaian yang sulit dipisahkan. Sifat nilon
yaitu mempunyai gaya Tarik antarserat yang besar. Sehingga lebih kuat,
tahan lama terhadap pelarut, cepat kering, dan kenyal. Penggunaan tali
nilon dapat dipakai dalam sehari-hari.
c. Benang
Benang dihasilkan dari tumbuhan maupun hewan. Tumbuhan dapat
menghasilkan bahan baku benang. Seperti pohon kapas penghasil kapas.
Kapas dari tumbuhan ini dipintal sehingga menghasilkan benang.
Pemanfaatan benang dalam kehidupan sehari-hari misalnya dalam industri
untuk koveksi.

1
Wiwik Winarti, dkk. “Ilmu Pengetahuan Alam Untuk Sekolah Dasar/MI Kelas 5”, (MEFI CARAKA:
Jakarta, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009), hal. 50

4
d. Senar
Senar adalah tali yang berasal dari plastic. Selain digunakan oada alat
music, senar juga digunakan pada alat olahraga dan permainan.
e. Tambang
Tali tambang berasal dari serat tumbuhan. Tambang juga dapat digunakan
sebagai tali pada jangkar kapal. Bahan lain yang digunakan untuk tali
tambang adalah dari plastic dan kawat besi. Tali tambang juga bisa
digunakan dalam keseharian.
f. Kertas
Kertas berasal dari bahan baku kayu. Kayu dimasak menjadi bubur kertas
yang disebut pulp. Pulp kemudian melewati beberapa saringan dan
akhirnya dicetak menjadi kertas. Kertas dapat kita pakai untuk menulis.
2) Hubungan Bahan dan Sifatnya
Setiap bahan memiliki sifat yang berlainan. Sifat antara satu dengan
yang lainnya. Bahan akan digunakan sesuai dengan sifat serta kebutuhannya.
b. Perubahan Sifat Benda
Benda dapat mengalami perubahan sifat meliputi warna, kelenturan, dan bau.
2
Faktor yang dapat mempengaruhi perubahan sifat benda sebagi berikut:
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi Perubahan Sifat Benda
Sifat Benda Kayu Sebelum Kayu Sesudah
Dibakar Dibakar
1. Bentuk Berupa kayu segar Menjadi arang
2. Warna Putih kecoklatam Hitam
3. Kelenturan Tidak mudah hancur Mudah hancur
4. Bau Kayu Hangus
Faktor yang menyebabkan sifat dan wujud benda berubah.
a. Pemanasan
b. Pembakaran
c. Perubahan suhu

2
Wiwik Winarti, dkk. “Ilmu Pengetahuan Alam Untuk Sekolah Dasar/MI Kelas 5”…. hal. 54

5
d. Pengaratan
e. Pembusukan
2) Perubahan Sifat Bneda
Perubahan sifat benda dibagi menjadi dua. Perubahan sifat benda
sementara dan tetap.
a. Sementara
Perubahan benda bersifat sementara artinya benda mengalami
perubahan dan dapat berubah Kembali. Berubah Kembali ke
bentuk semula.
b. Tetap
Perubahan benda bersifat tetap artinya benda mengalami
perubahan dan tidak dapat kembali seperti semula. Misalnya minyak
goreng dipanaskan akan menguap. Bila uap minyak didinginkan
tidak akan kembali semula.
2. Model pembelajaran IPA Materi Benda dan Sifatnya SD/MI
a. Model Pembelajaran SAVI (Somatic Auditory Visual Intelecctualy)
Model pembelajaran SAVI (Somatic Auditory Visual Intelecctualy) bahwa
model SAVI menyajikan suatu system lengkap untuk melibatkan kelima indra dan
emosi dalam proses belajar yang merupakan cara belajar secara alami yang
3
dikenal dengan model SAVI.
Model pembelajaran SAVI menekankan vahwa belajar harus memanfaatkan
semua alat indra yang dimiliki siswa. Siswa dapat melakukan gerak (Somatis),
dengar (Auditory), mengamati (Visual), dan berpikir (Intelecctualy). Model ini
bisa melihat siswa aktif atau tidak, dimana siswa akan terkihat aktif secara fisik
(Somatis, Auditory, Visual) dan juga psikisnya (Intelecctualy). Kelebihan model
pembelajaran SAVI adalah meningkatkan kecerdasan secara terpadu siswa
melalui Gerakan fisik dan aktivitas intelektual, ingatan siswa lebih kuat. Suasana
pembelajaran menjadi menyenangkan, menumbuhkan rasa percaya diri dan
bekerja sama, meningkatkan kreativitas, melatih siswa berfikir dan

3
Nana Sutarna, “Pengaruh Model Pembelajaran SAVI (Somatic Auditory Visual Intellectual) Terhadap
Hasil Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”, (Profesi Pendidikan Dasar Vol. 5, No. 2, Desember 2018 : STKIP
Muhammadiyah Kuningan), hal. 120

6
mengemukakan pendapat. Sedangkan kekurangan model pembelajaran SAVI
adalah membutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana yang menyeluruh dan
harus sesuai dengan yang dibutuhkan dengan biaya relative tinggi, karena siswa
terbiasa diberi informasi terleboh dahulu sehingga kesulitan menemukan jawaban
4
atau gagasannya sendiri.
Langkah-langkah model pembelajaran SAVI sebagai
5
berikut:
1. Tahap persiapan (Preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan siswa mempersiapkan diri untuk
belajar. Tujuan tahap persiapan adalah untuk memberikan minat para
siswa dan memberi peranan positif mengenai pengalaman belajar yang
akan datang dan menempatkan siswa dalam situasi optimal utuk belajar.

