Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KURIKULUM PEMBELAJARAN IPS DI KELAS 2

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pembelajaran IPS di SD Kelas Awal
dengan Dosen Pengampu Rana Gustian Nugraha, M.Pd.

Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
KELAS 2E

Yuniar Khairunnisa (2004010 / 08)


Zahwa Imala (2004458 / 09)
Rizqi Akhmad Tabroni (2004567 / 13)
Feby Indriani (2004692 / 17)
Irgi Ahmad Fauzi (2006771 / 27)
Zurhaida (2006807 / 30)
Dalia Susilawati (2008817 / 39)
Aning Novita (2009301 / 40)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


KAMPUS DAERAH SUMEDANG
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan memanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT berkat rahmat-Nya
kita semua diberikan kemudahan sehingga bisa menuntaskan makalah ini sesuai waku yang
ditetapkan. Selama penyusunan makalah kami memperoleh panduan, masukan, pengarahan serta
binaan dari semua pihak. Pada kali ini, kami hendak mengucapkan terima kasih pada berbagai
pihak yang telah berkontribusi, khususnya kepada dosen Pembelajaran IPS di SD Kelas Awal.

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah yang berjudul “Kurikulum
Pembelajaran IPS di Kelas II” ialah untuk melengkapi tugas Pembelajaran IPS di SD Kelas Awal
dan mengembangkan serta meningkatkan ilmu pengetahuan tentang materi yang sedang
dipelajari.

Penulis mengakui bahwa kami menyadari kekurangan saat menyusun makalah.


Karenanya tiada hal yang bisa kami garap dengan optimum. Kemudian makalah ini belum bisa
didefinisikan dengan afdal. Penulis menyusun makalah dengan kemampuan yang dimiliki. Saya
berharap dengan adanya makalah ini bisa memberikan manfaat terhadap semuanya.

Sumedang, Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................. 1

1.3 Tujuan.................................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................2

2.1 Tujuan Pembelajaran IPS.......................................................................................................2

2.2 Konten Pembelajaran............................................................................................................. 3

2.3 Media Pembelajaran...............................................................................................................4

2.4 Pendekatan dalam Pembelajaran IPS..................................................................................... 5

BAB III PENUTUP......................................................................................................................11

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 11

3.2 Saran.....................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, keceerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No.20
Tahun 2003 Pasal 1).

Pendidikan mengandung pengertian suatu perbuatan yang disengaja untuk menjadikan


manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti
menjadi mengerti, dan sebagainya. Pendidikan IPS pada tingkat sekolah dasar menggunakan
pendekatan secara terpadu / fusi. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik tingkat perkembangan
usia siswa SD yang masih pada taraf berfikir abstrak.

Pengembangan pendidikan IPS tidak hanya diarahkan pada pengembangan kompetensi


yang berkaitan dengan aspek intelektual saja. Keterampilan sosial menjadi salah satu faktor yang
dikembangkan sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam pendidikan IPS.
Keterampilan mencari, memilih, mengolah dan menggunakan informasi untuk memberdayakan
diri serta keterampilan bekerjasama dengan kelompok yang majemuk nampaknya merupakan
aspek yang sangat penting dimiliki oleh peserta didik yang kelak akan menjadi warga negara
dewasa dan berpartisipasi aktif di era global.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa tujuan pembelajaran IPS kelas awal?

2. Konten apa saja dalam pembelajaran IPS awal kelas?

3. Media apa saja dalam pembelajaran IPS awal kelas?

4. Pendekatan apa saja dalam pembelajaran IPS awal kelas?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui tujuan pembelajaran IPS kelas awal

2. Mengetahui konten apa saja dalam pembelajaran IPS awal kelas

3. Mengetahui media apa saja dalam pembelajaran IPS awal kelas

4. Mengetahui pendekatan apa saja dalam pembelajaran IPS awal kelas

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tujuan Pembelajaran IPS

Tujuan mata pelajaran IPS menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 untuk peserta
didik agar memiliki kemampuan, yaitu :

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat


dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi


dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Sedangkan tujuan pendidikan IPS pada tingkat sekolah menurut Muhammad Numan
Somantri (2001: 260-261) adalah menekankan tumbuhnya nilai kewarganegaraan, moral,
ideologi, negara, dan agama; menekankan pada isi dan metode berfikir ilmuwan sosial; dan
menekankan reflektif inquiri. Dari pendapat-pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
tujuan pendidikan IPS di sekolah adalah untuk membentuk karakter siswa menjadi warga
negara yang baik dan bertanggungjawab, serta dapat menumbuhkan perilaku berpikir secara
kritis dan inquiri. Melalui pendidikan IPS di sekolah diharapkan siswa mampu
mengembangkan kemampuan-kemampuan seorang warga negara yang baik sehingga dapat
memecahkan persoalan-persoalan di lingkungannya.

