Anda di halaman 1dari 11

MISKONSEPSI SISWA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

MATERI ALJABAR SISWA KELAS VII SMP

Tahun pelajaran 2022-2023

Chusnul Hamidiah, Siti Nur Dianah, Amina Septia Sari dan Umi Hanifah

Program Studi S1 Pendidikan Matematika, Institut Teknologi Dan Sains Nahdlatul Ulama’
Pasuruan

Email : hamidiahchusnul@gmail.com, alhidayahdiana@gmail.com dan aminasari1093@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Miskonsepsi Siswa Terhadap Pemahaman


Konsep Matematika Pada Pokok Bahasan Aljabar Kelas VII. Subjek penelitian sebanyak dua
orang siswa yang terdiri dari satu siswa SMP kelas VII dan miskonsepsi tingkat sedang jenis
kelamin laki-laki dan satu siswa SMP kelas VII dengan jenis kelamin perempuan. Penelitian
ini berdasarkan proses berpikir Mason yang mengemukakan ada 3 fase proses berfikir yaitu
fase entry, fase attack dan fase review, peneliti menggunakan tes pemahaman konsep yang
dilengkapi dengan CRI. Metode pengambilan data instrument berupa tes tulis materi
aljabar yang terdiri dari tiga soal , dan melakukan wawancara singkat pada siswa mengenai
proses menjawab tes tulis yang telah diberikan. Dari hasil penelitian tidak terdapat siswa
yang mengalami miskonsepsi tingkat berat. Seorang siswa menjawab dengan benar ketiga
soal yang ttelah diberikan atau tidak mengalami miskonsepsi. Sisanya adalah miskonsepsi
terhadap bagaimana menentukan model matematika dalam bentuk aljabar dari soal cerita.
Seorang siswa yang menjadi subjek penelitian menjawab dua soal dengan benar dan satu soal
salah, siswa tersebut miskonsepsi dalam penerapan aljabar merasa kebingungan dalam
menentukan variabel. Variabel yang ia buat bermakna ganda, seharusnya variabel memiliki
makna tunggal.

