Anda di halaman 1dari 11

lOMoARcPSD|29372628

CJR Filsafat Pendidikan

Filsafat Pendidikan (Universitas Negeri Medan)

Studocu is not sponsored or endorsed by any college or university


Downloaded by Dinda Amanda (dindaamanda2005@gmail.com)
lOMoARcPSD|29372628

Critical Journal Review Skor : ………..

FILSAFAT PENDIDIKAN

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

ARIFNA AMINI (2191121017)

Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris


Program Studi Pendidikan Bahasa
Inggris Fakultas Bahasa dan Seni
2019

Downloaded by Dinda Amanda (dindaamanda2005@gmail.com)


lOMoARcPSD|29372628

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa, sebab telah memberikan rahmat dan karuniaNya serta kesehatan kepada saya,
sehingga mampu menyelesaikan tugas “CRITICAL JOURNAL REVIEW”. Tugas ini
di buat untuk memenuhi salah satu mata kuliah saya yaitu “Filsafat Pendidikan”.
Tugas Critical Journal Review ini disusun dengan harapan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kita semua khususnya dalam hal perkembangan peserta
didik. Saya menyadari bahwa tugas Critical Journal Review ini masih jauh dari
kesempurnaan. Apabila dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan.
Saya mohon maaf karena sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman saya masih
terbatas,karena keterbatasan ilmu dan pemahaman saya yang belum seberapa. Karena
itu saya sangat menantikan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun
guna menyempurnakan tugas ini. Saya berharap semoga tugas Critical Journal Review
ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi saya khususnya. Atas perhatiannya saya
mengucapkan terimakasih.

Medan, 12 Oktober 2019

Downloaded by Dinda Amanda (dindaamanda2005@gmail.com)


lOMoARcPSD|29372628

DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR..........................................................................................2
DAFTAR ISI….................................................................................................... 3
BAB I. PENDAHULUAN
a. Rasionalisasi Pentingnya CJR.....................................................................4
b. Tujuan Penulisan CJR
c. Manfaat CJR
d. Identitas Jurnal
BAB II. RINGKASAN ISI JURNAL UTAMA
a. Pendahuluan
b. Deskripsi Isi
BAB III. PEMBAHASAN/ANALISIS
a. Pembahasan Isi Jurnal
b. Kelebihan dan Kekurangan Artikel Jurnal
BAB IV. PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Rekomendasi
DAFTAR
PUSTAKA

Downloaded by Dinda Amanda (dindaamanda2005@gmail.com)


lOMoARcPSD|29372628

BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR


Saat kita membutuhkan referensi bahan bacaan selain dari buku, kita dapat
menggunakan jurnal sebagai bahan bacaan yang tepat. Dan sebelumnya, kita harus
mengkritisi jurnal tersebut agar kita tahu, apakah jurnal tersebut layak dijadikan referensi
bacaan atau tidak.

B. Tujuan Penulisan CJR


1. Untuk memenuhi salah satu tugas KKNI dari mata kuliah filsafat pendidikan
2. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, meringkas, dan menganalisa jurnal.
3. Meningkatkan pemahaman mengenai filsafat pendidikan.

C. Manfaat CJR
1. Sebagai cara mengetahui apakah jurnal yang akan dijadikan referensi layak atau tidak.
2. Mengasah kemampuan berpikir kritis dan menganalisa.
3. Menambah pengetahuan.

D. Identitas Jurnal

Jurnal Utama

Judul Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Sumbangannya


Bagi Pendidikan Indonesia
Jurnal Jurnal Filsafat
Link https://jurnal.ugm.ac.id
Volume & Halaman Vol. 25, No 1 57-74
Tahun 2015
Penulis Henricus Suparlan
Kota Terbit Yogyakarta
ISSN ISSN 0853-1870 (print), ISSN 2528-6811 (online)

Jurnal Pembanding

Judul Bahasa Dalam Gerbang Filsafat Pendikan: Perspektif Ontologi


Bahasa dan Budaya
Jurnal Jurnal Triton Pendidikan
Link https://www.researchgate.net/publication/3252292586
Volume & Halaman Vol. 01, No. 01 , 35-41
Tahun 2016
Penuli Hugo Warami
Kota Terbit Manokwari
ISSN 2503-0698

