Anda di halaman 1dari 35

CRITICAL BOOK REPORT

MK. KETERAMPILAN
BERBAHHASA INDONESIA
DI SD PRODI S1 PGSD FIP

Skor Nilai:

KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

(Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd., 2009)

NAMA KELOMPOK : RISKA ADELIA 1183111003

CUT ARIANA MUNTHE 1183111004

AMIRUL IMAN NASUTION 1183111062

SHEYLA MEILANI 1183111069

KELAS : REGULER - D

MATA KULIAH : KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA

DI SEKOLAH DASAR

DOSEN PENGAMPU : Dra. MASTIANA RITONGA, MPd.

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
EXCECUTIVE SUMMARY

Keterampilan berbahasa mencakup empat segi , yaitu keterampilan mengkritik,


keterampilan memberi saran, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis,
keempat – empatnya merupakan catur tunggal.

Sadar atau tidak sadar keterampilan mengkritik ini tidak begitu mendapat
perhatian pada buku buku makalah serta karangan lain nya selama ini kita hanya
membaca tanpa mengetahuibagimana kaalimat kalimat dann kosa kata yang digunakan.

Tetapi walaupun begitu menyatakan bahwa pada umumnya kita menggunakan


waktu buat menyimak tiga kali sebanyak waktu untuk membaca, sedikit sekali
perhatian diberikan untuk melatih orang menyimak.

Setiap keterampilan itu sangat erat sekali berhubungan dengan ketiga


keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam . Dalam memperoleh
keterampilan berbahasa biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang terakhir .
Mula mula pada masa kecil kita belajar menyimak bhasa, kemudian berbicara, sesudah
itu kita membaca dan menulis. Mengkritik dan berbicaraa kita pelajari sebelum
memasuki sekolah , sedangkan membaca dan menulis dipelajari disekolah. Keempat
keterampilan terssebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan atau catur tunggal.

Selanjutnya setiap keterampilan itu erat pula berhubungan dengan prsoes


proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikiran nya.
Semakin terampil seseorang berbahasa , semakin cerah dan cerdas pula jalan pikiran
nya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak
latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berfikir.

Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, pesan, dan


informasi yang tertanam dalam pikiran, media penyampaiannya bisa melalui lisan atau
tulisan. Bahasa juga memiliki peran sentral demi terciptanya masyarakat yang santun
dan beradab. Seseorang dikatakan santun atau tidak ditentukan oleh sikap
berbahasanya meliputi nada dan makna yang disampaikan.

i
Keterampilan berbahasa memiliki dua unsur yaitu unsur logika dan linguistik,
berbeda dengan keterampilan berpikir hanya memiliki satu unsur yaitu logika. Unsur
logika terdiri atas isi, bahan, materi, dan organisasinya, sedangkan unsur linguistik
terdiri atas diksi, pembentukan kata, pembentukan kalimat, fonologi (bunyi bahasa)
untuk berbicara, serta ejaan untuk menulis.

Keterampilan berbahasa adalah kemampuan dan kecekantan menggunakan


bahasa yang dapat meliputi mendengar atau menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Keterampilan berbahasa dibagi menjadi 2, yaitu Lisan dan Tulis. Lisan meliputi
menyimak dan berbicara, sedangkan keterampilan berbahasa tulis meliputi membaca
dan menulis.

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita
nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis diberi kesempatan yang luar biasa ini
yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan Critical Book Review tentang
“Profesi Pendidikan.”
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk
kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah Agama
Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh
alam semesta.
Sekaligus pula saya menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya
untuk Ibuk selaku dosen mata kuliah Profesi Pendidikan yang telah menyerahkan
kepercayaannya kepada penulis guna menyelesaikan Critical Book Review ini dengan
tepat waktu.
Selain itu penulis juga sadar bahwa pada Critical Book Review ini dapat ditemukan
banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis benar-
benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat kami revisi dan penulis tulis di
masa yang selanjutnya, sebab sekali kali lagi kelompok kami menyadari bahwa tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.