2. Tahap penyampaian (Presentasion)


Tahap penyampaian bertujuan untuk membantu siswa menemukan
materi belajar yang baik dengan cara yang menarik dan menyenangkan.
Dalam tahap penyampaian guru menjadi fasilitator dan guru secara aktrif
harus melibatkan siswa untuk menciptakan pengetahuan disetiap
langkahnya. Tahap penyampaian membantu siswa menemukan materi
belajar yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan,
melibatkan panca indra, dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal hal yang
dilakukan dalam tahap ini adalah guru menyampaikan materi dengan cara
memberi contoh nyata (somatis dan auditori), dari contoh guru
menjelaskan materi secara rinci (auditori).

3. Tahap pelatihan (Practice)

4
Shoimin, “Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013”, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014),
hal. 68
5
Dave, Mejer, “The Accelarated Learning Hand Book. Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program
Pendidikan dan Penelitian”, (Bandung: Kaifa, 2002), hal. 76

7
Tahap pelatihan membantu siswa mengintegrasikan dan memadukan
pengetahuan atau ketrampilan baru dengan berbagai cara yaitu mengajak
siswa berpikir, berkata, dan berbuat mengenai materi yang baru dengan
aktivitas pelatihan pemecahan soal. Hal hal yang dapat dilakukan guru
dalam hal ini adalah memberikan lembar soal untuk diselesaikan dengan
berdiskusi sesuai dengan kelompok masing-masing (visual dan
intelektual), meminta beberapa siswa mewakili kelompok untuk
menampilkan hasil pekerjaanya dan meminta yang lain menanggapi hasil
pekerjaan temannta dan memberi kesempatan untuk bertanya (somatis,
auditori, visual, intelektual), menilai hasil pekerjaan siswa dan meralat
jawaban apabila terdapat kesalahan terhadap hasil pekerjaannya (auditori).
4. Tahap penampilan (Performance)
Tahap penampilan bertujuan untuk membantu siswa menerapkan dan
mengembangkan pengetahuan serta ketrampilan baru mereka pada
pekerjaan sehingga siswa tetap melekat dan prestasi terus meningkat.
Dalam tahap penampilan ini dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa.
Hal hal yang dapat dilakukan dalam tahap ini adalah memberi suatu
evaluasi yang berupa lembar soal untuk mengetahui dan, mengembangkan
tingkat pemahaman serta ketrampilan siswa setelah proses pembelajaran
(somatis dan intelektual), menegaskan kembali materi yang telah diajarkan
kemudian menyimpulkan dan memberikan PR (auditori).
b. Model Pembelajaran Kontekstual
Model pembelajaran kontekstual adalah konsep pembelajaran yang menodorg
guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi siswa sehari-
hari baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar dan senuia kerja,
sehingga siswa mampu membuat hubungan anatra pengetahuan yang dimilikinya
dengan oenerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat tujuh komponen
model pembelajaran kontekstual yaitu: kontruktivisme (constructivism), bertanya
(questioning), menyelidiki (inquiry), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authentic
6
assessment).
Landasan filosofi pembelajaran kontekstual adalah kontruktivisme yang
menyatakan bahwa oengetahian tidak dapat ditransfer dari guru ke siswa seperti

8
halnya mengisi botol ksoong, sebab otak siswa tidak kosonh melainkan sudah
berisi pengetahuan hasil pengalaman-pengalaman sebelumnya. Siswa tidak hanya
“menerima” pengetahuan. Namun “mengkontruksi” sendiri pengetahuannya
melalui proses intra-individual (asimilasi dan akomodasi) dan inter-individual
(interaksi sosial). Agar dapat menilai senyatanya, penilaian autentik dilakukan
dengan berbagai cara misalnya penilaian-penilaian produk, penilaian kinerja
(performance), potofolio, tugas yang relevan dan kontekstual, penilaian diri,
penilaian sejawat dan sebagainya. Penilaian yang berpikir tentang apa yang telah
dipikir atau dipelajari, dengan kata lain merupakan evaluasi dan instropeksi
terhadap kegiatan belajar yang telah ia lakukan. Terdapat beberapa aplikasi model
7
pembelajaran kontekstual sebagi berikut:
1. Model Pembelajaran Langsung (Direct Intruction)
Model pembelajaran langsung adalah guru mendemonstrasikan
pengetahuan atau keterampilan tertentu, selanjutnya melatihkan
keterampilan tersebut selangkah demi selangkah kepada siswa. Model
pembelajaran ini cenderung berpusat pada guru, sehingga sebagian besar
siswa cenderung bersikap pasif, maka perencanaan dan pelaksanaan

