Anda di halaman 1dari 56

CRITICAL BOOK REPORT

MK. Strategi Belajar Mengajar


PRODI S1 PGSD

SKOR NILAI:

Strategi Belajar Mengajar dari Didaktik Metodik modren Dengan Menumbuh


Kembangkan Kognitif Tingkat Tinggi, Sikap, dan Keterampilan Kreatif

( Drs. Effendi Manalu, M.Pd.)

DISUSUN OLEH
Nama : RIZKY RAMADHANI SIREGAR
NIM : 1182111041
Dosen Pengampu : Drs. Effendi Manalu, M.Pd.
Mata Kuliah : Strategi Belajar Mengajar

PROGRAM STUDI S1 PGSD


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
Desember 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan saya rahmat
kesehatan dan kesempatan. Sehingga saya bisa menyelesaikan tugas CBR (CRITICAL
BOOK RIVIEW). Penulisan ini saya sajikan secara ringkas dan sederhana sesuai dengan
kemampuan yang saya miliki, dan tugas ini disusun dalam rangka memenuhi tugas CBR pada
mata kuliah Strategi Belajar Mengajar.

Dalam penyusunan tugas ini banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karna itu kritik
yang membangun dari semua pihak sangat saya harapkan demi kesempurnaan tugas ini, dan
dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membatu dan secara khusus saya berterima kasih kepada bapak Drs. Effendi Manalu, M.Pd.
karena telah memberikan bimbingannya kepada saya untuk menyelesaikan tugas CBR ini
hingga selesai.

Medan, 2 Desember 2019

Rizky Ramadhani Siregar


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR ...........................................................................


B. Tujuan Penulisan CBR ........................................................................................
C. Manfaat CBR ......................................................................................................
D. Identitas Buku .....................................................................................................
BAB II RINGKASAN ISI BUKU ................................................................................
A. Pendahuluan .......................................................................................................
B. Teori Belajar dan Teori Mengajar.......................................................................
C. Strategi Pembelajaran BerorientasiAktivitas Siswa............................................
D. Contextual Teaching and Learning .....................................................................
E. Strategi Pembelajaran Kooperatif .......................................................................
F. Pendekatan Saintifik ...........................................................................................
G. Strategi Pembelajaran PAIKEM .........................................................................
H. Pendekatan Keterampilan Proses dalam Proses Belajar Mengajar .....................
I. Pembelajaran Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif ( CBSA) ...........................
J. Pembelajaran Berbasis Masalah .........................................................................
K. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemmapuan berpikir .................................
L. Strategi Pembeajaran Ekspositori (SPE).............................................................
M. Strategi Pembelajaran Afektif .............................................................................
N. Model Pembelajaran Sosial.................................................................................
O. Evaluasi ...............................................................................................................

BAB III PEMBAHASAN .............................................................................................

3.1 Kelebihan Buku ..................................................................................................


3.2 Kekurangan Buku ...............................................................................................
BAB IV PENUTUP .......................................................................................................
4.1 Kesimpulan .........................................................................................................
4.2 Saran ..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam memenuhi rasa haus akan pengetahuan yang ingin kita kuasai, kita dituntut
untuk mencari pengetahuan tersebut lewat buku-buku yang disinyalir berisi pengetahuan
yang ingin kita kuasai. Namun sering kali kita kebingungan dalam memilah buku mana
yang berkualitas yang tidak akan mengecewakan kita. Oleh karena itu, pada kesempatan
kali ini penulis membuat Critical Book Report ini untuk mempermudah pembaca dalam
memilih referensi buku terkhusus pada perbedaan buku kurikulm KTSP dengan buku
kurikulum K13.
Standar Proses KTSP diatur dalam Permendiknas No 41 Tahun 2007, sedangkan
standar proses Kurikulum 2013 diatur dalam Permendikbud No 65 Tahun 2013. Kedua
peraturan menteri ini masing-masing menjadi dasar hukum pelaksanaan pembelajaran
pada satuan pendidikan dasar dan menengah untuk mencapai kompetensi lulusan.Dalam
hal ini, dengan berlakunya Permendikbud No 65 Tahun 2013 maka Permendiknas No 41
Tahun 2007 dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pada Permendikbud No 65 Tahun 2013 pasal 1 ayat 1, dinyatakan bahwa Standar
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah selanjutnya disebut Standar Proses, merupakan
kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah
untuk mencapai kompetensi lulusan.
Mengenai inovasi kurikulum 2013, menarik untuk dikaji apakah Permendiknas No 41
Tahun 2007 pantas diubah karena memiliki banyak kekurangan ataukah malah
sebaliknya. Karena dalam edaran Bahan Uji Publik Kurikulum 2013, disebutkan bahwa
ada empat elemen perubahan dari KTSP 2006 ke kurikulum 2013, yaitu (1) standar isi,
(2) standar proses, (3) standar penilaian dan (4) standar kompetensi lulusan. Sehingga
perlu bagi kita untuk mengkaji mengenai perbedaan esensial antara kurikulum 2013
dengan KTSP 2006.

1.2 Tujuan Pembuatan CBR


 Untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar.
 Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku.
 Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi di setiap bab dalam buku.

1.3 Manfaat Pembuatan CBR


 Untuk menambah wawasan tentang materi yang akan di kritik.
 Pembaca tanggap dalam memahami setiap informasi dalam setia bab.
 Melatih kemampuan kritis penulis.
1.4 Identitas Buku

Judul : Strategi Belajar Mengajar dari Didaktik Metodik modren Dengan

Menumbuh Kembangkan Kognitif Tingkat Tinggi, Sikap, dan

Keterampilan Kreatif

Penulis : Drs. Effendi Manalu M.Pd.

Penerbit : -

Tahun Terbit : 2016

ISBN : -

Kota : Medan

Bahasa : Indonesia.

Hal : 522 halaman.


BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

A. Pendahuluan
1. Sejarah Pedagogik
Sejarah perkembangan pedagogi sangat mungkin berbeda di masing-masing
negara meski esensi pedagogi itu sama di semua tempat dan situasi. Dalam
keragaman sejarah dan replika pedagogi sebagai cermin dari standar kerja pemerintah
dan penguasa birokrasi setempat, pembakaran teoritis pedagogik bagi guru dan calon
guru merupakan keniscayaan. Menurut N. Canon (2002) dalam rangka pengembangan
kemampuan dan keterampilan pedagogik perlu upaya pengembangan etika profesi
guru dengan mengemas program yang mengalami beberapa dimensi yaitu :
 Penguasaan ilmu pengetahuan, budaya, keterampilan, nilai dan sikap dalam
integrasi sekolah dan pendidikan.
 Penguasaan nilai nilai humanistik dan etika profesi.
 penguasaan program pendidikan berbasis proses dan hasil dalam perilaku dan
pekerjaan kependidikan.
 Penguasaan pengembangan kegiatan belajar mengajar berdasarkan perspektif
secara aksiologis dengan menggunakan perangkat teknologi.

2. Pengertian Pedagogik
Pedagogik berasal dari bahasa yang berarti pergaulan dengan anak-anak. di
Yunani kuno kata pedagogi biasanya diterapkan pada Budha yang mengawasi
pendidikan anak majikannya. Termasuk di dalam mengantarkan ke sekolah atau
tempat latihan. Pedagagos berasal dari kata "paid" yang artinya anak dan "agogos"
yang artinya memimpin atau membimbing. Gladys valdivia (1988) mendefinisikan
proses pedagogik erat kaitannya dengan tujuan sosial yang dikembangkan dan
berhubungan satu sama lain. unit dialektik yang ada di antara pendidikan dan
pengajaran serta sifat umum pendidikan itu sendiri yang menunjukkan kehadiran
pedagogi ada di dalam dan luar proses sekolah. Menurut prof. Dr. J. Hoogveld
(Belanda) pedagogi adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke
arah tujuan tertentu yaitu supaya ia kelak mampu secara mandiri menyelesaikan tugas
hidupnya jadi pedagogi adalah ilmu untuk mendidik anak.

3. Hakekat Pedagogik atau Pendidikan


Hakikat pedagogik yaitu mengajar, melatih dan mendidik ketiga hakekat itu
disebutkan oleh Benjamin s bloom.
 Mengajar, adalah menciptakan kondisi sehingga peserta didik dapat
menumbuhkembangkan kemampuan atau penguasaan pengetahuan.
 Mendidik, adalah menumbuhkembangkan sikap kemampuan penguasaan,
penerapan nilai-nilai religius, sosial budaya dan ilmu pengetahuannya.
 Melatih, adalah menumbuhkembangkan keterampilan perilaku atau perbuatan
yang sesuai dengan bidang pengetahuan atau ilmu pengetahuan yang diajarkan
sehingga ia mampu memperlihatkannya dengan terampil dan baik.

4. Azaz Didaktik-Metodik

 Didaktik
Didaktik adalah ilmu mengajar yang memberikan prinsip-prinsip tentang cara-
cara penyampaian bahan pelajaran sehingga dikuasai dan dimiliki oleh anak-anak.
pengertian didaktik dalam ilmu mengajar untuk menentukan atau
menumbuhkembangkan pengetahuan sikap dan keterampilan yang berkaitan
dengan konsep, prinsip, prosedur, struktur, pengetahuan dan ilmu pengetahuan
materi pembelajaran tertentu kepada peserta didik.
 Azas motivasi Azas aktivitas
 Azas apersepsi Azas peragaan
 Azas ulangan Azas korelasi
 Azas konsentrasi Azas individualisasi
 Asas sosialisasi Azas evaluasi

 Metodik
metode yang berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti
mengajar, menyelidik,i cara melakukan sesuatu dan prosedur. Metodik adalah
ilmu bagaimana cara menyajikan materi pembelajaran. Misalnya metode umum,
metode diskusi kelompok, metode tanya jawab, tugas dan prestasi. Yang
menyangkut metodik khusus misalnya mengarang, sosiodrama atau bermain
peran. perlu diingat metode ini dalam pelaksanaannya tidak bisa berdiri sendiri
harus digabungkan dengan metode metode lain yang relevan.

5. Hubungan Didaktik dan Metodik


Menurut sejarahnya, Johan Amos comenius (1592-1670) adalah tokoh pertama
yang memformulasikan ide-ide didaktik itu dalam bukunya "didaktika magnica".
dalam pasal 2 bab 17 dari buku tersebut disebutkan bahwa pengajaran akan menjadi
mudah jika diikuti langkah-langkah sebagai berikut:
 Pengajaran dimulai awal yang benar
 Jika jiwa telah sedia untuk menerimanya
 Dimulai dari yang mudah ke pada yang sukar
 Siswa tidak dibebani dengan pelajaran yang banyak
 Pelajaran berangsur-angsur maju dengan perlahan-lahan dalam setiap bab
 Dimulai dari yang umum ke yang khusus
B. Teori Belajar dan Teori Mengajar
1. Teori Belajar
 Teori velajar behaviorisme, menurut teori behavioristik belajar adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berkinerja, 1984).
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. menurut
teori belajar tingkah laku belajar adalah perubahan dan tingkah laku sebagai
akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. seseorang telah dikatakan sudah
memahami proses belajar jika telah mampu bertingkah laku dengan cara baru
sebagai hasil interaksi antara stimulus yang berupa proses dan materi
pembelajaran dengan respon atau tanggapan yang diberikan oleh pembelajar.
 Teori belajar kognitif, berasal dari pandangan Kurt lewin (1890-1947), seorang
Jerman yang kemudian berimigrasi ke Amerika serikat. iya berpendapat bahwa
belajar merupakan proses penemuan atau discovery dan transformasi informasi
kompleks yang berlangsung pada diri seseorang.individu yang sedang belajar
dipandang sebagai orang yang secara konstan memberi informasi baru untuk
dikonfirmasikan dengan prinsip yang telah dimiliki kemudian merevisi prinsip
tersebut apabila sudah tidak sesuai dengan informasi yang baru diperoleh.
 Teori Humanistik, teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari
sudut pandang pelakunya bukan dari sudut pandang pengamat nya. tujuan utama
para pendidik adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya
yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri
sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi
yang ada dalam dirinya. Menurut gagne dan briggs mengatakan bahwa
pendekatan humanistik adalah pengembangan nilai-nilai dan sikap pribadi yang
dikehendaki secara sosial dan memperoleh pengetahuan yang luas tentang sejarah
sastra dan pengolahan strategi berpikir produktif.
 Teori Belajar Sibernetik, Menurut teori ini belajar adalah pengolahan informasi.
seolah-olah teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu mematikan
proses belajar daripada hasil belajar. proses belajar memang penting dalam teori
sibernetik namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses
akan dipelajari siswa. asumsi lain dari teori ini adalah bahwa tidak ada satu proses
belajar pun yang ideal untuk segala situasi dan cocok untuk semua siswa. Sebab
cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.

2. Teori Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan serta
penguasaan kemahiran tabiat dan juga pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik. Proses pembelajarandengan kata lain yaitu proses untuk membantu
peserta didik agar dapat belajar dengan.