Medan, Maret 2019

KELOMPOK 3

iii
Daftar Isi

Excecutive Summary ......................................................................................... i

Kata pengantar ................................................................................................... iii

Daftar isi ................................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR ....................................................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan CBR ...................................................................................................................... 1

C. Manfaat CBR ......................................................................................................................................... 1

D. Identitas Buku yang di Review ..................................................................................................... 2

BAB II RINGKASAN ISI BUKU ................................................................................................. 3

BAB III PEMBAHASAN .............................................................................................................. 21

A. Pembahasan Isi Buku ....................................................................................................................... 21

B. Kelebihan dan Kekurangan Buku ................................................................................................ 25

BAB IV PENUTUP ....................................................................................................................... 26

A. Kesimpulan ........................................................................................................................................... 26

B. Rekomendasi ....................................................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 28

LAMPIRAN .................................................................................................................................... 29

RUBRIK PENILAIAN .................................................................................................................. 30

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR

Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita bac adan pahami.
Terkadang kita memilih satu buku namun kurang memuaskan hati kit. Misalnya dari
segi analissi bahasa, pembahasan tentang pembelajaran bahasa Indonesia, oleh karena
itu penulis memuat critical book report ini untuk mempermudah pembaca dalam
memilih referensi khusus untuk pokok bahasan tersebut.

Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam


meringkas dan menganalisis sebuah buku serta membandingkan buku yang dianalisis
dengan buku yang lain, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik sebuah karya tulis
yang di analisis. Melakukan critical book report pada suatu buku dengan
membandingkannya dengan buku lain sangat penting untuk dilakukan, dari kegiatan
inilah kita dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan suatu buku. Dari mengkritik
buku inilah kita jadi mendapatkan informasi yang kompeten dengan cara
menggabungkan informasi dari buku yang lain.

B. Tujuan Penulisan CBR

 Mengulas isi sebuah buku.


 Mengetahui informasi sebuah buku.
 Membandingkan isi buku utama dengan buku pembanding 1 dan pembanding 2.
 Melatih individu agar berfikir kritis dalam mencari informasi yang ada disetiap
buku.
 Melatih mahasiswa untuk teliti meriview buku dalam dua bahasa .

C. Manfaat

 Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keterampilan Berbahasa Indonesia di SD.


 Untuk menambah pengetahuan tentang profesi kependidikan.
 Untuk mengetahui banyak hal tentang buku, dan melatih mahasiswa untuk
gemar membaca.

1
D. Identitas Buku yang di Review

1. Identitas Buku Utama

Judul Buku : Keterampilan Berbahasa Indonesia Di Sekolah Dasar.

Penulis : Tim Dosen Bahasa Indonesia.

Penerbit : Unimed Press

Tahun Terbit : 2019

Kota Terbit : Medan

Edisi/Cetakan :-

Tebal Buku : 113 Halaman

ISBN :-

2. Identitas Buku Pembanding

Judul Buku : Pembelajaran Bahasa Indonesia (Apresiasi Sastra Di SD).

Penulis : Dr. Zulela M.S.,M.Pd.

Penerbit : PT. REMAJA ROSDAKARYA

Tahun Terbit : 2013

Kota Terbit : Bandung

Edisi/Cetakan : 2013/2 (dua)

Tebal Buku : 134 Halaman

ISBN : 978-979-692-124-9

2
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

Buku Utama

BAB I

PENDAHULUAN

Mata kuliah peningkatan keterampilan berbahasa indonesia yang diberikan kepaa


mahasiswa PGSD, bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia calon
guru sekolah dasar. Keterampilan berbahasa yang dimaksud mencakup keterampilan
menyimak, meterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.