6
Jumadi, “Pembelajaran Kontekstual dan Implementasinya”, (DIY, Jateng: FMIPA UNY, 2003), hal. 03
7
Ibid., hal.

9
hendaknya sangat hati-hati. Sistem pengelolaan permbelajaran yang
dilakukan oleh guru harus menjamin keterlibatan seluruh siswa khususnya
dalam memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab).
Pengaturan lingkungan mengacu pada tugas dan memberi harapan yang
tinggi agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran langsung adalah pengajaran yang dirancang
khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural yang terstruktur
dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan bertahap,
selangkah demi selangkah. Pembelajaran langsung yang diarahkan oleh
guru melalui tugas-tugas spesifik yang dilengkapi oleh para siswa dibawah
8
pengawasan guru secara langsung.
Kelebihan model pembelajaran langsung adalah siswa dapat
mengontrol materi secara sistematis, dapat digunakan dalam lingkup yang
kecil maupun besar, dapat dimanfaatkan untuk pengajaran konsep teori
atay praktek secara jelas, siswa dapat mengutarakan atau menjelaskan
suatu informasi yang kurang faham atau lebih mengetahui materinya,
efektif dan sistematis. Sedangkan kekurangan model pembelajaran
langsung adalah tidak semua siswa dapat mengolah informasi,
pembelajaran bersifat pasif, guru mengontrol penuh aktivitas kelas, guru
dituntut bisa berkomunikasi dengan fleksibel dengan siswa, keaktifan
siswa akan berkurang, cenderung hanya berkomunikasi satu arah, guru
9
sulit mendapatkan feedback, sserta guru dituntut teliti.
2. Model Pembelajaran Berbasih Masalah (Problem Based Learning)
Pembelajaran berbasis masalah adalah guru menghadapkan siswa pada
situasi masalah kehidupan nyata (autentik) dan bermakna, memfasilitasi
siswa untuk memecahkannya melalui penyelidikan/ inkuari dan kerjasama,
memfasilitasi dialog dari berbagai segi, merangsang siswa untuk

8
Agustina Dwi N. dan Endang P., “Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kerajinan Makrame
Siswa Tunarungu”, (Surabaya: Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNESA, 2019), hal. 02
9 Ginanjar Adhi, “Model pembelajaran Langsung”, diakses pada tanggal 04 Maret 2022,
https://www.tripven.com/model-pembelajaran-langsung/, 2020.

10
menghasilkan karya pemecahan dan peragaan hasil. Tujuan yang dapat
dikembangkan melalui model pembelajaran ini adalah keterampilan
berfikir dan pemecahan masalah, kinerja dalam menghadapi situasi
10
kehidupan nyata, membentuk pebelajar yang otonom dan mandiri.
Koswanti menyatakan bahwa model pembelajaran Berbasih Masalah
dapat membantu peserta didik dalam mengmebangkan kecakapan
memecahkan masalah, meningkatkan pemahaman dan pengetahuanm serta
keaktifan dalam mendapatkan pengetahuan. Jadi, pembelajaran berbasis
masalah adalah seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah
sebagai focus untuk mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah,
11
materi, dan pengetahuan diri.
Pembelajaran Berbasih Masalah sebagai pembelajaran yang diperoleh
melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah. Masalah
ditemukan pertama-tama dalam proses pembelajaran seperti menginisiasi
masalah awal, meneliti isu-isu yang diidentifikasi sebelumnya dan
memanfaatan pengetahuan dalam memahami lebih jauh situasi masalah.
Pembelajaran Berbasih Masalah mendukung pola berpikir tingkat tinggi
dalam situasi yang berorientasi masalah, termasuk belajar. Peran guru
dalam pembelajaran berbasi masalah adalah mengajukan masalah,
memberikan pertanyaan dan memfasilitasi untuk penyelidikan dan dialog.
Pembelajaran berbasih masalah bertujuan untuk membantu peserta didik
mempelajarai konsep pengetahuan dan kemampuan memecahkan masalah
12
yang ada dalam dunia nyata.
Kelebihan pembelajaran berbasis masalah adalah mendorong siswa
untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah pada dunia nyata,
memabnagun oengetahuan siswa melalui aktivitas belajar, mempelajari

10
Jumadi, “Pembelajaran Kontekstual dan Implementasinya”,….., hal. 05
11
Maulida Anggraini Saputri, “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V Sekolah Dasar”, (Universitas Kristen Satya Wacana: Jurnal
Pendidikan dan Konseling Volume 2 Nomor 1, 2020), hal. 02
12
Siti Rahayu dan Ara Hidayat, “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X IPA SMAN 1 Sukawangi pada Materi Pencemaran Lingkungan”, (UIN
Bandung: Pendidikan Biologi, 2017), hal. 03

11
materi sesuai dengan permasalahan, kemampua berkomunikasi dengan
baik melalui kegiatan diskusi kelompok dan presentasi hasil pekerjaan.
Sedangkan kekurangan pembelajaran berbasis masalah adalah tidak semua
materi emnerapkan pembelajaran berbasis masalah, guru harus tetap aktof
dalam menyajikan materi, siswa yang terbiasa mendapatkan informasi
yang diperoleh dari guru sebagai narasumber utama akan merasa kurang
nyaman dengan cara belajar sendiri dalam pemecahan masalaha, jika
siswa tidak mempunyai rasa percaya diri makai a tidak percaya diri untuk
13
memecahkan masalahnya.
3. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Pembelajaran kooperatif
mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk
menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar
akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman
14
dari temannya, serta pengembangan ketramoilan sosial.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
2) Menyajikan infromasi kepada siswa
3) Mengoorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar.
4) Membeimbing kelompok belajar siswa
5) Mengevaluasi hasil belajar siswa tentang materi pembelajaran yang
telah dilaksanakan
6) Memberikan penghargaan kepada siswa belajar individual atau
kelompok.

a. STAD (Student Teams Achievement Division)

13
Yunus, Abidin, “Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013”, (Bandung: PT. Refika
Aditama, 2014), hal. 2014
14
Rina, Rini, dan Elfi, “Metode Pengajaran dengan Model Pembelajaran secara Kooperatif”, (STMIK
Triguna Dharma: Jurnal Ilmiah Saintikom Sains dan Komputer Vo. 16, 2017), hal. 69

