Anda di halaman 1dari 10

TUGAS INDIVIDU

KAJIAN FISIKA SEKOLAH MENENGAH

Di Susun
OLEH

NAM : NURMASARI
NIM : E1Q016051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2018
TUGAS INDIVIDU:
MISKONSEPSI
PETUNJUK: Carilah artikel dalam jurnal yang membahas tentang miskonsepsi fisika! Artikel
yang dicari sesuai dengan pembagian materi setiap mahasiswa. Bacalah artikel tersebut
dengan seksama dan jawablah soal-soal di bawah ini!

SOAL:
1. Mengapa miskonsepsi dapat terjadi pada siswa di SMA?
2. Bagaimanakah cara seorang guru untuk mengetahui adanya miskonsepsi pada siswa?
3. Deskripsikan upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk membantu siswa mengatasi
miskonsepsi!
4. Buatlah uraian tentang miskonsepsi dan konsep yang benar untuk materi …! (sesuai
dengan pembagian materi masing-masing mahasiswa)
JAWABAN
1. Miskonsepsi banyak terjadi akibat kesalahan penafsiran dalam memahami konsep
fisika sehingga pemahaman konsep antara siswa yang satu dengan yang lainnya
berbeda. Setiap individu memiliki pengalaman yang berbeda dalam memahami
konsep sehingga terkadang tidak sesuai dengan konsep yang dimaksudkan oleh para
ilmuwan.
Para peneliti miskonsepsi menemukan berbagai hal yang menjadi penyebab
miskonsepsi pada peserta didik. Secara garis besar, penyebab miskonsepsi dapat diringkas
dalam lima kelompok,
Sebab Utama Sebab Khusus

Siswa Prakonsepsi awal, pemikiran asosiatif, pemikiran humanistik,


reasoning yang tidak lengkap, intuisi yang salah, tahap
perkembangan kognitif siswa, kemampuan siswa, minat belajar siswa
dan cara berpikir siswa.

Pengajar atau Ketidak mampuan sebagai pengajar, tidak menguasai bahan, bukan
Guru lulusan dari bidang ilmu fisika, tidak membiarkan siswa
mengungkapkan gagasan/ide, cara mengajar yang tidak tepat atau
sikap guru dalam berelasi dengan peserta didik yang kurang baik.

Buku Teks Penjelasan keliru, salah tulis terutama dalam rumus, tingkat penulisan
buku terlalu tinggi bagi siswa, tidak tahu membaca buk teks, buku
fiksi dan kartun sains sering salah konsep.

Konteks Pengalaman siswa, bahasa sehari-hari berbeda, teman diskusi yang


salah, keyakinan dan agama, penjelasan orang tua/orang lain yang
keliru, konteks hidup siswa (tv, radio, film yang keliru, perasaan
senang tidak senang, bebas atau tertekan.

Cara mengajar Hanya berisi ceramah dan menulis, langsung ke dalam bentuk
matematika, tidak mengungkapkan miskonsepsi, tidak mengoreksi
PR, model analogi yang diapakai kurang tepat, model demonstrasi
sempit,dll.

2. Sebelum kita dapat membantu menagani miskonsepsi yang dipunyai peserta didik,
kiranya perlu diketahui lebih dahulu miskonsepsi apa saja yang dimiliki siswa dan
darimana mereka mendapatkannya. Baru dengan demikian kita dapat memikirkan
bagaimana mengatasinya. Untuk itu diperlukan cara-cara mengidentifikasi atau
mendeteksi miskonsepsi tersebut. Disini disebutkan beberapa alat deteksi yang sering
digunakan para peneliti dan guru.
a. Peta Konsep (Concept Maps)

Peta konsep dapat digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi peserta didik


dalam bidang fisika. Peta konsep yang mengungkapkan hubungan berarti antara
konsep-konsep dan menekankan gagasan-gagasan pokok, yang disusun hirarkis,
dengan jelas dapat mengungkapkan miskonsepsi peserta didik yang digambarkan
dalam peta konsep tersebut. Miskonsepsi peserta didik dapat diidentifikasi dengan
melihat apakah hubungan antara konsep-konsep itu benar atau salah. Biasanya
miskonsepsi dapat dilihat dalam proposisi yang salah dan tidak adanya hubungan
yang lengkap antar konsep.