Mahasiswa sebagai calon guru sekolah dasar diharapkan mampu 1) memahami dan
menanggapi secara kritis wacana nonfiksi lisan, serta menggunakan issinya secara kritis; 2)
memahami dan menanggapi wacana nonfiksi tertulis, serta menggunakan isinya secara
kritis;3) bercerita, berdialog, berpidato, berceramah, dan berdiskusi;4) menulis dan
mempublikasikan kreasi dalam bentuk cipta cerita aanak-anak, naskah,dialog,naskah
pidato,surat, karya ilmiah populer, dan karya ilmiah;5) menikmati, memahami dan
menanggapi secara kreatif karya sastra untuk anak-anak;6) menulis dan mempublikasikan
karya sastra untuk anak-anak.

Aspek-aspek keterampilan berbahasa:

a. Mendengarkan adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat


reseftif.
b. Berbicara memiliki tiga jenis situsi bicara, yaitu interaktif, semi interaktif, dan
non interaktif.
c. Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis.
d. Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan.

Menurut Brooks dalam Tarigan (1994;3) berbicara dan mendengarkan merupakan


kegiatan komunikasi dua arah yang langsung.

Subyakto-Nababan (1993;153) dan Tarigan (1994;10) menjelaskan bahwa berbicara


maupun menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif. Berbicara merupakan
kegiatan berbahasa ragam lisan, sedangkan menulis adalah kegiatan berbahasa ragam tulis.

3
BAB II

KETERAMPILAN MENYIMAK

Menyimak sebagai suatu kegiatan belajar mengajar tidak dapat berdiri sendiri,
terlepas dari kegiatan berbahasa yang lain seperti berbicara atau menulis. Keterampilan
menyimak merupakan kegiatan yang paling awal dilakukan oleh setiap anak manusia bila
dilihat dari proses pemerolehan bahasa. Kata menyimak dalam bahasa Indonesia memiliki
kemiripan makna dengan mendengar dan mendengarkan.

Pada umumnya, kegiatan manyimak tidak dapat dikenakan pada suara seperti letusan
ban, orang batuk, anjing menyalak, deru mobil, debur ombak, dan suara yang sejenis dengan
itu. Kegiatan menyimak sudah mencakup mendengar, dan mendengarkan, dan pada akhirnya
memahami apa yang disimak.

Mendengar merupakan kegiatan yang tidak disengaja atau tidak terencana.


Mendengarkan merupakan kegiatan yang disengaja atau direncanakan. Menyimak merupakan
kegiatan yang direncanakan atau disegaja dengan tujuan tertentu dan sasarannya berupa
bunyi bahasa.

Keterampilan menyimak merupakan kegiatan yang paling awal dilakukan oleh setiap
anak manusia bila dilihat dari proses pemerolehan bahasa sebelum anak dapat melakukan
kegiatan berbicara dan membaca apalagi menulis yang kegiatan menyimak lah yang pertama
kali dilakukan dan secara berturut-turut pemerolehan keterampilan berbahasa yaitu pada
umumnya dimulai dari menyimak, berbicara, membaca dan terakhir menulis.

Menyimak memiliki kandungan makna yang lebih spesifik lagi bila dibandingkan
dengan kedua istilah sebelumnya. Namun sekali lagi menyimak ini sering disamakan dengan
mendengarkan sehingga pada beberapa hal Keduanya dapat digunakan secara bergantian.
Dalam kegiatan ini menyimak perlu dibedakan dari mendengarkan. Pada umumnya kegiatan
menyimak tidak dapat dikenakan pada suara seperti letusan ban, orang batuk, anjing
menyalak, Deru mobil, debur ombak dan suara yang sejenis dengan itu. Oleh karenanya
agaknya dalam bahasa Indonesia kalimat atau tuturan seperti ini tidak diterima. Kegiatan
menyimak dapat dilakukan oleh seseorang dengan bunyi bahasa sebagai sasarannya
sedangkan mendengar dan mendengarkan sasarannya dapat berupa bunyi apa saja. Itulah
salah satu ciri khas yang ada dalam kegiatan menyimak. Selain itu kegiatan menyimak
dilakukan dengan sengaja atau terencana dan ada usaha untuk memahami atau menikmati.

