KAJIAN PUSTAKA
1. Konsep
umum, konsep dapat disimpulkan adalah ide abstrak yang diwujudkan dalam
1
Siti Mariyah Ulfah, Skripsi, Analisis Miskonsepsi Siswa Kelas VII pada Materi Bilangan
Bulat di MTs Al-Umron, (Malang: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2017), hal. 7
2
Sulis Setiyowati Ningsih, Analisis Miskonsepsi Siswa dalam Menyelesaikan Soal Operasi
Hitung Campuran pada Bilangan Bulat Menggunakan Certainty of Response Index (CRI) di SMP
‘Aisyiyah Muhammadiyah 3 Malang, (Malang: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2018), hal. 7
3
Sufyani Prabawanto, “Pembelajaran Bilangan Pecahan”, dalam
http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/PENDIDIKAN_MATEMATIKA_II/PEND.MAT_II-
BBM_7_%28PEMB.BIL.PECAHAN.pdf , diakses 15 November 2019 pukul 01.14 WIB
13
14
2. Konsepsi
telah ada dalam pikiran.4 Sutriyono dalam Siti Mariyah Ulfah menyatakan
bahwa bagi siswa, konsepsi mereka tentang matematika adalah tidak salah,
hubungan dengan konsep-konsep yang lain, maka konsep baru tersebut tidak
termasuk dalam jaringan konsep yang telah ada sebelumnya di dalam otak.5
atas suatu konsep, di mana tafsiran ini tentunya berbeda-beda untuk setiap
orang. Hal ini bergantung bagaimana cara ia menerima konsep yang didapat.
suatu pecahan dalam aljabar akan berbeda dengan pemahaman siswa kelas 7
SMP yang telah menerima materi aljabar dalam matematika. Jelas, hal ini
3. Miskonsepsi
a. Pengertian
alternatif yang tidak benar secara ilmiah. Miskonsepsi ini diyakini oleh
4
https://kbbi.kemedikbud.go.id diakses pada Minggu, 14 April 2019 pukul 17.44 WIB
5
Siti Mariyah Ulfah, Skripsi, Analisis Miskonsepsi Siswa Kelas VII pada Materi Bilangan
Bulat di MTs Al-Umron, (Malang: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2017), hal. 7
15
konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang
diterima para pakar dalam bidang itu. Sehingga dapat ditarik garis besar
seseorang (konsepsi) dengan konsep yang dipaparkan para ahli. Jelas, ini
berhubungan.
menerima materi terkait aljabar. Hal ini berbeda dengan seorang siswa
bilangan yang terdiri atas pembilang dan penyebut, namun bilangan yang
b. Penyebab Miskonsepsi
antaranya7:
6
Ibid., hal. 8
7
Sulis Setiyowati Ningsih, Analisis Miskonsepsi Siswa dalam Menyelesaikan Soal Operasi
Hitung Campuran pada Bilangan Bulat Menggunakan Certainty of Response Index (CRI) di SMP
‘Aisyiyah Muhammadiyah 3 Malang, (Malang: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2018), hal. 13-17
16
1) Siswa
b) Pemikiran humanistik
d) Minat belajar
e) Kemampuan siswa
2) Buku teks
3) Guru/Pengajar
4) Metode Mengajar
menekankan satu segi saja dari konsep bahan yang digeluti akan
lebih kritis dengan metode yang digunakan dan tidak membatasi diri
5) Konteks
serta keyakinan dan ajaran agama yang mana hal tersebut juga menjadi
c. Sumber Miskonsepsi
2) Ide yang salah yang berpusat pada pengalaman sehari-hari dan bahasa
berpusat dari pemahaman yang tidak tetap terhadap suatu konsep yang
8
Sulis Setiyowati Ningsih, Analisis Miskonsepsi Siswa dalam Menyelesaikan Soal Operasi
Hitung Campuran pada Bilangan Bulat Menggunakan Certainty of Response Index (CRI) di SMP
‘Aisyiyah Muhammadiyah 3 Malang, (Malang: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2018), hal. 18-19
18
d. Mendekteksi Miskonsepsi
konsep dalam struktur kognitif yang dilakukan siswa. Oleh karena itu,
menurut Suparno9:
2) Wawancara
tersebut.
9
Ibid., hal. 19-20
19
4) Peta konsep
miskonsepsi dapat dilihat dari proporsi yang salah dan tidak adanya
Praktikum yang disertai dengan tanya jawab antar guru dan siswa
penyimpangan terhadap hal yang benar yang sifatnya sistematis dan konsisten
lain.