12
Slavin mengatakan model kooperatif tipe STAD adalah salah satu
model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan
model yang paling baik utuk permulaan bagi para guru yang baru
menggunakan pendekatan kooperatif. Dimana siswa belajar kelompok-
kelompok kecil beranggotakan 4-5 orang siswa secara heterogeny
dalam setiap kelompok. Model pembelajarn kooperatif tipe STAD
mendorong tumbuhnya sikap kesetiakawanan dan keterbukaan
diantara siswa serta dapat mendorong ketercapaian tujuan
pembelajaran dan nilai-nilai sosial dalam Pendidikan IPA. Sudana
menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif STAD didasarkan
pada paham konstruktivisme dari Vygotsky yang mengasumsikan
siswa akan lebih mudah mengkrontruksi pengetahuannya, lebih mudah
menemukan dan memecahkan konsep-konsep yang sulit jika mereka
15
mendiskusikan masalah yang dihadapinya dengan temannya.
Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD sebagai berikut:
1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
2) Menyajikan atau menyampaikan informasi
3) Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
4) Membimbing kelompok bekerja dan belajar
5) Evaluasi secara individual
6) Memberikan penghargaan
b. Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah proses belajar
kelompok dimana setiap anggota menyumbangkan informasi,
pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan ketrampilan yang
dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan
pemahaman seluruh anggota. Model ini terdiri dari beberapa anggota

15
Ni Putu Mega A., dkk,. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement
Divisions) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA”, (Universitas Pendidikan Ganesha: Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran IPA Indonesia Volume 9 Nomor 3, 2019), hal. 106

13
dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian
materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebur dalam
kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melibatkan
seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada
16
orang lain.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif model jigsaw:
1) Memilih materi belajar yang disingkat menjadi kalimat atau
beberapa halaman
2) Hitung jumlah bagian materi dan jumlah peserta didik. Bagikan
tugas yang berbeda kepada kelompok peserta yang berbeda
3) Setelah selesai, bentuk kelompok Jigsaw Learning. Setiap
kelompok ada seseorang yang mewakili dari maisng-masing
kelompok
4) Kemudian bentk kelompok peserta didik dengan jumlah yang
sama
c. Example non example
Model pembelajaran kooperatif tipe example non example adalah
pembelajaran menggunakan media berupa gambar, foto, diagram, atau
table yang bermuatan permasalahan. Penggunaan media disusun dan
dirancang agar siswa dapat mengidentifikasi masalah, mencari
alternatif pemecahan masalah yang paling efektif dan mendeskripsikan
kesimpulan atas permasalahan. Model ini digunakan untuk
mengajarkan definisi konsep. Tujuan dari model pembelajaran ini
untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan dua
hal yang terdiri dari examples dan non examples dari suatu definisi
dengan konsep yang ada. Examples memberikan gambaran sesuatu
yang menjadi contoh suatu materi yang akan dibahas, sedangkan non

16 Akhmad Sudrajat, “Cooperative Learning-teknik Jigsaw”, http://akhmadsudrajat.wordpress.com


diakses pada tanggal 05 Maret 2020.

14
examples memberikan gambaran sesuatu yang bukanlah contoh dari
17
suatu materi yang sedang dibahas.
Langkah-langkah examples Non Examples sebagai berikut:
1) Guru mempersiapkan gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran
2) Guru menempelkan gambar di papan. Guru meminta bantuan
siswa untuk emmperisapkan gambar dan membentuk kelompok
siswa
3) Guru memberi kesempatan pada siswa untuk emmperhatikan
atau menganalisis siswa. Biarkan ssiwa menelaah dan
memahami gambar.
4) Melalui diskusi kelompok 2-3 kelompok siswa, hasil diskusi
dari analisis gambar tersebut dicatat pada kertas. Kertas
disediakan oleh guru.
5) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil
diskusinya. Siswa dilatih untuk menjelaskan hasil diskusi
mereka melalui perwakilan kelompok masing-masing.
6) Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa. Guru mulai
menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. Setelah
memahmi hasil dari Analisa yang dilakukan siswa, maka guru
mulai menjelaskan materi sesuai tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai.
7) Guru dan siswa menyimpulkan materi sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
d. NHT (Numbered Heads Together)
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah model
pembelajaran yang mengutamakan adanya aktivitas para siswa dalam
mencari dan mengolah serta melaporkan informasi yang diperoleh dari
berbagai macam sumber yang pada akhirnya siswa akan

17
Agus Suprijono, “Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM”, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2012), hal. 78

15
mempresentasikannya di depan kelas. Model pembelajaran kooperatif
tipe NHT menekankan pada struktur-struktur khusus dengan tujuan
18
mempengaruhi pola interaksi siswa.
Langkah-langkah model pembelajaran NHT sebagai berikut:
1) Siswa dibagi kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok
mendapat nomor
2) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya
3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan
tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya atau mengetahui
jawabannya
4) Guru memnaggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil Kerjasama mereka
5) Tanggapan dari teman lain, kemudian guru menunjuk nomor
yang lain
6) Guru dan siswa menyimpulkan jawaban akhir yang benar dari
setiap oertanyaan yang terkait dengan materi yang dibahas.
B. Metode Pembelajaran IPA Materi Benda dan Sifatnya di SD/MI
Metode pembelajaran adalah metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan
materi pembelajara. Metode belajar dipilih untuk melakukan kegiatan belajar atau
interaksi anatar guru dan siswa. Jenis-jenis metode yang dapat digunakan dalam
19
pembelajaran IPA sebagai berikut:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran yang disampaikan secara lisan
oleh guru yang diberikan kepada siswa sesuai materi yang berbentuk pengetahuan
factual atau deklaratif. Metode ceramah mendapatkan hasil yang baik jika didukung
dengan media dan skenario pembelajaran yang tepat. Tahap dalam metode ceramah
ialah guru menciptakan kondisi belajar yang baik sebelum mengajar, kemudian guru