 Variabel Pembelajaran
Seorang ilmuwan pengajaran yang bernama glaser mengemukakan empat
komponen yaitu analisis isi bidang studi, diagnosis kemampuan awal siswa dan
proses pengajaran serta pengukuran hasil belajar. Variabel-variabel yang
dikelompokkan ke dalam kondisi pengajaran adalah karakteristik siswa,
karakteristik lingkungan pengajaran dan tujuan institusional. Variabel bidang studi
mencakup karakteristik isi tugas. Variabel strategi pengajaran mencakup strategi
penyajian isi bidang studi. Variabel hasil pengajaran mencakup semua efek yang
dihasilkan dari pengajaran, apakah itu pada diri siswa, lembaga atau masyarakat.
 Kondisi Belajar
Satu alasan yang kuat sekali mengapa kategori kapabilitas ini penting bagi
rancangan pembelajaran adalah bahwa siswa setiap kapabilitas memperlihatkan
unjuk kerja yang berbeda. kondisi belajar internal mengacu kepada pemerolehan
dan penyimpanan kapabilitas yang telah dipelajari. Pembelajar yang mendukung
belajar kapabilitas lainnya. kondisi belajar eksternal mengacu kepada berbagai
cara yang dirancang untuk mempermudah proses proses internal dalam diri ketika
belajar.
 Advance arganizer (AUSUBEL)
ausubel juga adalah salah satu dari sedikit psikolog pendidikan yang
membahas pembelajaran, pengajaran dan kurikulum. teorinya tentang
pembelajaran verbal berhubungan dengan tiga hal yaitu bagaimana pengetahuan
kurikulum dikelola, bagaimana pikiran bekerja dalam memproses informasi baru,
bagaimana guru dapat mengaplikasikan gagasan-gagasan pada kurikulum dan
pembelajaran ketika mereka mempresentasikan materi baru pada siswa. menurut
ausubel dalam diri seorang pelajar sudah ada organisasi dan kejelasan tentang
pengetahuan di bidang objek tertentu dan menyebut organisasi sebagai struktur
kognitif dan percaya bahwa struktur ini menentukan kemampuan pelajar untuk
menangani berbagai ide dan hubungan baru.
 Teori Elaborasi
Teori ini mendeskripsikan cara mengorganisasikan pembelajaran dari umum
ke rinci urutan umum kerinci dimulai dari epitome kemudian mengolaborasikan
dalam epitome ke lebih rinci.

C. STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA


1. Pengertian pendekatan,model,strategi metode dan teknik pembelajaran.
 Pendekatan, Pendekatan adalah suatu rangkaian tindakan yang ter pola atau
terorganisir berdasarkan prinsip-prinsip tertentu yang terarah secara sistematis
pada tujuan tujuan yang hendak dicapai.
 Model, suatu bentuk tiruan dari suatu benda yang sesungguhnya suatu contoh
konseptual atau prosedural dari suatu program sistem atau proses yang dapat
dijadikan pedoman dalam mencapai tujuan.
 Strategi pembelajaran, adalah suatu pola umum pembelajaran siswa yang
tersusun secara sistematis berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan,psikologi,
didaktif, dan komunikasi dengan mengintegrasikan struktur pembelajaran,metode
pembelajaran, media pembelajaran, pengelolaan kelas, evaluasi, dan waktu yang
diperlukan agar siswa dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif
dan efisien strategi terkait dengan kebijaksanaan guru dalam memilih
pendekatan,metode,teonik pembelajaran, dan model pembelajaran.
 Metode, merupakan langkah operasional dari strategi pembelajaran yang dipilih
dalam mencapai tujuan belajar sehingga bagi super belajar dalam menggunakan
satu metode pembelajaran disesuaikan dengan jenis strategi yang digunakan.
ketepatan penggunaan suatu metode akan menunjukkan fungsi arah strategi dalam
kegiatan pembelajaran. terdapat banyak metode pembelajaran yang dapat
digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran di antaranya
sebagai berikut :
 Metode ceramah
 Metode demonstrasi
 Metode debat
 STAD
 NHT
 Jig saw
 Problem terbuka
 SAVI
 TPS
 GI

2. jenis-jenis strategi pembelajaran


 Model pembelajaran konstruksivisme
 Model contextual teaching and learning (CTL)
 Model pembelajaran tematik
 Model pembelajaran Aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan
(PAIKEM)
3. Pembelajaran aktif
Pembelajaran aktif merupakan model pembelajaran lebih banyak melibatkan
peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas
dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan
berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan kompetensi nya.
4. Pembelajaran kreatif
Pembelajaran creatif merupakan proses pembelajaran mengharukan untuk
dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas peserta didik selama proses
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang
variatif,misalnya kerja kelompok, pemecahan masalah dan sebagainya.
5. Pembelajaran yang efektif
Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika peserta didik mengalami berbagai
pengalaman baru dan perilakunya menjadi berubah menuju titik akumulasi
kompetensi yang diharapkan. hal ini dapat tercapai jika guru melibatkan peserta didik
dan perencanaan dan proses pembelajaran.
6. Pembelajaran yang menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan merupakan sebuah pembelajaran yang di
dalamnya terdapat kohesi yang kuat antara guru dan peserta didik dengan tanpa ada
perasaan tertekan.
7. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran
 Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku
 Memilih sistem pendekatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan pandangan
hidup masyarakat
 Memilih prosedur, metode dan teknik pembelajaran
 Menerapkan nurma dan kriteria keberhasilan kegiatan pembelajaran
8. Berbagai pendekatan dalam strategi pembelajaran
 Pendekatan pembelajaran pemrosesan informasi
 Pendekatan pembelajaran individu

9. Pengertian Strategi Pembelajaran Yang Berorientasi Pada Aktivitas Siswa


Strategi pembelajaran dalam dunia pendidikan diartikan sebagai perencanaan
yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan termasuk
metode strategi pembelajaran juga disebut untuk mencapai tujuan tertentu. untuk
dapat mengimplementasikan yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan
tercapai secara optimal,ini yang dinamakan metode.
10. Konsep dan Tujuan Pembelajaran Yang Berorientasi Pada Aktivitas Siswa
Pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa ini menekankan kepada
aktivitas siswa cara optimal, arti nya pembelajaran menghendaki keseimbangan
antara aktivitas fisik, mental, termasuk emosional dan aktivitas intelektual.
11. Peran Guru Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Berorientasi Pada Aktivitas
Siswa
Kekeliruan yang kerap muncul adalah adanya anggapan bahwa dengan
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa peran guru semakin berkurang.
anggapan semacam ini tentu saja tidak tepat sebab walaupun pembelajaran ini di
desain untuk meningkatkan aktivitas siswa tidak berarti mengakibatkan kurangnya
peran dan tanggung jawab guru.
12. Penerapan Pembelajaran Yang Berorientasi Pada Aktivitas Siswa Dalam pProses
Pembelajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran yang berorientasi pada
aktivitas siswa diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan, seperti mendengarkan,
berdiskusi,memproduksi sesuatu,menyusun laporan dan memecahkan masalah dan
sebagainya.

D. Contextual Teaching and Learning (CTL)


1. Pengertian kontekstual teaching And learning atau CTL.
Contextual teaching And learning atau CTL adalah suatu strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik secara penuh
untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan
situasi kehidupan nyata sehingga mendorong peserta didik untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan nyata. Terdapat lima karakteristik penting dalam
proses pembelajaran menggunakan pendekatan CTL :
 Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada atau
activating knowledge artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari
pengetahuan yang sudah dipelajari dengan demikian pengetahuan yang akan
diperoleh siswa dalam pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu
sama lain.
 pembelajaran untuk memperoleh dan menambah pengetahuan baru atau acquiring
knowledge pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif artinya
pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan kemudian
perhatikan datanya.
 Pemahaman pengetahuan atau understanding knowledge artinya pengetahuan
yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini misalnya
dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang
diperoleh Berdasarkan tanggapan tersebut pengetahuan itu dikembangkan.
 Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut atau applying knowledge
artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan
dalam kehidupan siswa sehingga tampak perubahan perilaku siswa.
 Melakukan refleksi atau reflecting knowledge terhadap strategi pengembangan
pengetahuan hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan
penyempurnaan strategi.
2. latar belakang filosofis dan psikologis CTL.
 Latar belakang filosofis.
Filsafat konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark baldwin dan
selanjutnya dikembangkan oleh Jean Piaget. Piaget berpendapat bahwa sejak kecil
Setiap anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan skema
skema terbentuknya pengalaman dan proses penyempurnaan skema itu dinamakan
asimilasi dan semakin besar pertumbuhan anak maka skema akan semakin
sempurna yang kemudian disebut dengan proses akomodasi.
 Latar Belakang Psikologis
Latar belakang psikologis dipandang dari sudut psikologis CTL berpijak pada
aliran psikologi kognitif Menurut aliran ini proses belajar terjadi karena
pemahaman individu akan lingkungan belajar bukanlah peristiwa Mekanisme
seperti keterkaitan stimulus dan respon belajar melibatkan proses mental yang
tidak tampak seperti emosi minat motivasi dan kemampuan atau pengalaman.
3. Peran pendidik dan peserta didik dalam CTL.
Menurut Bobbi deporter Tahun 1992 ada tipe gaya belajar peserta didik yaitu
tipe visual auditorial dan kinestetik. Tipe visual adalah gaya belajar dengan cara
melihat sedang tipe auditorial adalah tipe belajar dengan cara menggunakan alat
pendengarannya dan tipe kinestetik adalah tipe belajar dengan cara bergerak bekerja
dan menyentuh.
4. Asas-asas CTL.
 konstruktivisme.
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru
dalam struktur kognitif siswa Berdasarkan pengalaman. Menurut konstruktivisme
pengalaman itu memang berasal dari luar akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari
dalam diri seseorang. Pendekatan konstruktivisme berusaha merubah pendidikan
dari dominasi guru menjadi pemusatan pada siswa menurut para ahli dalam
konstruktivisme proses belajar para siswa didorong untuk menggali dan
menemukan masalah mereka sendiri serta mencoba untuk merumuskan gagasan
mereka diberi peluang dan kesempatan yang luas untuk membangun pengetahuan
mereka.
 Teori vygotsky.
Vygotsky menekankan pada sosiokultural dan pembelajaran siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuan yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial di
sekitarnya.
 Inquiry.
Inkuiri adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan
melalui proses berpikir secara sistematis pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi
hasil dari menemukan sendiri. Konsep dasar dalam metode inkuiri yaitu
menemukan dan memahami dan pada inkuiri terbimbing konsep yang digunakan
juga tidak berbeda dengan konsep inkuiri pada umumnya. Pembelajaran inkuiri
mengacu pada prinsip berikut ini;
 berorientasi pada pengembangan intelektual.
 prinsip interaksi
 prinsip bertanya
 prinsip belajar untuk berpikir
 prinsip keterbukaan 6 sintaks.
 Kelebihan dan kekurangan metode inkuiri.

.
 Pertanyaan (Questioning)
Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan bertanya
dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu sedangkan
menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir.
Keterampilan bertanya atau disebut dengan question skills keterampilan bertanya
merupakan keterampilan yang harus diperhatikan oleh guru karena batangnya
dapat dijadikan stimulus sebagai guru untuk mendorong peserta didik untuk
berpikir sehingga akan menimbulkan proses belajar yang efektif.
 Masyarakat Belajar (Learning Community.)
Konsep masyarakat belajar atau learning community dalam CTL menyarankan
agar hasil pembelajaran di diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain.
 Pemodelan (Modeling)
Yang dimaksud dengan azas pemodelan adalah proses pembelajaran dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap peserta didik
misalnya pendidik memberikan contoh Bagaimana cara melafalkan sebuah
kalimat asing dan lain sebagainya.
 Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke
belakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi
merupakan respon terhadap kejadian aktivitas atau pengetahuan yang baru
diterima pada akhir pembelajaran guru menyesuaikan waktu sejenak agar siswa
melakukan refleksi.
 Penilaian Nyata (Authentic Assessment)
Secara konseptual asesmen autentik lebih bermakna secara signifikan
dibandingkan dengan tes pilihan ganda.
5. kelebihan dan kelemahan CTL.
 kelebihan CTL (Contekstual Teaching Learning)
 pembelajaran menjadi lebih bermakna dimana siswa dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan di
kehidupan nyata.
 pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep
pada siswa karena model pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme
dimana siswa dituntut untuk menemukan pengetahuannya sendiri.
 kelemahan CTL atau kontekstual teaching And learning.
Dalam metode CTL memerlukan waktu yang banyak untuk membimbing
siswa Namun waktu yang tersedia tidak terlalu banyak sedangkan siswa harus
mampu mengembangkan ide-ide yang mereka punya Jadi waktu adalah
kelemahan utama dalam pembelajaran kontekstual.
6. Langkah-langkah pembelajaran CTL
 Pendidik menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses
pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
 Pendidik menjelaskan prosedur pembelajaran CTL.
 Peserta didik dibagi ke dalam kelompok sesuai dengan jumlah peserta didik .
 Peserta didik berdiskusi dengan kelompok masing-masing.
 Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi.
 Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain .
 Dengan bantuan pendidikan peserta didik menyimpulkan hasil diskusi sesuai
dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai.
 Penilaian.

E. Strategi Pembelajaran Kooperatif.

1. Pengertian Strategi Pembelajaran Kooperatif

Cooperative Learning adalah pemanfaatan kelompok kecil Dalam pengajaran


yang memungkinkan siswa bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka dan
belajar anggota lainnya dalam kelompok tertentu. Cooperative Learning mengandung
pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu
diantara bersama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok yang terdiri
dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh
keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau
tim kecil yaitu antara 4 sampai 6 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
akademik jenis kelamin ras atau Suku yang berbeda atau heterogen.
2. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme
pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu
pendekatan dimana siswa harus secara individual menemukan mentransformasikan
informasi yang kompleks memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan
merevisinya bila perlu.