Tujuan materi pembelajaran dalam setiap tema berdasarkan silabus kelas 2 SD, yaitu :

1. Peserta didik diharapkan mengetahui dan memahami lambang Pancasila termasuk sila-
silanya serta peserta didik dapat mengamalkan nilai-nilai sila Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari.

2. Peserta didik harus bisa menerapkan contoh-contoh nilai-nilai silakan Pancasila di tempat
atau lingkungan bermain dengan rasa syukur, percaya diri, dan sportif.

3. Peserta didik diajarkan untuk dalam bercakap dengan sopan yang dilandasi toleransi dan
tanggung jawab sehingga terwujudnya hidup rukun.

2
4. Peserta didik mengerti arti pentingnya kerja sama untuk menjaga kerukunan dan
kekompakan dalam kehidupan sehari-hati yang harus dilaksanakan ketika bermain dengan
teman dengan sikap santun dan percaya diri.

5. Peserta didik memahami keragaman berdasarkan bentuk dan wujud di lingkungan rumah,
bermain, sekolah, maupun di masyarakat sekitarnya.

6. Peserta didik harus mengerti akan lingkungan di keluarganya dan kehidupan di sekolah
untuk memahami setiap karakter individu serta mengerti akan tugasnya sebagai umat yang
beragama dalam kehidupan sosial.

7. Peserta didik harus mengetahui manfaat serta kerugian jika tidak hidup bersih dan sehat di
lingkungan rumah, bermain, sekolah, dan di tempat umum.

8. Peserta didik harus mengenal sejak dini akan pentingnya ungkapan permintaan 'maaf,
tolong' di lingkungan masyarakat agar sesuai dengan penerapan nilai-nilai sila Pancasila.

9. Peserta didik harus menerapkan aturan yang berlaku di rumah dan tata tertib yang ada di
sekolah dengan benar.

10. Peserta didik harus memahami perbedaan karakteristik individu, mempunyai sikap
toleran dalam kebersamaan di lingkungan keluarga, sekolah, tempat bermain, dan yang
lainnya.

11. Peserta didik mampu menunjukan persatuan dalam keberagaman dengan teman sekolah
dan memahami manfaat hidup bersatu.

2.2 Konten Pembelajaran

Pada kurikulum 2013, khususnya untuk jenjang SD, terdapat beberapa perubahan
pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial atau yang sering disebut IPS. Mata
pelajaran IPS di kelas awal yakni kelas I, II, dan III ditiadakan, tetapi muatan IPS tetap
ada dan diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, PPKn, dan
Matematika. Konten IPS yang terdapat di kelas II ini berkaitan erat dengan tujuan
pembelajaran dalam setiap tema berdasarkan silabus tersebut. Konten tersebut secara
terperinci dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Bersikap bekerja sama, disiplin, dan peduli sesuai sila-sila Pancasila dalam lambang
negara "Garuda Pancasila" dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menunjukkan sikap patuh aturan agama yang dianut dalam kehidupan sehari-hari di
sekolah.
3. Melaksanakan aturan yang berlaku dan tata tertib yang berlaku disekolah.
4. Menceritakan kegiatan sesuai aturan dan tata tertib yang berlaku disekolah

3
5. Menerima keberagaman disekolah sebagai Anugerah Tuhan Yang Maha Esa
6. Menampilkan sikap kerja sama dalam keberagaman disekolah
7. Menceritakan pengalaman melakukan kegiatan yang mencerminkan persatuan dalam
keberagaman disekolah
8. Menerima keberagaman karakteristik individu sebagai Anugerah Tuhan Yang Maha
Esa di sekolah
9. Menampilkan kebersamaan dalam keberagaman karakteristik individu di sekolah
10. Mengidentifikasi jenis-jenis keberagaman karakteristik individu di sekolah
11. Mengelompokkan jenis-jenis keberagaman karakteristik individu di sekolah
Dari adanya keterkaitan antara tujuan pembelajaran dan konten tersebut
diharapkan siswa dapat memahami segala materi yang disajikan oleh guru. Konten
tersebut pun harus ditunjang dengan media pembelajaran yang sesuai serta metode
pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang sedang
disajikan .

