(Studi Eksperimen terhadap siswa kelas kelas VIII SMPN 2 Maju Jaya)
Proposal
Diajukan untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester (UAS)
pada Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan (MPP)
Jurusan Matematika Fakultas Tarbiyah
IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Disusun Oleh:
Evi Nurfaizah (1410150093)
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan
petunjuk, rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan proposal dengan judul
Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep-Konsep Pada Materi Pelajaran Matematika Melalui
Pembelajaran Konstruktivistik Bagi Siswa Smpn 2 Kasokandel Majalengka.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi kita Muhammad
SAW, serta keluarganya, sahabatnya dan sampai kepada kita semua.
Terima kasih disampaikan kepada seluruh pihak yang turut membantu dalam pembuatan
proposal ini.
Kehadiran proposal ini semoga dapat memberikan kontribusi yang bermakna khususnya
bagi penulis dan pembaca umumnya. Penyusun menyadari bahwa dalam proposal ini masih
sangat jauh dari apa yang diharapkan.
Adapun jika terdapat kekurangan dalam pembahasan materi ini, kami mohon maaf dan
kami mohon partisipasinya dalam bentuk kritik dan saran.
Penyusun ,
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui bersama banyak terdapat pendapat yang mengatakan bahwa
hanya dengan menghapal rumus saja seseorang dapat dikatakan sebagai orang yang pintar
matematika. Bahkan sebagian orang atau kelompok memanfaatkan kesalah kaprahan ini untuk
meraup
keuntungan.
Banyak
bermunculan
penyedia
jasa
bantuan
belajar
dengan
untuk mengatasi masalah tersebut sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika.
Menurut Ziltan P. Dienes (1991:156) berdasarkan pengamatan dan pengalamannya
menyatakan bahwa terdapat anak-anak yang menyenangi matematika hanya pada permulaan
mereka berkenalan dengan matematika yang sederhana. Semakin tinggi sekolahnya dan semakin
sukar matematika yang dipelajarinya maka semakin berkurang minatnya. Di samping itu terdapat
banyak anak-anak yang setelah belajar matematika bagian yang sederhana pun banyak yang
tidak difahaminya, banyak konsep yang difahaminya secara keliru.
Masih menurut Dienes (1991:157), bahwa konsep (struktur) matematika dapat dipelajari
dengan baik apabila representasinya dimulai dengan benda-benda kongkrit yang beraneka ragam
(prinsip penjelmaan banyak). Konsep matematika tidak dapat dijelaskan melalui stimulusrespons; berbeda dengan Gagne yang berpendapat bahwa konsep dapat dipelajari dengan
stimulus-respons.
Mengingat akan semua hal tersebut, maka melakukan pembelajaran dengan pendekatan
konstruktivistik adalah sedikitnya merupakan hal yang tepat. Pembelajaran konstruktivistik
merupakan suatu teori yang menganggap bahwa belajar adalah proses untuk membangun
pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya siswa akan cepat memiliki
pengetahuan jika pengetahuan itu dibangun atas dasar realitas yang ada di dalam masyarakat.
Konsekuensinya pembelajaran harus mampu memberikan pengalaman nyata bagi siswa.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan fokus PTK yang telah disebutkan di atas, sehingga dapat ditarik rumusan
masalah sebagai berikut:
1.
2.
Apakah pemahaman siswa dalam pelajaran matematika dengan pendekatan konsep akan lebih
baik dibanding dengan siswa yang hanya menghafal rumus cepat?
3.
Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu dapat diartikan
sebagai kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan dan aturan atau metodologi
tertentu untuk menemukan data akurat tentang hal-hal yang dapat meningkatkan mutu objek
yang akan diamati (Suyadi). PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang akan dilakukan adalan PTK
yang dilakukan secara kolaborasi antara kepala sekolah, guru dan peneliti dengan upaya
peningkatan pemahaman konsep-konsep pada materi matematika menggunakan pembelajaran
dengan pendekatakan konstruktivistik. Dimana Penelitian Tindakan Kelas (PTK) itu sendiri
merupakan pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam suatu kelas secara bersamaan.