Beberapa tipe dari model pembelajaran kooperatif ini diantaranya yaitu;

 Student Teams Achievement Division (STAD)


Student teams achievement division atau start merupakan salah satu metode
atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk
guru yang baru memulai mempelajari pendekatan kooperatif dalam kelas stad juga
merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif.
 Model Jigsaw
Jigsaw adalah sebuah model kooperatif yang menitikberatkan kepada kerja
kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Pembelajaran kooperatif model
jigsaw juga diartikan sebagai satu jenis pembelajaran kooperatif yang terdiri dari
beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan
bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota
lain dalam kelompoknya.
Model jigsaw pada hakekatnya model pembelajaran kooperatif yang berpusat
pada siswa siswa mempunyai peran dan tanggung jawab besar dalam
pembelajaran dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator tujuan
model jigsaw ini adalah untuk mengembangkan kerja tim keterampilan belajar
kooperatif dan penguasaan pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin
diperoleh siswa apabila siswa mempelajari materi secara Individual
 Group Investigation
Group Investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari
sendiri materi atau informasi pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan
yang tersedia.
Langkah-langkah model pembelajaran group investigasi :
 seleksi topik.
 merencanakan kerjasama.
 Implementasi.
 analisis dan sintesis.
 penyajian hasil akhir.
 evaluasi.
 Model Make a Match (Membuat Pasangan)
Model pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh
klorin Aquran tahun 1094 Salah satu keunggulan Teknik ini adalah siswa mencari
pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau Topik dalam suasana
menyenangkan pada pembelajaran ini lahir sebagai alternatif lain untuk
mengefektifkan proses pembelajaran di sekolah.
 Tgt (Teams Games Tournament)
Metode TGT merupakan suatu pendekatan kerjasama antar kelompok dengan
mengembangkan kerjasama antar personal dalam pembelajaran ini terdapat
penggunaan teknik permainan permainan Ini mengandung persaingan menurut
aturan-aturan yang telah ditentukan dalam permainan diharapkan tiap-tiap
kelompok dapat menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang untuk bersaing
agar memperoleh suatu kemenangan.
 Model Struktural
Model struktural adalah suatu teknik statistik yang mampu menganalisis pola
hubungan antara kontrak laten dan indikatornya kontrak latihan yang satu dengan
lainnya serta kesalahan pengukuran secara langsung.
 Role Playing
Model pembelajaran role playing adalah suatu tipe model pembelajaran
pelayanan atau service learning model pembelajaran ini adalah suatu model
penguasaan bahan pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan
penghayatan murid imajinasi dan penghayatan dilakukan dengan memerankannya
sebagai tokoh hidup atau benda mati. Langkah-langkah model role playing :
 pemanasan
 memilih pemain atau partisipan
 menata panggung
 guru menunjuk beberapa siswa sebagai pengamat
 permainan perang dimulai
 guru bersama siswa mendiskusikan permainan tadi dan melakukan evaluasi
terhadap peran-peran yang dilakukan
 permainan peran ulang
 pembahasan diskusi lebih diarahkan pada realitas
 siswa diajak untuk berbagi pengalaman tentang permainan peran yang telah
dilakukan dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan.
 Problem-Based Instruction Atau PB
Problem based Instruction adalah model pembelajaran yang berlandaskan
paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan
pemecahan masalah otentik dalam pemerolehan informasi dan pengembangan
pemahaman tentang topik-topik Siswa belajar bagaimana mengkonstruksi
kerangka masalah mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah
mengumpulkan dan menganalisis data dan fakta mengkonstruksi argumentasi
mengenai pemecahan masalah bekerja secara individual atau kolaborasi dalam
pemecahan masalah.
 Mind Mapping atau Peta Pikiran
Mind mapping adalah teknik pembelajaran menggunakan peta konsep
pencatatan materi belajar dituangkan dalam bentuk diagram yang memuat simbol
kode gambar dan warna yang saling berhubungan fungsi mind mapping adalah
untuk menggambarkan ide menerangkan definisi suatu materi atau mencari solusi
sebuah masalah.
 Change of Pairs atau Tukar Pasangan
Model pembelajaran bertukar pasangan termasuk pembelajaran dengan tingkat
mobilitas cukup tinggi dimana siswa akan bertukar pasangan dengan pasangan
lainnya dan nantinya harus kembali ke pasangan semula atau pertamanya.
 Grup To Around atau Keliling Kelompok
Model pembelajaran kooperatif tipe sebenarnya adalah variasi dari model
pembelajaran kooperatif tipe group investigasi.
 Snowball Throwing
Menurut saminanto metode pembelajaran Snowball throwing disebut juga
metode pembelajaran gulungan Bola Salju metode pembelajaran ini melatih siswa
untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju yang
terbuat dari kertas dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu
kelompok.
 Number Head Together
Metode penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai
alternatif terhadap struktur kelas tradisional.
3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok yang
hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai kelompok mencapai
tujuan atau penguasaan materi.
Di samping itu belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial di
kalangan siswa dengan belajar kooperatif diharapkan kelak akan muncul generasi
baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial
yang kuat pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran
yang melibatkan Siswa belajar secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.

4. Implikasi Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Ibrahim tahun 2000 bahwa belajar kooperatif dapat mengembangkan


tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa dan dapat
mengembangkan kemampuan akademis siswa. Siswa belajar lebih banyak dari teman
mereka dalam belajar kooperatif daripada guru.

F. Pendekatan Saintifik
1. Pengertian Pendekatan Saintifik
Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan,
dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan
berdasarkan teori tertentu. pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi
atau melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik
yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah (Saintifik teaching) merupakan bagian
dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang
melandasi penerapan metode ilmiah. Penerapan metode ilmiah merupakan proses
berfikir logis berdasarkan fakta dan teori.
Metode ilmiah merupakan teknik merumuskan pertanyaan dan menjawabnya
melalui kegiatan observasi dan melakukan percobaan. dalam penerapan metode
ilmiah terdapat aktivitas yang dapat di observasi seperti mengamati, menanya,
mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.
Pelaksanaan metode ilmiah tersusun dalam 7 langkah sebagai berikut:
 Merumuskan pertanyaan.

 Merumuskan latar belakang penelitian.

 Merumuskan hipotesis.

 Menguji hipotesis melalui percobaan.

 Menganalisis hasil penelitian dan merumuskan kesimpulan.

 Jika hipotesis terbukti benar maka dapat dilanjutkan dengan laporan.

 jika hipotesis terbukti tidak benar atau benar sebagian makkah melakukan
pengujian kembali.

2. Kriteria Pendekatan Saintifik (Pendekatan Ilmiah)

Berikut ini 7 kriteria sebuah pendekatan pembelajaran dapat dikatakan sebagai


pembelajaran saintifik, yaitu :

 Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan
dengan logika atau penawaran tertentu.

 Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari
prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alur berpikir logis

 Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat
dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan
materi pembelajaran.

 Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat


perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

Proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan scientific akan


menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan Keterampilan
(psikomotor).
3. Hasil Belajar Melahirkan Peserta Didik Yang Produktif, Kreatif, Inovatif, Dan
Afektif Melalui Penguatan Sikap, Keterampilan, Dan Pengetahuan Yang
Terintegrasi

Pendekatan pembelajaran saintifik (pendekatan ilmiah) menyentuh tiga ranah


yaitu :

 Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik
"tahu mengapa"

 Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar


peserta didik "tahu bagaimana"

 Tanah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar


peserta didik "tahu apa"

Hasil akhirnya adalah peningkatan yang keseimbangan antara kemampuan untuk


menjadi manusia yang baik (soft skill) dan manusia yang memiliki kecakapan dan
pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skill) dari serta didik meliputi aspek
kompetensi sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.logis, sistematis, dan menggunakan
bahasa yang baik dan benar. Perasaan gunung bertanya, pada saat itu pula dia
membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik.

4. Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan


pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dalam metode Saintifik tujuan
utama kegiatan pendahuluan adalah memantapkan pemahaman siswa terhadap
konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan materi pelajaran baru yang
akan dipelajari oleh siswa. Pada kegiatan pendahuluan, disarankan burung
menunjukkan fenomena atau kejadian aneh yang dapat mengunggah timbulnya
pertanyaan pada diri siswa. Kegiatan inti dalam metode Saintifik ditujukan untuk
terkonstruksinya konsep, hukum atau prinsip oleh siswa dengan bantuan dari gunung
melalui langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang diberikan. Dan kegiatan
penutup ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi terhadap konsep, hukum
atau prinsip yang telah dikontruks oleh siswa. Kedua, pengayaan materi pelajaran
telah dikuasai oleh siswa.
5. Prinsip-Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran sebagai


berikut:.

 Pembelajaran berpusat pada siswa

 Pembelajaran membentuk students selft concepst

 Pembelajaran terhindar dari verbalisme

 Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan


mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.

 Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berfikir siswa

 Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar.

 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam


komunikasi.

 Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang di konstruksi
siswa dalam struktur kognitifnya.

G. Strategi Pembelajaran PAIKEM


1. Pengertian PAIKEM
PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan. Sclanjutnya, PAIKEM dapat didefmisikan sebagai:
pendekatan mengajar (approach to teaching) yang digunakan bersama metode tertentu
dan berbagai media pengajaran yang disertai penataan lingkungan sedemikian rupa
agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Pembelajaran PAIKEM adalah sebuah pembelajaran yang memungkinkan peserta
didik untuk mengerjakan kegiatan yang beragam dalam rangka mengembangkan
keterampilan dan pemahamannya, dengan penekanan peserta didik belajar sambil
bekerja, sementara guru mehggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar
(termasuk pemanfaatan lingkungan), supaya pembelajaran lebih menarik,
menyenangkan dan efektif.
2. Peralihan Yang Mendasari PAIKEM
PAIKEM dikembangkan berdasarkan beberapa perubahan/peralihan:
 Peralihan dari belajar perorangan (individual learning) kc belajar bersama
(cooperative learning);
 Peralihan dari belajar dengan cara menghafal (rote learning) ke belajar untuk
memahami (learning for understanding).
 Peralihan dari teori pemindahan pengetahuan (knowledge-transmitted) kc bentuk
interaktif, keterampilan proses dan pemecahan masalah; Peralihan paradigma dari
guru mengajar kc siswa belajar; Beralihnya bentuk evaluasi tradisional ke bentuk
authentic assessment seperti portofolio, proyek, laporan siswa, atau penampilan
siswa (Shadiq dalam Setiawan, 2004).
3. Karakteristik PAIKEM
 Berpusat pada siswa (student-centered.
 Belajar yang menyenangkan (joyfull learning).
 Belajar yang berorientasi pada tercapainya kemampuan tertentu (competency
based learning).
 Belajar secara tuntas (mastery learning).
 Belajar secara berkesinambungan (continuous learning).
 Belajar sesuai dengan ke-kini-an dan kedisini-an (contextual learning).
4. Prinsip-Prinsip PAIKEM
Dalam Pembelajaran Pclaksanaan pembelajaran yang mengutamakan aspek
keaktifan, krcatifltas dan inovatif, sehingga membuat pembelajaran menjadi efektif
dan menyenangkan, menuntut guru untuk menguasai berbagai metode mengajar serta
keterampilan dasar mengajar. Penguasaan berbagai metode mengajar tersebut akan
memberi keleluasaan untuk memilih metode yang sesuai dengan metode yang sesuai
dengan tujuan, materi, peserta didik dan aspek-aspek lainnya, sehingga prinsip-prinsip
PAIKEM dapat diterapkan secara optimal.
5. Penerapan Strategi PAIKEM
Dalam Proses Pembelajaran Secara garis besar, PAIKEM dapat digambarkan
sebagai berikut:
 Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan
kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
 Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan
semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk
menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
 Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih
menarik dan menyediakan ‘pojok baca’.
 Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk
cara belajar kelompok.
 Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan
suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam
menciptakan lingkungan sekolahnya’.

H. Pendekatan Keterampilan Proses Dalam Proses Belajar Mengajar


1. Pengertian keterampilan Proses
Keterampilan proses ialah pendekatan pembelajaran yang bertujuan
mengernbangkan sejumlah kemampuan fisik dan mental sebagai dasar untuk
mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa. Pendekatan
keterampilan proses adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa
sehingga siswa dapat mencmukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep dan
teoriteori dengan kcterampilan intelektual dan sikap ilmiah siswa sendiri. Siswa
diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan ilmiah seperti
yang dikeljakan para ilmuwan, tetapi pendekatan keterampilan proses tidak
bermaksud menjadikan sctiap siswa menjadi ilmuwan. Pembelajaran dengan
pendekatan keterampilan proses dilaksanakan dengan maksud karena IPA merupakan
alat yang potensial untuk membantu mcngembangkan kepribadian siswa.
Kepribadian yang berkembang merupakan prasyarat untuk melangkah ke profesi
apapun yang diminati siswa.
2. Jenis-Jenis Keterampilan Dalam Keterampilan Proses
Ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses, keterampilan-
keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan-keterampilan dasar (basic skills) dan
keterampilanketerampilan terintegrasi (integrated skills). Keterampilan-keterampilan
dasar terdiri dari enam keterampilan, yakni: mengobservasi, mengklasiflkasi,
memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Sedangkan
keterampilanketerampilan terintegrasi terdiri dari: mengindentiflkasi variabel,
membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk graka, menggambarkan
keterhubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengelolah data, menganalisa
penelitian, menyusun hipotesa, mendinifisikan variabel secara operasional,
merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen. (Funk, dalam Moedjiono, dkk)
3. Penerapan Keterampilan Proses Dalam Pembelajaran
PKP dalam pembelajaran bukan merupakan hal yang mengada-ada, akan
tetapi merupakan hal yang wajar dan harus dilaksanakan oleh setiap guru dalam
pembelajarannya. Untuk dapat menerapkan PKP dalam pembelajaran, kita perlu
mempertimbangkan dan memperhatikan karakteristik siswa dan karakteristik mata
pelajaran/bidang studi. Selain itu, kita perlu menyadari bahwa dalam suatu kegiatan
pembelajaran dapat terjadi pengembangan lebih dari satu macam keterampilan
proses. Untuk keterampilan dasar yakni mengobservasi, mengklasiflkasi,
memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikadikan
pengembangannya tidak berhenti hanya pada jenjang sekolah dasar. Penerapan
keterampilan terintegrasi PKP dalam pembelajaran jenjang pendidikan SLTP dan
sekolah menengah atas (SMa) memerlukan pembahasan teori dari tiap keterampilan
terintegrasi akan membantu memudahkan siswa mempraktekannya. Mengingat
keterampilan terintegrasi dalam PKP merupakan keterampilan melaksanakan suatu
kegiatan penelitian, maka penerapannya dalam pembclajaran hendaknya dilakukan
dengan urutan yang hirarkis. Dcngan kata lain, sebelum satu keterampilan dikuasai
siswa jangan berpindah kepada keterampilan lainnya.
4. Alasan Perlunya Penerapan Keterampilan Proses
Semiawan dkk, (1985: 15-16) merinci alasan yang melandasi perlunya
diterapkan pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar sehari-
hari . Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak
mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Untuk
mengatasi ha] tersebut, siswa diberi bekal keterampilan proses yang dapat mereka
gunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan tanpa tergantung dari guru.
5. Model-Model Mengajar Dalam PKP
Model mengajarkan maksudnya adalah dimana proses dan prosedur
pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kegiatan bclajar siswa. Model-model
tersebut sebagai berikut:
 Model Dengar-Lihat-Kerjakan (DeLiKan)
Model ini dapat digunakan untuk menyampaikan bahan pengajaran yang
sifatnya fakta dan konsep. Aktivitas mental siswa dalam penggunaan model
mengajar ini adalah :mengingat, mengenal, menjelaskan, membedakan,
menyimpulkan dan menerapkan. Kegiatan belajar siswa yang dikembangkan
menjadi tiga kegiatan,yakni: kegiatan dengar, kegiatan lihat, kegiatan ketja.
 Model mengajar pemecahan masalah (permas)
 Pola kegiatan pembelajaran ini mengandung aktivitas belajar siswa yang
cukup penting, tepat digunakan untuk mengajarkan konsep dan prinsip.
 Penyusunan satuan pertanyaan hampir sama dengan model lain. Yang perlu
diperhatikan adalah menyusunan dan mengorganisasi bahan ajar.
 Model mengajar induktif
 Model kegiatan pembelajaran yang dikembangkan melalui cara berflkir
induktif yaitu menarik kesimpulan dari fakta menuju kepada hal umum.
 Petunjuk pembuatan satuan pelajaran.
 Model mengajar deduktif Pola belajar mengajar yang didasarkan atas cara
berkair deduktif adalah menarik kesimpulan dari pemyataan umum menajadi
pemyataan khusus, dari konsep teori menjadi fakta Petunjuk pembuatan
satuan pelajaran dimulai dari pembahasan konsep dan prinsip menuju
pembuktian empiris di lapangan atau laboraturium.
6. Langkah-Langkah Pelaksanaan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses adalah suatu cara untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan yang menj adi roda penggerak penemuan dan
pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan sikap dan nilai. (Conny
Semiawan 2002' :16)
7. Penilaian Keterampilan Proses
Penilaian Keterampilan Proses : Surapranata (2004) mengemukakan berbagai
bentuk penilaian yang dapat digunakan, khususnya dalam penilaian berbentuk kelas,
yakni:
 Tes tertulis.
 Tes perbuatan.
 Pemberian tugas.
 Penilaian proyek