2.3 Media Pembelajaran

Criticos (dalam Daryanto 2010:40) mengemukakan bahwa media merupakan salah satu
komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan.
Menurut Arsyad (2003:4) media adalah alat yang menyam-paikan atau mengantarkan pesan-
pesan pengajaran. Sedangkan menurut Usman (2003:31) media pengajaran adalah alat-alat yang
digunakan guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang
disampaikan kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa.Kata media
dalam “ media pembelajaran”secara harfiah berarti perantara atau pengantar sedangkan kata
pembelajaran diartikan sebagai suatu kondisi yang diciptakan untuk membuat seseorang
melakukan suatu kegiatan belajar. Dengan demikian media pembelajaran memberikan
penekanan pada posisi mediasebagai wahana penyalur pesan atau informasi belajar untuk
mengkondisikan seseorang untuk belajar. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa media
adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi agar dapat memperjelas
materi yang disampaikan.

Menurut Sardjiyo dkk (2009:6.10) media dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
media visual, media audio, dan media audiovisual. Sedangkan menurut Allen (dalam Daryanto,
2010:18) terdapat sembilan kelompok media, yaitu: visual diam, film, televisi, obyek tiga
dimensi, rekaman, pelajaran terprogram, demonstrasi, buku teks cetak, dan sajian lisan.

4
1. Media Visual
Menurut Arsyad (2003:89) media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat
ingatan. Bentuk media visual dapat berupa gambar representasi (gambar,lukisan, atau foto),
diagram, peta, dan grafik.
Caranya dengan menayangkan gambar atau lukisan tentang sebuah keluarga harmonis yang
dimana di dalam keluarga tersebut terdiri dari seorang kepala rumah tangga yaitu ayah, ibu
rumah tangga, dan juga tidak lupa dengan anak-anaknya. Dengan suasana yang harmonis
saling tolong-menolong, maka untuk anak-anak yang melihatnya termotivasi dan paham
akan apa yang disampaikan dalam gambar tersebut.

2. Media Audio
Menurut Hernawan, dkk (2008:33) media audio adalah media yang mengandung pesan
dalam bentukauditif/hanya dapat didengar yang dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan kemauan para siswa untuk mempelajari bahan ajar. Jenis media audio
terdiri dari kaset suara, CD audio, dan program radio.
Caranya dengan memberikan rekaman suara tentang memperkenalkan identitas dirinya
didalam sebuah keluarga dan lingkungan sekitar.

3. Media Audi Visual (Video)


Menurut Daryanto (2010:88) video adalah segala sesuatu yang memungkinkan sinyal
audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial. Sedangkan
Arsyad (2003:48) mengemukakan bahwa film dan video dapat menggambarkan suatu
obyek yang bergerak bersama-sama dengan suara yang sesuai. Film dan video dapat
menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep yang rumit,
mengajarkan keterampilan, dan menyingkat atau memperpanjang waktu.
Caranya menayangkan video atau film tentang pentingnya kedudukan dan peran anggota
dalam keluarga dan lingkungan tetangga, serta kerja sama diantara keduanya.

2.4 Pendekatan dalam Pembelajaran IPS

Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan :

5
1. Contectual Teaching and Learning (CTL)

Pendekatan Contectual Teaching and Learning (CTL), merupakan konsep belajar


yang mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Hal ini
akan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk siswa bekerja dan mengalami secara
langsung, bukan hanya sekedar mentransfer pengetahuan guru kepada siswa. Siswa
bertanggungjawab atas hasil belajarnya, membuat penalaran atas apa yang dipelajari
dengan cara mencari makna, dan membandingkan dengan apa yang telah diketahui
dengan apa yang diperlukan dalam pengalaman yang baru.