Pendahuluan masalah meskipun siswa sudah


mempelajarinya (Widdiharto, 2008). Menurut
Siswa menganggap matematika adalah Masroza kesulitan belajar dapat diartikan
pelajaran yang sulit karena sifatnya yang sebagai ke tidak mampuan anak dalam
abstrak, penuh dengan angka dan rumus menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan
(Yuberta dkk., 2019). Berdasarkan oleh guru (Mukhlesi, 2015). Kesulitan siswa
problematika yang ada dapat diartikan masih dalam mempelajari bagian matematika akan
terdapat kesulitan belajar yang dialami oleh berdampak pada peningkatan kesulitan
siswa pada mata pelajaran matematika. pemahaman siswa dalam bagia matematika
Kesulitan belajar merupakan kurangnya yang lain karena keanekaragaman topik
pemahaman dalam menguasai konsep, matematika yang saling berkaitan satu dan
prinsip atau proses dalam menyelesaikan lainnya (Purwanti, dan Pujiastuti 2020).
Sehingga kesulitan belajar merupakan
kurangnya pemahaman konsep, dan prinsip Karolin, Subanji, & I Made (2016:2)
dari materi yang dipelajari sehingga mengatakan bahwa miskonsepsi merupakan
menyebabkan siswa tidak mampu suatu bagian dari kerangka konsep yang salah
menyelesaikan atau tidak mampu menjawab tetapi dianggap benar oleh siswa sehingga
dengan benar dari soal yang dikerjakan. terjadi kesalahan yang muncul secara
berulang-ulang atau konsisten.
Tracht (2011) berpendapat bahwa matematika
merupakan mata pelajaran yang penuh Dalam matematika materi aljabar cukup sulit
dengan konsep-konsep. Jika salah satu untuk difahami dimana didalamnya ada
konsep tidak dipahami maka akan unsur-unsur aljabar yang tersaji dalam
berpengaruh terhadap pemahaman konsep- bentuk simbol-simbol. Didalamnya terdapat
konsep lainnya karena konsep-konsep sub-sub yaitu pengertian aljabar, bentuk-
tersebut saling berkaitan. Artinya diperlukan bentuk aljabar dan lain-lain. Akan tetapi
pemahaman konsep-konsep dasar agar dalam pengerjaannya sering kali siswa kurang
nantinya lebih mudah memahami konsep- paham cara mengoperasikan aljabar itu sediri
konsep berikutnya. Selain itu, Ozkan (2011) jika, kebingungan dalam memilih rumus yang
juga berpendapat bahwa pemahaman yang digunakan, tidak faham betul mengenai
rendah terhadap suatu konsep menjadikan aljabar, tidak faham soal yang akan
siswa membuat pengertian sendiri terhadap dikerjakan dan adapun yang kurang teliti
konsep tersebut. Aygor (2012) menjelaskan terhadap perhitungan.
bahwa siswa yang mengalami miskonsepsi
Kesalahan dalam pemahaman konsep akan
pada latihan akan cenderung mengalami
miskonsepsi pada saat ujian. Artinya menjadi penghambat dalam sebuah
miskonsepsi terjadi berulang-ulang. pembelajaran sehingga haruslah dilakukan
tindakan untuk mengatasinya. Untuk
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut
menemukan solusi tersebut haruslah diketahui
dapat disismpulkan bahwa miskonsepsi
merupakan suatu bagian kerangka konsep kecenderungan dan letak miskonsepsi itu
yang salah tetapi dianggap benar oleh siswa sendiri salah satunya dengan berdasarkan
proses berfikir mason yang meliputi entry,
sehingga terjadi kesalahan yang munculsecara
attack, dan riview.
berulang atau konsisten. Sehingga
miskonsepsi perlu ditangani karena dapat Salah satu tujuan dari pembelajaran
menghambat siswa memahami konsep- matematika adalah memahami konsep
konsep matematika selanjutnya. matematika, menjelaskan keterkaitan antar
Dalam dunia pendidikan kesalahan adalah konsep atau algoritma secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
suatu yang lumrah, tidak akan ada sebuah
Konsep adalah batu loncatan pertama yang
perubahan ketika tidak ada yang salah. Akan
seharusnya dipahami siswa, dalam
tetapi kesalahan tidaklah baik sehingga perlu
diminimalisir terutama dalam pemahaman matematika konsep yang terorganisir dan
tersusun secara otomatis serta
konsep. Kesalahan dalam pemahaman
berkesinambungan adalah ciri yang istimewa
konsep akan terus saja merambat pada konsep
sehingga konsep menjadi hal mutlak yang
selanjutnya yang akan berakibat fatal sehingga
haruslah ditangani, hal seperti ini dikenal perlu dipahami betul agar pemahaman
matematika menjadi terarah.
sebagai miskonsepsi dalam dunia pendidikan.
Salah satu tujuan mempelajari aljabar adalah adalah Certainly Of Respons Index(CRI)
dapat meningkatkan logika berpikirmu. Hal yang didasarkan pada skala dan kesempatan
ini tentunya akan berguna dalam untuk menjawab soal. Skala CRI yang
menyelesaikan masalah dan memahami solusi digunakan adalah 0-5, dan diberikan