b. Tes Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka

Menggunakan tes pilihan ganda (multiple choice) dengan pertanyaan terbuka


dimana peserta didik harus menjawab dan menulis mengapa ia mempunyai jawaban
seperti itu. Jawaban-jawaban yang salah dalam pilihan ganda ini selanjutnya dijadikan
bahan tes berikutnya.

c. Tes Esai Tertulis

Guru dapat mempersiapkan suatu tes esai yang memuat beberapa konsep
fisika yang memang hendak diajarakan atau yang sudah diajarkan. Dari tes tersebut
dapat diketahui miskonsepsi yang dibawa peserta didik dan dalam bidang apa.

d. Wawancara Diagnosis
Wawancara berdasarkan beberapa konsep Fisika tertentu dapat dilakukan juga
untuk melihat konsep alternatif atau miskonsepsi pada peserta didik. Guru memilih
beberapa konsep fisika yang diperkiran sulit dimengerti peserta didik, atau beberapa
konsep fisika yang pokok dari bahan yang hendak diajarkan. Kemudian peserta didik
diajak untuk mengekspresikan gagasan mereka mengenai konsep-konsep di atas. Dari
sisni dapat dimengerti konsep alternatif yang ada sekaligus ditanyakan darimana
mereka memperoleh konsep anternatif tersebut.
e. Diskusi dalam Kelas

Dalam kelas peserta didik diminta untuk mengungkapkan gagasan mereka


tentang konsep yang sudah diajarakn atau yang hendak diajarkan. Dari diskusi di
kelas itu dapat dideteksi juga apakah gagasan mereka itu tepat atau tidak. Dari diskusi
itu, guru dapat mengerti konsep-konsep alternatif yang dipunyai peserta didik. Cara
ini lebih cocok digunakan pada kelas yang besar, dan juga sebagai penjajakan awal.
Yang perlu diperhatikan oleh guru adalah membantu agar setiap peserta didik berani
bicara mengungkapkan pikiran mereka tentang persoalan yang dibahas.

f. Praktikum dengan Tanya Jawab

Praktikum yang disertai dengan tanya jawab antara guru dengan peserta didik
yang melakukan praktikum juga dapat digunakan untuk mendeteksi apakah peserta
didik mempunyai miskonsepsi tentang konsep pada praktikum itu atau tidak. Selama
praktikum, guru selalu bertanya bagaimana konsep peserta didik dan bagaimana
peserta didik menjelaskan persoalan dalam praktikum tersebut.

3. Cara Mengatasi Miskonsepsi Peserta Didik

Berg (1991:5-7)mengemukakan beberapa langkah yang dapat digunakan dalam


pembelajaran mengatasi miskonsepsi, tetapi menurutnya perlu disadari bahwa sebenarnya
belum ada cara yang efektif dan efisien.

a. Langkah pertama adalah mendeteksi pra-konsepsi peserta didik. Apa yang sudah ada
dalam kepala peserta didik sebelum kita mulai mengajar? Pra-konsepsi apakah yang
sudah terbentuk dalam kepala peserta didik oleh pengalaman dengan peristiwa-
peristiwa yang akan dipelajari? Apa kekurangan prakonsepsi tersebut? Prakonsepsi
dapat diketahui dari literatur atau hasil-hasil penelitian sebelumnya, test diagnostik,
pengamatan, membaca jawaban-jawaban yang diberikan peserta didik langsung, dari
peta konsep dan dari pengalaman guru. Literatur dan test diagnostik sangat
membantu, demikian juga membaca hasil tes esai peserta didik dengan cara yang
kritis dan santai. Fokuskan perhatian kepada jawaban peserta didik yang salah.
b. Langkah kedua adalah merancang pengalaman belajar yang bertolak dari prakonsepsi
tersebut dan kemudian menghaluskan bagian yang sudah baik dan mengoreksi bagian
konsep yang salah. Prinsip utama dalam koreksi miskonsepsi adalah bahwa peserta
didik diberi pengalaman belajar yang menunjukkan pertentangan konsep mereka
dengan peristiwa alam. Dengan demikian diharapkan bahwa pertentangan
pengalaman ini dengan konsep yang lama akan menyebabkan koreksi konsepsi. Atau
dengan memakai istilah Piaget dapat dikatakan bahwa pertentangan pengalaman baru
dengan konsep yang salah akan menyebabkan akomodasi, yaitu penyesuaian struktur
kognitif (otak) yang menghasilkan konsep baru yang lebih tepat, akan tetapi, belum
tentu pengalaman yang tidak cocok dengan pra konsepsi akan berhasil.
c. Langkah ketiga adalah latihan pertanyaan dan soal untuk melatih konsep baru dan
menghaluskannya. Pertanyaan dan soal yang dipakai harus dipilih sedemikian rupa
sehingga perbedaan antara konsepsi yang benar dan konsepsi yang salah akan muncul
dengan Jelas. Cara mengajar yang tidak membantu adalah kalau guru hanya
membahas soal tanpa memperhatikan konsep (drill), atau hanya menulis banyak
rumus di papan tulis, atau hanya berceramah tanpa interaksi dengan murid.
Dari beberapa pembahasan tentang penanganan miskonsepsi di atas, cara-cara
mengurangi miskonsepsi dapat dirangkum dalam tabel di bawah ini berikut:

