Anda di halaman 1dari 16

CRITICAL JURNAL REVIEW

MK. Filsafat Pendidikan


Prodi S1 pendidikanakuntansi
– FakultasEkonomi

SkorNilai :

FILSAFAT PENDIDIKAN

NAMA MAHASISWA : ARNI HANIFAH SANTI


NIM : 7183342029
DOSEN PENGAMPU : APIEK GANDAMANA,
S.Pd.,M.Pd.
MATA KULIAH :Filsafat Pendidikan

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
September 2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas critical Jurnal review yang
berjudul “Filsafat Pendidikan” dan menjadi salah satu tugas dari mata kuliah ini dengan
baik dan lancar.

Penyusunan makalah tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, oleh sebab itu dengan segala ketulusan dan kerendahan hati kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada: 

1. Apiek Gandamana, S.pd., M.pd.selaku dosen mata kuliah filsafat pendidikan


2. Teman – teman yang membantu dan mendorong serta memberikan informasi yang
sangat diperlukan dalam penyusunan makalah ini.

Saya sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa dalam


penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saya mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi saya selaku penyusun dan penulis
makalah ini pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya sebagai referensi
tambahan di bidang ilmu Filsafat Pendidikan.

Medan, Oktober 2018

Arni Hanifah Santi


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................

1.1 Latar Belakang......................................................................................

1.2 Tujuan Critical Jurnal..............................................................................

1.3 Manfaat Critical Jurnal............................................................................  

1.4 Identitas Jurnal………………………………………………………………

BAB II RINGKASAN..........................................................................................

     2.1 Pendahuluan Jurnal……………........………………………………………….

2.2 Ringkasan Jurnal.......................................................................................

BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………………

3.1 Pembahasan Jurnal ……………………………………………………………

       3.2 Kelebihan Jurnal.......................................................................................

       3.3 Kelemahan Jurnal.....................................................................................

BAB IV PENUTUP....................................................................................................

            4.1 Kesimpulan..............................................................................................

       4.2 Saran.......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..................

LAMPIRAN ………………………………………………………………………………

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Pentingnya CJR

Perkembangan ilmu pengetahuan yang minim disebabkan karena rendahnya minat


baca mahasiswa/i pada saat ini. Mengkritik jurnal merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk menaikkan ketertarikan minat membaca. Mengkritik Jurnal ( Critical
Journal Review) merupakan kegiatan mengulas suatu jurnal agar dapat mengetahui dan
memahami apa yang disajikan dalam suatu jurnal.Pada dasarnya review jurnal
menitikberatkan pada evaluasi (penjelasan, interpretasi dan analisis) mengenai
keunggulan dan kelemahan, apa yang menarik, dan bagaimana jurnal tersebut bisa
merubah persepsi dan cara berfikir serta menjadi pertimbangan apakah dari pengetahuan
yang didapat mampu menambah pemahaman terhadap suatu bidang kajian tertentu.
Selain itu mengkritik jurnal juga dapat melatih kemampuan kita dalam menganalisis
dan mengevaluasi pembahasan yang disajikan penulis. Sehingga menjadi masukan
berharga bagi proses kreatif kepenulisan lainnya. Mengkritik jurnal tidak dapat dilakukan
apabila pengkritik tidak membaca keseluruhan jurnal tersebut. Dengan melakukan review
tersebut pembaca dapat mengetahui kualitas jurnal dengan membandingkan terhadap
karya dari penulis yang sama atau penulis lainnya serta dapat memberikan masukan
kepada penulis jurnal berupa kritik dan saran terhadap sistematika penulisan, isi, dan
substansi jurnal.

1.2 Tujuan Critical Jurnal Review

1.Untuk mengulas isi dan materi yang terdapat dari sebuah Jurnal

.Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam Jurnal tersebut.

3.Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang di berikan oleh setiap Jurnal

4.Membandingkan isi Jurnal

1.3 Manfaat Critical Jurnal Review

1.Terpenuhnya Tugas CJR pada mata kuliah Filsafat pendidikan

2.Untuk memahami tentang filsafat pendidikan dalam pengembangan pertisipasi


masyarakat dalam pendidikan di sekolah daar

3.Untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana objek material filsafat pendidikan 


dan apa saja yang menjadi dasar-dasarnya.