Guru hanya membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntut
lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar. Guru tidak dapat
mengklaim bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan
kemauannya. Dalam pembelajaran ini, guru akan menuntu siswa untuk aktif melakukan kegiatan,
aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari.
Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi
peluang optimal bagi terjadinya belajar.
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang diajukan dalam proposal penelitian ini adalah :
Melalui tehnik pembelajaran Konstruktivistik pada pelajaran matematika dapat meningkatkan
kompetensi siswa dan kemampuan siswa dalam memahami konsep-kosep materi pelajaran
matematika sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar matematika bagi siswa
kelas VIII C SMPN 2 Maju Jaya.
Manfaat Teoritis
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat memberikan sumbangan
kepada pembelajaran matematika.Terutama pada peningkatan pemahaman siswa dalam
mengikuti pelajaran matematika melalui pendekatan konsep daripada teori ataupun rumus-rumus
yang ada pada pelajaran matematika. Mengingat akan hal tersebut, maka guru menggunakan
pembelajaran dengan cara konstruktivitik atau realistik. Oleh karena itu guru dapat menerapkan
pada pembelajaran matematika.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini memberikan masukan kepada guru agar dapat digunakan untuk
memperbaiki pembelajaran matematika melalui strategi pembelajaran konstruktivistik atau
realistik dan bagi siswa yang menjadi obyek penelitian diharapkan dapat meningkatkan
kompetensinya khusus dalam pelajaran matematika dengan lebih menitikberatkan pada
pemahaman konsep pada materi dalam matematika.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Siswa diposisikan sebagai obyek, siswa dianggap tidak tahu atau belum tahu apa-apa,
sementara guru memposisikan diri sebagai yang mempunyai pengetahuan. Guru ceramah dan
menggurui, otoritas tertinggi adalah guru. Penekanan yang berlebihan pada isi dan materi
diajarkan secara terpisah-pisah. Materi pembelajaran matematika diberikan dalam bentuk jadi.
Penguasaan dan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika lemah karena tidak
mendalam. Akibatnya, pengetahuan yang diterima siswa secara pasif menjadikan matematika
tidak bermakna, sehingga dengan cepat mereka akan melupakan apa yang telah dipelajari
(Sumaji:2003).
Masih dalam buku Sumiaji (1998) salah satu cara untuk membenahi pengajaran
matematika yang salah, adalah dengan membuat siswa belajar matematika menjadi bermakna.
Pemahaman tersebut terbentuk bukan dengan menerima apa saja yang diajarkan dan menghafal
rumus dan langkah yang diberikan, melainkan dengan membangun sendiri makna dari apa yang
dipelajari. (www.pmri.or.id)
II.
A. Kerangka Teori
1. Belajar
1. Menurut Oemar Hamalik (1990:4), belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui
interaksi antara individu dan lingkungan.
2. Menurut Dr. Edi Prio Baskoro M.Pd. (2008:1), belajar adalah suatu proses yang kompleks yang
terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya
interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.
3. Belajar merupakan kegiatan aktif siswa (aktivitas belajar siswa) dalam membangun makna atau
pemahaman, maka guru perlu memberikan dorongan kepada siswa dengan menggunakan
otoritasnya dalam membangun gagasan (Depdiknas : 2002).
4.
Menurut Surya (1997), mengatakan :belajar merupakan proses yang dilakukan oleh individu
untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman
individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. (Eti Nurhayati, 2010:17)
5.
2. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan upaya mengkondisikan lingkungan agar terjadi kegiatan
belajar. Melalui proses pembelajaran, diharapkan terjadi kegiatan belajar dan menghasilkan
perubahan yang terarah ke arah positif sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan. (Eti
Nurhayati, 2010:20)
3. Matematika
1.