Downloaded by Dinda Amanda (dindaamanda2005@gmail.com)


lOMoARcPSD|29372628

BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL UTAMA

A. Pendahuluan
Globalisasi yang dipengaruhi oleh kepentingan pasar telah mengakibatkan pendidikan
tidak sepenuhnya dipandang sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan proses
pemerdekaan manusia, tetapi mulai bergeser menuju pendidikan sebagai komoditas. Untuk
menangkal model pendidikan sebagai komoditas. Pengaruh globalisasi yang sedang dan akan
berlangsung akan berpengaruh terus-menerus sampai waktu yang tidak ditentukan dan ini
semakin sulit untuk diatasi. Melihat kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada
masa-masa yang akan datang, rasanya sangat berat sehingga bangsa Indonesia harus secara
serius menangani masalah ini. Maka konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara ditawarkan
sebagai solusi terhadap distorsi-distorsi pelaksanaan pendidikan di Indonesia dewasa ini.
Menurut Ki Hadjar Dewantara, hakikat pendidikan adalah sebagai usaha untuk
menginternalisasikan nilai-nilai budaya ke dalam diri anak, sehingga anak menjadi manusia
yang utuh baik jiwa dan rohaninya. Filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara disebut dengan
filsafat pendidikan among yang di dalamnya merupakan konvergensi dari filsafat
progresivisme tentang kemampuan kodrati anak untuk mengatasi persoalan-persoalan yang
dihadapi dengan memberikan kebebasan berpikir seluas-luasnya, dipadukan dengan
pemikiran esensialisme yang memegang teguh kebudayaan yang sudah teruji selama ini.
Dalam hal ini Ki Hadjar Dewantara menggunakan kebudayaan asli Indonesia sedangkan
nilai-nilai dari Barat diambil secara selektif adaptatif sesuai dengan teori trikon (kontinyuitas,
konvergen dan konsentris). Tiga kontribusi filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara terhadap
pendidikan Indonesia adalah penerapan trilogi kepemimpinan dalam pendidikan, tri pusat
pendidikan dan sistem paguron.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka artikel ini secara khusus akan membahas beberapa
permasalahan, yaitu hakikat pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, filsafat pendidikan
menurut beliau, dan sumbangan pemikiran beliau bagi pelaksanaan pendidikan Indonesia.

B. Deskripi Isi
Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Dalam Tinjauan Filsafat Pendidikan
Ki Hadjar Dewantara mengajukan beberapa konsep pendidikan untuk mewujudkan
tercapainya tujuan pendidikan, yaitu Tri Pusat Pendidikan: (1) pendidikan keluarga; (2)
pendidikan dalam alam perguruan; dan (3) pendidikan dalam alam pemuda atau masyarakat.
Ki Hadjar Dewantara memasukkan kebudayaan dalam diri anak dan memasukkan diri anak
ke dalam kebudayaan mulai sejak dini, yaitu Taman Indria (balita). Konsep belajar ini adalah
Tri No, yaitu nonton, niteni dan nirokke. Nonton (cognitive), nonton di sini adalah secara
pasif dengan segenap panca indera. Niteni (affective) adalah menandai, mempelajari,
mencermati apa yang ditangkap panca indera, dan nirokke (psychomotoric) yaitu menirukan
yang positif untuk bekal menghadapi perkembangan anak (Dwiarso, 2010: 1).
Ketika anak didik sudah menginjak pada pendidikan Taman Muda (Sekolah Dasar),
kemudian Taman Dewasa dan seterusnya maka konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara
adalah Ngerti, Ngroso lan Nglakoni. Model pendidikan ini dimaksudkan supaya anak tidak
hanya dididik intelektualnya saja (cognitive), istilah Ki Hadjar Dewantara 'ngerti', melainkan
harus ada keseimbangan dengan ngroso (affective) serta nglakoni (psychomotoric).
Sebagai bagian akhir dari hasil pendidikan, menurut Ki Hadjar Dewantara, adalah
menghasilkan manusia yang tangguh dalam kehidupan masyarakat. Manusia yang dimaksud
adalah manusia yang bermoral Taman Siswa, yaitu mampu melaksanakan Tri Pantangan yang

Downloaded by Dinda Amanda (dindaamanda2005@gmail.com)


lOMoARcPSD|29372628

meliputi tidak menyalahgunakan kewenangan atau kekuasaan, tidak melakukan manipulasi


keuangan dan tidak melanggar kesusilaan (Ki Suratman, 1987 : 13).

Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Dalam Tinjauan Filsafat


Pendidikan Progresiveme
Progresivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa
manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi dan
mengatasi masalah-masalah yang bersifat menekan atau mengancam adanya manusia itu
sendiri.
Konsep Ki Hadjar Dewantara pada sistem among mengatakan bahwa sistem among yang
berjiwa kekeluargaan bersendikan 2 dasar, yaitu: pertama, kodrat alam sebagai syarat
kemajuan dengan secepatcepatnya dan sebaik-baiknya; kedua, kemerdekaan sebagai syarat
menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir dan batin anak agar dapat memiliki pribadi
yang kuat dan dapat berpikir serta bertindak merdeka.
Konsep Ki Hadjar selanjutnya adalah dasar kemerdekaan yang mengandung pengertian
bahwa hal itu sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia dengan memberikan
hak untuk mengatur dirinya sendiri (zelfbeschikkingsrecht) dengan mengingat syarat tertib
damainya (orde en vrede) hidup masyarakat. Menurut Priyo Dwiarso, siswa harus
memiliki jiwa merdeka, dalam arti merdeka lahir, batin serta tenaganya. Jiwa merdeka ini
sangat diperlukan sepanjang jaman agar bangsa Indonesia tidak didikte negara lain. Sistem
among melarang adanya hukuman dan paksaan kepada anak didik karena akan mematikan
jiwa merdekanya, mematikan kreativitasnya (Dwiarso, 2010: 6).
Kesempurnaan pendidikan dalam masyarakat akan terwujud apabila orang-orang yang
berkepentingan, yaitu orangtua, tokoh-tokoh masyarakat, guru-guru dengan anak atau
pemuda, bersatu paham, misal dalam bidang agama, bidang politik, dalam kebangsaan,
sehingga sistem Tri Pusat Pendidikan itu akan tercapai. Terwujudnya Tri Pusat Pendidikan
akan melahirkan calon-calon pemimpin bangsa ini yang berkarakter Ing Ngarsa Sung
Tulodho, Ing Madya Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani.
Bila dipandang dari progresivisme maka pandangan Ki Hadjar Dewantara tentang
pengetahuan hanya sebagian yang memiliki kesesuaian, karena progresivisme lebih
menekankan pada pandangan pragmatisme yang bersifat empirik. Menurut pragmatisme,
proses mengetahui adalah fakta yang ditangkap oleh pengalaman yaitu panca indera. Menurut
penulis, pandangan Ki Hadjar Dewantara tentang pengetahuan lebih lengkap karena
pengetahuan itu adalah hasil cipta, rasa dan karsa.
Konsep Ki Hadjar Dewantara mengenai belajar tersebut bila ditinjau dari filsafat
progesivisme tidaklah bertentangan, karena progresivisme mempunyai konsep yang
didasarkan pada kepercayaan bahwa manusia mempunyai kemampuan-kemampuan yang
wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah-masalah yang bersifat menekan atau
mengancam manusia itu sendiri (Barnadib, 1982: 28).

Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Dalam Tinjauan Filsafat


Pendidikan Esensialisme
Esensialisme mempunyai tinjauan mengenai kebudayaan dan pendidikan yang berbeda
dengan progresivisme, jika progresivisme menganggap bahwa banyak hal itu mempunyai
sifat yang serba fleksibel dan nilai-nilai itu berubah dan berkembang, maka esensialisme
menganggap bahwa dasar pijak semacam ini kurang tepat. Dalam pendidikan, fleksibilitas
dalam segala bentuk dapat menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubah-ubah,
pelaksanaan yang kurang stabil dan tidak menentu (Barnadib, 1982: 38).
Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan merupakan salah satu usaha pokok untuk
memberikan nilai-nilai kebatinan yang ada dalam hidup rakyat yang berkebudayaan kepada

Downloaded by Dinda Amanda (dindaamanda2005@gmail.com)


lOMoARcPSD|29372628

tiap-tiap turunan baru (penyerahan kultur), tidak hanya berupa “pemeliharaan” akan tetapi
juga dengan maksud “memajukan” serta “memperkembangkan” kebudayaan, menuju ke arah
keseluruhan hidup kemanusiaan (Dewantara, 2011: 344). Kebudayaan yang dimaksud adalah
kebudayaan bangsa sendiri mulai dari Taman Indria, anak-anak diajarkan membuat pekerjaan
tangan, misalnya: topi (makuto), wayang, bungkus ketupat, atau barang-barang hiasan dengan
bahan dari rumput atau lidi, bunga dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar anak jangan
sampai hidup terpisah dengan masyarakatnya (Dewantara, 2011: 276).
Ditinjau dari filsafat pendidikan esensialisme terutama yang didukung oleh idealisme
modern bahwa di balik dunia fenomenal ini ada jiwa yang tak terbatas, yaitu Tuhan, yang
merupakan pencipta adanya kosmos. Manusia sebagai makhluk yang berpikir berada dalam
lingkungan kekuasaan Tuhan. Manusia bila mau menguji dan menyelidiki ide-ide serta
gagasan-gagasannya, maka manusia akan dapat mencapai kebenaran yang sumbernya adalah
Tuhan sendiri (Barnadib,1982: 39).
Jadi pandangan Ki Hadjar Dewantara dengan esensialisme tentang belajar tidak
bertentangan karena keduanya mengatakan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan
digunakan panca indera kemudian diolah oleh akal sehingga gambaran jiwa (batin) terbentuk.