4.Menambah wawasan tentang filsafat pendidikan.

1.4 Identitas Jurnal


Jurnal utama

Judul Jurnal : Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Sumbangannya bagi


Pendidikan Indonesia
Jenis Jurnal : Jurnal Filsafat
Volume dan Halaman : Volume 25, Nomor 1 Halaman 57-74
Tahun : Februari 2015
Penulis : Henricus Suparlan

Jurnal Pembanding

Judul Jurnal : Filsafat Pendidikan dan Hidden Curriculum dalam perspektif KH. Imam
Zarkasyi
Jenis Jurnal : Jurnal Ilmu Peradaban Keislaman
Volume dan Halaman : Volume 11 Nomor 2 Halaman 291 - 312
Tahun : November 2015
Penulis : Abdurrahim Yapono

BAB II
Jurnal 1

2.1 PENDAHULUAN
Globalisasi yang dipengaruhi oleh kepentingan pasar menyebabkan pendidikan tidak
sepenuhnya dipandang sebagai upaya mencerdaskan bangsa dan proses pemerdekaan
manusia tetapi mulai bergeser menuju pendidikan sebagai komoditas (Saksono, 2010: 76).
Pengaruh globalisasi yang sedang dan akan berlangsung akan berpengaruh terus-
menerus sampai waktu yang tidak ditentukan dan ini semakin sulit untuk diatasi. Melihat
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada masa-masa yang akan datang,
rasanya sangat berat sehingga bangsa Indonesia harus secara serius menangani masalah
ini. Globalisasi telah mengakibatkan pergeseran tujuan pendidikan nasional dari tingkat
dasar sampai tingkat tinggi yang tidak lagi hanya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,
tetapi lebih berfokus untuk menghasilkan lulusan yang menguasai scientia. Dengan
penguasaan scientia dinilai mengarahkan peserta didik kepada hasil yang bersifat
pragmatis dan materialis, karena kurang membekali peserta didiknya dengan semangat
kebangsaan, semangat keadilan sosial, serta sifatsifat kemanusiaan dan moral luhur
sebagai warga negara (Saksono, 2010: 76). Bangsa Indonesia saat ini dihadapkan pada
krisis karakter yang cukup memprihatinkan. Demoralisasi mulai merambah di dunia
pendidikan seperti ketidakjujuran, ketidakmampuan mengendalikan diri, kurangnya
tanggung jawab sosial, hilangnya sikap ramah-tamah dan sopan santun (Sutiyono dalam
Jurnal Cakrawala Pendidikan, 2010: 42).

Untuk menangkal model pendidikan semacam itu maka konsep pendidikan Ki Hadjar
Dewantara ditawarkan sebagai solusi terhadap distorsi-distorsi pelaksanaan pendidikan di
Indonesia dewasa ini. Ki Hadjar Dewantara mengatakan hendaknya usaha kemajuan
ditempuh melalui petunjuk “trikon”, yaitu kontinyu dengan alam masyarakat Indonesia
sendiri, konvergen dengan alam luar, dan akhirnya bersatu dengan alam universal, dalam
persatuan yang konsentris yaitu bersatu namun tetap mempunyai kepribadian sendiri
(Dewantara, 1994: 371). Pestalozzi, Frobel dan Maria Montessori adalah tokoh-tokoh
pendidikan yang berpengaruh pada Ki Hadjar dalam menggunakan kebudayaan di dalam
kurikulum pendidikan. Mulai dari TK (Taman Kanakkanak/ Taman Indria) sampai sekolah
menengah unsur-unsur kebudayaan lokal dimasukkan dalam kurikulum untuk melatih
panca indera
jasmani, kecerdasan dan utamanya adalah kehalusan budi pekerti. Pelajaran yang
diberikan di Taman Indria mulai dari dolanan anak, mendongeng, hingga sariswara yaitu
menggabungkan antara lagu, cerita dan sastra. Nilai-nilai budaya ini dimaksudkan untuk
mendidik rasa, pikiran dan budi pekerti. Anak-anak yang sudah agak besar, misalnya di
Sekolah Menengah Pertama (Taman Dewasa) dan Sekolah Menengah Atas (Sekolah
Menengah Madya), diberikan pelajaran olah gendhing. Ki Hadjar Dewantara mengatakan
bahwa olah gendhing dan seni tari adalah untuk memperkuat dan memperdalam rasa
kebangsaan (Dewantara, 2011: 344). Tari Bedoyo dan Tari Serimpi diberikan kepada anak
didik karena merupakan kesenian yang amat indah yang mengandung rasa kebatinan,
rasa kesucian, dan rasa keindahan. Berdasarkan pada uraian di atas maka artikel ini
secara khusus akan membahas beberapa permasalahan, yaitu: (a) Apa hakikat pendidikan
menurut Ki Hadjar Dewantara?; (b) Apa filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara?; dan (c)
Apa sumbangan pemikiran Ki Hadjar Dewantara bagi pelaksanaan pendidikan Indonesia?