Tujuan dari pendekatan CTL ini adalah untuk membantu siswa memahami
makna dalam materi pelajaran yang mereka pelajari, kemudian menghubungkan dengan
konteks kehidupan sehari-hari, yaitu konteks lingkungan pribadi, sosial, dan budayanya.
Tugas guru adalah membantu siswa untuk mencapai tujuan.

Karakteristik Pendekatan Pembelajaran CTL yaitu:

 Kerja sama.
 Menyenangkan.
 Pembelajaran terintegrasi.
 Menggunakan informasi dari berbagai sumber.
 Siswa (aktif, kreatif, dan kritis) dan guru (harus kreatif).
 Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, misalnya peta, gambar,
ceritera, puisi.
 Laporan kepada orang tua tidak hanya berupa rapor, tetapi dapat berupa hasil karya siswa,
misalnya laporan / tugas dan karangan.

Menurut Widyaiswara LPMP (2005), menyatakan bahwa guru dikatakan telah


menerapkan pendekatan pembelajaran CTL apabila menempuh tujuh komponen, sebagai
berikut:

1. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruk sendiri pengetahuannya.
2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk emua topik/pokok bahasan.
3. Mengembangkan sifat ingin ahu siswa dengan mengajukan pertanyaan.
4. Menciptakan masyarakat belajar, misalnya belajar dalam kelompokkelompok.
5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Melakukan refleksi di akhir pertemuan.
7. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara dan seobyektif mungkin.

6
Unsur-unsur yang terkandung didalam CTL adalah sebagai berikut:

a.Konstruktivisme (constructivism)

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir CTL bahwa pengetahuan dibangun


oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui kontek yang terbatas
(sempit) dan scara tiba-tiba. Pengetahuan bukan seperangkat fakta, konsep, atau akidah
yang siap diambil, melainkan manusia harus mengkontruksi pengetahuan tersebut dan
memberi makna melalui pengalaman nyata.

Berkaitan dengan hal tersebut maka siswa harus mengkontruksi sendiri


pengetahuanya. Oleh karena itu siswa harus dibiasakan memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang bermanfat bagi dirinya sendiri, dan mencetuskan ide - idenya.
Penerapannya di kelas, misalnya mengerjakan tugas, praktik, menulis karangan,
mendemonstrasikan sesuatu.

b. Menemukan (inquiry)

Menemukan merupakan inti dari CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang


diperoleh siswa diharapkan bukan hasil dari mengingat seperangkat fakta, konsep, dan
kaidah, melainkan hasil dari menemukan sendiri.

Adapun langkah-langkah kegiatan inquiri adalah sebagai berikut:


1) Merumuskan masalah;
2) Melakukan observasi atau pengamatan;
3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam bentuk tulisan, gambar, laporan, bagan,
tabel, dan lain-lain;
4) Mengkomunikasikan hasil karya kepada pembaca, teman sekelas, atau guru. Untuk
masalah pendekatan inkuiri lebih jelasnya akan dibahas dalam bab tersendiri.

c. Bertanya (Questioning)

Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran dengan pendekatan CTL.


Bagi siswa, bertanya merupakan hal penting dalam pembelajaran berbasis inquiri, yaitu
untuk menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan
mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Bertanya dalam pembelajaran
dipandang senagai upaya guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan
berpikir siswa.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Masyarakat belajar dapat terjadi jika ada proses komunikasi dua arah atau lebih.
Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang

7
diperlukan oleh temannya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari
teman belajarnya. Apabila setiap orang mau belajar dari orang lain dan setiap orng mau
menjadi sumber belajar, maka setiap orang akan luas pengetahuan dan pengalamannya.
Masyarakat belajar dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran, seperti pembentukan
kelompok kecil, pembentukan kelompok besar, mendatangkan ahli/nara sumber di dalam
kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, dan
bekerja dengan masyarakat.

e. Pemodelan (Modeling)

Dalam pembelajaran, guru bukan satu-satunya model, dapat juga model


didatangkan dari luar, misalnya tokoh masyarakat, petugas kesehatan, pemadam
kebakaran, polisi lalu lintas. Model dapat berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara
sederhana memadamkan kebakaran, dan sebagainya.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari, atau berpikir
tentang apa yang telah dilakukan di masa yang lalu. Pengetahuan bermakna diperoleh
dari proses pengetahuan yang dimiliki siswa diperluas melalui kontek pembelajaran, dan
kemudian diperluas lagi sedikit demi sedikit melalui pengalamannya.

g. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment)

Penilaian autentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberi
gambaran perkembangan belajar siswa. Perkembangan siswa perlu diketahui karena
untuk memastikan apakah siswa telah mengalami proses pembelajaran dengan benar,
Hambatan-hambatan apa yang dihadapi siswa. Hal yang dapat digunakan untuk penilaian,
antara lain; laporan, pekerjaan rumah, kuis, karya siswa, presentasi, demonstrasi, karya
tulis, dan hasil tes tulis.