I. Pembelajaran Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)


1. Pengertian
Pada umumnya metode lebih cenderung disebut sebuah pendekatan. Dalam
bahasa lnggris dikenal dengan kata “approach” yang dimaksudnya juga
“pendekatan”. Di dalam kata pendekatan ada unsur psikhis seperti halnya yang ada
pada proses belajar mengajar. Semua guru profesional dituntut terampil mengajar
tidak semata-mata hanya menyajikan materi ajar. Guru dituntut memiliki pendekatan
mengajar sesuai dengan tujuan instruksional. Menguasai dan memahami materi yang
akan diajarkan agar dengan cara demikian pembelajar akan benar-benar memahami
apa yang akan diajarkan. Piaget dan Chomsky berbeda pendapat dalam hal hakikat
manusia. Piaget memandang anakakalnya-sebagai agen yang aktif dan konstruktif
yang secara perlahan-lahan maju dalam kegiatan usaha sendiri yang terus-menerus.
Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa
terhadap bahan yang dipelajari. CBSA adalah pendekatan pengajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secar fisik, mental,
intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar
secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
2. Dasar-Dasar Pemikiran Pendekatan CBSA
Usaha penerapan dan peningkatan CBSA dalam kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) merupakan usaha “proses pembangkitan kembali” atau proses pemantapan
konsep CBSA yang telah ada. Untuk itu perlu dikaji alasan-alasan kebangkitan
kembali dan usaha peningkatan CBSA dasar dan alasan usaha peningkatan CBSA
secara rasional.
Rasional atau dasar pemikiran dan alasan usaha peningkatan CBSA dapat
ditinjau kembali pada hakikat CBSA dan tujuan pendekatan itu sendiri. Dengan cara
demikian Pembelajar dapat diketahui potensi, tendensi dan terbentuknya pengetahuan
, keterampilan sikap yang dimilikinya. Pada dasarnya dapat diketahui bahwa baik
pembelajar, materi pelajaran, cara Penyajian atau disebut juga pendekatan-
pendekatan berkembang. Jadi hampir semua komponen proses belajar mengajar
mengalami perubahan.
3. Hakikat Pendekatan CBSA
Siswa pada hakekatnya memiliki potensi atau kemampuan yang belum
terbentuk secara jelas, maka kewajiban gurulah untuk merangsang agar mereka
mampu menampilkan potensi itu. Para guru dapat menumbuhkan keterampilan-
keterampilan pada siswa sesuai dengan taraf perkembangannya, sehingga mereka
memperoleh konsep. Dengan mengembangkan keterampilan keterampilan
memproses perolehan, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri
fakta dan konsep serta mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Proses belajar-
mengajar seperti inilah yang dapat menciptakan siswa belajar aktif. Hakekat dari
CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan belajar
mengajar yang memungkinkan terjadinya:

 Proses asimilasi/pengalaman kognitif, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya


pengetahuan.

 Proses perbuatan/pengalaman langsung, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya


keterampilan.

 Proses penghayatan dan internalisasi nilai, yaitu: yang memungkinkan


terbentuknya nilai dan sikap
4. Prinsip-Prinsip Pendekatan CBSA
Prinsip CBSA adalah tingkah laku belajar yang mendasarkan pada kegiatan-
kegiatan yang nampak, yang menggambarkan tingkat keterlibatan siswa dalam proses
belajar-mengajar baik intelektual-emosional maupun fisik
5. Prinsip-Prinsip Pendekatan CBSA
 Konsep CBSA dalam Pembelajaran
Cara belajar siswa aktif merupakan suatu upaya dalam pembaruan pendidikan
dan pembelajaran. Kendatipun cara ini tergolong baru, namun sesungguhnya
konsep ini telah lama dikembangkan, hanya perwujudannya yang masih baru
dalam sistem pembelajaran di sekolah-sekolah kita. Karena itu, ada baiknya guru-
guru mengenal dan memahaminya lebih seksama agar mampu menerapkan secara
efektif.
 Dasar-Dasar Pemikiran Pendekatan CBSA
Usaha penerapan dan peningkatan CBSA dalam kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) merupakan usaha “proses pembangkitan kembali" atau proses
pemantapan konsep asli yang telah ada. Untuk itu perlu dikaji alasan-alasan
kebangkitan kembali dan peningkatan CBSA dasar dan alasan usaha peningkatan
CBSA secara rasional. Rasional atau dasar pemikiran dan alasan usaha
peningkatan CBSA dapat ditinjau kembali pada hakikat CBSA dan tujuan
pendekatan itu sendiri. Dengan cara demikian pembelajar dapat diketahui potensi,
tendensi dan terbentuknya pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
dimilikinya. Pada dasarnya dapat diketahui bahwa baik pembelajar. materi
pelajaran, cara penyajian atau disebut juga pendekatan-pendekatan berkembang.
Jadi hampir semua komponen proses belajar mengajar mengalami perubahan.
Perubahan ini mengarah ke segi-segi positif yang harus didukung oleh tindakan
secara intelektual, oleh kemauan, kebiasaan belajar yang teratur, mempersenang
diri pada waktu belajar hendaknya tercipta baik di sekolah maupun di rumah.
Bukankah materi pelajaran itu banyak, bervariasi dan ini akan memotivasi
pembelajar memiliki kebiasaan bernalar.
6. Penetapan CBSA Dalam Pembelajaran
Penetapan dan pendayagunaan konsep CBSA dalam pembelajaran merupakan
kebutuhan dan sekaligus sebaga. keharusan dalam kaitannya dengan upaya
merealisasikan Sistem Pendidikan Nasional untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional yang pada gilirannya berimplikasi terhadap sistem pembelajaran yang
efektif. Siswa peserta didik dipandang dari dua sisi yang berkaitan, yakni sebagai
objek pembelajaran dan sebagai subjek yang belajar. Siswa sebagai subjek dipandang
sebagai manusia yang potensial sedang berkembang, memiliki keinginan-keinginan-
harapan dan tujuan hidup, aspirasi dan motivasi dan berbagai kemungkinan potensi
lainnya. Siswa sebagai objek dipandang: sebagai yang memiliki potensi yang perlu
dibina, diarahkan dan dikembangkan melalui proses pembelajaran. Karena itu proses
pembelajaran harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip manusiawi
(humanistik), misalnya melalui suasana kekeluargaan terbuka dan bergairah serta
bervariasi sesuai dengan keadaan perkembangan siswa bersangkutan.
7. Metode Pembelajaran Inquiri
Metode inquiri adalah metode pembelajaran dimana siswa dituntut untuk lebih
aktif dalam proses penemuan, penempatan siswa lebih banyak belajar sendiri serta
mengembangkan keaktifan dalam memecahkan masalah.
Beberapa macam model pembelajaran inquiri yang dikemukakan oleh Sund dan T
rowbridge diantaranya :
 Guide Inquiry: Pembelajaran inquiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran
inquiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk
cuku luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuta oleh guru , siswa tidak
merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inquiri terbimbing guru
tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru
harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan
kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berfikir lambat atau siswa yang
mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan- kegiatan yang
sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai tinggi tidak memonopoli kegiatan
oleh sebab itu guru harus memiiki kemampuan mengelola kelas yang bagus.
 Modified Inquiry : Model pembelajaran inquiri ini memiliki ciri yaitu guru hanya
memberikan Pennasalahan tersebut melalui pengamatan, percobaan, atau
prosedur penelitian untuk memperoleh jawaban. Disamping itu , guru merupakan
nara sumber yang tugasnya hanya memberikan bantuan yang diperlukan untuk
menghindari kegagalan dalam lnemecahkan masalah.
 Free Inquiry: Pada model ini siswa harus mengidentifikasikan dan memalukan
macam problema Yang dipelajari dan dipecahkan. Jenis model inquiri ini lebih
bebas daripada kedua jenis inquiri sebelumnya.
 Inquiry role Approach : Model pembelajaran inquiri pendekatan peranan ini
melibatkan siswa dala tim-tim yang masing-masing terdiri atas empat orang
untuk memecahkan masalah yang diberikan. Masing-masing anggota memegang
peranan yang berbeda, yaitu sebagai koordinator tim, penasihat teknis, pencatat
data, dan evaluator proses.
 Invitation Into Inquiry: Model inquiri jenis ini siswa dilibatkan dalam proses
pemecahan masalah dengan cara-cara yang lai ditempuh para ilmuwan. Suatu
undangan (invitation) memberikan suatu problema kepada para siswa dan melalui
pertanyaan masalah yang telah direncanakan dengan hati-hati mengundang siswa
untuk melakukan beberapa kegiatan.
 Pictorial Riddle: Pada model ini merupakan metode mengajar yang dapat
engembankan motivasi dan minat siswa dalam diskusi kelompok kecil atau besar
, Gamabar peragaan, atau situasi sesungguhnya dapat digunakan untuk
mningkatkan cara berfikir kritis dan kreatifan siswa.Biasanya, suatu riddlc berupa
gambar dipapan tulis, poster, atau diproyeksikan dari suatu transparansi,
kemudian guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan riddle itu.
 synectics Lesson: Pada jenis ini memusatkan keterlibatan siswa untuk membuat
erbagai macam bentuk kiasan “Upaya dapat membuka intelegensinya dan
mengembangkan kreativitasnya. Hal ini dapat dilaksanakan karena kiasan dapat
membantu siswa dalam berfikir untuk memandang suatu problema sehingga
dapat menunjang timbulnya ide-ide kreatif.
 Value Clariflcation: Pada model pembelajaran inquiri jenis ini siswa lebih
difokuskan pada pemberian kejelasan tentang suatu tata aturan atau nilai-nilai
pada suam proses pembelajaran.
8. Rambu-Rambu Penyelenggaraan CBSA
Pembelajaran berdasarkan CBSA menuntut kondisi-kondisi tertentu untuk
menjamin kadar CBSA yang tinggi guna mencapai tujuan pembelajaran atau hasil
belajar siswa pada tingkat optimal. Penyelenggaraan pembelajaran CBSA tersebut
ditandai oleh indikator-indikator sebagai berikut:
 Derajat partisipasi dan responsif siswa yang tinggi. Para siswa berperan serta
secara aktif dan bersikap responsif dalam proses pembelajaran. Siswa tidak
tinggal diam hanya menunggu pemblajaran yang disampaikan oleh guru. Pada
waktu guru menyajikan suatu topik, siswa aktif-responsif mempertanyakan
materi yang terkandung didalamnya. Kedua contoh tersebut sebagai tanda, bahwa
siswa berperan serta dalam proses pembelajaran.
 Keterlibatan siswa dalam pelaksanaan pembuatan tugas. Pada dasarnya sejak
disusunnya perencanaan tugas-tugas, para siswa telah dapat diaktifkan peran
sertanya. Siswa dapat mengajukan usul dan minat tugas yang diinginkannya
dengan asumsi bahwa tugas tersebut sesuai dengan kemampuannya. Pada waktu
pembuatan tugas, siswa melaksanakan kegiatan kelompok atau dengan belajar
mandiri. Pada Waktu penilaian tugas (hasil pekerjaannya), siswa hendaknya aktif
menilai tugas- tugas temannya dan hasil kerjanya sendiri dalam bentuk menilai
dirinya sendiri (self evaluation). Hal ini menunjukan, bahwa tersedia berbagai
kemungkinan dimana siswa dapat berperan aktif dalam pelaksarman tugas-tugas
yang dikondisikan dalam pembelajaran.
9. Penerapan CBSA
pendekatan CBSA dapat diterapkan dalam pembelajaran dalam bentuk dan
teknik :
 Pemanfaatan waktu luang : Pemanfaatan waktu luang di rumah oleh siswa
memungkinkan dilakukanya kegiatan belajar aktif, dengan cara menyusun
rencana belajar, memilah bahan untuk dipelajari, dan menilai penguasaan bahan
sendiri. Jika pemafaman waktu tersebut dilakukan secara saksama dan
berkesinambungan akan memberikan manfaat yang baik dalam menunjang
keberhasilan belajar di sekolah.
 Pembelajaran Individual: Pembelajaran individual adalah pembelajaran yang
disesuaikan dengan karakteristik perbedaan individu tiap siswa, seperti: bakat,
kecerdasan, dan sebagainya. Guru dapat mempersiapkan / merencanakan tugas-
tugas belajar bagi para siswa, sedang pilihan dilakukan oleh siswa masing-
masing, dan selanjutnya tiap siswa aktif belajar secara perseorangan. Teknik lain,
kegiatan belajar dilakukan dalam bentuk kelompok, yang terdiri dari siswa yang
memiliki kemampuan, bakat yang sama.
 Belajar kelompok : Belajar kelompok memiliki kadar CBSA yang cukup tinggi.
teknik pelaksanaannya dapat dalam bentuk kerja kelompok, diskusi kelompok,
diskusi kelas, diskusi, terbimbing, dan diskusi ceramah. Dalam situasi belajar
kelompok, masing-msing anggota dapat mengajukan gagasan, pendapat,
pertanyaan, jawaban, keritik dan sebagainya.
10. Pendekatan Keterampilan Proses Sebagai Bagian Dari CBSA
 Rasional keterampilan proses dalam pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses interaksi (hubungan timbal balik) antara
guru dengan siswa. Dalam proses tersebut memberikan bimbingan dan
menyediakan berbagai kesempatan yang dapat mendorong siswa belajar dan untuk
memperoleh pengalaman sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tercapainya tujuan
pembelajaran ditandai oleh tingkat penguasaan kemampuan dan pembentukan
kepribadian. Proses pembelajaran melibatkan terbagi kegiatan dan tindakan yang
perlu dilakukan oleh siswa untuk memperoleh basil belajar yang baik.
Kesempatan untuk melakukan kegiatan dan perolehan hasil belajar ditentukan
oleh pendekatan yang digunakan oleh guru-siswa dalam proses pembelajaran
tersebut. Suatu prinsip untuk memilih pendekatan pembelajaran ialah belajar
melalui proses mengalami secara langsung untuk memperoleh basil belajar yang
bermakna. Proses tersebut dilaksanakan melalui interaksi antara siswa dengan
lingkungannya. Dalam proses siswa termotivasi dan sering melakukan kegiatan
belajar yang menarik dan bermakna bagi dirinya. Ini berarti, peranan pendekatan
belajar mengajar sangat penting dalam kaitannya dengan keberhasilan belajar.
J. PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM)
1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Jodion Siburian, dkk dalam Panduan Materi Pembelajaran Model
Pembelajaran Sains (2010:l74) sebagai berikut: Pembelajaran berbasis masalah (
problem based learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang berasosiasi
dengan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran artinya dihadapkan pada suatu
walah, yang kemudian dengan melalui pemecahan masalah, melalui masalah tersebut
siswa belajar keterampil-keterampilan yang lebih mendasar.
McnurutMuslimin I dalam Boud dan Felleti (2000:7), Pembelajaran
berdasarkan masalah (problem based learning) adalah suatu pendekatan untuk
membelajarkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan
memecahkan masalah, belajar peranan orang dewasa yang otentik sena menjadi
pelajar mandiri. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu
guru memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi
pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan
intelektual, belajar berbagai peran orang deivasa melalui pelibatan mereka dalam
pengalaman nyata dan menjadi pembelajaran yang mandiri. Model pembelajaran
berbasis masalah adalah sebuah model pembelajaran yang dilakukan dengan adanya
pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan
pemecahan masalah oleh siswa yang diharapkan dapat menambah keterampilan
siswa dalam pencapaian materi pembelajaran.
2. Hakikat Masalah Dalam SPBM
Antara strategi pembelajaran inkuiri (SPI) dan strategi pembelajaran berbasis
masalah (SPBM) memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut terletak pada jenis masalah
serta tujuan yang ingin di capai. Berbeda dengan SPI, masalah dalam SPBM adalah
masalah yang bersifat tubuh Artinya jawaban dari masalah tersebut belum pasti.
Setiap siswa bahkan gum dapat mengembangkan kemungkinan jawaban. Denagn
demikian, SPBM memberikan kesempatan kepada siswa untuk berekplorasi
mengumpulkan dan menganalisis data secar lengkap untuk memecahkan masalah
yang dihadapi. Tujuan yang ingin dicapai oleh SPBM adalah kemampuan siswa
untuk berpikir kritis, analitis, sistematis dan logis untuk menemukan alternatif
pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara emping dalam rangka
menumbuhkan sikap ilmiah.
Hakikat masalah dalam SPBM adalah gap atau kesenjangan antara situasi
nyatadzn kondisi yang diharapkan, atau antar kenyataan yang terjadi dengan apa
yang diharapkan. Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari adanya keresahan,
keluhan dan kerisauan atau kecemasan. Oleh karena itu, maka materi pelajaran atau
topik tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, akan tetapi
juga dapat juga bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu sesuai denagn kurikulum
yang berlaku Dibawah ini diberikan kriteria pemilihan bahan pelajaran SPBM.