2.2 Ringkasan Jurnal


SUMBANGAN PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA
BAGI PENDIDIKAN INDONESIA

Sistem Paguron menurut pandangan Ki Hadjar Dewantara merupakan suatu sistem


pendidikan nasional karena sistem pendidikan ini berorientasi pada nilai-nilai kultural,
hidup kebangsaan serta kemasyarakatan Indonesia. Gagasan paguron mencakup
pengertian bahwa paguron sebagai tri pusat pendidikan, yaitu sebagai tempat guru,
sebagai tempat belajar, dan sebagai tempat pendidikan dalam masyarakat. Berdasarkan
pengamatan secara langsung dalam kehidupan masyarakat saat ini sebenarnya banyak
menjumpai pendidikan pada pesantren modern yang berkembang di kota-kota besar
maupun di desa-desa di Indonesia.

Ketika memaparkan lintasan sejarah Taman Siswa, H. Moesman


Wiryosentono menuliskan, “20 Mei 1987 di Pendapa Agung Taman
Siswa LB Moerdani melontarkan gagasan agar Taman Siswa menyelenggarakan
pendidikan untuk mempersiapkan calon kader bangsa, yang diperlukan bangsa Indonesia
di masa datang. Pada saat itu diusulkan bentuk sekolah tingkat menengah atas. Prakarsa
ini ditanggapi positif oleh Majelis Luhur sebagai pimpinan pusat Taman Siswa dan
berkembang menjadi kerjasama dari pihak ABRI maka terwujudlah SMA Taruna
Nusantara di Magelang. Tugas pokok dalam kerjasama itu, pihak ABRI mempersiapkan
dan menyediakan perangkat keras, sedangkan Taman Siswa bertanggung jawab terhadap
persiapan penyediaan perangkat lunaknya. SMA Taruna Nusantara adalah wujud nyata
kerjasama sistem paguron dengan pendidikan militer, namun tidak untuk menciptakan
militerisme. Konsep kedisiplinan dan sistem asrama bisa saling mengisi dalam
menghadapi tantangan jaman. Dilihat dari konsep Taman Siswa, SMA Taruna Nusantara
merupakan konsep perguruan dari Ki Hadjar Dewantara dalam skala nasional. Sekolah ini
menggunakan asrama sebagai sistem pendidikannya, sehingga semua tinggal bersama-
sama satu kompleks dengan para guru, pamong, dan pengurus sekolah, membentuk
suatu masyarakat kekeluargaan dalam kebersamaan yang tinggi. Menurut Tyasno
Sudarto, SMA Taruna Nusantara menggunakan sistem Tri Pusat, yakni memadukan tiga
lingkungan pendidikan, yaitu pendidikan sekolah,pendidikan keluarga, dan pendidikan
masyarakat
Asas Taman Siswa mengatakan bahwa hak seseorang akan mengatur dirinya sendiri
dengan mengingat tertibnya persatuan di dalam kehidupan umum. Tertib dan damai itulah
yang menjadi tujuan setinggi- tingginya. Tidak ada kedamaian bila tidak ada ketertiban.
Sekarang ini masyarakat masih belum mengerti dan memahami apa yang di- tanamkan
sistem pendidikan Taman Siswa di era globalisasi. Sebenarnya, Taman Siswa bukanlah
sekedar sekolah, namun sebuah badan perjuangan, kebudayaan, dan pembangunan
masyarakat yang berdasarkan kiprah pendidikan dalam arti luas. Taman Siswa tidak
pernah memisahkan pendidikan nasional dengan masalah-masalah yang ada di dalam
masalah kebangsaan. Sebagai badan perjuangan, Taman Siswa sangat peduli dengan
masalah yang dialami rakyat dan masyarakat, serta selalu berpartisipasi secara efektif
membangun politik kenegaraan, ekonomi, budaya, dan pertahanan keamanan
masyarakat. Melihat berbagai macam pola pendidikan yang berbeda satu dengan lainnya,
Taman Siswa tetap berkeyakinan bahwa sistem pendidikan harus kembali ke sistem
pendidikan yang sudah dijabarkan oleh Ki Hadjar Dewantara walaupun harus disesuaikan
dengan perkembangan jaman dan globalisasi. Apa yang ditanamkan Ki Hadjar Dewantara
sesungguhnya sudah menjadi dasar pemikiran yang terusmenerus harus disosialisasikan
kepada anak didik dan masyarakat. Pengaruh budaya luar tidak bisa ditolak, jika terdapat
hal yangnbaik, bisa diambil dijadikan ajaran baru, sedang yang jelek dibuang. Semuanya
harus sesuai dengan jati diri bangsa dan kemudian dikembangkan sebagai bagian ajaran
baru.