Tabel Penyebab Miskonsepsi dan Cara Mengatasinya

Sebab Sebab Khusus Cara Mengatasi


Utama
Peserta Didik Prakonsepsi, Dihadapkan pada kenyataan
Pemikiran asosiatif, Dihadapkan pada kenyataan
dan peristiwa anomali
Pemikiran humanistik, Dihadapkan pada kenyataan
dan anomali
Reasoning yang tidak lengkap, Dilengkapi; dihadapkan pada
kenyataan
Intuisi yang salah, Dihadapkan pada kenyataan;
anomali dan rasionalitas
Tahap perkembangan kognitif siswa, Diajar sesuai level
perkembangan; mulai dengan
yang konkret, baru kemudian
yang abstrak
Kemampuan peserta didik, Dibantu pelan-pelan, proses
Minat belajar peserta didik Motivasi, kegunaan fisika,
variasi pembelajaran
Guru Tidak menguasai bahan, Belajar lagi
Bukan lulusan dari bidang ilmu fisika, Harusnya sesuai bidang
ilmunya
Tidak membiarkan peserta didik Member waktu peserta didik
mengungkapkan gagasan/ide, untuk mengungkapkan
gagasan secara lisan dan
Relasi guru- peserta didik tidak baik tertulis
Relasi yang enak, akrab,
humor
Buku Siswa Penjelasan keliru, Dikoreksi dan dibenarkan
Salah tulis terutama dalam rumus, Dikoreksi secara teliti
Tingkat penulisan buku terlalu tinggi Disesuaikan dengan level
bagi peserta didik, peserta didik
Tidak tahu membaca buku teks,
Dilatih oleh guru cara
Buku fiksi sains keliru konsep menggunakan teks
Kartun sains sering salah konsep Dibenarkan
Dikoreksi
Konteks Pengalaman peserta didik, Dihadapkan pada pengalaman
baru sesuai dengan konsep
fisika
Bahasa sehari-hari berbeda, Dijelaskan perbedaan dengan
contoh
Teman diskusi yang salah, Mengungkapkan hasil yang
dikritisi guru
Keyakinan dan agama, Dijelaskan perbedaannya
Cara Hanya berisi ceramah dan menulis, Variasi, diransang dengan
mengajar pertanyaan
Langsung ke dalam bentuk Mulai dari gejala nyata baru
matematika, rumus
Guru memeberi kesempatan
Tidak mengungkapkan miskonsepsi, peserta didik mengungkapkan
gagasan
Tidak mengoreksi PR, Dikoreksi cepat dan
ditunjukkan salahnya
Model analogi yang dipakai kurang Ditunjukkan kemungkinan
tepat, salah konsep
Model demonstrasi/Praktikum, Diungkapkan hasilnya dan
dikomentari
Model diskusi Diungkapkan hasilnya dan
dikomentari
Non multiple intelligences Multiple intelligences

Ada banyak cara membantu siswa mengatasi miskonsepsi. Tetapi tidak setiap cara
sesuai bagi peserta didik yang mengalami miskonsepsi, karena kesalahan peserta didik dapat
beraneka ragam. Maka penting bahwa guru pertama-tama mengerti letak miskonsepsi peserta
didik dan apa penyebabnya. Setelah itu barulah mencoba beberapa cara yang sesuai dengan
keadaan peserta didik.

