Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PENELITIAN

PENYEBAB MISKONSEPSI YANG SERING DIALAMI SISWA PADA MATERI OPERASI ALJABAR DI
SMP NEGERI 2 BEKASI

Raju Aprijaludin
NIM. 1808105028

Karya tulis ini dibuat untuk mengikuti perkuliahan Metodologi Penelitian


Bersama Dr. Budi Manfaat, M.Si

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Badan Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penjelasan, pemahaman dan
penerapan konsep termasuk dalam tujuan dari mata pelajaran matematika. Dengan kata
lain, mata pelajaran matematika didalamnya menegaskan pada konsep. (Pendidikan dalam
Sari & Afriansyah, 2006)
Dalam pembelajaran matematika ada 2 objek yang dipelajari yaitu objek langsung
dan objek tidak langsung. Objek langsung dalam matematika meliputi fakta, konsep, prinsip
dan keterampilan matematika. Fakta merupakan ketetapan yang ada dalam pembelajaran
matematika, contohnya angka satu dilambangkan dengan 1. Konsep dalam matematika
yaitu mengklasifikasikan objek-objek tertentu yang memiliki kesamaan berdasarkan sifat
atau nilai tertentu dalam satu kategori. Prinsip dalam matematika merupakan sebuah
pernyataan-pernyataan atau teorema yang dapat di buktikan kebenarannya melalui
pembuktian atau aksioma. Sedangkan keterampilan dalam matematika adalah kemampuan
menerapkan fakta, konsep dan prinsip yang sesuai sehingga dapat menyelesaikan suatu
permasalahan yang ada.
Sekumpulan konsep matematika yang telah di pelajari dan di miliki oleh siswa dapat
mempermudah proses pembelajaran dan mengarahkan hasil belajar yang lebih baik serta
dapat mengoptimalkan kejelasan prinsip dan keterampilan matematika karena konsep
matematika menjadi dasar yang harus dikuasai oleh siswa dalam pembelajaran matematika.
Setelah siswa memahami konsep tersebut maka selanjutnya akan belajar mengenai prinsip
dan keterampilan matematika. Namun seringkali terjadi kesalahpahaman konsep dalam
matematika sehingga berdampak pada terjadinya miskonsepsi. Jika kesalahan konsep
(miskonsepsi) dibiarkan maka akan berpengaruh terhadap pemahaman prinsip dan
keterampilan matematika.
Idealnya, pengetahuan matematika dasar yang dimiliki oleh siswa dapat
mempermudah proses pembelajaran dan memperoleh hasil belajar matematika yang lebih
baik. Faktanya, terkadang matematika dasar yang dimiliki membuat siswa semakin kesulitan
dalam proses pembelajaran, hal ini terjadi karena adanya miskonsepsi antara pengetahuan
matematika dasar dengan pengetahuan matematika baru khususnya pada materi operasi
aljabar. Akibatnya, siswa menjadi kesulitan dalam proses pembelajaran khususnya
memahami pengetahuan matematika baru pada materi operasi operasi aljabar yang lebih
kompleks.
Salah satu cara untuk meminimalisir miskonsepsi matematika yaitu dengan
mengidentifikasi penyebab-penyebab yang sering dialami oleh siswa khususnya pada materi
operasi aljabar.
B. Pernyataan Masalah
Belum diketahui apa saja yang menjadi penyebab siswa mengalami miskonsepsi
dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi operasi aljabar.

C. Pertanyaan Penelitian
Apa saja penyebab siswa mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran matematika
khususnya pada materi operasi aljabar?