Jurnal 2
Pendahuluan

Sesungguhnya meneliti tentang pendidikan Pondok PesantrenModern di Indonesia tidak


terlepas dari sosok KH. Imam Zarkasyi (1910-1985) dari Gontor Ponorogo yang mewarnai
pendidikan pesantren. Beliau menyebut dirinya “Zarkasyi” (tanpa kiai)
ketika menjadi figur bersahaja dalam sosiodrama pendidikan etiket di Aula Pondok Modern
Gontor setiap akhir semester.1 Karena 1 Pelajaran Etiket ( Etique) dimaksudkan sebagai
bekal santri dalam liburan pertengahan tahun. Ia diajarkan melalui sosiodrama yang
menyenangkan, menghibur, dan amat berkesan. keberhasilannya dalam mendidik
generasi muda sehingga banyak sarjana yang memberikan apresiasi kepadanya, bukan
saja dalam negeri namun di mancanegara. Abuddin Nata, misalnya, memberikan
pengakuan yang tulus kepada hasil usaha dan perhatian Kiai Zarkasyi dalam bidang
pendidikan dengan menjelaskan, bahwa di pulau Jawa terdapat ibuan pondok pesantren
bersifat tradisional, baik dalam visi, misi, tujuan, kurikulum, manajemen, metodologi
pembelajaran, maupun kompetensi gurunya. Lembaga pendidikan pesantren yang
demikian itu hanya mampu menghasilkan ulama ahli ilmu agama, namun
kurang mampu menjawab tantangan-tantang masyarakat modern dan tidak dapat
mengangkat harkat dan martabat bangsa secara utuh. KH. Imam Zarkasyi sebagai ulama
jebolan dalam negeri yang menjadi murid kesayangan Mahmud Yunus telah mencurahkan
segenap perhatiannya untuk mengatasi masalah pendidikan tersebut, dengan
menggunakan Pondok Pesantren Gontor sebagai tempat bereksperimennya.2 Pengakuan
tersebut tidak berlebihan sebab hasil eksperimennya ini ternyata cukup berhasil. Dalam
kaitan ini Abuddin Natakembali menegaskan, bahwa hasil eksperimen Kiai Zarkasyi ini
ternyata cukup berhasil dan diakui oleh dunia Islam. Lulusan Pondok Modern Darussalam
Gontor yang dipimpinnya memiliki kemampuan bahasa Arab yang baik sehingga dapat
diterima di Universitas al- Azhar.