18 Andi Pujianto, “Pengertian dan Langkah-langkah Model Pembelajaran NHT”,


https://www.infoduniapendidikan.com/model-pembelajaran-nht/ diakses pada tanggal 05 maret 2022.
19
Farida Nur Kumala, “Pembelajaran IPA Sekolah Dasar”, (Malang: Ediide Infografika, 2016), hal. 66

16
menyampaikan nateri pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menghubungkan dan membandingkan bahan ceramah yang diterimanya, guru
melakukan tanya jawab dengan siswa, guru menyimpulkan materi, dan pada tahap
terakhir guru melakukan penilaian terhadap pemahaman siswa tentang materi yang
sudah disampaikan oleh guru sebelumnya.
2. Metode Diskusi – Presentasi
Metode diskusi disampaikan dengan cara guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok kemudian sejumlah siswa menukar informasi materi yang ia dapat sesuai
dengan tanggapan, pendapat setiap siswa. Metode diskusi – presentasi IPA bertujuan
untuk bisa menyampaikan ide atau pendapat dalam forum ilmiah. Metode diskusi
bersifat mengembangkan komunikasi antar yang lain sesuai permasalahan IPA atau
materi IPA. Metode diskusi diharapkan dapat mendorong siswa untuk bekerja secara
kooperatif dimana siswa saling bekerja sama dan saling menghargai satu sama lain
dengan mengembangkan berpikir kritis serta mampu mengembangkan ide secara
20
bebas.
Langkah-langkah metode ialah pertama, guru melakuakn persiapan meliputi
menentukan tujuan pembelajaran, menentukan peserta diskusi, dan masalah yang akan
disampaikan kepada siswa serta waktu dan tepat yang dibutuhkan. Kedua, guru
melakuakn pelaksanaan dengan pembentukan kelompok diskusi, guru menyuruh saah
satu siswa untuk membagi kelompok (merangsang siswa untuk berpartisipasi dan
menghargai setiap pendapat yang diajukan). Ketiga, dilanjutkan presentasi hasil diskusi
dan guru memberikan penilaian sebagai perbaikan untuk diskusi yang akan datang.
3. Metode Demontrasi
Metode demonstrasi adalah metode yang dilakukan dengan memperagakan
barang, kejadian aturan atau suatu harapan menggunakan media atau alat peraga yang
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Metode demonstrasi dapat menghadirkan
objek nyata ke kelas, permodelan, urutan suatu kegiatan eksperimen. Urutan kegiatan
menggunakan metode demonstrasi diawali dengan kegiatan perencanaan, pelaksanaan
21
dan tindak lanjut. Kegiatan perencanaan dimulai dengan menentukan tujuan

20
Farida Nur Kumala, “Pembelajaran IPA Sekolah Dasar”,….. hal. 67
21
Ibid,…..hal. 69

17
pembelajaran, alat dan bahan yang dibutuhkan, menyiapkan langkah – langkah
pembelajaran demonstrasi. Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah dengan
siswa mengamati kegiatan demonstrasi yang diberikan guru, melakukan tanya jawab
untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, selanjutnya siswa diberi
kesempatan untuk mencoba sehingga mereka memahami dan yakin terhadap materi
tersebut. Pada tahap tindak lanjut, guru dapat memberikan tugas kepada siswa untuk
membuat kerangka laporan.
4. Metode Simulasi
Metode simulasi digunakan dalam pembelajaran IPA untuk mengabstraksi
kenyataan yang ada dengan pameranan yang hadir dalam bentuk peran. Metode
simulasi adalah metode menyenangkan yang membuat siswa merasa IPA sebagai
pembelajaran yang menyulitkan, karena siswa merasa memerankan sesuatu hal.
Tugas pemeranan ini membuat siswa merasa percaya diri, kreatif dan senang
sehingga dapat memotivasi siswa dalam belajar. Metode simulasi tidak hanya dapat
dilakukan pada siswa yang bermain peran, namun dapat dilakukan juga dengan cara
menggunakan virtual laboratory (Virtual Labs) dimana simulasi pembelajaran dapat
digantikan dengan simulasi computer (virtual labs). Simulasi computer dengan
pembelajaran IPA merupakan simulasi eksperimen IPA yang berada di computer
22
yang dapat diakses melalui internet.
Metode simulasi virtual labs ini merupakan metode yang praktis dan ekonomis
terhadap bahan dan alat praktikum, guru dan siswa tidak perlu lagi menyiapkan bahan
dan alat tersebut, karena siswa dapat melihat secara langsung kegiatan praktikum
yang dilakukan pada program tersebut, selain itu siswa dapat mengakses secara
berulang – ulang proses yang diekperimenkan jika belum begitu mengerti. Namun
dalam pembelajaran seperti ini, sikap dan keterampilan proses IPA siswa kurang
terlatih serta siswa tidak dapat melihat secara nyata proses eksperimennya sebab
eksperimen sendiri belum tentu akan berhasil. Sering kali melalui kegagalan
eksperimen, siswa akan mengetahui penyebab – penyebab kegagalan pada proses
ekperimen yang dilakukannya.