3. Pendekatan Belajar Berbasis Masalah


Belajar Berbasis masalah adalah salah satu bentuk pembelajaran ynag
berlandaskan paradigma konstruktivisme, yang berorientasi pada proses belajar
siswa(student centemed-learning). PBL (problem Based Learning) merupakan model
pembelajaran yang sangat popular dalam dunia kedokteran sejak 1970-an. PBL
berfokus pada penyajian suatu permasalahan (nyata atau simulasi) kepada siswa,
kemudian siswa dimintai mencari pemecahannya melalui serangkaian penelitian dan
investigasi berdasarkan teori, konsep, prinsip yang dipeljarinya dari berbagai bidang
ilmu (multiple perSpective). Permasalahan menjadi focus, stimulus, dan pemandu
proses belajar. Sementara, guru menjadi fasilitator dan pembimbing. PBL
mempuanyai banyak variasi, diantaranya terdapat 5 bentuk belajar berbasis masalah,
yaitu :
 Permasalahan sebagai pemandu: masalah menjadi acuan kongkret yang harus
menjadi perhatian pemelajar. Bacaan diberikan sejalan dengan masalah. Masalah
menjadi kerangka berfikir pemelajar dalam mengenakan tugas.
 Permasalahan sebagai kesatuan dan alat evaluasi: masalah disajikan setelah tugas-
tugas dan penjelasan diberikan. Tujuannya diberikan kesempatan bagi pemelajar
untuk menerapkan pengetahuannya untuk memecahkan masalah.
 Permasalahan sebagai contoh: masalah dijadikan contoh dan bagian dari. bahan
belajar. Masalah digunakan untuk menggambarkan teori, konsep dan prinsip dan
dibahas antara pemelajar dan guru.
 Permasalahan sebagai fasilitasi proses belajar: masalah dijadikan alat untuk
melatih pemelajar bemalar dan berfikir kritis.
 Permasalahan sebagai stimulus belajar: masalah merangsang pemelajar untuk
mengembangkan keterampilan mengumpulkan dan menganalisis data yang
berkaitan dengan masalah dan keterampilan metakognitif.
4. TahapanTahapan SPBM
Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan SPBM. John Dewey seorang
6 langkah SPBM yang kemudian dia namakan metode pemecahan masalah (problem
solving), yaitu :
 Merumuskan masalah yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan
dipecahkan.
 Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secar kritis. dari
berbagai sudut pandang.
 Merumuskan hipotesis yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan
pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
 Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi
yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
 Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan
kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
 Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah yang dapat dilakukan sesuia
rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
5. Keunggulan Dan Kelemahan SPBM
sebagai suatu strategi pembelajaran, SPBM memiliki beberapa keunggulan
diantaranya:
 Pemecahan masalah (problem solving) merupaka teknik yang cukup bagus untuk
lebih memahami isi pelajaran.
 Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang kemampuan siswa serta
dapat memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
 Pemecahan masalah (roblem solving) dapat meningkatkan aktifitas pembelajaran
siswa.
 Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa bagaimana
mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan
masalah.
6. Model Pembelajaran Berbasis Masalah [
Problem-Based intruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya
yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan
dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Beberapa tahapan yang perlu guru lalui
dalam pembelajaran berbasis masalah adalah:
 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan.
Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
 Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut ( menetapkan topik,tugas jadwal, dan lain-
lain).
 Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untukmendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah,pengumpulan data, hipotesis, pemcahan masalah.
 Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai
seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas denagn temannya.
 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
7. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) bertujuan membantu
siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah,
belajar Peranan orang dewasa yang otentik dan menjadi pelajar yang mandiri. Ciri-
ciri utama Pembelajaran Berbasis Masalah menurut Arends, berbagai pengembangan
pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model pengajaran itu memiliki
karakteristik sebagai berikut:
 Pengajuan pertanyaan atau masalah. Bukannya mengorganisasikan di sekitar
prinsip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berbasis
masalah mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan dan masalah yang
dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.
8. Manfaat Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru
memberikan informasi sebanyak- banyaknya kepada siswa. pembelajaran berbasis
masalah dikembangkan untuk membatu siswa untuk mengembangkan kemampuan
berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran
orang dewasa melalui perlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan
menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri.
K. Strategi Pembelajarn Peningkatan Kempampuan Berpikir (SPPKB)
1. Hakikat Dan Pengertian Strategu Pembelajaran Peningkatan Kemampuan
Berpikir( SPPKB).
Telah dijelaskan bahwa salah satu kelemahan proses pembelajaran yang
dilaksanakan para guru kita adalah kurang adanya usaha pengembangan kemampuan
berpikir siswa. Strategi pembelajaran yang dibahas pada bab ini adalah strategi
pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
Strategi pembelajaran ini pada awalnya dirancang untuk pembelajaran ilmu
pengetahuan sosial(IPS).
Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir(SPPKB)
adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan
berpikir siswa melalui telaah fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk
memecahkan masalah yang diajukan.
2. Latar Belakang Filosofis dan Psikologis SPPKB
 Latar belakang Filosofis
Pengetahuan dapat didekati dengan dua pendekatan yang berbeda yaitu
pendekatan tradisional dan pendekatan empiris. Rasionalisme menyatakan bahwa
pengetahuan menunjukkan kepada objek dan kebenaran itu merupakan akibat
dari dedukasi logis. Aliran rasionalisme menekankan pada rasio Logika dan
pengaturan deduktif. Menurut aliran konstruktivisme, pengetahuan ini terbentuk
bukan hanya dari objek semata.Tetapi juga dari kemampuan individu sebagai
objek yang diamati. Menurut konstruktivisme, pengamatan itu berasal dari luar,
tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu
pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan
pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek tersebut.
Kedua faktor itu sama pentingnya. Dengan demikian pengetahuan itu tidak
bersifat statis, tetapi bersifat dinamis dan dengan cara melihat dan konstruksinya
dasar filosofis dalam pembelajaran berpikir.
 Latar Belakang Psikologis
Aliran psikologi sppkb adalah aliran psikologi kognitif. Menurut aliran
kognitif belajar pada hakekatnya merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa
behavioral. Dalam perspektif psikologi kognitif sebagai SPPKB, belajar adalah
proses aktif individu dalam membangun pengetahuan dan pencapaian tujuan,
artinya proses belajar tidak tergantung kepada pengaruh dari luar tetapi sangat
tergantung pada individu yang belajar. Individu adalah organisme yang
aktif.Ialah sumber dari semua kegiatan pada hakekatnya manusia adalah bebas
untuk berbuat manusia bebas membuat satu pilihan dalam setiap situasi
kebebasan itu adalah kesadarannya sendiri. Oleh sebab itu psikologi kognitif
permainan bahwa belajar itu merupakan proses mental.

3. Hakikat Kemampuan Berpikir dalam SPPKB


Kemampuan berpikir merupakan kemampuan mengingat dan memahami,
Oleh sebab itu kemampuan mengingat adalah bagian terpenting dalam
mengembangkan kemampuan berpikir. Artinya belum tentu seseorang yang memiliki
kemampuan mengingat dan memahami memiliki kemampuan juga dalam berpikir,
sebaliknya kemampuan berpikir seseorang sudah pasti diikuti oleh kemampuan
mengingat dan memahami.Berdasarkan Penjelasan diatas maka SPPKB bukan hanya
sekedar model pembelajaran yang diarahkan agar peserta didik dapat mengingat dan
memahami berbagai data, fakta, konsep akan tetapi sebagai fakta dan konsep, tersebut
dapat dijadikan sebagai alat untuk melatih kemampuan berpikir siswa dalam
menghadapi dan memecahkan suatu persoalan.
4. Karakteristik SPPKB
Sebagai strategi pembelajaran yang diarahkan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir sppkb memiliki tiga karakteristik utama sebagai berikut:
 Pembelajaran melalui SPPKB menekankan pada proses mental siswa secara
maksimal. SPPKB bukan model pembwlajarab yang hanaya menurut siswa dalam
sekedar mendengara dan mencatat, tetapi menghendaki akrivitas siswa dalam
proses berpikir. Artinya, setiap kegiatab bwlajar itu disebabkan karena dorongan
mental yang diatur oleh otaknya.
 SPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanggung jawab secara terus
menerus.
 SPPKB adalah model pembelajaran yang menyadarkan kepada dua sisi yang
sangat penting yaitu Sisi proses dan hasil belajar.