Ringkasan
Dalam menjelaskan isi pondok pesantren, Imam Zarkasyi berkeyakinan bahwa isi dan
hakikat pondok pesantren adalah sebagai berikut:

1. Hakikat pondok pesantren terletak pada isi dan jiwanya, bukan pada kulitnya. Karena
dalam isi itulah kita temukan jasa pondok pesantren bagi agama, nusa, dan bangsa.
2. Pokok isi dari pondok pesantren adalah pendidikan mental dan karakternya. Selama
beberapa abad sejak sebelum adanya sekolahan ala Barat, pondok pesantren telah
memberikan pendidikan yang sangat berharga kepada para santri-santrinya, sebagai
kader-kader mubalig dan pemimpin umat dalam berbagai bidang kehidupan.
3. Di dalam pendidikan pondok pesantren itulah terjalin jiwa yang kuat, yang sangat
menentukan filsafat hidup para santri. Adapaun pelajaran/pengetahuan yang mereka
peroleh selama bertahun-tahun tinggal di pondok adalah sebagai bekal (alat kelengkapan)
dalam kehidupan mereka kelak di masyarakat.29 Mencermati isi dan hakikat Pondok
Pesantren di atas, dapat dianalisis dalam kaitannya dengan kurikulum Pondok Pesantren,
bahwa Imam Zarkasyi mengintegrasikan antara kurikulum intra yang dalam defenisinya
“100% agama dan 100% umum” dengan kokurikulum, ekstrakurikulum, dan hidden
curriculum, karena nilai tidak akan maksimal terinternalisasikan melainkan melalui interaksi
sosial dalam suatu lingkungan yang merupakan pilar hidden curriculum. Analisis di atas
tidak berlebihan, jika dikaitkan dengan pandangannya mengenai ilmu pengetahuan yang
diberikan di pondok pesantren sebagai tugas dari kurikulum tertulis. Imam Zarkasyi
menjelaskan, “Ilmu pengetahuan/pelajaran yang diberikan pondok pesantren, dapat saja
berbeda-beda; tinggi dan rendah, dan caranya pun dapat berubah-ubah menurut
pandangan dan hajat masyarakat atau pandangan hidup tiap-tiap orang. Namun jiwa
pondok pesantren itulah yang menentukan arti hidup serta jasanya. Di sini terlihat Imam
Zarkasyi mengintegrasikan semua bentuk kurikulum itu yang dituangkan dalam segala
kegiatan pondok pesantren yang begitu padat dan ketat yang tujuannya untuk
mendidik. Terdiri dari program harian, mingguan, bulanan, dan tahunan dengan disiplin
yang ketat namun menyenangkan. Dalam inilah yang disebut sebagai disiplin regimenter,
yaitu pemberlakuan disiplin ketat tapi tetap berdampingan dengan rasa kebebasan
sebagai prinsip dasar pendidikan modern.

Inilah sesungguhnya implementasi totalitas dari pengertian pendidikan yang dibangun oleh
KH. Imam Zarkasyi yang berkaitan dengan lingkungan (tri pusat pendidikan); sehingga
konstruksi pondok bagi persepsi KH. Imam Zarkasyi adalah dimensi total dari integrasi
lingkungan rumah tangga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.32 Ini sejalan
dengan pandangannya tentang pendidikan, yakni “segala (usaha) yang dapat
memengaruhi kebaikan kepada roh manusia. Eksplorasi Hidden Curriculum menurut Imam
Zarkasyi Semakin lama hubungan sosial antara guru dan murid itu berlangsung, semakin
dalam pula transmisi nilai itu terjadi. Maka “tinggal di asrama” merupakan prasyarat utama
bagi santri untuk dididik. Tinggal bersama di asrama selama 4 tahun, 5 tahun, bahkan
puluhan tahun, di lingkungan yang sengaja diciptakan telah memproduksi sekian banyak
side effect pendidikan yang tidak terbayangkan.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan

Pada jurnal pertama, membahas hakikat pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara


yakni sebagai sebagai usaha untuk menginternalisasikan nilai-nilai budaya ke dalam diri
anak, sehingga anak menjadi manusia yang utuh baik jiwa dan rohaninya. Filsafat
pendidikan Ki Hadjar Dewantara disebut dengan filsafat pendidikan among yang di
dalamnya merupakan konvergensi dari filsafat progresivisme tentang kemampuan kodrati
anak untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi dengan memberikan kebebasan
berpikir seluas-luasnya, dipadukan dengan pemikiran esensialisme yang memegang teguh
kebudayaan yang sudah teruji selama ini. Sedangkan pada jurnal kedua membahas
filsafat pendidikan Zarkasyi dan kurikulumnya yang tersembunyi; dan bagaimana pola
pelaksanaannya dalam proses sistem pendidikan sehingga memberikan pengaruh yang
signifikan pada santrinya, dengan pendekatan kualitatif dalam bentuk fenomenologi
naturalistik melalui studi literatur dan pengalaman empiris sebagai salah satu teknik
konfirmasi kevaliditan data

