Anda di halaman 1dari 14

CRITICAL JOURNAL REVIEW

MK. FILSAFAT PENDIDIKAN

PRODI S1 Pend. Geografi

SKOR NILAI

Filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan sumbangannya


bagi pendidikan indonesia

( Henricus Suparlan, Tahun 2021 )

Nama: Elvidia Sibuea


Nim : 3213131012
Dosen Pengampu: Roni Sinaga Spd. Mpd
Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
November 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha pengasih lagi

Maha penyanyang, karena berkat rahmad dan hidayah-Nya sehingga saya

dapat menyelesaikan tugas individu tepat pada waktunya. Tugas “Critical

Journal Review (CJR)” Bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata

kuliah Filsafat Pendidikan dari Bapak Dosen RONI SINAGA Spd. Mpd

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih banyak

terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Okeh karena itu, saya

menerima kritikan serta saran yang membangun guna menyempurnakan

tugas ini dan dapat menjadi acuan dalam menyusun tugas-tugas

selanjutnya.

Saya juga memohon maaf apabila dalam penulisan tugas ini terdapat

kesalahan pengertian dan keliruan sehingga membingungkan pembaca

dalam memahami maksud saya.

Medan, 26 November 2021

Elvidia Sibuea

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1.1 Rasionalisasi pentingnya CJR....................................................................................1
1.2 Tujuan penulisan CJR.................................................................................................1
1.3 Manfaat CJR..................................................................................................................1
1.4 Identitas Artikel............................................................................................................2
BAB II RINGKASAN ARTIKEL........................................................................................3
2.1 Pendahuluan..................................................................................................................3
2.2 Deskripsi Isi..................................................................................................................4
BAB III......................................................................................................................................8
PEMBAHASAN......................................................................................................................8
3.1 Pembahasan isi jurnal.................................................................................................8
3.2 Kelebihan dan kekurangan isi Artikel.....................................................................9
BAB IV....................................................................................................................................10
PENUTUP..............................................................................................................................10
4.1 Kesimpulan..................................................................................................................10
4.2 Saran..............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi pentingnya CJR


Critical Journal Review adalah salah satu tugas dari 6 penugasan kepada
mahasiswa yang sesuai dengan kurikulum KKNI. Dimana Critical journal review
ini dibuat adalah dengan tujuan agar mahasiswa mampu mereview sebuah artikel,
menganalisis perbandingan dua artikel atau lebih dan menambah pengetahuan
siswa serta menambah minat membaca. Adapun tugas. Adapun Critical Journal
Review saya ini adalah mengenai mata kuliah filsafat pendidikan. Dengan adanya
pembuaan Critical Journal Review, diharapkan mahasiswa semakin berminat dan
menjadi kebiasaan membaca artikel sehingga menambah pengetahuan lebih dan
mampu membuat artikel.

1.2 Tujuan penulisan CJR


1. Penyelesaian tugas cjr salah satu penugasan kkni
2. Menambah pengetahuan
3. Meningkatkan minat membaca artikel
4. Menguatkan pengetahuan mahasisiwa dengan membaca sebuah artikel

1.3 Manfaat CJR

Manfaat dari mmebuat critical journal review adalah menambah pengetahuan dari
artikel dan melatih kita mereview dua artikel atau lebih.

1
1.4 Identitas Artikel

Judul Artikel Filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan


sumbangannya bagi pendidikan indonesia
Nama Journal Jurnal Filsafat
Edisi terbit Edisi Pertama
Pengarang artikel Henricus Suparlan
Penerbit Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada
Kota terbit Yogyakarta
Nomor ISSN 25286811
Alamat Situs SINTA

2
BAB II

RINGKASAN ARTIKEL

2.1 Pendahuluan
Globalisasi telah mengakibatkan pergeseran tujuan pendidikan nasional dari
tingkat dasar sampai tingkat tinggi yang tidak lagi hanya untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa, tetapi lebih berfokus untuk menghasilkan lulusan yang
menguasai scientia. Dengan penguasaan scientia dinilai mengarahkan peserta didik
kepada hasil yang bersifat pragmatis dan materialis, karena kurang membekali
peserta didiknya dengan semangat kebangsaan, semangat keadilan sosial, serta
sifatsifat kemanusiaan dan moral luhur sebagai warga negara (Saksono, 2010: 76).
Bangsa Indonesia saat ini dihadapkan pada krisis karakter yang cukup
memprihatinkan. Demoralisasi mulai merambah di dunia pendidikan seperti
ketidakjujuran, ketidakmampuan mengendalikan diri, kurangnya tanggung jawab
sosial, hilangnya sikap ramah-tamah dan sopan santun (Sutiyono dalam Jurnal
Cakrawala Pendidikan, 2010: 42).