6. Perbedaan SPPKB Dengan Pembelajaran Konvesional


Ada perbedaan pokok antara sppkb dengan pembelajaran selama ini banyak
dilakukan guru perbedaan tersebut adalah:
 Sppkb menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar sedangkan dalam
pembelajaran konvensional peserta didik ditempatkan sebagai objek belajar.
 Dalam sppkb pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata sedangkan dalam
permainan konvensional pembelajaran bersifat teoritis abstrak.
 Dalam sppkb perilaku dibangun atas kesadaran diri sedangkan dalam
pembelajaran konvensional perilaku dibangun atas proses kebiasaan.
 BPKB kemampuan didasarkan atas panggilan pengalaman sedangkan dalam
pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melalui latihan.
7. Tahapan-Tahapan Pembelajaran SPPKB
SPPKB menekankan kepada keterlibatan siswa secara penuh dalam belajar.
Hal ini sesuai dengan hakikat sppkb yang tidak mengharapkan siswa sebagai objek
belajar Hanya duduk mendengarkan catat untuk dihafalkan. Cara demikian bukan saja
tidak sesuai dengan hakikat belajar sebagai usaha untuk memperoleh pengalaman
namun juga menghilangkan Gairah dan motivasi belajar siswa (george
W.Maxsim:1987).
Ada 6 tahapa dalam SPPKB. Setiap dijelaskan sebagai berikut :
 Tahap Orientasi , Tahap orientasi dilakukan dengan pertama penjelasan tujuan
yang harus dicapai dan kedua penjelasan proses pembelajaran yang harus
dilakukan siswa.
 Tahap Pelacakan, Tahap pelacakan adalah tahap penjajakan untuk memahami
pengalaman dan kemampuan dasar sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang
akan dibicarakan. Melalui tahapan ini guru mengembangkan dialog dan tanya
jawab untuk mengungkapkan Pengalaman apa saja yang dimiliki siswa yang
dianggap relevan dengan tema yang akan dikaji.
 Tahap Konfrontasi, Pada tahap ini guru memberikan persoalan-persoalan yang
dilematis yang memerlukan jawaban atau jalan keluar.
 Tahap InkuiriPada tahap ini guru, memberikan ruang dan kesempatan kepada
siswa untuk mengembangkan gagasan dalam upaya pemecahan persoalan.
 Tahap Akomodasi, Pada tahap ini melalui dialog guru membimbing agar siswa
dapat menyimpulkan apa yang mereka temukan dan mereka pahami sekitar topik
yang dipermasalahkan.
 Tahap Transfe, Pada tahap ini siswa diharapkan mampu mentransfer kemampuan
berpikir untuk memecahkan masalah-masalah baru..
5. Langkah Pelaksanaan SPPKB
Adapun langkah-langkah pelaksanaan strategi ini, yaitu :
 Kegiatan Awal
 Tahap Orientasi, Pada tahap ini guru mengkondisikan siswa pada posisi siap
untuk melakukan pembelajaran tahap orientasi dilakukan dengan menjelaskan
tujuan yang harus dicapai dan jelaskan proses pembelajaran yang harus
dilakukan siswa dalam setiap tahapan proses pembelajaran.
 Tahap Pelacakan, Ceritakan ini guru mengembangkan dialog dan tanya jawab
untuk mengungkapkan Pengalaman apa saja yang telah dimiliki siswa yang
dianggap relevan dengan tema yang akan dikaji.
 Kegiatan Inti
 Tahap Konfrontasi
 Tahap Inkuiri
 Kegiatan Akhir
 Tahap Akomodasi
 Tahap Treatment
 Tahap Transfer
6. Dasar Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran
Berbagai pertimbangan yang harus diperhatikan dalam memilih strategi
pembelajaran yang akan dilakukan diantaranya pertimbangan yang berhubungan
dengan :
 tujuan yang ingin dicapai
 bahan atau materi pembelajaran
 siswa.

L. STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI (SPE)


1. Pengertian Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang
menekankan kepada Proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru
kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi
pelajaran secara optimal. Hakikat mengajar menurut pandangan ekspositori adalah
menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa.Siswa dipandang sebagai objek yang
menerima apa yang diberikan guru. Guru yang kreatif biasanya dalam memberikan
informasi dan penjelasan kepada siswa menggunakan alat bantu seperti gambar bahan
grafik dan lain-lain.
2. Karakteristik Strategu Pembelajaran Ekspositori
 Penyampaian materi pelajaran secara verbal atau secara lisan biasanya identik
dengan ceramah.
 Materi pelajaran yang disampaikan adalah materi yang sudah jadi sehingga tidak
menuntut siswa untuk berpikir ulang.
 Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi itu sendiri.
3. Kelebihan dan Kekurangan SPE
 Kelebihan
 Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan
keluasan materi pembelajaran dengan demikian ia dapat mengetahui sampai
sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
 Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi
pembelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas sementara itu waktu yang
dimiliki untuk belajar terbatas.
 Kelemahan
 Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang
memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik, untuk siswa
yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi lain.
 Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik
perbedaan kemampuan dan pengetahuan, minat dan bakat serta perbedaan
gaya belajar.
 Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah,maka akan sulit
mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi,
hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
4. Konsep Strategi Pembelajarab Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang
menekankan kepada Proses penyampaian materi pelajaran secara optimal. Strategi
ekspositori lebih menekankan pada proses bertutur maka sering juga dinamakan
istilah "calk and talk"
5. Prinsip-Prinsip Penggunaan SPE
Tidak ada strategi pembelajaran yang dianggap lebih baik dibandingkan
dengan strategi pembelajaran yang lain. Baik tidaknya suatu strategi pembelajaran
bisa dilihat dari efektif dan strategi tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditentukan. Dengan demikian, pertimbangan pertama penggunaan strategi
pembelajaran adalah tujuan yang harus dicapai.Dalam penggunaan strategi
pembelajaran ekspositori terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh
setiap guru.Setiap prinsip tersebut dijelaskan sebagai berikut:
 Berorientasi pada tujuan
 Prinsip komunikasi
 Prinsip kesiapan
 Prinsip berkelanjutan
6. Prosedur Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Ekspositori
 Tuliskan tujuan yang ingin dicapai.
 Kuasai materi pelajaran yang baik.
 Kenali Medan dan berbagai hal yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.

M. Strategi Pembelajaran Afektif


1. Pengertian Strategi Pembelajarab Afektif
Menurut Sanjaya (2007:126). Dalam dunia pendidikan strategi diartikan
sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangakan menurut Kemp (1995) menjelaskan
bahwa strategi pembelajaran adalah satu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan
oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Strategi pembelajaran Afektif memang berbeda dengan strategi pembelajaran
kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai atau value yang sulit
diukur, oleh sebab itu menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri
siswa. Strategi pembelajaran Afektif adalah strategi yang bukan hanya bertujuan
untuk mencapai pendidikan kognitif saja, akan tetapi juga bertujuan untuk mencapai
dimensi lainnya, yaitu sikap dan ketrampilan afektif berhubungan dengan volume
yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam
afeksi juga dapat muncul dalam kejadian behavioral yang diakibatkan dari proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
2. Hakikat Pendidikan Nilai dan Sikap
Studi tentang pembelajaran aspek aspek afektif yaitu tentang nilai-nilai dan
atas tema tema yang berkaitan dengan perilaku manusia terutama pada pengembangan
aspek perasaan, sikap, nilai dan emosi. Nilai adalah suatu konsep yang berada dalam
pikiran manusia yang sifatnya tersembunyi,tidak erada di dalam dunia empiris. Nilai
berhubungan dengan baik dan buruk,indah dan tidak indah, layak dan tidaknya
seseorang itu tidak bisa diraba kita hanya mungkin dapat mengetahuinya dari perilaku
yang bersangkutan. Dengan demikian pendidikan nilai pada dasarnya merupakan
proses penanaman nilai kepada peserta didik yang diharapkan oleh karenanya siswa
dapat berperilaku sesuai dengan pandangan yang dianggap baik dan tidak
bertentangan dengan norma-norma.
Sementara itu Douglas Graham(Gulo,2002) melihat empat faktor yang
menyebabkan dasar kepatuhan seseorang terhadap nilai tertentu yaitu:
 Normativist, biasa kepatuhan pada norma norma dan hukum.
 Fenomenalist, yaitu kepatuhan berdasarkan suara hati atau sekedar basa-basi.
 Hedonist, yaitu kepatuhan berdasarkan kepentingan diri sendiri.
Dari keempat faktor yang menjadi dasar kepatuhan setiap individual, tentu saja
yang kita harapkan adalah kepatuhan dan bersifat normativist karena kepastian
semacam itu adalah kepatuhan yang didasari kesadaran akan nilai-nilai Apakah
perilaku itu menguntungkan untuk dirinya atau tidak.Selanjutnya dalam sumber yang
sama di jelaskan dari empat faktor ini terdapat lima tipe kepatuhan yaitu:
 Otoritarian, yaitu suatu kesatuan tanpa reserve atau kepatuhan yang ikut-ikutan.
 Conformist, kepatuhan tipe ini mempunyai tiga bentuk, yaitu:
 Conformist Directed
 Conformist Hedonist
 Conformist Integral
 Compulsive Deviant, yaitu kepatuhan yang tidak konsisten.
 Hedonik Psikopatik, yaitu kepatuhan pada kekayaan tanpa memperhitungkan
kepentingan orang lain.
 Supramoralist, yaitu kepatuhan karena keyakinan yang tinggi terhadap nilai-nilai
moral.

Sikap merupakan suatu kemampuan internal yang berperanan sekali dalam


mengambil tindakan atau Asian lebih-lebih apabila terbuka berbagai kemungkinan
untuk bertindak atau tersedia beberapa alternatif (Winkel 2004). Pernyataan senang
atau tidak senang seseorang terhadap objek yang dihadapinya akan sangat dipengaruhi
oleh tingkat pemahamannya terhadap objek tersebut oleh karena itu tingkat penalaran
terhadap suatu objek dan kemampuan untuk bertindak terhadapnya menentukan sikap
seseorang terhadap objek.
3. Proses Pembentukan Sikap
 Pola Pembiasan
Belajar membentuk sikap melalui pembiasaan sudah dilakukan oleh skinner
melalui teorinya operan kondisioning proses pembentukan sikap melalui
pembiasaan yang dilakukan Watson berbeda dengan proses pembiasaan sikap
yang dilakukan skiner. Skinner menekankan pada proses penangguhan respon
anak di mana setiap kali anak menunjukkan prestasi yang baik diberikan
pengobatan dengan cara memberikan hadiah atau perilaku yang menyenangkan.
Dari Watson dan skinner menurut kelompok kami dapat diambil kesimpulan
bahwa proses pembentukan sikap dengan pola pembiasaan bukan hanya melalui
proses pembiasaan yang dilakukan secara terus-menerus melainkan juga
memberikan penguatan sehingga anak akan berusaha dan bersemangat untuk
meningkatkan sikap positifnya.
 Modeling
Proses penanaman sikap anak terhadap suatu objek proses modeling pada
mulanya dilakukan secara mencontoh, namun anak perlu diberi pemahaman
mengapa hal itu dilakukan. Misalnya guru menjelaskan mengapa kita harus
berpakaian bersih atau mengapa kita harus menjaga dan memelihara tanaman.
4. Model Strategi Pembelajaran Sikap
 Model Konsiderasi
Model konsiderasi dikembangkan oleh Mc.Paul, seseorang Humanis mau
menganggap bahwa pembentukan moral tidak sama dengan pengembangan
kognitif yang rasional pembelajaran moral siswa menurutnya adalah pembentukan
kepribadian bukan pengembangan intelektual. Tujuannya adalah agar siswa
menjadi manusia yang memiliki kepedulian terhadap orang lain. Atas dasar
asumsi diatas guru harus menjadi model di dalam kelas dalam memperlakukan
setiap siswa dengan rasa hormat menjauhi sikap otoriter.
 Model Pemgembangan Kognitif
Model pengembangan kognitif dikembangkan oleh Lawrence Kohlberg. Model ini
di banyak diilhami oleh pemikiran John dewey dan Jean Piaget yang berpendapat
bahwa perkembangan manusia terjadi sebagai proses dari restrukturisasi kognitif
yang berlangsung secara berangsur-angsur menurut urutan tertentu. Menurut
Kohlberg moral manusia itu berkembang melalui tiga tingkat dan setiap tingkat
terdiri dari dua tahap :
 Tingkat prakonvensional
a) Orientasi hukum dan kepatuhan
b) Orientasi instrumen relatif
 Tingkat Konvensional
a) Keselarasan interpersonal
b) Sistem sosial dan kata hati
 Tingkat postkonvensional
a) Kontrak sosial
b) Prinsip etis yang universal
5. Teknik Mengklarifikasi Nilai
Teknik mengklasifikasi nilai disingkat VCT dapat diartikan sebagai teknik
pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan status nilai yang
dianggap baik dalam menghadapi suatu masalah melalui proses menganalisis nilai
yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa.
Kelemahan yang sering terjadi dalam proses pembelajaran nilai atau sikap
adalah proses pembelajaran yang dilakukan secara langsung oleh guru, artinya guru
menanamkan nilai-nilai yang dianggap baik tanpa memperhatikan nilai yang sudah
tertanam dalam diri siswa, akibatnya sering terjadi benturan konflik dalam diri siswa
karena ketidakcocokan antara nilai-nilai lama yang sudah terbentuk dengan ini baru
yang ditanamkan oleh guru.
Siswa sering mengalami kesulitan dalam menerapkan nilai lama yang sudah
terbentuk dengan nilai baru yang ditanamkan oleh guru. Salah satu karakteristik VCT
model dalam pembelajaran kimia pada proses penanaman nilai yang dilakukan
melalui proses analisis nilai yang sudah ada sebelumnya dalam menit siswa kemudian
menyelaraskannya dengan nilai-nilai baru hendak ditanamkan.
jarolimex(1974) Menjelaskan langkah pembelajaran dengan VCT Dalam 7
tahap yang dibagi ke dalam tiga tingkatan setiap tingkatan dijelaskan dalam tahap ini :
 Kebebasan Memilih
 Menghargai
 Berbuat

VCT menekankan Bagaimana sebenarnya seorang membangun nilai yang


Menurut tanggapan yang baik pada gilirannya nilai-nilai tersebut akan mewarnai
perilaku dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