3.2 Kelebihan

Jurnal 1

1. KELEBIHAN JURNAL
a. Dalam jurnal ini menggunakan bahasa yang mudah di pahami sehingga kita menjadi
lebih mengerti mengenai isi dari jurnal tersebut.
b. Masalah yang diutarakan di dalam jurnal cukup jelas yaitu mengenai masalah
pendidikan di Indonesia khususnya konrtribusi Ki Hadjar Dewantara dalam bidang
pendidikan
c. memaparkan filsafat pendidikan dalam pandangan Ki Hadjar Dewantara secara jelas
d. Adapun pendekatan penelitian dalam tulisan ini adalah kualitatif-deskriptif, dimana
pendekatan kualitatif memiliki prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
e. Penjelasan di abstrak dipaparkan dengan jelas bahwa jurnal ini membahas mengenai
kajian analitis terhadap aliran pemikiran filsafat pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara

g. Ide / isu pada jurnal sudah cukup relevan dan penting untuk menganalisis aliran filsafat
menurut Ki Hadjar Dewantara.

3.3 Kekurangan

2. KEKURANGAN JURNAL
a. Masih adanya kesalahan penulisan (typo) dan penggunaan tanda baca yang kurang
tepat.
b. Tidak dijelaskan dengan relevansi pandangan filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara
terhadap sumbangsihnya.
c. Sistematika penulisan jurnal tidak tersusun dengan baik mulai dari judul penelitian,
nama penulis, abstrak, pendahuluan, metode, hasil, pembahasan, dan kesimpulan.

Jurnal 2

1. KELEBIHAN JURNAL
1. Di dalam jurnal ini, penjelasan mengenai filsafat pendidikan berdasarkan perspektif KH.
Imam Zakarsy sudah cukup rinci.

2.Dijelaskan siapa-siapa saja tokoh-tokoh paragtisme dan apa saja hasil pemikirannya.

3.Analisis kritis dan kontribusi filsafat pendidikan terhadap pesantren dijelaskan dengan
rinci.

4.Tujuan penelitian dipaparkan dengan jelas dan sesuai dengan judul penelitian.
5. Ide / isu pada jurnal cukup relevan
6. Kesimpulan disampaikan secara ringkas, jelas dan padat

1. KEKURANGAN JURNAL

1. Perlakuan dalam pengumpulan data dalam penelitian tidak digambarkan secara


jelas.
2. Terdapat beberapa typo pada penulisan dan tanda baca.

3. Dalam Jurnal ini bahasanya terlalu kaku sehingga sulit untuk dipahami,ada
beberapa kata yang dalam penyusunannya kurang enak dibaca sehingga menjadikan
pembaca harus mengulang kembali membaca agar dapat memahaminya.

4.  Ada beberapa kalimat yang masih membutuhkan penjelasan pada jurnal ini namun
tidak dijelaskan.

5. Banyaknya pengulangan pengertian yeng berbeda-beda

BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN

Dari hasil analisis di dapatkan bahwa kedua jurnal bisa saling melengkapi satu
sama lain dan bisa dijadikan referensi untuk pembelajaran, namun jurnal utama lebih baik
dibandingkan dengan jurnal pembanding. Namun, bukan berarti jurnal pembanding tidak
baik untuk digunakan untuk sumber referensi, hanya saja banyak terdapat kesalahan di
dalam jurnal tersebut. Yang membedakan hanya perspektif masing – masing. Kedua jural
sudah membahas filsafat pendidikan dengan cukup rinci meskipun ada sedikit perbedaan
dalam memaknainya.

4.2. SARAN

Seharusnya dalam melakukan critical jurnal, menggunakan dua jurnal atau lebih sebagai
sumber referensi agar ilmu dan wawasan yang di dapat lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA
Suparlan, Henricus, 2015,2 Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Sumbangannya bagi
Pendidikan Indonesia Volume 2 (nomor 01) : 57-64

Yapono, Abdurrahim, 2015, 11 Filsafat Pendidikan dan Hidden Curriculum dalam


perspektif KH. Imam Zarkasyi Volume 11 (nomor – 02) : 291 – 312

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai