Di Susun
OLEH
NAM : NURMASARI
NIM : E1Q016051
SOAL:
1. Mengapa miskonsepsi dapat terjadi pada siswa di SMA?
2. Bagaimanakah cara seorang guru untuk mengetahui adanya miskonsepsi pada siswa?
3. Deskripsikan upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk membantu siswa mengatasi
miskonsepsi!
4. Buatlah uraian tentang miskonsepsi dan konsep yang benar untuk materi …! (sesuai
dengan pembagian materi masing-masing mahasiswa)
JAWABAN
1. Miskonsepsi banyak terjadi akibat kesalahan penafsiran dalam memahami konsep
fisika sehingga pemahaman konsep antara siswa yang satu dengan yang lainnya
berbeda. Setiap individu memiliki pengalaman yang berbeda dalam memahami
konsep sehingga terkadang tidak sesuai dengan konsep yang dimaksudkan oleh para
ilmuwan.
Para peneliti miskonsepsi menemukan berbagai hal yang menjadi penyebab
miskonsepsi pada peserta didik. Secara garis besar, penyebab miskonsepsi dapat diringkas
dalam lima kelompok,
Sebab Utama Sebab Khusus
Pengajar atau Ketidak mampuan sebagai pengajar, tidak menguasai bahan, bukan
Guru lulusan dari bidang ilmu fisika, tidak membiarkan siswa
mengungkapkan gagasan/ide, cara mengajar yang tidak tepat atau
sikap guru dalam berelasi dengan peserta didik yang kurang baik.
Buku Teks Penjelasan keliru, salah tulis terutama dalam rumus, tingkat penulisan
buku terlalu tinggi bagi siswa, tidak tahu membaca buk teks, buku
fiksi dan kartun sains sering salah konsep.
Cara mengajar Hanya berisi ceramah dan menulis, langsung ke dalam bentuk
matematika, tidak mengungkapkan miskonsepsi, tidak mengoreksi
PR, model analogi yang diapakai kurang tepat, model demonstrasi
sempit,dll.
2. Sebelum kita dapat membantu menagani miskonsepsi yang dipunyai peserta didik,
kiranya perlu diketahui lebih dahulu miskonsepsi apa saja yang dimiliki siswa dan
darimana mereka mendapatkannya. Baru dengan demikian kita dapat memikirkan
bagaimana mengatasinya. Untuk itu diperlukan cara-cara mengidentifikasi atau
mendeteksi miskonsepsi tersebut. Disini disebutkan beberapa alat deteksi yang sering
digunakan para peneliti dan guru.
a. Peta Konsep (Concept Maps)
Guru dapat mempersiapkan suatu tes esai yang memuat beberapa konsep
fisika yang memang hendak diajarakan atau yang sudah diajarkan. Dari tes tersebut
dapat diketahui miskonsepsi yang dibawa peserta didik dan dalam bidang apa.
d. Wawancara Diagnosis
Wawancara berdasarkan beberapa konsep Fisika tertentu dapat dilakukan juga
untuk melihat konsep alternatif atau miskonsepsi pada peserta didik. Guru memilih
beberapa konsep fisika yang diperkiran sulit dimengerti peserta didik, atau beberapa
konsep fisika yang pokok dari bahan yang hendak diajarkan. Kemudian peserta didik
diajak untuk mengekspresikan gagasan mereka mengenai konsep-konsep di atas. Dari
sisni dapat dimengerti konsep alternatif yang ada sekaligus ditanyakan darimana
mereka memperoleh konsep anternatif tersebut.
e. Diskusi dalam Kelas
Praktikum yang disertai dengan tanya jawab antara guru dengan peserta didik
yang melakukan praktikum juga dapat digunakan untuk mendeteksi apakah peserta
didik mempunyai miskonsepsi tentang konsep pada praktikum itu atau tidak. Selama
praktikum, guru selalu bertanya bagaimana konsep peserta didik dan bagaimana
peserta didik menjelaskan persoalan dalam praktikum tersebut.