Kata Matematika berasal dari kata (mathema) dalam bahasa Yunani yang diatikan sebagai
sains, ilmu pengetahuan, atau belajar juga (mathematikos) yang diartikan sebagai suka
belajar.Ilmu matematika telah dikenal orang pada masa pra sejarah. Istilah Matematika berasal
dari bahasa Yunani Mathematikos secara ilmu pasti, atau Mathesis yang berarti ajaran,
pengetahuan abstrak dan deduktif, dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman
keindraan, tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidah kaidah tertentu melalui deduksi
(Ensiklopedia Indonesia).
2.
Berikut ini adalah beberapa definisi atau pengertian tentang matematika (A. Saeful Hamdani
2008:1-7):
Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisir secara sistematik.
Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan dengan bilangan.
Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan
bentuk.
3. Dalam Garis Besar Program Pembelajaran ( GBPP ) terdapat istilah Matematika Sekolah yang
dimaksudnya untuk memberi penekanan bahwa materi atau pokok bahasan yang terdapat dalam
GBPP merupakan materi atau pokok bahasan yang diajarkan pada jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah (Direkdikdas : 1994 )
4. Matematika adalah sistem konseptual logis. Setelah objek matematika
telah diterima sebagai bagian dari sistem ini, juga dapat dianggap sebagai realitas tekstual dan
komponen dari struktur global. Ini dapat ditangani secara keseluruhan untuk membuat baru objek
matematika, pelebaran berbagai alat matematika dan pada saat yang sama, memperkenalkan
pembatasan baru dalam pekerjaan matematika dan bahasa (Juan D. Godino).
4. Belajar Matematika
Matematika adalah ilmu atau pengetahuan yang termasuk ke dalam atau mungkin yang
paling padat dan tidak mendua arti. Pengajaran matematika itu bertujuan untuk meluruskan dan
mempermudah siswa belajar berhitung dan cabang-cabang matematika lainnya. (Oemar
Hamalik, 1991:70)
5. Konsep
Menurut Syaiful Sagala (2006:71) menyatakan bahwa konsep merupakan buah pemikiran
seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk
pengetahuan meliputi prinsip, hukum, dan teori . Konsep merupakan bagian dasar untuk
membangun pengetahuan yang mantap karena konsep merupakan bagian dasar ilmu
pengetahuan.
6. Konsep Matematika
1. Menurut A. Saeful Hamdani (2008:2-7), konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk
menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek. Objek juga berhubungan erat
dengan definisi. Definisi adalah ungkapan yang membatasi suatu konsep. Dengan adanya
definisi orang dapat membuat ilustrasi atau gambar atau lambang dari konsep yang didefinisikan.
2.
Konsep dalam matematika adalah abstrak yang memungkinkan kita untuk mengelompokkan
(mengklasifikasi) objek atau kejadian. Konsep yang tingkat tinggi dapat berupa hubungan antara
konsep-konsep dasar. Konsep dapat dipelajari melalui definisi atau pengamatan langsung.
3.
Konsep dalam matematika adalah pengertian abstrak yang memungkinkan kita untuk
mengklasifikasi (mengelompokan) objek atau kejadian dan menerangkan apakah objek atau
kejadian itu merupakan contoh atau bukan contoh dari pengertian tersebut.
7. Konstruktivistik
Konstruktivisme seperti dikatakan oleh Von Glasefeld (dalam Paul S: 1996) adalah salah
satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan (kontruksi) kita
sendiri. pengetahuan bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan
merupakan hasil dari kontruksi kognitif melalui melalui kegiatan seseorang dengan membuat
struktur, kategori, konsep, dan sekema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan baru.
Padangan kontruktivistik mengemukakan bahwa realitas ada pada pikiran seseorang. Manusia
mengkonstruksi pengalamnnya. konstruktivistik mengarahkan perhatiannya pada bagaimana
seseorang mengkonstruksi pengetahuan dari pengalamnnya, struktur mental, dan keyakinan yang
digunakan untuk menginterpretasikan objek dan peristiwa-peristiwa.