6. Kesulitan Dalam Pembelajaran Afektif


Di samping aspek pembentukan kemampuan intelektual untuk membentuk
kecerdasan peserta didik dan pembentukan keterampilan untuk mengembangkan
kompetensi agar peserta didik memiliki kemampuan motorik maka pembentukan
sikap peserta didik merupakan aspek yang tidak kalah pentingnya dalam proses
pendidikan sekolah proses pembelajaran sikap kadang-kadang terabaikan. Hal ini
disebabkan oleh proses pembelajaran dan pembentukan akhlak memiliki beberapa
kesulitan.
 Proses pendidikan sesuai dengan Kurikulum yang sedang berlaku cenderung
diarahkan untuk pembentukan intelektual akibatnya apa ya guru diharapkan
kepada bagaimana agar anak dapat mengetahui sejumlah pengetahuan Sesuai
dengan standar kurikulum.
 Sulitnya melakukan kontrol karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan sikap seseorang.
 Keberhasilan pembentukan sikap tidak dapat dievaluasi dengan segera.
 Pengaruh kemajuan teknologi khususnya kemajuan teknologi informasi yang
menyuguhkan aneka pilihan program acara, berdampak pada pembentukan
karakter anak.
7. Cara Mengatasi Kesulitan Dalam Pembelajarab Afektif
Dalam mengatasi kesulitan kesulitan pembelajaran afektif di atas terdapat
beberapa cara yang dapat diterapkan agar kesulitan-kesulitan tersebut dapat
diminimalisir dan bahkan di atas dengan baik. cara cara mengatasinya adalah:
 Pendidikan yang ada sama ini sesuai dengan Kurikulum yang digunakan untuk
mengukur kemampuan intelektual anak daripada kemampuan afektif akan tetapi
kemampuan dalam bersikap dan tidak kalah penting harus dimiliki anak untuk apa
memiliki generasi muda yang pintar akan tetapi perilaku yang tidak
mencerminkan orang yang memiliki intelektual. Ngene cara mengatasinya adalah
kesadaran yang harus dimiliki diri anak yang sangat baik ditanamkan sejak dini
adalah suatu sikap yang sangat tepat dalam memfilter perilaku anak agar anak
dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk bagi dirinya.
 Peran dari guru dan orang tua serta lingkungan sangat menentukan perilaku yang
akan dikeluarkan atau dicontoh oleh siswa. Sini Guru dan Orang Tua memberikan
praktek dalam suri tauladan akhlak dalam kehidupan sehari-hari.
 Pembentukan sikap yang baik kepada anak yaitu dengan guru menerapkan
pembentukan sikap dalam kehidupan sehari-hari.
 Pengaruh kemajuan teknologi dapat diatasi dengan pengawasan yang baik dari
orang tua dan guru. Cara mengatasinya yaitu dengan pendekatan orang tua dan
anak yang dapat membantu dan mengontrol sikap anak dalam menerima kemajuan
teknologi yang ada.
N. Model Pembelajaran Sosial
1. Model Pembelajaran Bermain Peran
Bermain peran sebagai suatu model pembelajaran bertujuan untuk membantu
siswa menemukan makna diri atau jati diri di dunia sosial dan memecahkan dilema
dengan bantuan kelompok. Artinya melalui bermain peran Siswa belajar
menggunakan konsep peran menyadari adanya peran peran yang berbeda dan
memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang lain. Proses bermain peran ini dapat
memberikan contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna sebagai sarana bagi
siswa untuk menggali perasaannya, memperoleh inspirasi dan pemahaman yang
berpengaruh terhadap sikap, nilai dan persepsinya, mengembangkan keterampilan dan
sikap dengan memecahkan masalah dan mendalami mata pelajaran dengan berbagai
macam cara.
a. Prosedur Pembelajaran
Keberhasilan model pembelajaran melalui bermain peran tergantung pada
kualitas permainan perang yang diikuti dengan analisis terhadapnya. Disamping
itu tergantung pula pada persepsi siswa tentang peran yang dimainkan terhadap
situasi yang nyata. Prosedur bermain peran terdiri atas 9 langkah, yaitu:
 Pemanasan
 Memilih partisipan
 Menyiapkan pengamat
 Menata panggung
 Memainkan peran
 Diskusi dan evaluasi
 Memainkan peran ulang
 Diskusi dan evaluasi kedua
 Berbagai pengalaman dan kesimpulan
b. Aplikasi
Melalui permainan peran siswa dapat meningkatkan kemampuan untuk mengenali
perasaan sendiri dan perasaan orang lain. Mereka memperoleh cara berperilaku
baru untuk mengatasi masalah seperti dalam permainan perannya dapat
meningkatkan keterampilan memecahkan masalah.
2. Model Pembelajaran Simulasi Sosial
a. Pengertian Simulasi Sosial
Simulasi arti berpura-pura atau berbuat seolah-olah atau perbuatan yang
berpura-pura( Abimanyu,1990:78). Simulasi dapat digunakan untuk melakukan
proses tingkah laku secara imitasi. Selain itu,( Mujiono dan Dimyati 2002:80)
mengemukakan bahwa metode simulasi adalah sebagai metode mengajar format
ini terjadi saat belajar mengajar yang didalamnya menampakkan adanya perilaku
pura-pura dari orang yang terlibat dan atau peniruan situasi sedemikian rupa
sehingga orang terlibat pada memahami konsep prinsip keterampilan tertentu atau
sikap dan nilai di dalamnya. Pelaksanaan simulasi haruslah terjadi proses proses
kegiatan yang menimbulkan domain afektif, misalnya menyenangkan,
menggairahkan,Suka, sedih,terharu,Simpati, solidaritas,gotong royong dan
sebagainya.
Beberapa peran guru yang harus dilakukan dalam melaksanakan simulasi
adalah sebagai berikut:
 Menjelaskan
 Pengawas
 Melatih
 Memimpin Diskusi

Model simulasi mempunyai beberapa hal yang dapat meningkatkan keaktifan


siswa dalam proses belajar mengajar antara lain:
 Simulasi adalah bentuk teknik mengajar yang berorientasi pada keaktifan
siswa dalam pengajaran di kelas baik guru atau siswa mengambil bagian di
dalamnya.
 Simulasi pada umumnya bersifat pemecahan masalah yang sangat berguna
untuk melatih siswa melakukan pendekatan antara disiplin ilmu di dalam
belajar selain itu dapat mempraktikkan keterampilan yang relevan dalam
kehidupan masyarakat.
 Simulasi adalah model mengajar yang dinamis dalam arti sangat sesuai untuk
menghadapi situasi-situasi yang berubah serta membutuhkan Keluwesan
dalam berpikir dan memberikan jawaban terhadap keadaan yang cepat
berubah( Abu Ahmadi,1990:34).
b. Jenis-jenis simulasi sosial
 Bermain peran (Role playing)
 Feer Teaching
 Sosiodrama
 Psikodrama
 Sumulasi Game
3. Langkah- Langkah Yang Dilakukan Dalan Penerapan Metode Simulasi
Untuk melakukan metode simulasi ini Tentunya terlebih dahulu menentukan
langkah-langkah yang harus ditempuh:
 Persiapan simulasi
 Pelaksanaan simulasi
 Kegiatan penutup
4. Tujuan metode pembelajaran sosiologi sosial
 Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip
 Melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan
sehari-hari
 Melati memecahkan masalah
 Meningkatkan keaktifan belajar
 Melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok
 Menumbuhkan daya kreatif siswa
 Memberikan motivasi belajar kepada siswa dan menumbuhkan daya kreatif siswa
 Memberikan motivasi belajar kepada siswa dan melatih siswa untuk
mengembangkan sikap toleransi
5. Kelebihan dan kelemahan Merode Simulasi
 Kelebihan
 Simulasi dapat dijadikan bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang
sebenarnya kelak, dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun
menghadapi dunia kerja.
 Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi
siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang
disimulasikan.
 Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
 Memperkaya pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam
menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
 Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.
 Kelemahan
 Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai
dengan kenyataan di lapangan.
 Pengelolaan yang kurang baik, simulasi sering dijadikan sebagai alat hiburan
sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
 Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering mempengaruhi siswa
dalam melakukan simulasi.

O. Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai seseorang dengan menentukan
patokan-patokan tertentu untuk mencapai satu tujuan evaluasi hasil belajar
pembelajaran adalah suatu proses menentukan nilai prestasi belajar pembelajar
dengan menentukan patokan-patokan tertentu guna mencapai tujuan pengajaran yang
telah ditentukan sebelumnya. Adapun batasan mengenai evaluasi pendidikan menurut
lembaga administrasi negara yaitu:
 Proses kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan dibanding tujuan yang
telah ditentukan.
 Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik atau feedback bagi
penyempurnaan pendidikan.

Secara terminologis evaluasi dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:

 Nurkancana (1983) menyatakan bahwa evaluasi dilakukan dengan berkenaan


dengan proses kegiatan untuk menentukan nilai sesuatu.
 Raka Joni (1975) mengartikan evaluasi sebagai suatu proses dimana kita
mempertimbangkan sesuatu barang atau gejala dengan mempertimbangkan
patokan-patokan tertentu patokan-patokan mana mengandung pengertian baik
tidak baik memadai tidak memadai memenuhi syarat tidak memenuhi syarat
dengan perkataan lain kita menggunakan Value Judgement.
2. Tujuan
Tujuan evaluasi ada dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. L. Pasaribu
dan Simanjuntak menegaskan bahwa:
 Tujuan umum dari evaluasi adalah :
 Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam
mencapai tujuan yang diharapkan.
 Memungkinkan pendidik atau guru menilai aktivitas atau pengalaman yang
didapat.
 Menilai metode mengajar yang dipergunakan.
 tujuan khusus adalah:
 Merangsang kegiatan siswa.
 Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan.
 Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan
bakat siswa yang bersangkutan.
 Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan
orang tua dan lembaga pendidikan.

Depdiknas (2003:6) mengemukakan tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk:


 Melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar mengajar.
 Memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan guru.
 Memperbaiki menyempurnakan dan mengembangkan program belajar mengajar.
 Mengetahui kesulitan kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa selama kegiatan
belajar dan mencari jalan keluarnya.
 Menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat sesuai dengan
kemampuannya.

3. Jenis evaluasi

No Evaluasi Fungsi Tujuan Aspek penilaian Waktu


pelaksanaan
1. Formatif memperbaiki proses mengetahui hingga hasil kemajuan Pelaksanaan
belajar mengajar ke di mana belajar meliputi satuan
arah yang lebih baik penguasaan materi pengetahuan program
memperbaiki program tentang bahan- keterampilan sikap belajar
satuan pelajaran yang bahan yang telah dan penguasaan mengajar.
telah digunakan diajarkan dalam terhadap bahan
suatu program belajar.
satuan pelajaran
2. sumatif menentukan angka mengetahui hasil kemajuan belajar akhir
nilai murid setelah belajar yang yang meliputi caturwulan
mengikuti program dicapai oleh setelah pengetahuan sikap semester
pengajaran dalam 1 menyelesaikan dan perasaan murid atau akhir
caturwulan semester program Bahan tentang materi tahun
akhir tahun atau akhir pengajaran dalam pelajaran yang sudah
dari suatu program satu caturwulan diberikan
dan pengajaran dari semester akhir
suatu pendidikan. tahun atau akhir
suatu program
pengajaran pada
suatu pendirian
tertentu.
3 placement mengetahui keadaan menempatkan anak Keadaan fisik psikis sebelum
anak termasuk didik pada bakat kemampuan anak
keadaan seluruh kedudukan yang pengetahuan mengikuti
pribadinya agar anak sebenarnya keterampilan sikap proses
tersebut dapat berdasarkan bakat dan lain-lain serta belajar
ditempatkan pada dan kemampuan aspek yang dianggap mengajar
posisi yang tepat. kesanggupan serta perlu bagi yang
keadaan keadaan kepentingan permukaan
lainnya sehingga pendidikan anak atau anak
anak tidak selanjutnya. tersebut
mengalami baru akan
hambatan dalam mengikuti
mengikuti setiap pendidikan
program atau bahan di tingkat
yang disajikan tertentu.
guru.

4 Diagnostik mengetahui masalah- untuk mengatasi hasil belajar, latar setiap saat
masalah apa yang atau membantu belakang kehidupan sesuai
diderita atau yang pemecahan anak, keadaan dengan
keluarga, lingkungan
mengganggu anak kesulitan atau kebutuhan.
dan lain-lain.
didik sehingga ia hambatan yang
mengalami kesulitan dialami anak di
hambatan atau waktu mengikuti
gangguan ketika kegiatan belajar
mengikuti program mengajar pada
tertentu dan suatu bidang studi
Bagaimana usaha atau keseluruhan
untuk program
memecahkannya. pengajaran.
4. Fungsi evaluasi
Fungsi umum evaluasi adalah:
 Untuk mengetahui kesiapan peserta didik dalam menempuh program
pendidikannya.
 Untuk mengetahui hasil belajar yang telah dilakukan.
 Untuk guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi baik dalam rangka
menentukan jenis pendidikan jurusan maupun kenaikan tingkat.