a. Langkah pertama adalah mendeteksi pra-konsepsi peserta didik. Apa yang sudah ada
dalam kepala peserta didik sebelum kita mulai mengajar? Pra-konsepsi apakah yang
sudah terbentuk dalam kepala peserta didik oleh pengalaman dengan peristiwa-
peristiwa yang akan dipelajari? Apa kekurangan prakonsepsi tersebut? Prakonsepsi
dapat diketahui dari literatur atau hasil-hasil penelitian sebelumnya, test diagnostik,
pengamatan, membaca jawaban-jawaban yang diberikan peserta didik langsung, dari
peta konsep dan dari pengalaman guru. Literatur dan test diagnostik sangat
membantu, demikian juga membaca hasil tes esai peserta didik dengan cara yang
kritis dan santai. Fokuskan perhatian kepada jawaban peserta didik yang salah.
b. Langkah kedua adalah merancang pengalaman belajar yang bertolak dari prakonsepsi
tersebut dan kemudian menghaluskan bagian yang sudah baik dan mengoreksi bagian
konsep yang salah. Prinsip utama dalam koreksi miskonsepsi adalah bahwa peserta
didik diberi pengalaman belajar yang menunjukkan pertentangan konsep mereka
dengan peristiwa alam. Dengan demikian diharapkan bahwa pertentangan
pengalaman ini dengan konsep yang lama akan menyebabkan koreksi konsepsi. Atau
dengan memakai istilah Piaget dapat dikatakan bahwa pertentangan pengalaman baru
dengan konsep yang salah akan menyebabkan akomodasi, yaitu penyesuaian struktur
kognitif (otak) yang menghasilkan konsep baru yang lebih tepat, akan tetapi, belum
tentu pengalaman yang tidak cocok dengan pra konsepsi akan berhasil.
c. Langkah ketiga adalah latihan pertanyaan dan soal untuk melatih konsep baru dan
menghaluskannya. Pertanyaan dan soal yang dipakai harus dipilih sedemikian rupa
sehingga perbedaan antara konsepsi yang benar dan konsepsi yang salah akan muncul
dengan Jelas. Cara mengajar yang tidak membantu adalah kalau guru hanya
membahas soal tanpa memperhatikan konsep (drill), atau hanya menulis banyak
rumus di papan tulis, atau hanya berceramah tanpa interaksi dengan murid.
Dari beberapa pembahasan tentang penanganan miskonsepsi di atas, cara-cara
mengurangi miskonsepsi dapat dirangkum dalam tabel di bawah ini berikut:
Ada banyak cara membantu siswa mengatasi miskonsepsi. Tetapi tidak setiap cara
sesuai bagi peserta didik yang mengalami miskonsepsi, karena kesalahan peserta didik dapat
beraneka ragam. Maka penting bahwa guru pertama-tama mengerti letak miskonsepsi peserta
didik dan apa penyebabnya. Setelah itu barulah mencoba beberapa cara yang sesuai dengan
keadaan peserta didik.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar siswa kelas XII MIPA SMAN
Kencong mengalami miskonsepsi. Namun, miskonsepsi yang dialami siswa terletak
pada ranah yang berbeda-beda. Berikut adalah klasifikasi jawaban siswa berdasarkan
indikator pemahaman (C2) menurut Bloom dari soal tes diagnostik yang miskonsepsi:
1. Translasi
a) Translasi Konsep
Berikut ini adalah beberapa jawaban siswa menjelaskan tentang gelombang yang
mengalami miskonsepsi:
1. Gelombang adalah suatu getaran yang menghasilkan cepat rambat da nada yang
dipengaruhi oleh angina
2. Gelombang adalah suatu yang merambat yang dikarenakan oleh adanya gaya
3. Gelombang adalah suatu getaran yang terdiri dari puncak dan lembah
4. Gelombang adalah gangguan yang menimbulkan getaran
Konsep gelombang sebenarnya sangat berkaitan dengan konsep getaran. Gelombang
berasal dari getaran. Getaran yaitu suatu gerak bolak balik di sekitar titik kesetimbangan
sedangkan gelombang yaitu getaran yang merambat baik melalui medium perambatan
ataupun tidak melalui medium perambatan.