yang tepat. Operasi aljabar akan membantu bersamaan dengan setiap jawaban soal. Jika
kamu dalam mengambil keputusan yang mana CRI rendah menandakan ke tidak yakinan
akan berpengaruh dalam kehidupan sehari- siswa dalam menjawab suatu pertanyaan atau
hari. bisa diartikan adanya unsur penebakan dalam
menjawab soal. Sebaliknya jika CRI tinggi
Matematika perlu dipelajari dalam kehidupan menandakan keyakinan siswa dalam
karena pola perubahan yang terjadi di dunia menjawab soal baik. Jika jawaban yang
nyata dan pikiran manusia serta keterkaitan dijawab benar, maka tingkat keyakinan yang
diantara pola-pola tersebut secara holistik tinggi akan kebenaran konsepnya telah teruji
dapat dipahami hakikat matematika (Nugraha dengan baik. Dalam menggunakan metode
dkk, 2019).penyelesaian berbagai masalah CRI ini, cara untuk mengetahui kemampuan
dalam segi kehidupan dengan menggunakan siswa yaitu dengan cara memberikan tes
teorema-teorema yang diperoleh secara pilihan ganda yang bersifat pemahaman
penalaran deduktif dan konsep abstrak yang konsep. Skala yang digunakan dalam CRI
berhubungan dengan gagasan berstruktur yang terdapat pada tabel berikut.
hubungannya diatur secara logis sehingga
matematika bersifat abstrak (Nugraha
CRI Kriteria
dkk,2019).
5 Certain ( Sangat Paham )
Manurut Lacey pada kehidupan sehari-hari 4 Almost Certain ( Hampir Paham )
aljabar merupakan bagian penting dalam 3 Sure ( Yakin )
kehidupan, terutama dalam peningkatan pada
2 Not Sure ( Tidak Yakin )
bidang sains, teknologi, dan teknik
1 Almost Guess ( Sebagaian Jawaban
(Kobandaha P., dkk, 2019). Akan tetapi
Menduga-duga )
aljabar juga menjadi salah satu topik
0 Totally Guessed Answer ( Keseluruhan
matematika yang sering menjebak siswa
Jawaban Menduga-duga)
untuk masuk dalam kondisi kesulitan belajar.
Menurut penelitian Purwanti dan Pujiastuti Tabel 1 Kriteria CRI
(2020) bahwa kesulitan belajar yang dialami
siswa dalam mengerjakan soal aljabar Penggunaan skala CRI ini disaat siswa
meliputi kesulitan dalam mendefinisikan dan menjawab soal yang diberikan, dimana
memahami konsep aljabar, menuliskan siswa diminta memberikan nilai 0-5 disetiap
penjabaran dan menyederhanakan bentuk soal yang dijawab. Hasil dari nilai CRI yang
aljabar penjumlahan dan pengurangan, serta diberikan oleh siswa diolah kemudian
menyederhanakan bentuk aljabar perkalian dipadukan hasilnya dengan ketentuan kriteria
dan pembagian. paham konsep atau tidak paham konsep.
Berdasarkan tabel tersebut, menurut Saleem
Metode CRI Hasan (dalam Tayubi,2005, hlm. 6) angka 0
menandakan bahwa siswa tidak tahuatau tidak
Metode yang dipilih dalam penelitian ini paham akan konsep yang diajarkan,
sedangkan angka 5 menyatakan bahwa siswa yang telah dibangun, mencari dan
paham konsep yang telah diajarkan dan mengkomunikasikan alasan mengapa sesuatu
percaya diri dalam menjawab setiap itu benar). Semua proses ini berlangsung
pertanyaan. Untuk skala kepastian 0-2 dalam konteks pemecahan masalah masalah
menandakan bahwa penebakan jawaban yang matematika yang tidak rutin. Lebih lanjut,
dilakukan siswa menjadi peranan yang Mason dan kawan- kawan (dalam Sabri,
penting dalam menjawab soal tidak melihat 2010:2) memposisikan berpikir matematis
jawaban itu salah atau benar. Skala 3-5 sebagai sebuah kegiatan prosedural bersiklus
menandakan bahwa siswa memiliki tingkat dengan tiga fase: masuk (entry), menyerang
kepercayaan yang tinggi dalam menjawab (attack), dan meninjau ulang (review). Tiga
soal, dalam tingkat ini siswa dapat menjawab tahapan ini dikaitkan dengan keadaan emosi:
soal dengan nilai yang benar dan memulai, terlibat, memikirkan, melanjutkan,
menunjukkan bahwa siswa paham akan membangun wawasan, bersikap skeptis,
konsep yang diajarkan, tetapi jika jawaban merenungkan. Dari ketiga fase tersebut, yang
salah terdapat kekeliuran dalam pemahaman perlu digarisbawahi adalah fase masuk karena
konsep.CRI sering kali digunakan dalam fase ini meletakkan dasar untuk melakukan
survei-survei, terutama yang meminta penyerangan, dan fase meninjau kembali
responden untuk memberikan derajat karena fase inilah yang seringkali kurang
kepastian yang dia miliki dari kemampuannya diperhatikan dalam proses konstruksi
untuk memilih pengetahuan, konsep-konsep, pengetahuan, sementara ia adalah fase yang
atau hukum-hukum yang terbentuk dengan paling sarat muatan pendidikannya.
baik dalam dirinya untuk menentukan
jawaban dari suatu pertanyaan (soal). Metode Penelitian

Kerangka Berpikir Mason Peneliti menggunakan metode penelitian


deskriptif yang menggunakan pendekatan
Berpikir matematis, menurut Mason, Burton, deskriptif kualitatif. Menggunakan metode ini
dan Stacey (dalam Sabri, 2010:2), adalah akan memperlihatkan karakteristik subjek
proses dinamis yang memperluas cakupan penelitian kami, metode penelitian ini
dan kedalaman pemahaman matematika. Hal utamanya focus menjelaskan objek penelitian
ini dimungkinkan karena di dalamnya berupa Materi Aljabar dan menjawab
disediakan kesempatan meningkatkan pertanyaan-pertanyaan peneliti. Hal yang akan
kerumitan ide yang ditangani dari waktu ke dideskripsikan dalam penelitian ini
waktu. Dalam proses tersebut kita melakukan miskonsepsi pada penyelesaian soal aljabar
proses pengkhususan (spesialisasi, kelas VII berdasarkan proses berpikir Mason.
memperhatikan beberapa kasus khusus atau Pendeskripsian data diperoleh dari
contoh), proses perampatan (generalisasi, pengamatan langsung yang dilakukan oleh
fokus pada kelompok contoh yang lebih peneliti. Untuk mendapatkan informasi dan
banyak, mencari pola dan hubungan), data pendeskripsian secara akurat, beberapa
penebakan (membuat tebakan tentang tindakan akan dilakukan peneliti pada saat
masalah yang dihadapi, meramalkan penelitian dilaksanakan. Tindakan tersebut
hubungan dan hasil), dan peyakinan yaitu melakukan tes pemahaman konsep yang
(membangun keyakinan tentang pemahaman dilengkapi CRI. Pokok bahasan yang diuji
adalah materi aljabar kelas VII SMP. Subjek
dari penelitian ini berjumlah 2 orang siswa, 1
orang siswa dengan jenis kelamin laki-laki
dan 1 orang siswi dengan jenis kelamin
perempuan dengan kategori miskonsepsi
tingkat sedang. Penelitian ini berdasarkan
proses berpikir Mason. Mason
mengemukakan ada 3 fase proses berpfikir
yaitu fase entry, fase attack, dan fase review,
peneliti menggunakan tes pemahaman konsep
yang dilengkapi CRI. Penilaian Certainly of
Response Index(CRI) merupakan suatu
Gambar 1 Lembar Kerja Siswa
penilaian yang menggambarkan bagaimana
tingkat pemahaman siswa terhadap suatu Tahap pelaksanaan yaitu peneliti akan sedikit
mata pelajaran dan mengukur kepercayaan mengulas kembali bahasan aljabar dengan
diri siswa dalam menjawab soal. pembelajaran yang aktif dan reflektif
kemudian memberikan tes kepada subjek
Instrument yang dipakai dalam penelitian
penelitian, dan melakukan wawancara. Tes
adalah menggunakan peneliti sebagai
yang telah dikerjakan oleh siswa untuk
instrument utama karena peneliti, kemudian
mengetahui kesalahan yang dilakukan siswa
melakukan pengambilan data, menganalisis
pada penyelesaian soal, setelah melakukan tes
data, dan menyimpulkan hasil dari penelitian.
essai maka dilakukan wawancara untuk
Kemudian instrument bantuan menggunakan
memperoleh informasi terkait kesulitan dalam
Tes materi aljabar yang berisi tiga nomor
proses mengerjakan soal.
soal, dibuat untuk mengetahui kesulitan
belajar yang dialami oleh siswa terkait Tahap analisis data dan penarikan kesimpulan
kesulitan yang mereka alami dalam menjawab yaitu melakukan analisis data yang telah
soal. didapatkan dari jawaban siswa dalam
mengerjakan soal tes, wawancara, kemudian
Prosedur penelitian ini meliputi tiga tahap,
data digabungkan dan dibandingkan, serta
yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan,
dianalisis dengan pembanding penelitian
tahap analisis data dan penyimpulan data.
terdahulu terkait kesulitan belajar pada materi
Tahap persiapan meliputi menentukan subjek aljabar, kemudian menarik kesimpulan.
penelitian dan mempersiapkan instrument
Hasil dan Pembahasan
penelitian dengan mempersiapkan soal tes dan
pedoman wawancara. Dari subjek yang kami teliti yaitu dua orang
siswa, 1 orang siswa dengan jenis kelamin
laki-laki dengan kode siswa A dan 1 orang
siswi dengan jenis kelamin perempuan
dengan kode Siswa B. Berikut hasil penelitian
dan pembahasan dari penelitian ini.

Siswa A
masalah dengan baik. Oleh karena itu, pada
Pada siswa A menjawab ketiga soal yang tahap attack, memenuhi aspek try, maybe,
diberikan dengan benar. Pada soal nomor satu dan why. Aspek try terpenuhi sebab pada
siswa A bisa menentukan variable, kosfisien, hasil jawaban menunjukkan bahwa S1
dan konstanta. Berikut hasil jawaban dan membuat dugaan awal penyelesaian, yaitu
wawancara dari siswa A pada soal nomor dengan membedakan variabel, koefisien dan
satu. konstanta. Dugaan penyelesaian yang dibuat
juga telah dicoba. Apakah mampu
menyelesaikan masalah atau tidak. Hal ini
sesuai dengan aspek maybe. Selain itu siswa
Gambar 2 Jawaban No 1 siswa A
juga mampu meyakinkan orang lain secara
tulisan maupun lisan bahwa langkah
P : apakah ada kesulitan pada nomor satu?
penyelesaian yang dilakukan adalah benar.
Hal ini sesuai dengan aspek why. Pada tahap
S : tidak ada kak, hanya menentukan
review, siswa memenuhi aspek check dan
variabel, koefisien, dan konstanta saja
reflect. Aspek check terpenuhi sebab
menurut saya mudah
berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa
P :mengapa koefisien pada z adalah -1? siswa memeriksa kembali solusi yang telah
Padahal tidak ada angka 1 dibuat, apakah telah sesuai dengan pertanyaan
atau tidak. Selain itu, siswa juga memenuhi
aspek reflect sebab subjek mampu merefleksi
S :variabel yang tidak ada koefisien nya
dugaan-dugaan dalam penyelesaian serta
memiliki nilai 1, di soal –z jadi
bagian mana yang sulit pada masalah yang
koefisiennya -1
diberikan.
P : apa kamu yakin dengan
Pada soal nomor 2 siswa A juga menjawab
jawabanmu?
denhan benar yaitu menggunakan pembagian
S : yakin kak eksponen, siswa A mengurangi pangkat
Dari hasil jawaban siswa A, pada soal nomor pembilang dengan pangkat penyebut untuk
1 tidak mengalami miskonsepsi karena dapat menyederhanakan bentuk aljabar pada soal
menjawab soal nomor 1 dengan tepat. Jika nomor 2. Berikut hasil jawaban dan
ditinjau dari hasil wawancara yang dilakukan, wawancara dari siswa A pada soal nomor 2.
yaitu siswa A dapat menyebutkan langkah-
langkah cara penyelesaian dalam
menyelesaikan soal, mencoba menggunakan
cara tersebut, dan memikirkan kebenaran
jawaban yang diperoleh dan sangat yakin Gambar 3 Jawaban N0 2 siswa A
dengan jawabannya menunjukkan bahwa
siswa A sangat paham dengan soal nomor 1.
P : langkah pertama apa yang dilakukan
Sedangkan berdasarkan kerangka kerja untuk penyederhanaan aljabar pada
Mason, jawaban dan hasil wawancara dalam soal nomor 2?
proses penyelesaian soal, terlihat bahwa siswa
S :saya membagi koefisien-koefisiennya
mampu menjelaskan proses penyelesaian
terlebih dahulu, kemudian check terpenuhi sebab berdasarkan hasil
mengoprasikan variabel dengan salah wawancara diketahui bahwa siswa memeriksa
satu sifat eksponen. kembali solusi yang telah dibuat, apakah telah
sesuai dengan pertanyaan atau tidak. Selain
P : coba tentukan koefisien dari itu, siswa juga memenuhi aspek reflect sebab
pembagi subjek mampu merefleksi dugaan-dugaan
S : 4 dan 1 kak dalam penyelesaian serta bagian mana yang
P : apa kamu yakin dengan sulit pada masalah yang diberikan.
jawabanmu? Selanjutnya pada soal nomor 3 jawaban siswa
S : yakin kak A juga sudah benar hanya saja pada soal
Dari hasil jawaban siswa A, pada soal nomor nomortiga siswa A tidak mencantumkan
2 juga tidak mengalami miskonsepsi karena variabel x dimisalkan sebagai apa dan
dapat menjawab soal nomor 2 dengan tepat. variabel y dimisalkan sebagai apa. Siswa A
Jika ditinjau dari hasil wawancara yang juga masih mencantumkan koefisien 1 pada
dilakukan, yaitu siswa A dapat menyebutkan variabel x. berikut hasil jawaban dan
langkah-langkah cara penyelesaian dalam wawancara dari siswa A Pada soal nomor 3
menyelesaikan soal, mencoba menggunakan
cara tersebut, dan memikirkan kebenaran
jawaban yang diperoleh dan sangat yakin
dengan jawabannya menunjukkan bahwa
Gambar 4 Jawaban No 3 siswa A
siswa A sangat paham dengan soal nomor 2.