2. Cooperative Learning

Cooperative Learning atau sering disebut dengan kooperasi adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang berisi serangkaian aktivitas yang diorganisasikan, pembelajaran tersebut
difokuskan pada pertukaran informasi terstruktur antar siswa dalam kelompok yang bersifat
sosial dan pembelajar bertanggungjawab atas tugasnya masing-masing.

Menurut Thomson, dkk. (1995), di dalam pembelajaran cooperative learning, siswa


belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas dibagi
menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan
yang heterogin. Maksud kelompok heterogin adalah terdiri dari bermacam-macam latar belakang
kemampuan siswa, jenis kelamin, agama, suku bangsa, dan latar belakang social budaya. Hal ini

8
sangat bermanfaat karena untuk melatih siswa dapat menerima perbedaan pendapat dan bekerja
sama dengan teman yang berbeda latar belakangnya.

Ada lima prinsip untuk mencapai hasil maksimal dari pembelajaran dengan model
cooperative learning yang harus dikembangkan, antara lain:

a. Saling Ketergantungan Positif


Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk
mencapai kerja yang efektif, guru perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga semua
anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya masing masing. Dalam metode jigsaw,
Aronson menganjurkan setiap kelompok dibatasi hanya empat siswa saja dan anggota
kelompok itu ditugasi bagian yang berlainan. Keempat anggota tersebut kemudian
berkumpul dan berdiskusi atau bertukar informasi. Guru akan mengevaluasi semua
bagian. Dengan cara ini mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggungjawab untuk
menyelesaikan tugasnya agar yang lain juga dapat berhasil. Untuk penilaian setiap siswa
mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok

b. Tanggungjawab Perseorangan

Sesuai model jigsaw diatas, setiap kelompok terdiri dari empat siswa, bahan
bacaan dibagi beberapa bagian, masing-masing siswa mendapat bagian membaca satu
bagian. Jika ada siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas.
Rekan-rekan dalam satu kelompok akan menuntutnya untuk melaksanakan tugasnya agar
tidak mengahambat yang lainnya. Oleh karena itu tanggung jawab perseorangan
merupakan prinsip yang mempunyai keterkaitan erat dengan prinsip saling
ketergantungan positif. Siswa harus mempunyai komitmen yang kuat untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya, ia harus mempertanggungjawabkan
aktivitasnya, sehingga tidak mengganggu kinerja tim. Tanggungjawab perseorangan ini
dapat tercipta di dalam kelas apabila guru dapat memberikan tugas yang bobot dan
tingkat kesulitannya relatif sama untuk setiap siswa dalam kelompok. Dengan demikian
setiap siswa merasa mempunyai tanggungjawab yang sama dengan teman-teman lainnya
dan dapat menyelesaikan tugas kelompoknya bersama-sama.

c. Tatap Muka

Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi.
Kegiatan interaksi ini akan membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota,
karena hasil pemikiran kelompok akan lebih baik dari pada hasil pemikiran satu anggota
saja. Sinergi antar anggota ini akan meningkatkan sikap menghargai perbedaan,
memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing anggota. Tatap muka
ini merupakan suatu bentuk keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berinteraksi
dengan anggota lainnya untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu siswa harus diberi

9
kesempatan untuk saling mengenal, saling menerima satu sama linnya dalam kegiatan
tatap muka, dan interaksi pribadi.

d. Komunikasi Antar Anggota

Siswa harus dibekali berbagai keterampilan berkomunikasi, karena tidak setiap


siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan kelompok sangat
bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan
mereka untuk mengemukakan pendapatnya. Dalam hal ini memang siswa perlu
diberitahu tentang cara-cara berkomunikasi secara efektif, misalnya bagaimana caranya
menyanggah pendapat orang lain dengan ungkapan yang halus tanpa harus menyinggung
perasaan orang tersebut. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompo kini memerlukan
proses yang panjang, namun ini sangat bermanfaat untuk memperkaya pengalaman
belajar dan untuk pembinaan perkembangan mental dan emosional siswa.