20
Faktor lain tersebut seperti kurang cermatnya siswa dalam membaca soal
sehingga kurang memahami maksud soal, kurang cermat meneliti jawaban yang
siswa dalam menuliskan operasi hitung, kesalahan siswa dalam memahami apa
yang diketahui dan ditanyakan dalam soal dan kesalahan siswa dalam
akan berbeda dengan aturan pada perkalian dan pembagian dalam pecahan.
a. Menyamakan Penyebut
Menyamakan penyebut, ada dua cara yang bisa kita lakukan, yaitu:
10
Sulis Setiyowati Ningsih, Analisis Miskonsepsi Siswa dalam Menyelesaikan Soal
Operasi Hitung Campuran pada Bilangan Bulat Menggunakan Certainty of Response Index (CRI) di
SMP ‘Aisyiyah Muhammadiyah 3 Malang, (Malang: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2018), hal. 9-10
21
yang lama dengan penyebut yang baru. Penyebut yang baru ini
nilai penyebut yang baru dengan nilai penyebut yang lama, lalu hasilnya
Bagi penyebut yang baru dengan penyebut yang lama, lalu hasilnya
1 2 (6÷2) × 1 (6÷3) × 2
+3= +
2 6 6
22
c. Operasikan Pecahan
4 7
= 6. Untuk operasi penjumlahan dan pengurangan ini, langkah
6
langkahnya sama.
a. Perkalian Pecahan
berikut:
1 1 3 3 2 1 1 1
× 3 = 2 × 1 = 2 = 2 + 2 = 1 + 2 = 12
2
b. Pembagian Pecahan
1 1
÷ 3 dapat diselesaikan sebagai berikut:
2
1 3 3 3
1 1 2 1 2 2 3 1
÷3= 1 × 3 = 3 = = 2 = 12
2 1
3 1 3
23
Bilangan Pecahan
miskonsepsi yang terjadi pada siswa ketika menyelesaikan soal operasi hitung
kue bolu Bu Tina adalah dengan menggunakan konsep pengurangan pada soal
19
tersebut, sehingga siswa memperoleh jawaban . Seharusnya siswa
2
berikut:
1 10 2
10 ÷ = × = 20
2 1 1
Jadi, jumlah semua potongan kue bolu Bu Tina adalah 20 potongan, bukan
19
potongan.
2
matematika;
24
𝑎 𝑝 𝑎 𝑝
a. Siswa salah menafsirkan bentuk + (− 𝑞 ) dan bentuk − (− 𝑞 )
𝑏 𝑏
𝑎 𝑝
1) Siswa salah menafsirkan bentuk + (− 𝑞 )
𝑏
2 1 2 1
Misalkan siswa menafsirkan bentuk + (− 3) menjadi bentuk +
3 3 3
3
sehingga siswa memperoleh jawabannya yaitu 3 atau disederhanakan
2 1 1
menjadi 1, seharusnya jawaban yang benar adalah − =3
3 3
𝑎 𝑝
2) Siswa salah menafsirkan bentuk − (− 𝑞 )
𝑏
5 1 5 1
Misalkan siswa menafsirkan bentuk − (− 2) menjadi bentuk −2
2 2
4
sehingga siswa memperoleh jawabannya yaitu 2 atau disederhanakan
5 1 6
menjadi 2, seharusnya jawaban yang benar adalah +2=2
2
2
diwawancarai mengenai tanda positif pada bentuk adalah operasi
3
hitung atau suatu jenis bilangan. Ternyata siswa menjawab tanda positif
2
pada bentuk sebagai operasi hitung, seharusnya jawaban yang benar
3
2
adalah tanda positif pada bentuk sebagai suatu jenis bilangan
3
tidak tepat;
7 2
a. Misalkan siswa salah menafsirkan aturan operasi hitung bentuk +
3 5
7 2 35 6 41
+ 5 = 15 + 15 = 15
3
4 9
b. Misalkan siswa salah menafsirkan aturan operasi hitung bentuk ÷
3 2
8
sebagaimana aturan pada perkalian pecahan dan didapatkan jawaban 27
seperti berikut:
4 9 22 2 8
÷ = × = 27
3 2 3 21
26
a. Siswa salah memberikan tanda positif dan negatif pada operasi hitung
bilangan pecahan
2 1
1) Misalkan siswa salah memberikan tanda positif pada bentuk − 7 − 2 ,
13
sehingga siswa memperoleh jawaban . Seharusnya siswa lebih
14
2 1 −4 7 −13
−7−2 = − 14 =
14 14
−9 −7
2) Misalkan siswa salah memberikan tanda negatif pada bentuk × ,
2 3
−21
sehingga siswa memperoleh jawaban . Seharusnya siswa lebih
2
−93 −7 21
× 31 =
2 2
pecahan
matematika
63
sehingga siswa tersebut memperoleh jawaban . Seharusnya siswa
15
7 9 35 27 62
+ 5 = 15 + 15 = 15
3
7 9