Berdasarkan kerangka kerja Mason, jawaban P : soal nomor tiga apakah mengalami
dan hasil wawancara dalam proses kesulitan?
penyelesaian soal, terlihat bahwa siswa
S : tidak kak, saya awalnya bingung karena
mampu menjelaskan proses penyelesaian
dalam soal buahnya sama-sama apel.
masalah dengan baik. Oleh karena itu, pada
Tetapi saya teliti lagiternyata
tahap attack, memenuhi aspek try, maybe,
satuannyaberbeda
dan why. Aspek try terpenuhi sebab pada
hasil jawaban menunjukkan bahwa S1 P : baik pintar sekali. Apa kamu yakin
membuat dugaan awal penyelesaian, yaitu dengan jawabanmu?
dengan mengurangi pangkat pembilang
dengan pangkat penyebut untuk S : yakin kak
menyederhanakan bentuk aljabar pada soal.
Dugaan penyelesaian yang dibuat juga telah Dari hasil jawaban siswa A, pada soal nomor
dicoba. Apakah mampu menyelesaikan 3 juga tidak mengalami MIskonsepsi karena
masalah atau tidak. Hal ini sesuai dengan dapat menjawab soal nomor 3 dengat tepat.
aspek maybe. Selain itu siswa juga mampu Jika ditinjau dari hasil wawancara yang
meyakinkan orang lain secara tulisan dilakukan, yaitu siswa A dapat menyebutkan
maupun lisan bahwa langkah penyelesaian langkah-langkah cara penyelesaian dalam
yang dilakukan adalah benar. Hal ini sesuai menyelesaikan soal, mencoba menggunakan
dengan aspek why. Pada tahap review, siswa cara tersebut, dan memikirkan kebenaran
memenuhi aspek check dan reflect. Aspek jawaban yang diperoleh dan sangat yakin
dengan jawabannya menunjukkan bahwa P : Apa kamu yakin dengan
siswa A sangat paham dengan soal nomor 3. jawabanmu?