Untuk menangkal model pendidikan semacam itu maka konsep pendidikan Ki


Hadjar Dewantara ditawarkan sebagai solusi terhadap distorsi-distorsi pelaksanaan
pendidikan di Indonesia dewasa ini. Ki Hadjar Dewantara mengatakan hendaknya
usaha kemajuan ditempuh melalui petunjuk “trikon”, yaitu kontinyu dengan alam
masyarakat Indonesia sendiri, konvergen dengan alam luar, dan akhirnya bersatu
dengan alam universal, dalam persatuan yang konsentris yaitu bersatu namun tetap
mempunyai kepribadian sendiri (Dewantara, 1994: 371). Pestalozzi, Frobel dan
Maria Montessori adalah tokoh-tokoh pendidikan yang berpengaruh pada Ki Hadjar
dalam menggunakan kebudayaan di dalam kurikulum pendidikan. Mulai dari TK
(Taman Kanakkanak/Taman Indria) sampai sekolah menengah unsur-unsur
kebudayaan lokal dimasukkan dalam kurikulum untuk melatih panca indera
jasmani, kecerdasan dan utamanya adalah kehalusan budi pekerti.

3
2.2 Deskripsi Isi

1. Konsepsi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Dalam Tinjauan Filsafat Pendidikan

Ki Hadjar Dewantara mengajukan beberapa konsep pendidikan untuk


mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan, yaitu Tri Pusat Pendidikan:

(1) pendidikan keluarga;

(2) pendidikan dalam alam perguruan; dan

(3) pendidikan dalam alam pemuda atau masyarakat.

Ki Hadjar Dewantara memasukkan kebudayaan dalam diri anak dan


memasukkan diri anak ke dalam kebudayaan mulai sejak dini, yaitu Taman Indria
(balita). Konsep belajar ini adalah Tri No, yaitu nonton, niteni dan nirokke. Nonton
(cognitive), nonton di sini adalah secara pasif dengan segenap panca indera. Niteni
(affective) adalah menandai, mempelajari, mencermati apa yang ditangkap panca
indera, dan nirokke (psychomotoric) yaitu menirukan yang positif untuk bekal
menghadapi perkembangan anak (Dwiarso, 2010: 1). Ketika anak didik sudah
menginjak pada pendidikan Taman Muda (Sekolah Dasar), kemudian Taman
Dewasa dan seterusnya maka konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara adalah
Ngerti, Ngroso lan Nglakoni.

Model pendidikan ini dimaksudkan supaya anak tidak hanya dididik


intelektualnya saja (cognitive), istilah Ki Hadjar Dewantara 'ngerti', melainkan harus
ada keseimbangan dengan ngroso (affective) serta nglakoni (psychomotoric).
Dengan demikian diharapkan setelah anak menjalani proses belajar mengajar dapat
mengerti dengan akalnya, memahami dengan perasaannya, dan dapat menjalankan
atau melaksanakan pengetahuan yang sudah didapat dalam kehidupan masyarakat.
Sebagai bagian akhir dari hasil pendidikan, menurut Ki Hadjar Dewantara, adalah
menghasilkan manusia yang tangguh dalam kehidupan masyarakat.

4
Manusia yang dimaksud adalah manusia yang bermoral Taman Siswa, yaitu
mampu melaksanakan Tri Pantangan yang meliputi tidak menyalahgunakan
kewenangan atau kekuasaan, tidak melakukan manipulasi keuangan dan tidak
melanggar kesusilaan (Ki Suratman, 1987 : 13).

2. Konsepsi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Dalam Tinjauan Filsafat Pendidikan


Progresivisme

Progresivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan


kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuankemampuan yang wajar
dan dapat menghadapi dan mengatasi masalah-masalah yang bersifat menekan atau
mengancam adanya manusia itu sendiri. Berhubung dengan itu progresivisme
kurang menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoriter, baik yang timbul
pada jaman dahulu maupun pada jaman sekarang (Barnadib, 1982: 28). Berikut
adalah penjelasan konsep-konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam
perspektif Progresivisme.

3. Konsep Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan

Konsep Ki Hadjar Dewantara pada sistem among mengatakan bahwa sistem


among yang berjiwa kekeluargaan bersendikan 2 dasar, yaitu: pertama, kodrat alam
sebagai syarat kemajuan dengan secepatcepatnya dan sebaik-baiknya; kedua,
kemerdekaan sebagai syarat menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir dan
batin anak agar dapat memiliki pribadi yang kuat dan dapat berpikir serta bertindak
merdeka. Pada bagian lain dikatakan bahwa kodrat alam merupakan batas
perkembangan potensi kodrati anak didik dalam proses perkembangan
kepribadiannya. Perkembangan yang sesuai dengan kodrat alam akan berjalan
lancar dan wajar karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang menjadi
satu dengan kodrat alam. Manusia atau anak tidak bisa lepas dari kehendak-Nya,
tetapi akan bahagia jika dapat menyatukan diri dengan kodrat alam yang
mengandung kemajuan. Kemajuan tersebut seperti bertumbuhnya tiap-tiap benih
suatu pohon yang kemudian berkembang menjadi besar dan akhirnya hidup
dengan keyakinan bahwa dharma-nya akan dibawa hidup terus dengan tumbuhnya
lagi benih-benih yang disebarkan.