8. Konstruktivisme Pembelajaran
Konstruktivisme pembelajaran ialah desain pembelajaran yang menekankan kemampuan
peserta didik dalam mengkonstruksi pengatahuannya sendiri, bukan serta merta pendidik yang
selalu menjadi senter penerang di kala gelap melanda.(Aunurrahman : 2009)
B. Kerangka Berfikir
Untuk memperbaiki pendidikan terlebih dahulu harus mengetahui bagaimana manusia
belajar dan bagaimana cara mengajarnya. Kedua kegiatan tersebut dalam rangka memahami cara
manusia bagaimana ia membangun atau mengkonstruksi pengetahuannya tentang objek-objek
dan peristiwa-peristiwa yang dijumpai selama kehidupannya. Manusia akan mencari dan
menggunakan hal-hal atau peralatan yang dapat membantu memahami pengalamannya.
Dari hal itu, didapatkan bahwa manusia tidak semata-semata dapat mendapat,
mempertahankan atau bahkan mengembangkan pengetahuan tanpa dibantu dengan hal-hal dan
sarana pendukung, dan dalam hal ini adalah belajar dan pembelajaran. Untuk lebih khususnya
lagi, bahwa dalam pembelajaran itu sendiri terdapat bidang-bidang tertentu yang juga tentunya
mendorong dan menunjang manusia tersebut dalam kehidupannya, diantaranya matematika.
Seperti telah disebutkan sebelumnya dalam buku A. Saeful Hamdani (2008:1-7), matematika
adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan dengan bilangan.
Seperti yang telah diketahui bersama pula bahwa salah satu karakteristik matematika
adalah mempunyai obyek yang bersifat abstrak dan sehingga menjadikan adanya anggapan
bahwa maematika tersebut sulit. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami
kesulitan dalam mempelajari matematika, kurang menghayati dan memahami matematika dan
siswa mengalami kesulitan mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari .
Padahal, sudah menjadi hal yang tidak khusus lagi, bahwa keberhasilan proses belajar
mengajar bagi seorang siswa khususnya dalam matematika dapat dilihat dari tingkat pemahaman
dan penguasaan materi. Keberhasilan siswa dalam menguasai pelajaran matematika tersebut juga
berkaitan erat dengan pemahaman konsep dalam materi matematika. Rendahnya hasil belajar
matematika disebabkan oleh beberapa faktor antara lain ditinjau dari tuntutan kurikulum yang
lebih menekankan pada pencapaian target, bukan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep
matematika, serta aktivitas pembelajaran di kelas, yang mana guru aktif sementara siswa pasif.
Akibatnya, anak cenderung menerima apa adanya, tidak memiliki sikap kritis. Selanjutnya, hal
tersebut tentu akan berpengaruh kepada prestasi belajarnya terkhusus lagi dalam pelajaran
matematika.
Adanya
berfikir
kritis
dalam
belajar
matematika
merupakan
suatu
proses
pembelajarannya yang lebih memacu terhadap kemampuan kognitif atau tindakan mental dan
berfikirnya dalam usaha memperoleh pengetahuan matematika berdasarkan penalaran matematis.
Adapun penalaran matematis itu sendiri meliputi adanya kemampuan dalam menarik kesimpulan
secara logis, memberikan penjelasan dengan menggunakan model, fakta, sifat-sifat, dan
hubungan untuk menganalisis situasi matematis dengan keadaan sekitarnya.
Siswa dapat dikatakan memahami konsep matematika apabila dapat memahami indikator
dan bagian-bagian matematika beserta dengan konsep yang mendasarinya. Berkaitan dengan
pemahaman konsep, maka di sini penelitian sengaja mengaitkannya dengan strategi
pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik.
Dimana prinsip konstruktivisme itu sendiri menganggap kelas sebagai tempat diskusi.