Dari hasil jawaban siswa A, terlihat bahwa S : iya yakin


siswa A tidak mengalami miskonsepsi karena Dari hasil jawaban siswa B, pada soal nomor1
siswa A dapat menjawab ketiga soal dengan tidak mengalami miskonsepsi karena dapat
tepat dan benar dan mampu menjawab menjawab soal nomor 1 dengan tepat. Jika
wawancara serta tahapan penyelesaian soal ditinjau dari hasil wawancara yang dilakukan,
(attack) yang disampaikan oleh Mason, dkk yaitu siswa B dapat menyebutkan langkah-
(2010), menunjukkan bahwa siswa A langkah cara penyelesaian dalam
memenuhi aspek try, maybe, dan why. Hal ini menyelesaikan soal, mencoba menggunakan
diketahui melalui wawancara yang dilakukan, cara tersebut, dan memikirkan kebenaran
yaitu siswa A dapat menyebutkan langkah- jawaban yang diperoleh dan sangat yakin
langkah cara penyelesaian dalam dengan jawabannya menunjukkan bahwa
menyelesaikan soal, mencoba menggunakan siswa B sangat paham dengan soal nomor 1.
cara tersebut, dan memikirkan kebenaran
jawaban yang diperoleh. Meskipun ada satu Berdasarkan kerangka kerja Mason, jawaban
soal tidak menuliskan alasan menggunakan dan hasil wawancara dalam proses
cara yang digunakan untuk menyelesaikan penyelesaian soal, terlihat bahwa siswa
masalah, Hal ini sesuai dengan aspek try, mampu menjelaskan proses penyelesaian
maybe, dan why yang dilalui siswa dalam masalah dengan baik. Oleh karena itu, pada
proses penyelesaian masalah (attack). tahap attack, memenuhi aspek try, maybe,
dan why. Aspek try terpenuhi sebab pada
Siswa B hasil jawaban menunjukkan bahwa S1
membuat dugaan awal penyelesaian, yaitu
Pada siswa B menjawab kedua soal yang dapat menentukan variabel, koefisien dan
diberikan dengan benar dan 1 soal salah. Pada konstanta. Dugaan penyelesaian yang dibuat
soal nomor satu siswa B bisa menentukan juga telah dicoba. Apakah mampu
variabel, koefisien dan konstanta. Berikut menyelesaikan masalah atau tidak. Hal ini
hasil jawaban dan wawancara dari siswa B sesuai dengan aspek maybe. Selain itu siswa
pada soal nomor satu. juga mampu meyakinkan orang lain secara
tulisan maupun lisan bahwa langkah
penyelesaian yang dilakukan adalah benar.
Hal ini sesuai dengan aspek why. Pada tahap
Gambar 5 Jawaban No 1 siswa B review, siswa memenuhi aspek check dan
P : apakah ada kesulitan pada nomor reflect. Aspek check terpenuhi sebab
satu? berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa
siswa memeriksa kembali solusi yang telah
S : mudah saja kak dibuat, apakah telah sesuai dengan pertanyaan
P : mengapa koefisien pada z adalah -1? atau tidak. Selain itu, siswa juga memenuhi
Padahal tidak ada angka 1 aspek reflect sebab subjek mampu merefleksi
dugaan-dugaan dalam penyelesaian serta
S : karena variabel yang sendirian, tidak bagian mana yang sulit pada masalah yang
ada angkanya, memiliki koefisien 1 diberikan.
Pada soal nomor 2 siswa B uga menjawab mampu menjelaskan proses penyelesaian
dengan benar tetapi siswa B tidak masalah dengan baik. Oleh karena itu, pada
menuliskan cara ia mendapatkan hasilnya tahap attack, memenuhi aspek try, maybe,
atau langsung jawaban. Berikut hasil dan why. Aspek try terpenuhi sebab pada
jawaban dan wawancara dari siswa B pada hasil jawaban menunjukkan bahwa siswa B
soal nomor dua. membuat dugaan awal penyelesaian. Dugaan
penyelesaian yang dibuat juga telah dicoba.
Apakah mampu menyelesaikan masalah atau
tidak. Hal ini sesuai dengan aspek maybe.
Gambar 6 Jawaban No 2 siswa B
Selain itu siswa juga mampu meyakinkan
orang lain secara tulisan maupun lisan bahwa
P : langkah pertama apa yang dilakukan langkah penyelesaian yang dilakukan adalah
untuk penyederhanaan aljabar pada benar. Hal ini sesuai dengan aspek why. Pada
soal nomor 2? tahap review, siswa memenuhi aspek check
dan reflect. Aspek check terpenuhi sebab
S : saya 1 membagi 12 dengan 4, hasilnya berdasarkan hasil wawancara diketahui
tiga kemudian p⁴ : p² pangkatnya bahwa siswa memeriksa kembali solusi yang
dikurangi. variabel q juga seperti itu. telah dibuat, apakah telah sesuai dengan
Variabel r tetap karena tidak ada pertanyaan atau tidak. Selain itu, siswa juga
pembaginya memenuhi aspek reflect sebab subjek mampu
merefleksi dugaan-dugaan dalam
P : coba tentukan koefisien dari pembagi
penyelesaian serta bagian mana yang sulit
pada masalah yang diberikan
S : 4 dan 1. Variabel q memiliki koefisien 1
tetapi tidak tertulis Selanjutnya pada soal nomor 3 jawaban siswa
B salah. Siswa B menentukan variable yang
P : Apa kamu yakin dengan
dimisalkan memiliki makna ganda, dalam
jawabanmu?
jawabannya siswa menjawab sebuah apel
S : iya kak yakin dimisakan x di persamaan pertama,
Dari hasil jawaban siswa B, pada soal nomor2 sedangkan di persamaan kedua sebuah
tidak mengalami miskonsepsi karena dapat kantong apel dimisalkan x juga. Memang
menjawab soal nomor 2 dengan tepat. Jika sama-sama buah apel tetapi dalam satuan
ditinjau dari hasil wawancara yang dilakukan, yang berbeda, perlu ketelitian dalam
yaitu siswa B dapat menyebutkan langkah- menyelesaikan soal tersebut. Berikut hasil
langkah cara penyelesaian dalam jawaban dan wawancara dari siswa B pada
menyelesaikan soal, mencoba menggunakan soal nomor tiga.
cara tersebut, dan memikirkan kebenaran
jawaban yang diperoleh dan sangat yakin
dengan jawabannya menunjukkan bahwa
siswa B sangat paham dengan soal nomor 2.

Berdasarkan kerangka kerja Mason, jawaban Gambar 7 Jawaban No 3 siswa B


dan hasil wawancara dalam proses
penyelesaian soal, terlihat bahwa siswa
P : soal nomor tiga apakah mengalami kebingungan dan membuat permisalan yang
kesulitan? kurang tepat.

S : iya kak. Saya bingung di soal nomor 3


Kesimpulan
pada cerita buahnya sama sama apel.
Saya tidak dapat membedakannya Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan terhadap miskonsepsi pada
P : mengapa pada persamaan yang penyelesaian soal aljabar siswa kelas VII
pertama 2a + 3b? Adakah di soal 3 apel SMP dengan miskonsepsi tingkat sedang
atau 3 kantong apel? peneliti dapat menarik kesimpulan, yaitu
siswa A tidak mengalami miskonsepsi dilihat
S : tidak ada kak, saya bingung dan kurang
dari penyelesaian ketiga soal dengan benar
teliti pada nomor 3
dan tepat serta ketepatan dan keyakinan
P : baik pintar sekali. Apa kamu yakin dalam menjawab wawancara dan memenuhi
dengan jawabanmu? ketiga aspek kerangka berpikir Mason.
Sedangkan siswa B mengalami miskonsepsi
S : tidak yakin kak dalam penerapan aljabar dilihat dari
penyelesaian yang kurang tepat dan
Dari hasil jawaban siswa, pada soal nomor 1 ketidakyakinan dalam menjawab pertanyaan
dan 2 tidak mengalami miskonsepsi karena wawancara, serta tidak memenuhi ketiga
dapat menjawab soal nomor 1 dan nomor 2 aspek kerangka berpikir Mason. Miskonsepsi
dengan tepat. Jika ditinjau dari hasil ini dapat diminimalisir dengan pemberian
penyelesaian soal 1 dan 2, wawancara serta scaffolding guna meminimalisir dan
tahapan penyelesaian soal (attack) yang menghilangkan miskonsepsi. Dalam
disampaikan oleh Mason, dkk (2010), menyusun instrument yang digunakan untuk
menunjukkan bahwa siswa B memenuhi mengidentifikasi miskonsepsi dapat
aspek try, maybe, dan why. Hal ini diketahui menggunakan CRI, tetapi akan lebih baik jika
melalui wawancara yang dilakukan, yaitu ditambahkan dengan instrument lainnya.
siswa B dapat menyebutkan langkah- langkah Selain itu, untuk melihat miskonsepsi pada
cara penyelesaian dalam menyelesaikan soal, siswa dapat dikembangkan pada materi lain,
mencoba menggunakan cara tersebut, dan tidak terpaku pada materi menyederhanakan
memikirkan kebenaran jawaban yang bentuk aljabar.
diperoleh. Tahap penyelesaian masalah yang
selanjutnya adalah tahap memeriksa kembali Bibliografi
proses penyelesaian soal (review).
Najmawati Azis dkk.
Miskonsepsi yang dialami siswa B adalah
(2020).Miskonsepsi pada Materi Aljabar
dalam memisalkan variabel, dan menjadikan
Siswa Kelas VIII SMP. Universitas Negeri
variabel bermakna ganda sehingga siswa
Makassar.
membuat framework untuk konsep tersebut
yang tidak benar dan framework tersebutlah Suparno P. (2013). Miskonsepsi dan
yang digunakan untuk menyelesaikan soal Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika.
(Holmes, dkk, 2013). Miskonsepsi yang Jakarta: PT Grasindo.
dialami siswa B terjadi karena pemahaman
terhadap soal rendah dan tidak teliti sehingga Tayubi, Y. R. (2005). Identifikasi
Miskonsepsi pada Konsep-konsep Fisika Aminah, Kurniawati K. R. A. (2018).
Menggunakan Certainty of Response Index Analisis Kesulitan Siswa Dalam
(CRI). Mimbar Pendidikan, 3/XXIV. Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Topik
Pecahan Ditinjau Dari Gender.
Arikunto, Suharsimi, dkk, (2006).
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Jurnal Teori Dan Aplikasi Matematika.
Aksara. E – ISSN :2614 – 1175

Anda mungkin juga menyukai