22
Farida Nur Kumala, “Pembelajaran IPA Sekolah Dasar”,….. hal. 70

18
Langkah-langkah metode pembelajaran simulasi ialah pertama, guru melakukan
orientasi yang berisikan guru dan peserta didik mendiskusikan arti penting simulasi
dan tujuan belajar yang ingin dicapai. Kedua, guru dan siswa mempersiapkan
skenario dan persoalan yang akan dilakukan simulasi. Ketiga, peserta didik diberikan
kebebasan dalam melaksanakan simulasi dan guru berperan memfasilitasi agar
simulasi berjalan lancar. Keempat, guru dan peserta duduk Bersama-sama
mendiskusikan tentang simulasi yang telah dilaksanakan.
5. Metode Eksprimen
Metode eksperimen pengembangan dari metode ilmiah yang terdapat dapat
pembelajaran IPA. Metode eksperimen membantu siswa dalam memahami materi
sesuai dengan fakta yang ada pada suatu benda atau suatu proses. Pelasakanaan
pembelajaran ini dapat dilakukan didalam kelas ataupun diluar kelas. Selama kegiatan
eksperimen ini sebaiknya diberikan pertanyaan – pertanyaan yang nantinya akan
23
dijawab siswa melalui kegiatan eksperimen. Misalnya, apakah yang terjadi pada es
jika dilelehkan di ruangan terbuka.
Pelaksanaan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA misalnya materi
perubahan wujud benda. Melalui metode eksperimen ini siswa mampu mengamati
proses perubahan wujud benda secara langsung. Misalanya proses menguap, saat
siswa hanya dijelaskan akan membuat siswa bingung dan kemungkinan dapat terjadi
miskonsepsi, namun saat dipraktekkan secara langsung siswa akan mengetahui proses
menguap diawali dari zat cair yang harus dipanaskan terlebih dahulu sampai akhirnya
keluar gas – gas.

23
Farida Nur Kumala, “Pembelajaran IPA Sekolah Dasar”,….. hal. 70

19
C. Strategi Pembelajaran IPA Materi Benda dan Sifatnya di SD/MI
Terdapat beberapa strategi pembelajaran IPA materi Benda dan Sifatnya di SD/MI
24
sebagai berikut:
1. Strategi Pembelajaran Kooperatif
Strategi pembelajaran Kooperatif adalah strategi yang menekankan kerja
kelompok dan karya kelompok. Terdapat empat tahap penting dalam strategi
pembelajaran kelompok ialah pertama, adanya peserta dalam kelompok, adanya
aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan adanya tujuan
yang harus tercapai. Dalam hal ini siswa melakukan pemeblajaran dalam setiap
kelompok belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Slavia, Abrani, dan Kamar
menjelaskan bahwa melalui pembelajaran kooperatif dapat dilihat dari beberapa
perspektif, yaitu perspektif motivasi, perspektif sosial, perspektif perkembangan
kognitif, dan perspektif perkembangan elaborasikognitif.
Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a. Prinsip ketergantungan positif (saling ketergangtungan untuk penyelesaian tugas).
b. Tanggung jawa perseorangan (individuakuntabilitas)
c. Interaksi tatap muka (menghadapi interaksi Bersama teman)
d. Partisipasi dan komunikasi
Kelebihan strategi pembelajaran kooperatif asalah siswa tidak terlalu
menguntungkan pada guru tetapi menambah kepercayaan masing-masing,
meneumkan informasi dari beberapa sumber, mengembangkan kemampuan
menangkap dengan kata kata lisan dan dengan ide orang lain, membantu memberdaya
setiap siswa untuk bertanggung jawab, mengembangkan rasa gotong royong dan
mengembangkan ketrampilannya serta memotivasi siswa. Sedangkan kekurangannya
adalah siswa sebagaian kurang maju karena monoton berpikir Bersama, guru perlu
emngawasi dan membimbing setiap kelompok, membutuhkan waktu yang lama.
2. Strategi pembelajaran Inkuiri
Strategi pembelajaran inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan
mendapatkan informasi dengan melakukan observasu dan eksperimen untuk mencari

24
Ridwan, Abdullah Sani, “Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013”, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2014), hal. 34

20
jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah.
Sanjaya mengatakan penggunaan inkuiri harus memperhatikan beberapa prinsip yaitu
berorientasi pada pengembangan intelektual (pengembangaan kemmapuan berfikir),
prinsip interaksi (interaksi anatara siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan
anatra siswa dengan lingkungan), prinsip bertanya (guru sebagai penanya), prinsip
belajar untuk berfikir (learning how to think), prinsip keterbukaan (menyediakan
ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan
secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan).
Strategi pemeblajaran inkuiri mempunyai ciri utama yaitu menekankan pada
aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan artinya siswa
dijadikan subyek belajar, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk
mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan, guru sebagai
fasilitator dan motivator bukan sebagai sumber belajar yang menjelaskan saja, tujuan
strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemmapuan berfikir secara
sistematis, logis, dan kritis atau mengembngkan kemampuan intelektual sebagai
bagian proses mental.
Kelebihan strategi pembelajaran inkuiri adalah strategi yang menekankan pada aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik secara eimbang, memebrikan ruang kepada siswa
untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka, adanya perubahan tingkah laku siswa
berkat adanya pengalaman, siswa yang memiliki ekmampuan belajar bagus tidak akan
terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. Sedangkan kelemhannya adalah sulit
mengontrol kegiatan dan kberhasilan siswa, sulit dalam merencanakn pembelajaran oleh
karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar, memerlukan waktu yang Panjang
sehingga sering guru sulit menyelesaikannya dengan waktu yang telah ditentukan, sulit
diimplementasikan oleh setiap guru.
3. Strategi Pembelajaran Kontrukvitis
Strategi Pembelajaran Kontruktivis adalah strategi yang lahir dari gagasan Piaget dan
Vigotsky keduanya menyatakan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi
yang telah dipahami sbelumnya diolah melalui proses ketidakseimbangan dalam upaya
memperoleh informasi baru. Ia mengatakna bahwa belajar dibentuk kelompok kecil yang
anggota dalam kelompok tersebut hiterogen untuk mengupayakan