5. Penilaian hasi belajar.


Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan
keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk
mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Menurut Vernon dan
Donald P. dalam bukunya Teaching And Media Systematic Approach 1971 dalam
Arsyad 2011:3 mengemukakan bahwa “belajar adalah perubahan perilak, sedangkan
perilaku itu adalah tindakan yang dapat diamati. Dengan kata lain perilaku adalah
suatu tindakan yang dapat diamati atau hasil yang diakibatkan oleh tindakan atau
beberapa tindakan yang dapat diamati”.
Sedangkan penilaian adalah adanya objek atau program yang dinilai dan
adanya kriteria sebagai dasar untuk membandingkan antara apa yang dicapai dengan
kriteria yang harus dicapai. Penilaian hasil-hasil belajar adalah proses pemberian nilai
terhadap hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria-kriteria tertentu. Hal ini
mengisyaratkan bahwa objek yang dinilai adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar
siswa pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian yang luas mencakup bidang kognitif afektif dan psikomotoris. Oleh sebab
itu dalam penilaian hasil belajar rumusan kemampuan dan tingkah laku yang
diinginkan dikuasai siswa atau kompetensi menjadi unsur penting sebagai dasar dan
acuan penilaian.
 Jenis penilaian
 formatif, penilaian yang dilaksanakan guru pada saat berlangsungnya proses
pembelajaran untuk melihat Tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu
sendiri.
 Sumatif, penilaian yang dilaksanakan pada akhir untuk program yakni Akhir
caturwulan akhir semester dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat
hasil yang dicapai oleh para siswa yakni seberapa jauh kompetensi siswa dan
kompetensi mata pelajaran dikuasai oleh para siswa. Penilaian ini berorientasi
kepada produk bukan kepada proses.
 Diagnostik merupakan penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan-
kelemahan siswa serta faktor penyebabnya penilaian ini dilaksanakan untuk
keperluan bimbingan belajar pengajaran remedial menemukan kasus kasus dan
lain-lain soal-soalnya disusun sedemikian rupa agar dapat ditemukan jenis
kesulitan belajar yang dihadapi oleh para siswa.
 Selektif penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi misalnya tes atau
ujian saringan masuk ke sekolah tertentu.
 Penempatan adalah penilaian itu ditujukan untuk mengetahui keterampilan
prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan Belajar
seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program
itu.
 Standar penilaian
Standar penilaian adalah cara yang digunakan dalam menentukan derajat
keberhasilan hasil penilaian sehingga dapat diketahui kedudukan siswa Apakah ia
telah menguasai tujuan pelajaran ataukah belum standar penilaian hasil belajar
pada umumnya dibedakan ke dalam dua standar yakni standar penilaian acuan
norma dan penilaian acuan patokan.
 Penilaian acuan norma adalah penilaian diajukan kepada rata-rata
kelompoknya dengan demikian dapat diketahui posisi kemampuan siswa
dalam kelompoknya untuk itu Normal atau kriteria yang digunakan dalam
menentukan derajat perasaan seseorang siswa dibandingkan dengan nilai rata-
rata kelasnya, atas dasar itu akan diperoleh tiga kategori prestasi siswa yakni
di atas rata-rata kelas, sekitar di atas rata-rata kelas, dan di bawah rata-rata
kelas.
 Penilaian acuan patokan adalah penilaian diajukan kepada tujuan instruksional
yang harus dikuasai oleh siswa dengan demikian derajat keberhasilan siswa
dibandingkan dengan tujuannya yang seharusnya dicapai bukan dibandingkan
dengan rata-rata kelompoknya.
 Cara penskoran : a)menggunakan sistem huruf yakni a, b, c, d, dan e (gagal).
(b) sistem angka yakni menggunakan tangan angka dari 1 sampai 10 atau 1
sampai 100.
 Tujuan dan fungsi penilaian hasil belajar

Tujuan penilaian hasil belajar yaitu:

 Menilai pencapaian kompetensi peserta didik.


 Memperbaiki proses pembelajaran.
 Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa.
 Motivasi belajar siswa dengan cara mengenal dan memahami diri dan
merangsang untuk melakukan usaha perbaikan.

Fungsi penilaian hasil belajar:


 Bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas.
 Umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar.
 Meningkatkan motivasi belajar siswa.
 Evaluasi diri terhadap kinerja siswa.
 Prinsip-prinsip penilaian hasil belajar
 Valid, penilaian valid berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dengan
menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi.
 Objektif, penilaian hasil belajar peserta didik hendaknya tidak dipengaruhi
oleh subjektivitas penilai, perbedaan latar belakang agama, sosial ekonomi,
budaya, bahasa, gender dan hubungan emosional.
 Transparan, artinya prosedur penilaian kriteria penilaian dan dasar
pengambilan keputusan terhadap hasil belajar dapat diketahui oleh semua
pihak yang berkepentingan.
 Adil artinya penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik.
 Terpadu, penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari
kegiatan pembelajaran.
 Menyeluruh dan berkesinambungan.
 Sistematis.
 Akuntabel.
 Beracuan kriteria.
 Jenis penilaian hasil belajar
Penilaian hasil belajar dapat diklasifikasi berdasarkan cakupan kompetensi
yang diuku dan sasaran pelaksanaannya.
Jenis penilaian berdasarkan cakupan kompetensi yang diukur, Sebagaimana
dijelaskan dalam PP nomor 19 tahun 2005 bahwa penilaian hasil belajar oleh
pendidik terdiri atas ulangan harian ulangan tengah semester ulangan akhir
semester dan ulangan kenaikan kelas 1 jenis penilaian berdasarkan cakupan
kompetensi yang diukur yaitu ada ulangan harian B ulangan tengah semester
ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas
 Teknik penilaian
 teknik tes
a. Tertulis
b. Lisan
c. Praktek
 Teknik non tes
a. Pengamatan, teknik penilaian yang dilakukan oleh pendidik dengan
menggunakan indra secara langsung observasi dilakukan dengan cara
menggunakan instrumen yang sudah dirancang sebelumnya.

6. Skala sikap
Skala sikap adalah penilaian hasil belajar yang berupa sejumlah pernyataan
sikap tentang sesuatu yang jawabannya dinyatakan secara berkala. misalnya skala 3, 4
atau 5.
Pengembangan skala sikap dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
 Menentukan objek sikap yang akan dikembangkan skalanya, misalnya sikap
terhadap kebersihan.
 Memilih dan membuat daftar dari konsep dan kata sifat yang relevan dan objek
penilaian sikap misalnya menarik menyenangkan mudah dipelajari dan
sebagainya.
 Memilih kata sifat yang tepat dan akan digunakan dalam skala 4 menentukan
skala dan penskoran.
7. Hasil belajar sebagai objek penilaian
 Ranah kognitif: 1) tipe-tipe hasil pengetahuan 2) tipe hasil belajar pemahaman 3)
tipe hasil belajar aplikasi 4) tipe hasil belajar analisis 5) tipe hasil belajar sintesis
6) tipe hasil belajar evaluasi.
 Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ada berapa jenis kategori ranah
afektif sebagai hasil belajar yaitu:
 Reciving/ attending: semacam kepekaan dalam menerima rangsangan
stimulasi dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah situasi
gejala dan sebagainya.
 Responding atau jawaban: reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap
stimulus yang datang dari luar.
 Following atau penilaian: berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap
gejala atau stimulus.
 Organisasi: pengembangan dan nilai ke dalam satu sistem organisasi termasuk
hubungan nilai dengan nilai yang lain menetapkan dan prioritas nilai yang
telah dimiliki.
 Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, keterpaduan Semua sistem nilai
yang telah dimilikinya.
 Ranah psikomotorik
Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan atau skill dan
kemampuan bertindak individu. Ada 6 tingkatan keterampilan yakni:
 Gerakan refleks keterampilan pada gerakan yang tidak disadari.
 Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
 Kemampuan perseptual didalamnya membedakan visual, auditif, motoris.
 kemampuan di bidang fisik misalnya kekuatan keharmonisan dan ketepatan.
 Gerakan-gerakan skill mulai dari keterampilan sederhana sampai pada
keterampilan yang kompleks.
 Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi dan koersif seperti gerakan
ekspresif dan interpretatif.

8. Penilaian kurikulum 2013


Kurikulum 2013 mengembangkan 2 modus proses pembelajaran yaitu proses
pembelajaran langsung dan proses pembelajaran tidak langsung. Proses pembelajaran
langsung adalah proses pendidikan di mana peserta didik mengembangkan
pengetahuan kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi
langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam Silabus dan RPP berupa
kegiatan kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran kurikulum 2013 semua
kegiatan yang terjadi selama belajar di sekolah dan di luar dalam kegiatan kokurikuler
dan ekstrakurikuler terjadi proses pembelajaran untuk mengembangkan moral dan
perilaku yang terkait dengan sikap. Perubahan paradigma pembelajaran dalam
kurikulum 2013 menuntut adaptasi dalam penilaian. Penilaian didaktik merupakan
penilaian yang bertujuan untuk mendukung proses pembelajaran di mana tujuan, isi,
prosedur, dan alat penilaian bersifat didaktis.
 Tujuan bersifat didaktis yaitu berusaha mengumpulkan data yang meyakinkan
tentang siswa dan proses pembelajarannya guna membuat keputusan-keputusan
pembelajaran.
 Isi bersifat didaktis yaitu khusus pada keterampilan yang beberapa tujuan
pembelajaran yang lebih mendalam.
 Prosedur bersifat didaktis yaitu prosedur yang ditetapkan merupakan integrasi
pembelajaran dan penilaian serta merupakan bagian proses pembelajaran integrasi
proses pembelajaran dalam penilaian juga berarti bahwa penilaian akan
memainkan peran selama proses pembelajaran.
 Alat bersifat didaktis yaitu harus dapat menggambarkan siswa secara lengkap dan
Utuh, sehingga alat yang digunakan bervariasi sesuai informasi yang diperlukan.

Yang membedakan RPP buatan KTSP dengan kurikulum 2013 tentang proses
pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik pendekatan ilmiah pada
kegiatan inti yaitu komponen mengamati menanya mencoba mengolah
mengomunikasikan di dalam teknik pembuatan RPP setiap mata pelajaran harus
menunjukkan kompetensi inti.
 Instrumen penilaian hasil belajar
Sebuah instrumen evaluasi hasil belajar hendaknya memenuhi syarat sebelum
digunakan untuk mengevaluasi atau mengadakan penilaian agar terhindar dari
kesalahan dan hasil yang tidak valid alat evaluasi yang kurang baik dapat
mengakibatkan hasil penilaian menjadi bisa atau tidak sesuainya hasil penilaian
dan kenyataan yang sebenarnya.
Instrumen evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa
kaidah antara lain:
 Validitas, dikatakan baik manakala memiliki kualitas yang tinggi. Kualitas
disini adalah kemampuan instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya
diukur pada tiga aspek yang hendak diproduksi dalam evaluasi hasil belajar.
Yaitu aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. tinggi rendahnya validitas
instrumen dapat dihitung dengan uji validitas dan dinyatakan dengan koefisien
validitas.
 Reliabilitas yang tinggi dapat menghasilkan hasil pengukuran yang tepat.
 Objektifitas, evaluasi hendaknya terhindar dari pengaruh pengaruh
subjektivitas pribadi dari evaluator dalam menetapkan hasilnya.
 Praktikabilitas, dikatakan praktikabilitas yang tinggi apabila bersifat praktis
mudah dan memiliki ciri mudah dilaksanakan tidak menuntut peralatan yang
banyak dan memberikan kebebasan kepada audiens mengerjakan yang
dianggap mudah terlebih dahulu.
 Ekonomis, dalam instrumen tidak biaya yang mahal tenaga yang banyak dan
waktu yang lama.
 Taraf kesukaran, instrumen yang baik terdiri dari butir-butir instrumen yang
tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar bukti soal yang terlalu muda tidak
mampu merangsang audiensi mempertinggi usahanya memisahkannya
sebaliknya kalau terlalu sukar membuat audience putus asa tidak memiliki
semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauan.
 Daya pembeda, daya pembeda sebuah instrumen adalah kemampuan
instrumen tersebut membedakan antara audiensi yang pandai dengan audiens
yang tidak pandai.
 Penilaian sikap hasil belajar
Sikap terdiri dari tiga komponen yaitu komponen afektif, komponen kognitif,
dan komponen konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh
seseorang atau penilaian terhadap suatu objek. Komponen kognitif adalah
kepercayaan atau keyakinan seseorang menjadi objek. Sedangkan Komponen
konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau dibuat dengan cara-cara
tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Secara umum, objek sikap-sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran
berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut:
 Sikap terhadap materi pembelajaran.
 Sikap terhadap pendidik
 Sikap terhadap proses pembelajaran.
 Sikap berkaitan dengan nilai atau norma tertentu berhubungan dengan suatu
mata pelajaran.
 Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan
dengan mata pelajaran.
 Penilaian afektif hasil belajar
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai dengan
dengan arti lain bahwa siswa dapat menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam
sebuah pelajaran yang sehingga menyatu dengan dirinya. Adapun tahap-tahap
dalam ranah kognitif ini mencakup 5 aspek menurut pengembangan ranah kognitif
yaitu:
 Penerimaan: adalah tahap dimana kepekaan siswa dalam menerima tamu dari
akan suatu fenomena yang datang dari luar dalam bentuk masalah situasi dan
gejala.
 Respon: mengandung arti adanya partisipasi aktif jadi kemampuan
menanggapi adalah kemampuan berpartisipasi aktif terhadap sesuatu yang
menjadi simbol sebagainya.
 Penghargaan pada tahap ini siswa sudah memberikan nilai tertentu pada
sesuatu yang diterimanya.
 Pengorganisasian setelah serta didik Mampu memberi nilai dan makna tertentu
terhadap sesuatu yang diterima kemudian peserta didik menyelaraskannya
kedalam sistem dan struktur yang sudah ia memiliki.
 Karakter pada tahap ini menetapkan suatu nilai menjadi bagian terpadu dalam
dirinya hal itu tercermin pada pola perilakunya.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Kelebihan Buku
1. Materi lengkap.
2. Terdapat banyak lampiran berupa contoh-contoh dalam penskoran nilai.
3. Menggunakan bahasa yang mudah di pahami.

B. Kekurangan Buku
1. Menggunakan bahasa yang kaku.
2. Warna kurang menarik.
3. Pengeditan ketikan yang kurang rapi.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari uraian ringkasan di atas bahwa dalam mengadakan pembelajaran diperlukan
berbagi macam strategi mengajar yang umpuni agar guru dapat memfasilitasi kegiatan
pembelajaran peserta diidknya sebagaimna mestinya.

4.2 Saran
Diharapkan kepada semua guru baik calon maupun yang sedang menjadi guru agar
embaca buku ini karna dalam buku ini memaparakan berbagia macam strategi yang kelak
dapat menjadi referensi guru dalam membuat strategi pembelajarannya
DAFTAR PUSTAKA

Manalu, E. (2016). Strategi Belajar Mengajar Dari didaktik Metodik modren dengan

Menumbuh Kembangkan Kognitif Tingkat Tinggi, Sikap, dan Keterampilan

Kreatif. Medan.

Anda mungkin juga menyukai