Murid dapat mengungkapkan pendapatnya ketika merasa ada yang kurang tepat pada penjelasan
gurunya. Sehingga timbullah suasana belajar yang menyenangkan, aktif dan demokrasi. Namun
guru tetap menjadi orang yang membimbing dan memegang kontrol kelas tersebut. Para
konstruktivis tidak menuntut murid untuk menghafal semua materi, namun mereka lebih
mengajak murid agar mampu membangun dan mengembangkan sendiri materi pelajaran yang
ingin dia ketahui. Berawal dari rasa ingin tahu yang tinggi, murid akan mudah memahami dan
mengerti terhadap materi tersebut.
Belajar lebih diarahkan pada experimental learning yaitu merupakan adaptasi
kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium, diskusi dengan teman sekelas,
yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru.
Pembentukan
pengetahuan
menurut
konstruktivistik
memandang
subyek
aktif
III.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat yang digunakan peneliti untuk melakukan penelitian adalah SMPN 2 Maju Jaya.
Alasan peneliti memilih sekolah ini adalah karena letaknya strategis sehingga mempermudah
dalam melaksanakan penelitian.
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2012, dengan
perincian sebagai berikut :
b.
Tahap persiapan dilaksanakan pada bulan minggu pertama Juli 2012 sampai
Tahap laporan dilaksanakan pada minggu ketiga bulan September 2012 sampai
minggu kedua bulan Oktober 2012.
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa SMPN 2 Maju Jaya Tahun Ajaran 2011/2012, dengan
pertimbangan bahwa siswa pada sekolah ini memiliki kemampuan yang heterogen. Dalam
penelitian ini dipilih 1 (satu) kelas yaitu kelas VII1 C SMPN 2 Maju Jaya. Pemilihan dan
penentuan subyek penelitian ini berdasarkan pada purposive sampling ( sampel bertujuan), yaitu
untuk mengetahui peningkatan kompetensi siswa secara keseluruhan, karena menurut guru
metematika, siswa memiliki kemampuan akademik yang heterogen dan secara keseluruhan
berkemampuan sedang.
b. Karakteristik Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimana harus dilakukan
dalam situasi pembelajaran yang alamiah. Artinya, PTK harus dilakukan tanpa mengubah situasi
dan jadwal pelajaran. Dengan kata lain PTK tidak perlu dilakukan dalam situasi khusus, apalagi
sampai mengubah kebiasaan pembelajaran.
Mengubah situasi pembelajaran demi kepentingan PTK dengan tujuan PTK itu sendiri,
yakni memperbaiki proses pembelajaran. Di samping itu jika dalam PTK mengubah proses
pembelajarannya, kemudian setelah tu kembali seperti semula, maka sebaik apapun hasil PTK
tidak akan bisa diterapkan di kelas. Sebab perubahan pola pembelajaran tidak mungkin
dilakukan secara terus-menerus. Oleh karena itu, PTK harus dilakukan dalam konteks
pembelajaran yang alamiah (sebagaimana aslinya) tanpa mengubahnya. (Suyadi:2012)
B. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang diterapkan dalam hal ini antara lain :
1.
Perencanaan
Meliputi penyampaian materi pelajaran, latian soal, pembahasan latian soal, tugas pekerjaan
rumah ( kegiatan penelitian utama ) pembahasan PR, ulangan harian.
2.
3.
a.
b.
c.
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. 2009.
Baskoro, Edi Prio. Media Pembelajaran. Cirebon:Swagati Press. 2008.
Godino. Juan D. MATEMATIKA KONSEP (Jurnal). 2008.
Hamalik, Oemar. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar
Baru. 1991.
Hamdani, A. Saeful, dkk. Matematika-1 edisi pertama. Surabaya:LAPIS PGMI.2008.
http//: (www.pmri.or.id) 08:34 06 Februari 2012.
Hudoyo, Herman.
Konstruktivistik.
Arsip Blog
2013 (9)
o Maret (4)
Hidup Ini Indah
Contoh Proposal PTK Matematika
So Cool
Otodidak Sebuah Keistimewaan Hidup
o Februari (5)
Tadris Matematika
Mengenai Saya
EVI NURFAIZAH
Just Learn to Walk on this Land Like a Man
Lihat profil lengkapku
Pengikut