5
Sejalan dengan konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara atas dasar kodrat alam,
maka filsafat pendidikan progresivisme mengatakan atas dasar pengetahuan dan
kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar
dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah yang bersifat menekan atau
mengancam manusia itu sendiri. Oleh karena itu antara Ki Hadjar Dewantara
dengan filsafat progresivisme sama-sama menentang pendidikan yang bercorak
otoriter, karena hal itu akan menyebabkan kesulitan dalam pencapaian tujuan
pendidikan. Konsep Ki Hadjar selanjutnya adalah dasar kemerdekaan yang
mengandung pengertian bahwa hal itu sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa
kepada manusia dengan memberikan hak untuk mengatur dirinya sendiri
(zelfbeschikkingsrecht) dengan mengingat syarat tertib damainya (orde en vrede)
hidup masyarakat. Menurut Priyo Dwiarso, siswa harus memiliki jiwa merdeka,
dalam arti merdeka lahir, batin serta tenaganya. Jiwa merdeka ini sangat diperlukan
sepanjang jaman agar bangsa Indonesia tidak didikte negara lain. Sistem among
melarang adanya hukuman dan paksaan kepada anak didik karena akan mematikan
jiwa merdekanya, mematikan kreativitasnya (Dwiarso, 2010: 6).

4. Pandangan Ki Hadjar Dewantara tentang pengetahuan

Menurut penulis, pandangan pengetahuan bagi Ki Hadjar Dewantara adalah


bagaimana anak didik memperoleh pengetahuan. Sesuai dengan teori Ki Hadjar
Dewantara tentang Tri No untuk prasekolah dan Tri Nga untuk Sekolah Dasar ke
atas, berarti pengetahuan didapatkan anak didik dengan nonton (cognitive). Nonton
di sini menonton secara pasif dengan segenap panca indera, selanjutnya niteni
(affective) adalah menandai, mempelajari, mencermati apa yang ditangkap panca
indera kemudian nirokke (psikomotor) yaitu menirukan yang positif untuk bekal
menghadapi perkembangan anak. (Dwiarso, 2010: 1). Pada tingkat Sekolah Dasar ke
atas, pengetahuan didapatkan dengan Tri Nga, yaitu ngerti (cognitive) dengan akal,
ngrasa (affective), yaitu merespon, menghargai, menjunjung nilai-nilai dan nglakoni
(psychomotor) yaitu bertindak secara terpimpin.

6
5. Pandangan Ki Hadjar Dewantara tentang belajar

Pandangan Ki Hadjar Dewantara tentang belajar nampak pada konsep mengenai


Tri Pusat Pendidikan, bahwa anak didik tidak semata-mata hanya belajar di sekolah
tetapi juga dalam keluarga dan masyarakat (dalam alam pemuda). Pendidikan alam
keluarga akan mendidik anak-anak dengan sebaik mungkin yang meliputi jasmani
dan rohani. Keadaan keluarga sangat mempengaruhi perilaku pendidikan, terutama
tolong-menolong dalam keluarga, menjaga saudara yang sakit, kebersamaan dalam
menjaga kebersihan, kesehatan, kedamaian dan kebersamaan dalam berbagai
persoalan yang sangat diupayakan dalam keluarga.

6. Pandangan Ki Hadjar Dewantara tentang pengetahuan

Salah satu dasar dalam sistem among Ki Hadjar Dewantara adalah kodrat alam,
sebagai syarat untuk mencapai kemajuan dengan secepat-cepatnya dan sebaik-
baiknya. Kodrat alam sebagai manifestasi kekuatan Tuhan Yang Maha Esa
mengandung arti bahwa pada hakikatnya manusia sebagai makhluk Tuhan adalah
satu dengan alam semesta, dengan demikian manusia wajib tunduk kepada
hukumhukum alam dan wajib menyatukan atau menyelaraskan dirinya dengan
kodrat alam. Penyesuaian diri dengan alam tersebut merupakan proses
pembudayaan manusia. Pernyataan asas Taman Siswa (beginselverklaring), sebagai
reaksi terhadap sistem pendidikan yang memaksakan kultur asing sebagai
landasannya sehingga proses dan hasilnya tidak sesuai dengan kodrat anak
Indonesia, menegaskan, “Yang kita pakai sebagai alat pendidikan, yaitu
pemeliharaan dengan sebesar-besar perhatian (toewijdende zorg) untuk
mendapatkan tumbuh kembangnya kehidupan anak lahir batin, menurut kodratnya
sendiri.” Jika kultur asing dipaksakan, maka nilai-nilai yang akan dikembangkan
pasti juga akan menyimpang dari nilai-nilai budaya bangsanya.