4. Saat siswa mempelajari fisika terdapat beberapa kemungkinan siswa mengalami


miskonsepsi salah satunya pada materi gelombang mekanik. Adapun beberapa
kemungkinan terjadinya miskonsepsi yang dialami siswa dalam memahami konsep
gelombang mekanik diantaranya.
a. mengenai definisi dari besaran yang terdapat pada gelombang mekanik seperti
dalam menjelaskan definisi periode dan frekuensi terbalik dimana definisi
periode menjadi definisi frekuensi begitupun sebaliknya.
b. mengenai hubungan dari besaran yang terdapat pada gelombang mekanik
seperti amplitudo akan mempengaruhi besarnya cepat rambat gelombang,
panjangnya jarak yang akan mempengaruhi besarnya cepat rambat gelombang.
c. pemahaman siswa dalam menjelaskan satu gelombang seperti satu gelombang
adalah satu puncak dan satu lembah.
d. menafsirkan simbol dan satuan dari besaran fisika.
e. menggambarkan grafik hubungan antar besaran fisika.
Dari jurnal yang saya baca, berikut hasil penelitian dari penelitian miskonsepsi pada mata
pelajaran fisika materi gelombang mekanik.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar siswa kelas XII MIPA SMAN
Kencong mengalami miskonsepsi. Namun, miskonsepsi yang dialami siswa terletak
pada ranah yang berbeda-beda. Berikut adalah klasifikasi jawaban siswa berdasarkan
indikator pemahaman (C2) menurut Bloom dari soal tes diagnostik yang miskonsepsi:

1. Translasi
a) Translasi Konsep
Berikut ini adalah beberapa jawaban siswa menjelaskan tentang gelombang yang
mengalami miskonsepsi:
1. Gelombang adalah suatu getaran yang menghasilkan cepat rambat da nada yang
dipengaruhi oleh angina
2. Gelombang adalah suatu yang merambat yang dikarenakan oleh adanya gaya
3. Gelombang adalah suatu getaran yang terdiri dari puncak dan lembah
4. Gelombang adalah gangguan yang menimbulkan getaran
Konsep gelombang sebenarnya sangat berkaitan dengan konsep getaran. Gelombang
berasal dari getaran. Getaran yaitu suatu gerak bolak balik di sekitar titik kesetimbangan
sedangkan gelombang yaitu getaran yang merambat baik melalui medium perambatan
ataupun tidak melalui medium perambatan.

Selanjutnya beberapa jawaban siswa yang mengalami miskonsepsi saat menjelaskan


satu gelombang:

a. 1 lembah 1 bukit
b. 3 simpul dan 1 perut
c. 3 simpul dan 2 perut
d. 1 gunung dan 1 lembah
e. dua kali dua perut
f. satu gelombang bila ada dua perut
Berdasarkan jawaban siswa dapat diketahui bahwa pemahaman siswa tentang satu
gelombang sangat melekat dengan puncak dan lembah padahal berdasarkan jenis gelombang
jika ditinjau dari mediumnya terdapat gelombang longitudinal yang bentuk gelombangnya
terdiri dari rapatan dan renggangan. Berikut penjelasan tentang definisi satu gelombang:

Gambar 1.1 Gelombang transversal dengan titik-titik yang memiliki fase yang sama
(titik b & titik f) dan (titik d & H)
Berdasarkan gambar 1.1 dapat diketahui bahwa konsep satu gelombang itu berasal
dari titik-titik dengan memiliki fase yang sama. Dua titik yang memiliki fase sama yaitu
ketika arah getar dan simpangannya sama sehingga berdasarkan penjelasan tersebut dapat
diketahui bahwa definisi satu gelombang adalah jarak antar dua titik saling berdekatan
dengan fase yang sama

b) Translasi simbol

Berdasarkan hasil dari jawaban siswa dalam menjawab tes diagnostik terdapat
beberapa siswa yang miskonsepsi dalam menerjemahkan simbol dari besaran fisika yaitu
diantaranya: panjang tali disimbolkan n dan s seharusnya disimbolkan l, massa beban
disimbolkan w seharusnya disimbolkan m, panjang gelombang disimbolkan l dan s
seharusnya disimbolkan 𝜆 dan cepat rambat gelombang disimbolkan m seharusnya
disimbolkan v.