2) Misalkan siswa salah mengoperasikan bentuk pengurangan −5 ,
3
5
sehingga siswa tersebut memperoleh jawaban atau dapat
15
1
disederhanakan lagi menjadi . Seharusnya siswa lebih cermat dalam
3
8
menghitung sehingga akan diperoleh jawaban yang benar yaitu 15
seperti berikut:
7 9 35 27 8
− 5 = 15 − 15 = 15
3
2 1
1) Misalkan siswa salah mengoperasikan bentuk perkalian × 12 ,
9
1
sehingga siswa tersebut memperoleh jawaban . Seharusnya siswa
63
21 1 1
× 126 = 54
9
1 7
2) Misalkan siswa salah mengoperasikan bentuk pembagian ÷ ,
6 4
4
sehingga siswa tersebut memperoleh jawaban 56
atau dapat
1
disederhanakan lagi menjadi 14 . Seharusnya siswa lebih cermat dalam
4
menghitung sehingga akan diperoleh jawaban yang benar yaitu atau
42
2
dapat disederhanakan lagi menjadi 21 seperti berikut:
1 7 1 42 2
÷ = 63 × = 21 .
6 4 7
E. Kognitif
Kognitif berasal dari kata cognitive. Kata cognitive sendiri berasal dari
kata cognition yang padanannya knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang
pengetahuan. Istilah kognitif menjadi popular sebagai salah satu domain atau
yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi
penerapan, penguraian, pemaduan, dan penilaian. Istilah kognitif ini pun juga
digunakan dalam hasil belajar. Tipe hasil belajar pemahaman misalnya membagi
balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat
pemahaman, aspek-aspek intelektual, nalar berpikir yang dalam hal ini lebih
11
Lorenzo M. Kasenda, “Sistem Monitoring Kognitif, Afektif dan Psikomotorik Siswa
Berbasis Android”, dalam E-Journal Teknik Informatika 9, no. 1 (2016): hal. 1-2
30
terhadapnya.
F. Penelitian Terdahulu
penulis, di antaranya:
12
Sarlina, “Miskonsepsi Siswa terhadap Pemahaman Konsep Matematika pada Pokok
Bahasan Persamaan Kuadrat Siswa Kelas X5 SMA Negeri 11 Makassar,” dalam Jurnal Matematika
dan Pembelajaran 3, no. 2 (2015): 194-209
31
sebelumnya
Three-tier Test yang diberikan kepada siswa kelas VII di SMP Negeri 8
sebesar 48% dari 67 siswa, b) Miskonsepsi masih terjadi pada tiap indikator-
bahwa pada penelitian miskonsepsi ini hanya menggunakan tes tertulis biasa
3. Novia Endah Ning Tyas dan Siti Maghfirotun Amin (2017). Hasil penelitian
13
Asbar, Analisis Miskonsepsi Siswa pada Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu
Varibel dengan Menggunakan Three Tier Test, (Makasar: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2017), hal. 65
32
Penelitian
No Persamaan Perbedaan
Terdahulu
1 Sarlina 1. Ketiganya 1. Materi yang digunakan
sama-sama penelitian adalah Persamaan
meneliti Kuadrat
tentang analisis 2. Subjek yang diteliti adalah
miskonsepsi siswa SMA Negeri 11
pada siswa Makasar kelas X
2 Asbar 2. Ketiganya 1. Materi yang digunakan
sama-sama penelitian adalah Persamaan
menggunakan dan Pertidaksamaan Linier
pendekatan Satu Variabel
kualitatif 2. Subjek yang diteliti adalah
siswa kelas VII SMP Negeri
8 Bulukamba
14
Novia Endah Ning Tyas dan Siti Maghfirotun Amin, “Profil Miskonsepsi Siswa pada Materi
Bilangan Bulat berdasarkan Tingkat Kecerdasan Logis-Matematis Siswa,” dalam Jurnal Ilmiah
Pendidikan Matematika 2, no. 6 (2017): 311-319
33
G. Paradigma Penelitian
Akibatnya
Upaya yangmatematika
1. Miskonsepsi dilakukan pada siswa
2. Kesalahan siswa dalam menyelesaikan
permasalahan matematika
Harapan
Identifikasi Siswa memahami benar konsep yang
miskonsepsi dari diajarkan guru, sehingga dapat
kognitif siswa mendukung nilai akademiknya menjadi
lebih bagus.
34