7
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan isi jurnal

A.
 Pengertian Esensialisme menurut artikel yang di review. Esensialisme adalah
tinjauan mengenai kebudayaan dan pendidikan yang berbeda dengan
progresivisme, jika progresivisme menganggap bahwa banyak hal itu
mempunyai sifat yang serba fleksibel dan nilai-nilai itu berubah dan
berkembang, maka esensialisme menganggap bahwa dasar pijak semacam ini
kurang tepat.
 Esensialiseme (2016: 35) merupakan perpaduan antara ide-ide filsafat
idealisme dan realisme. bertitik tolak dari kebenaran yang dianggap telah
terbukti selama berabad-abad lamanya.
 Jadi kesimpulan esensialisme adalah perpaduan antara ide dalam pendidikan
dengan progrevisme.
B.
 Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan merupakan salah satu usaha
pokok untuk memberikan nilai-nilai kebatinan yang ada dalam hidup rakyat
yang berkebudayaan kepada tiap-tiap turunan baru (penyerahan kultur),
tidak hanya berupa “pemeliharaan” akan tetapi juga dengan maksud
“memajukan” serta “memperkembangkan” kebudayaan, menuju ke arah
keseluruhan hidup kemanusiaan (Dewantara, 2011: 344).
 Pendidikan esensialisme (2016: 39) merupakan suatu aliran yang kurang
setuju terhadap praktek pendidikan progressivisme, dengan alasan bahwa
pergerakan progresivisme dianggap akan merusak standar intelektual dan
moral kaum muda dengan diberikannya kebebasan.
 Jadi pendidikan berkaitan dengan esensialisme yang dimana saling
mempengaruhi untuk perkembangan dalam suatu pendidikan.

8
3.2 Kelebihan dan kekurangan isi Artikel

1. Dari aspek ruang lingkup isi artikel:


 Aspek ruang lingkup pada review artikel yaitu sangat baik dan jelas karena
mengkaji filsafat pendidikan sedangkan Artikel pembanding yaitu isi dari
artikel yang di kaji kurang. Pengembangan pengkajian filsafat pendidikan
dari artikel pembanding sangat kurang.
2. Dari aspek tata bahasa
 Aspek tata bahasa dalam artikel yang di review terdapat beberapa kata yang
tidak baku dan penulisan dalam artikel kurang rapi
 Aspek tata bahasa dari artikel pembanding sangat rapi dan penulisan bahasa
sangat rapi.

9
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pandangan Ki Hadjar Dewantara tentang belajar nampak pada konsep mengenai Tri
Pusat Pendidikan, bahwa anak didik tidak semata-mata hanya belajar di sekolah
tetapi juga dalam keluarga dan masyarakat (dalam alam pemuda). Pendidikan alam
keluarga akan mendidik anak-anak dengan sebaik mungkin yang meliputi jasmani
dan rohani. Keadaan keluarga sangat mempengaruhi perilaku pendidikan, terutama
tolong-menolong dalam keluarga, menjaga saudara yang sakit, kebersamaan dalam
menjaga kebersihan, kesehatan, kedamaian dan kebersamaan dalam berbagai
persoalan yang sangat diupayakan dalam keluarga.

4.2 Saran
Saya menyadari bahwa kajian critical journal review yang telah saya lakukan ini
tidak terlepas dari kekurangan, seperti halnya pepatah yang mengatakan “tak ada
gading yang tak retak, tak ada satupun manusia yang sempurna. “maka saran dan
kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami harapkan sehingga
dapat dijadikan bahan evaluasi untuk kedepannya lebih baik. Akhirnya, semoga
kajian ini memberikan manfaat bagi pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

Fadhli, M. (2017). Manajemen peningkatan mutu pendidikan. Tadbir: Jurnal Studi Manajemen

Pendidikan, 1(2), 215-240.

Yunus, H. A. (2016). Telaah aliran Pendidikan progresivisme dan esensialisme dalam perspektif

filsafat Pendidikan. Jurnal Cakrawala Pendas, 2(1), 266406.

Suparlan, H. (2015). Filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan sumbangannya bagi

pendidikan indonesia. Jurnal Filsafat, 25(1), 56-74.

11

Anda mungkin juga menyukai