2. Interpretasi
a) Interpretasi Grafik

Pada soal diagnostik siswa diminta untuk menggambarkan grafik hubungan


antara periode dan cepat rambat. Berdasarkan konsep hubungan periode dan cepat
rambat adalah berbanding terbalik sehingga grafik yang digambarkan seharusnya
menggunakan grafik untuk hubungan berbanding terbalik. Berikut ini adalah jawaban
beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi:

Dalam menggambarkan grafik hubungan pada besaran fisika harus memperhatikan


variabel yang dipengaruhi (variabel terikat) dan variabel yang mempengaruhi (variabel
bebas). Variabel bebas dituliskan pada garis vertikal sedangkan varibel terikat dituliskan pada
garis horizontal. Untuk periode disini menjadi variabel bebas sedangkan cepat rambat
gelombang menjadi variabel terikat sedangkan hubungan keduanya adalah berbanding
terbalik sehingga dapat digambarkan grafik hubungan antara periode dan cepat rambat
gelombang adalah sebagai berikut:

V(m/s)

T (s)
3. Interpretasi rumus
Berikut ini adalah beberapa jawaban siswa yang mengalami miskonsepsi saat
menentukan rumus yang digunakan berdasarkan pertanyaan yang diajukan dalam tes
diagnostik:
1) Rumus menentukan cepat rambat gelombang
Jawaban siswa:
S
V=
t
Seharusnya menggunakan rumus
λ
V=
T

2) Rumus menentukan massa beban pada gelombang tali berdasarkan hukum Melde

Jawaban siswa

F. s 𝑣 𝐹 𝐹. 𝑙 𝐹. 𝑠
𝑉=√ ,𝑚 = ,𝑚 = ,𝑚 = , 𝑑𝑎𝑛 𝑚 = 2
𝑚 𝑓 𝑎 𝑣 𝑣

seharusnya rumus yang digunakan adalah

F. s 𝐹. 𝑙
𝑉 = √𝑚 , 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑚 = 2
⁄𝑙 𝑣

4. Ekstrapolas
a) Ekstrapolasi Perhitungan
Berdasarkan jawaban siswa saat mengerjakan soal diagnostik sebagian
besar siswa mengalami miskonsepsi dalam perhitungan ketika dihadapkan
dengan pembagian didalam bilangan pecahan. Berikut adalah contoh dari
jawaban siswa yang mengalami miskonsepsi dalam perhitungan.

Saat menentukan periode (T)

2𝜋 1 2𝜋 𝟏
𝜔= , 𝜋= , 𝑻 = . 𝟐 𝑇 = 1𝑠
𝑇 2 𝑇 𝟐

Kesalahannya terjadi pada persamaan yang di tebalkan.

Seharusnya untuk perhitungan pembagian pada bilangan pecahan adalah sebagai berikut:

2𝜋 2
𝑇= ,𝑇 = , 𝑇 = 4𝑠
1⁄ 𝜋 1⁄
2 2
b) Ekstrapolasi hubungan antar besaran fisika

Pada soal tes diagnostik siswa diminta untuk menjelaskan hubungan


antara gaya tegangan tali (F) dan cepat rambat gelombang (v). Terdapat siswa
yang menjelaskan bahwa semakin besar gaya tegang tali maka cepat rambat suatu
gelombang akan semakin kecil begitupun sebaliknya. Perlu dipahami bahwa
hubungan antara gaya tegangan tali adalah sebanding dengan cepat rambat
gelombang sehingga hubungan keduanya yaitu semakin besar gaya tegangan tali
maka semakin besar pula cepat rambat gelombang yang dihasilkan begitupun
sebaliknya semakin kecil gaya tegangan tali maka semakin kecil pula cepat
rambat gelombang yang dihasilkan.

Anda mungkin juga menyukai