D. Relevansi dan Pentingnya Penelitian


Masalah miskonsepsi harus segera diatasi, karena jika dibiarkan begitu saja siswa
akan konsisten dengan pemahamannya sendiri yang belum tentu sesuai. Oleh sebab itu,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja penyebab sehingga siswa mengalami
miskonsepsi matematika khususnya pada materi operasi aljabar, yang berguna untuk
pembaca khususnya pendidik untuk memberikan pemahaman yang sesuai dan
menggunakan metode yang tepat agar siswa mudah memahami isi materi yang hendak
disampaikan.
BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. Tinjauan Konseptual
Penting bagi siswa untuk menghubungkan pengetahuan dasar yang sudah dimiliki
dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari. Bahkan, pengetahuan dasar pula menjadi
bagian yang harus dikuasai terutama dalam pemahaman konsep karena dapat membuat
siswa menjadi lebih kritis dalam berpikir. Dalam mempelajari matematika, seringkali
dihadapkan dengan berbagai macam rumus yang harus dipelajari, tentunya membutuhkan
pemahaman yang tepat dalam menyelesaikan masalah masalah tersebut. Oleh sebab itu,
pemahaman yang tepat sangat diperlukan terutama dalam menghubungkan pengetahuan
dasar dengan pengetahuan baru.
Matematika adalah ilmu yang sangat penting dalam kehidupan kita sehari-hari,
matematika dapat meningkatkan kemampuan berpikir, berargumen dan berhitung.
Matematika dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan
kehidupan kita sehari-hari. Memahami konsep dalam matematika itu sangatlah penting.
Pada beberapa momen, pasti akan dijumpai ketika kita kesulitan dalam memahami konsep,
dan pada akhirnya membuat siswa berpikir menurut pemahamannya saja, tidak sadar
bahwa sebenarnya ada pemahaman yang paling tepat dibanding dengan pemikirannya.
Oleh sebab itu, akan terjadi salah pemahaman dalam konsep yang dipelajari atau disebut
dengan istilah miskonsepsi (Slavin, 2011).
Beberapa ahli (A.Ozkan, 2011), (Holmes, et al 2013), (Hershberger, 2011), (Luz, 2008),
(Suparno P., 2013), (Sutrisno, 2007), (Yusmana, 2010) memaparkan definisi mengenai
kecerdasan miskonsepsi, ternyata definisi yang dipaparkan oleh para ahli tersebut
mengarahkan pada satu hal yang sama yaitu bahwa miskonsepsi adalah suatu bagian
kerangka konsep yang salah tetapi dianggap benar oleh siswa sehingga terjadi kesalahan
yang muncul secara berulang atau konsisten. Miskonsepsi bisa Terjadi kepada pemahaman
siswa karena ada penyebabnya. Siswa yang mengalami miskonsepsi dapat berpengaruh
terhadap hasil belajarnya bahkan kehidupan siswa nantinya. Ada beberapa jenis
miskonsepsi yang sering dialami oleh siswa diantaranya miskonsepsi generalisasi,
miskonsepsi notasi, miskonsepsi pengartian huruf, dan miskonsepsi aplikasi aturan. Siswa
sering kali mengalami miskonsepsi khususnya pada materi aljabar, padahal pemahaman
terhadap materi aljabar yang baik dapat membantu siswa untuk memiliki kemampuan
analitik yang baik.
Beberapa ahli memaparkan definisi mengenai berpikir, ternyata definisi yang dipaparkan
oleh para ahli itu mengarahkan pada satu hal yang sama yaitu bahwa berpikir kritis adalah
kemampuan seseorang untuk merespon hal-hal yang terjadi di dalam kehidupan. Seseorang
yang memiliki kemampuan berpikir kritis baik maka orang tersebut akan mampu
menyelesaikan suatu masalah yang terjadi, mengambil keputusan-keputusan yang
diperlukan, menganalisis argumen orang lain mengenai suatu topik, dan melakukan
penyelidikan-penyelidikan ilmiah jika itu diperlukan. Dengan begitu orang yang memiliki
kemampuan berpikir kritis baik mereka tidak akan langsung percaya terhadap suatu hal dia
akan menganalisisnya terlebih dahulu dan melakukan penyelidikan penyelidikan ilmiah jika
itu dirasa perlu untuk dilakukan. Berpikir kritis seseorang dapat dilatih dengan pembelajaran
matematika. Karena berfikir kritis sangat penting bagi seseorang maka berpikir kritis
dijadikan salah satu tujuan dalam pendidikan (Walle, 2007., Murphy, 2006)

B. Tinjauan Teori
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menyatakan bahwa standar yang harus
dimiliki siswa pada mata pelajaran matematika yaitu pemahaman konsep, penjelasan
hubungan antar konsep, penalaran serta penerapan konsep atau algoritma yang sesuai
dalam menyelesaikan suatu masalah tertentu. (Wahid, Hartoyo, & Mirza, 2015)
Guru harus lebih memperhatikan siswa dalam menyampaikan sebuah ilmu, agar ilmu
yang diterima oleh siswa itu benar, sehingga tidak terjadi salah konsep. Aljabar termasuk
dalam ilmu matematika. Untuk memahaminya diperlukan kemampuan membentuk
generalisasi dan manipulasi simbolik. Jadi, penting bagi guru memiliki kemapampuan
menyampaikan konsep-konsep dalam matematika kepada siswa dengan sesuai. Karena, jika
guru melakukan kesalahan dalam menyampaikan konsep matematika kepada siswa maka
yang terjadi selanjutnya adalah siswa mengalami miskonsepsi, dan tentunya kesalahan
tersebut perlu dihindari. Pengetahuan dasar yang terindikasi miskonsepsi oleh pengetahuan
sebelumnya maka berpengaruh terhadap perpindahan pengetahuan baru sehingga
prosesnya terhambat, bahkan yang lebih mengkhawatirkan dapat menyebabkan siswa
membuat kesalahan yang sama secara berkelanjutan selama pembelajaran khususnya
materi aljabar maupun materi terkait lainnya. (Zevenbergen, 2004., Kaput, 2008., Booth,
1988)
Ada banyak penyebab yang dapat mempengaruhi kesalahan siswa dalam memahami
suatu konsep diantaranya dari pemahaman siswa itu sendiri yang salah menafsirkan materi
yang disampaikan oleh gurunya tetapi siswa tersebut malu untuk bertanya yang pada
akhirnya membuat pemahaman sendiri mengenai suatu konsep. Yang kedua disebabkan
oleh guru kurang persiapan dalam mengajar dan hanya menyampaikan materi secara simple
tetapi tidak mudah dipahami oleh siswanya. Yang ketiga dari bahan ajar seperti buku
bacaan, terkadang ada kesalahan-kesalahan konsep dalam buku pelajaran untuk itu penting
halnya memberikan buku pelajaran yang baik dan benar kepada siswa. Yang terakhir yaitu
metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi. Kesulitan-
kesulitan yang dialami oleh siswa khususnya pada materi aljabar dapat diketahui dengan
mencari, mengumpulkan, serta mendeteksi letak kesulitannya. (Suparno, 2005,. Philipp,
1999).

C. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu


Berdasarkan hasil penelitian terdahulu oleh para ahli (Herutomo R. A., 2017), (Herutomo
& Saputro, 2014), (Fitri, 2018) secara umum cara mengatasi miskonsepsi yang dialami siswa
dengan mengidentifikasi penyebab-penyebabnya setelah diketahui lalu gunakan strategi
pembelajaran berupa metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan situasi dan
kondisi yang sedang dialami, serta identifikasi penyebabnya bisa dengan berbagai cara
seperti membuat soal yang beragam tentang materi operasi aljabar dan penyebab
miskonsepsi bukan hanya dari siswa saja, namun beberapa faktor lain juga berpengaruh
seperti dari guru yang kurang kreatif dalam pemilihan strategi pembelajaran bahkan bisa
juga dari bahan ajar berupa buku yang dipelajari terdapat kesalahan cetak. Oleh karena itu,
penting bagi guru sebagai pendidik untuk mempersiapkan segala aspek yang diperlukan
tentunya kemampuan komunikasi atau interaksi yang baik kepada siswa dalam
menyampaikan materi pembelajaran dengan menyesuaikan keadaan yang sedang dialami,
terlebih lagi dalam pemahaman materi yang didalamnya mendefinisikan konsep.
BAB III

DESAIN DAN METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang
akan mendeskripsikan mengenai penyebab-penyebab terjadinya miskonsepsi yang sering
dialami siswa. Alasan penggunaan pendekatan kuantitatif didasarkan pada definisinya yaitu
sebuah metode dalam penelitian yang meliputi angka, data-data yang dihasilkan dari
pernyataan tersebut itu berupa bilangan seperti skor, peringkat atau frekuensi, untuk
mengetahui adanya pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain serta untuk
menjawab hipotesis penelitian yang bersifat spesifik melalui analisis statistika (Cresswell
dalam Alsa A., 2003). Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif kuantitatif
karena penelitiannya menggunakan data numerik dan tidak berbicara mengenai hubungan
sebab akibat serta prediksi dari suatu variabel.

B. Metode Penelitian

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui proses pengukuran dengan
instrumen pengumpulan datanya berupa skala miskonsepsi dan tes berupa soal matematika
materi operasi aljabar. Objek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP NEGERI 2
Bekasi tahun 2019/2020 yang berjumlah 422 siswa dari 11 kelas. Teknik pengambilan
sampel menggunakan probably sampling dengan simple random sampling yaitu
pengambilan sampel secara acak dari populasi yang dianggap homogen. Karena jumlah
populasi sebanyak 422 siswa maka diambil sebuah sampel sebanyak 25%. Jumlah sampel
adalah 20/100 x 422 = 106 sampai 25/100 × 422 = 84 sampai 106 siswa. Dengan begitu
diambillah 3 kelas yaitu kelas VII A berjumlah 32 siswa, kelas VII B berjumlah 34 siswa dan
kelas VII C berjumlah 35 siswa. Sehingga jumlah sampel sebanyak 101 siswa. Teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi.
Berikut ini disajikan dalam bentuk tabel

Teknik Instrumen
Data/ Teknik
No. Pengumpulan Pengumpulan Sumber Data
Variabel Analisis Data
Data Data
Miskonsepsi
Siswa (diukur
pada Materi Skala Analisis
1. Pengukuran secara
Operasi Miskonsepsi Regresi
langsung)
Aljabar

Referensi
Chamundeswari, D. S. (2014). Conceptual Errors Encountered in Mathematical Operations in Algebra
among Students at the Secondary Level. IJISET - International Journal of Innovative Science,
Engineering & Technology, 1(8), 24-38.

Fitri, S. (2018). IDENTIFIKASI MISKONSEPSI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI OPERASI ALJABAR.
Seminar Nasional Matematika dan Terapan, 69-76.

Herutomo, R. A. (2017). MISKONSEPSI ALJABAR: KONTEKS PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA


SISWA KELAS VIII SMP. Journal Of Basication: Jurnal Pendidikan Dasar, 1(1), 1-8.

Herutomo, R. A., & Saputro, T. E. (2014). ANALISIS KESALAHAN DAN MISKONSEPSI SISWA KELAS VIII
PADA MATERI ALJABAR. Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, 1(2), 134-145.

Philipp, R. A. (1999). The many uses of algebraic variables. In B. Moses (Ed.). Algebraic thinking,
Grades K-12:Readings from NCTM’s School-Based Journals and Other Publications.

Rochmad, Kharis, M., & Agoestanto, A. (2018). Keterkaitan Miskonsepsi dan Berpikir Kritis Aljabaris
Mahasiswa S1 Pendidikan Matematika. PRISMA, PROSIDING SEMINAR NASIONAL
MATEMATIKA (hal. 216-224). Semarang: PRISMA 1.

Sari, H. M., & Afriansyah, E. A. (2020). Analisis Miskonsepsi Siswa SMP pada Materi Operasi Hitung
Bentuk Aljabar. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, 9(3), 439-450.

Silvia, S., Ratnaningsih, N., & Martiani, A. (2019). MISKONSEPSI KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIK BERDASARKAN LANGKAH POLYA PADA MATERI ALJABAR. Program
Studi Magister Pendidikan Matematika Universitas Siliwangi (hal. 532-538). Tasikmalaya:
Prosiding Seminar Nasional & Call For Papers.

Wahid, Hartoyo, A., & Mirza, A. (2015). MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI OPERASI PADA BENTUK
ALJABAR KELAS VII SMP HAEBAT ISLAM. Pontianak: Program Studi Pendidikan Matematika
FKIP Untan.
LAMPIRAN KONSULTASI

Anda mungkin juga menyukai