21
terjadinya perubahan pengertian atau belajar. Jadi, strategi pembelajaran kontruktivis
adalah siswa belajar melalui informasi secara aktif untuk membangun pengetahuan
sendiri, membandingkan informasi yang baru dengan pemahaman atau pengalamn
yang telah dimiliki. Konstruktivisme mengajarkan tentang sifat dasar bagaimana
siswa belajar.Menurut konstruktivisme belajar adalah Constructing understanding
atauknowledge dengan cara mencocokkan fenomena, ide atau aktivitas yang
barudengan pengetahuan yang telah dimiliki atau dipelajari. Kata
kuncikonstruktivisme adalah to construct.
D. Media Pembelajaran IPA Materi Benda dan Sifatnya di SD/MI
Media yang dapat dimanfaakan dalam pembelajaran IPA materi Benda dan Sifatnya di
SD/MI sebagi berikut:
1. Batang Coklat
Batang coklat sebagai media belajar sifat zat. Batang coklat dapat dijadikan alteratif
untuk mempelajari perubahan benda padat menjadi cair atau sebaliknya cair menjadi
padat. Penggunaan batang coklat selain tidak membahayakan juga sebagai alternatif
agar siswa tidak beranggapan bahwa yang dapat mencair hanyalah air.
2. Balon berisi Gas
Balon dapat menunjukkan adanya gas atau tidak. Dengan balon dapat membuktikan
bahwa udara memiliki massa dan berat.
3. Media audio visual
Media audio visual materi benda dan sifatnya mulai dari bahan dan penyusunnya,
perubahan sifat benda, dan benda berdasarkan wujudnya.
4. Media visual
Media visual materi benda dan sifatnya berupa bagan chart / gambar example non
example.
E. Evaluasi Pembelajaran IPA Materi Benda dan Sifatnya di SD/MI
Evaluasi pembelajaran IPA Materi Benda dan Sifatnya dapat dilakukan sesuai dengan
manajemen pembelajaran guru seperti model, metode, strategi, dan media. Jenis evaluasi
pembelajaran IPA matei Benda dan Sifatnya sebagai berikut:
1. Penilaian Formatif

22
Penilaian formatif bertujuan untuk mengetahui hal yang dipelajari oleh siswa,
untuk mendapatkan balikan dari siswa-siswa apakah perlu mengadakan modifikasi
metode pembelajaran atau rancangan pembelajaran, memberikan balikan dalam
bimbingan kepada siswa dalam menyelesaikan tugasnya. Penilaian formatif diberikan
disetiap proses pembelajaran, dapat dilakukan pada setiap sub pokok bahasan atau
setiap pokok bahasan. Jenis tes nya dapat berbentuk lisan atau tulisan, atau dapat juga
berbentuk unjuk kerja murid terutama untukpenguasaan ketrampilan proses IPA.
Penilaian formatif dapat dilaksanakan bila murid-murid kehilangan arah dalam
menyelesaikan tugas. Penilaian ini yergantung kepada kebutuhan murid dan
pertimbangan guru.
2. Penilian Sumatif
Penilaian sumatif dilangsungkan sesusah proses pembelejaran berakhir. Penilaian
sumatif berguna untuk menilai berapa banyak yang dapat diserap oleh siswa dan
untuk mendapatkan nilai akhir siswa. Penilaian sumatif dilakukan untuk mendapat
nilai akhir, untuk menjaring data seberapa banyak dari bahan pelajaran yang dapat
dipahami oleh siswa. Dengan hal ini maka penilaian sumatif sangat berhubungan erat
dengan tujuan pembelajaran. Karena, tujuan pembelajaran dapat dirumuskan menjadi
tujuan khusus pembelajaran yang akan memudahkan untuk penilaian.
3. Penilaian diagnostic
Penilaian diagnostic adalah penilaian yang bertujuan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan siswa serta faktor-faktor penyebabnya. Penilaian diagnostic
bertujuan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial, menemukan
kasus-kasus dan lain-lain. Soal-soal disusun sedemikian rupar agar dapat ditemukan
jenis kesulitan belajar yang dihadapi oleh para siswa.
4. Penilaian Kognitif
Penilaian kognitif adalah penilaian yang bertujuan untuk meneliti kemampuan
pengetahuan siswa. Guru dapat menggunakan tes tertulis. Guru bisa menggunakan
observasi guru atas kinerja murid, mempergunakan tes gambar yang dibubuhi sedikit
tulisan/kata-kata, mempergunakan jurnal murid-murid, mempergunakan peta konsep,
dan lain-lain. Guru bisa mengujikan beberapa soal IPA materi Benda dan Sifatnya
kepada siswa.