e. Evaluasi Kelompok

Untuk kepentingan evaluasi, guru harus menyediakan waktu khusus untuk


mengevaluasi kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya dalam
bekerja sama dapat lebih efektif. Evaluasi tidak harus diadakan setiap waktu ada kerja
kelompok, melainkan dapat diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali siswa
terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tujuan pembelajaran IPS menurut Permendiknas No.22 Tahun 2006 adalah peserta didik
diharapkan memiliki kemampuan untuk mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis,
kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial,
memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, serta memiliki
kemampuan untuk berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi di masyarakat majemuk
dalam berbagai tingkat. Konten atau materi yang ada dalam pembelajaran IPS di 2 SD secara
garis besar mengenai lingkungan yang paling awal dikenali oleh peserta didik dan paling sering
ia temui. Bahan ajar IPS di sekolah dasar biasanya memuat tujuan yang dirumuskan dalam
sejumlah kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik. Media yang dapat digunakan
dalam pembelajaran IPS di kelas 2 SD adalah media visual, media audio, dan media audio visual.
Jenis media dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan kita sebagai guru yang hendak menyampaikan
materi. Pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS terbagi menjadi 5 bagian
yaitu Contectual Teaching and Learning, Cooperative Learning, Model Karyawisata, Metode
Role Playing, dan Metode Simulasi.

3.2 Saran

Bagi kita, para calon guru masa depan, gunakan metode dan media pembelajaran yang
sesuai dengan kemampuan peserta didik dan materi yang akan disampaikan nanti. Supaya proses
pembelajaran dapat terlaksana dengan baik, sesuai dengan apa yang diharapkan oleh kita selaku
guru.

11
DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Haris. (2010). Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, Word Press. URL :
https://agustianharis.wordpress.com/2010/11/29/pembelajaran-ips-di-sekolah-dasar/
[Diakses tanggal 18 Februari 2021]

Anggraini, Nabila. (2018). Pendidikan IPS dalam Kurikulum SD, Academia. URL :
https://www.academia.edu/36341853/PENDIDIKAN_IPS_DALAM_KURIKULUM_2
013 [Diakses pada tanggal 13 Februari 2021]

Diana, Septi. (2013). Penerapan contextual teaching and learning dengan media cd pembelajaran
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran ips, (Skripsi). URL :
http://lib.unnes.ac.id/18215/1/1402908087.pdf Universitas Negeri Semarang. [Diakses
pada tanggal 19 Februari 2021]

Elviana. (2014). Pendekatan Pembelajaran IPS, Wordpress. URL : https://elviana09-wordpress-


com.cdn.ampproject.org/v/s/elviana09.wordpress.com/2014/04/11/pendekatan-
pembelajaran-
ips/amp/?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D%3D#aoh
=16137516338642&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%
251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Felviana09.wordpress.com%2F2014%2F04%2
F11%2Fpendekatan-pembelajaran-ips%2F [Diakses pada tanggal 13 Februari 2021]
John, Dewey. (2017). Pengertian dan Tujuan IPS, Silabus. URL :
https://www.google.com/amp/s/www.silabus.web.id/pembelajaran-ips/amp/ [Diakses
pada tanggal 13 Februari 2021]

Mulyeni, Sri. 2014. Konten Kurikulum IPS SD, SMP, SMA, Ucieleksa. URL :
http://ucieleksa.blogspot.com/2014/04/konten-kurikulum-ips-sd-smp-dan-
sma.html?m=1%20%20%20%5b [Diakses pada tanggal 17 Februari 2021]
SPADA INDONESIA (Online) URL :
https://lmsspada.kemdikbud.go.id/mod/page/view.php?id=37419 [Diakses pada tanggal
13 Februari 2021]

12
Silabus dan RPP SD Kelas 2 Revisi 2020 Full Sub Tema (Online) URL :
https://www.silabus.web.id/silabus-dan-rpp-sd-kelas-2/amp/ [Diakses pada tanggal 13
Februari 2021]

13

Anda mungkin juga menyukai