a. 1 lembah 1 bukit
b. 3 simpul dan 1 perut
c. 3 simpul dan 2 perut
d. 1 gunung dan 1 lembah
e. dua kali dua perut
f. satu gelombang bila ada dua perut
Berdasarkan jawaban siswa dapat diketahui bahwa pemahaman siswa tentang satu
gelombang sangat melekat dengan puncak dan lembah padahal berdasarkan jenis gelombang
jika ditinjau dari mediumnya terdapat gelombang longitudinal yang bentuk gelombangnya
terdiri dari rapatan dan renggangan. Berikut penjelasan tentang definisi satu gelombang:
Gambar 1.1 Gelombang transversal dengan titik-titik yang memiliki fase yang sama
(titik b & titik f) dan (titik d & H)
Berdasarkan gambar 1.1 dapat diketahui bahwa konsep satu gelombang itu berasal
dari titik-titik dengan memiliki fase yang sama. Dua titik yang memiliki fase sama yaitu
ketika arah getar dan simpangannya sama sehingga berdasarkan penjelasan tersebut dapat
diketahui bahwa definisi satu gelombang adalah jarak antar dua titik saling berdekatan
dengan fase yang sama
b) Translasi simbol
Berdasarkan hasil dari jawaban siswa dalam menjawab tes diagnostik terdapat
beberapa siswa yang miskonsepsi dalam menerjemahkan simbol dari besaran fisika yaitu
diantaranya: panjang tali disimbolkan n dan s seharusnya disimbolkan l, massa beban
disimbolkan w seharusnya disimbolkan m, panjang gelombang disimbolkan l dan s
seharusnya disimbolkan 𝜆 dan cepat rambat gelombang disimbolkan m seharusnya
disimbolkan v.
2. Interpretasi
a) Interpretasi Grafik
V(m/s)
T (s)
3. Interpretasi rumus
Berikut ini adalah beberapa jawaban siswa yang mengalami miskonsepsi saat
menentukan rumus yang digunakan berdasarkan pertanyaan yang diajukan dalam tes
diagnostik:
1) Rumus menentukan cepat rambat gelombang
Jawaban siswa:
S
V=
t
Seharusnya menggunakan rumus
λ
V=
T
2) Rumus menentukan massa beban pada gelombang tali berdasarkan hukum Melde
Jawaban siswa
F. s 𝑣 𝐹 𝐹. 𝑙 𝐹. 𝑠
𝑉=√ ,𝑚 = ,𝑚 = ,𝑚 = , 𝑑𝑎𝑛 𝑚 = 2
𝑚 𝑓 𝑎 𝑣 𝑣
F. s 𝐹. 𝑙
𝑉 = √𝑚 , 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑚 = 2
⁄𝑙 𝑣
4. Ekstrapolas
a) Ekstrapolasi Perhitungan
Berdasarkan jawaban siswa saat mengerjakan soal diagnostik sebagian
besar siswa mengalami miskonsepsi dalam perhitungan ketika dihadapkan
dengan pembagian didalam bilangan pecahan. Berikut adalah contoh dari
jawaban siswa yang mengalami miskonsepsi dalam perhitungan.
2𝜋 1 2𝜋 𝟏
𝜔= , 𝜋= , 𝑻 = . 𝟐 𝑇 = 1𝑠
𝑇 2 𝑇 𝟐
Seharusnya untuk perhitungan pembagian pada bilangan pecahan adalah sebagai berikut:
2𝜋 2
𝑇= ,𝑇 = , 𝑇 = 4𝑠
1⁄ 𝜋 1⁄
2 2
b) Ekstrapolasi hubungan antar besaran fisika