23
5. Penilaian Afektif
Penilaian afektif adalah penilaian yang bertujuan untuk mengetahuo tingkat
pemahaman intelektual siswa atau sikap. Seperti yang dikatakan bloom ranah afektif
meliputi perasaan, emosi, minat, sikap, nilai, dan apresiasi. Guru bisa menggunakan
semacam form atau angket siswa terkait materi tersebut.
6. Penilaian psikomotorik
Penilaian psikomotorik adala penilaian yangbertujuan untuk mengetahui tingkat
ekmampuan ketramoilan siswa. Guru bisa melakuakn penilaiaan psikomotorik Ketika
siswa diberikan kegiatan percobaan IPA atau kegiatan eksperimen. Dengan percobaan
eksperimen tersebut guru dapat menilai tingkat ketrampilan siswa.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentukjalnnya aktivitas atau proses pembelajaran dikelas dan diluar kelas. Model
pembelajaran dalm mata pelajaran IPA materi benda dan sifatnya seperti model
pembelajaran SAVI, model pembelajaran kontekstual, dan model pembelajaran
kooperatif.
Metode pembelajaran adalah cara sistematis dalam bentuk kontekstual berupa
Langkah-langlah untuk mengefektifkan pelaksanaan suatu pembelajaran. Metode
pembelajaran dalam mata pelajaran IPA materi benda dan sifatnya seperti metode
ceramah, metode diskusi, metode simulasi, metodedemontrasi, dan metode eksperimen,
Strategi pembelajaran adalah cara yang akan dipilih guru dalam menyampaikan
materi pembelajaran yang bertujuan untuk memudahkan siswa menerima dan memahami
materi pembelajaran, yang pada akhirnya dapat dikuasai di akhir kegiatan belajar.
Strategi pembelajaran dalam mata pelajaran IPA materi benda dan sifanya seperti strategi
kooperatif, strategi inkuiri, dan strategi kontruktivis.
Media pembelajaran adalah media yang akan digunakan untuk membantu dan
mempermudah pikiran, perasaan, kemampuan, dan perhatian siswa dalam proses belajar
mengajar dikelas. Media pembelajaran disesuaikan sesuai dengan materi IPA benda dan
sifatnya.
Evaluasi pembelajaran adalah suatu Tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan proses pelaksanaan atau program pembelajaran
yang telah dilaksanakan. Evaluasi yang dapat dilaksanakan dalam mata pelajaran IPA
materi benda dan sifatnya seperti melakuakan penilaian kepada murid melalui penilaian
formatis, penilaian sumatif, penilaian diagnostic, penilaian kognitif, penilaian afektif, dan
penilaian psikomotorik.
B. Saran
Makalah ini dapat dijadikan referensi bagi para pembaca khususnya bagi calon
pendidik untuk mengetahui penerapan pembelajaran IPA materi Benda dan Sifatnya di
SD/MI yang nantinya dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam pembelajaran IPA. Serta

25
memberikan pengetahuan dan gambaran yang bermanfaat bagi saya pribadi dan pembaca.
Dari pembahasan materi ini saya mengalami beberapa kendala dalam penyusunan
makalah ini. Maka ada beberapa kesalahan atau kekurangan. Oleh karena itu saya juga
membutuhkan saran dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini

26
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Sani, Ridwan. 2014. “Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013”.
Jakarta: Bumi Aksara, 2014.

Abidin, Yunus. 2014. “Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013”, Bandung:
PT. Refika Aditama, 2014.

Adhi, Ginanjar. 2022. “Model pembelajaran Langsung”, diakses pada tanggal 04 Maret 2022.

Anggraini Maulida Saputri. 2020. “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V Sekolah Dasar”,
(Universitas Kristen Satya Wacana: Jurnal Pendidikan dan Konseling Volume 2 Nomor
1.
Arthur A. C. dan Robert B. S. 2003. “Metode Pratikum dalam Fisika”. (Jakarta: UPI, 2003)

Dwi Agustina, N. dan Endang P.,. 2019 “Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kerajinan
Makrame Siswa Tunarungu”. Surabaya: Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu
Pendidikan, UNESA, 2019.

Jumadi. 2003. “Pembelajaran Kontekstual dan Implementasinya”. DIY, Jateng: FMIPA UNY.

Mejer, Dave. 2002“The Accelarated Learning Hand Book. Panduan Kreatif dan Efektif
Merancang Program Pendidikan dan Penelitian”. Bandung: Kaifa, 2002.

Nur, Fadila Kumala. 2016. “Pembelajaran IPA Sekolah Dasar”. Malang: Ediide Infografika.
Pujianto, Andi. “Pengertian dan Langkah-langkah Model Pembelajaran NHT”,
diakses pada tanggal 05 maret 2022.

Putu, Ni Mega A., dkk,., 2019. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student
Teams Achievement Divisions) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA”. Universitas
Pendidikan Ganesha: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran IPA Indonesia Volume 9
Nomor 3, 2019.

27
Rahayu, Siti dan Ara Hidayat. 2017. “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X IPA SMAN 1 Sukawangi
pada Materi Pencemaran Lingkungan”, (UIN Bandung: Pendidikan Biologi.

Rini, Rina, dan Elfi. 2017. “Metode Pengajaran dengan Model Pembelajaran secara Kooperatif”.
STMIK Triguna Dharma: Jurnal Ilmiah Saintikom Sains dan Komputer Vo. 16, 2017.

28
Shoimin. 2014. “Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013”. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2014.

Sufrajat, Akhmad. “Cooperative Learning-teknik Jigsaw”. http://akhmadsudrajat.wordpress.com


diakses pada tanggal 05 Maret 2020.

Suprijono, Agus. 2012. “Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM”. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.

Sutarna, Nana. 2018. “Pengaruh Model Pembelajaran SAVI (Somatic Auditory Visual
Intellectual) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”. Profesi Pendidikan
Dasar Vol. 5, No. 2, Desember: STKIP Muhammadiyah Kuningan.

Winarti, Wiwik, dkk. 2009. “Ilmu Pengetahuan Alam Untuk Sekolah Dasar/MI Kelas 5”. MEFI
CARAKA: Jakarta, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

29
30

Anda mungkin juga menyukai