Downloaded by Dinda Amanda (dindaamanda2005@gmail.com)


lOMoARcPSD|29372628

BAB III
PEMBAHASAN/ANALISIS

A. Pembahasan Isi Jurnal


1. Makna Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan pada jurnal utama menurut bapak Ki Hadjar Dewantara merupakan
konvergensi dari filsafat progresivisme tentang kemampuan kodrati anak didik untuk
mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi dengan memberikan kesempatan berpikir
seluas-luasnya.
Sedangkan filsafat pendidikan berdasarkan jurnal pembanding menurut Alwasilah Filsafat
pendidikan merupakan studi ihwal tujuan, hakikat, dan isi yang ideal dari pendidikan. Terkait
dengan itu semua adalah persoalan pendidikan dan masyarakat.
2. Model-Model Filsafat Pendidikan
Dalam jurnal pertama menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan berkonsep dengan
mencakup tri pusat pendidikan, yakni pendidikan keluarga, pendidikan dalam alam
perguruan, dan pendidikan dalam alam pemuda atau masyarakat.
Sedangkan menurut jurnal pembanding aliran pendidikan ada 6 (1) Esensialisme, (2)
Perenialisme, (3) Progresivisme, (4) ekstensialisme, (5) rekonstruksi, (6) pedagogi Kritis.

B. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal


1. Jurnal Utama :
Kelebihan :
Ruang lingkup pembahasan luas dan terperinci, terstruktur dan lengkap.
Bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dipahami.
Kekurangan : Pembahasan penuh dengan teori pembahasan tanpa ada ilustrasi
kejadian dengan diagram ataupun sejenisnya.

2. Jurnal Pembanding :
Kelebihan :
Bahasa yang digunakan sederhana serta mudah dipahami, serta mengambil topik
sederhana
Terfokus pada filsafat bahasa
Kekurangan : Ruang lingkup pembahasan hanya tentang bahasa dan singkat.

Downloaded by Dinda Amanda (dindaamanda2005@gmail.com)


lOMoARcPSD|29372628

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat merupakan pengetahuan tentang hakikat segala yang ada di
dunia ini, sebab, asal dan hukumnya; mempunyai cabang logika etika,
estetika, meta 昀椀 sika, dan epistemologi. Filsafat dapat bertindak sebagai
teori atau sebagai ilmu, yang didasarkan kepada akal budi manusia. Ini
sejajar dengan etimologi kata 昀椀 lsafat yang bermakna ‘cinta kebijaksanaan;
cinta pengetahuan’. Sebagai hasil dari akal budi, 昀椀 lsafat berbicara tentang
metode berpikir, induksi dan dedukasi dan sebagainya. Keterkaitannya
dengan ilmu tampak pada awal kelahirannya, yaitu pertanyaan yang
bersumber pada akal budi, masalah yang dihadapi manusia, dan rasa
kagum manusia. Adanya keterkaitan itu memunculkan adanya 昀椀 lsafat
ilmu, yang memberikan wawasan konseptual tentang teori, metode dan
asumsi-asumsi yang dimiliki oleh suatu ilmu atau keseluruhan ilmu. Kedua
jurnal sudah menjelaskan tentang 昀椀 lsafat dengan bagus walaupun topik
bahasan berbeda.

B. Rekomendasi
Menurut saya, kedua jurnal sudah sangat bagus. Terlepas dari kekurangan yang
ada, kedua jurnal ini dapat dijadikan referensi yang bagus serta bahan bacaan untuk
menambah pengetahuan dan pemahaman tentang filsafat pendidikan.

Downloaded by Dinda Amanda (dindaamanda2005@gmail.com)


lOMoARcPSD|29372628

DAFTAR PUSTAKA

Henricus Suparlan. 2015. Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan


Sumbangannya Bagi Pendidikan Indonesia. Jurnal Filsafat. Vol.25(1): 56-
74

Hugo Warami. 2016. Bahasa Dalam Gerbang Filsafat Pendikan: Perspektif Ontologi
Bahasa dan Budaya. Jurnal Triton Pendidikan. Vol.01(1): 35-41

10

Downloaded by Dinda Amanda (dindaamanda2005@gmail.com)

Anda mungkin juga menyukai