4
BAB III

KETERAMPILAN MEMBACA

Berbicara secara umum dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menyampaikan


maksud 9ide,pikiran, isi hati) kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga
maksut tertentu dapat dipahami oleh orang lain (Adil,2003;14).

Bahasa lisan adalah alat komunikasi berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia. Saluran untuk memindahkan adalah udara. Berbicara merupakan bentuk perilaku
manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologi, neurologis, semantik, dan
liguistik.

Bahasa ragam lisan agak berbeda dengan ragam tulis. Ragam lisan atau ragam ujaran
dimiliki oleh masyarakat bahasa, sedangkan ragam tulis yang lahir kemudian tidak mesti
dimiliki oleh masyarakat bahasa Melayu sebagai akar bahasa Indonesia semula cenderung
digunakan secara lisan. Namun dalam perkembangannya beberapa macam huruf digunakan
untuk menuliskan bahasa Melayu. Pada perkembangan berikutnya bahasa Melayu
menggunakan huruf latin, terutama semenjak diberlakukannya ejaan Van ophuysen tahun
1901. Setelah bahasa Melayu diresmikan menjadi bahasa nasional dengan nama bahasa
Indonesia digunakan ejaan yang tulisannya mengacu pada huruf latin.

Perbedaan ragam lisan dan ragam tulisan, Bahasa ragam lisan agak berbeda dengan
ragam tulisan. Ragam lisan atau ragam ujaran dimiliki oleh masyarakat bahasa, sedangkan
ragam tulisan yang lahir kemmudian tidak mesti memiliki oleh masyarakat bahasa.

Pembicaraan mengenai berbicara dapat dibedakan menjadi dua bidang, yaitu (1)
Berbicara terapan atau fungsional (the speech art) dan (2) pengetahuan dasar tentang
berbicara (the speech sccience). Penekanan berbicara sebagai seni atau berbicara fungsional
berarti membahas berbagai model praktik berbicara. Berbicara sebagai salah satu unsur
kemampuan berbahasa sering di anggap sebagai suatu kegiatan yang berdiri sendiri. Berikut
ini secara terurut dikemukakan berbagai contoh kegiatan berbicara seperti (1) Berbicara,(2)
Berdialog,(3) Berpidato,(4) Berdiskusi, (5) Protokol (pembawa acara/MC). Konsep-konsep
dasar pendidikan berbicara mencakup tiga kategori yaitu hal-hal yang berkenaan dengan
hakikat atau sifat-sifat dasar ujaran, hal-hal yang berhubungan dengan proses intelektual yang
diperlukan untuk mengembangkan kemampuan bicara, dan hal-hal yang memudahkan
seseorang untuk terampil berbicara.

5
BAB IV

KETERAMPILAN MEMBACA

Dalam perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat cepat seperti sekarang ini, jika
tak mau ketinggalan maka kegiatan membaca harus dilakukan. Berlatih membaca itu dapat
dilakukan secara bebas, dan bersifat individual, dapat pula dilakukan secara terstruktur,
terbimbing, seperti dalam kegiatan belajar mengajar.

Membaca dapat dilihat sebagai suatu proses dan sebagai hasil. Membaca sebagai
suatu proses merupakan semua kegiatan dan teknik yang ditempuh oleh pembaca yang
mengarah pada tujuan melalui tahap-tahap tertentu (Burns,1985).

Pemahaman itu sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan pembaca.


Pembaca yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas akan berpeluang lebih besar
untuk dapat mengembangkan pemahaman kata dan konsep bacaan daripada yang lainnya
(Burns, 1985). Hal tersebut didasari oleh adanya asumsi bahwa penulis pun mengungkapkan
gagasannya menggunakan alur berpikir tertentu dan mengikuti aturan bahasa yang berlaku.
Akuntansi secara metaforis Nyatakan dalam kaitannya dengan tulisan bahwa kata Damar
tanpa pikiran merupakan sesuatu yang mati dan pikiran tanpa kata-kata tinggal
bayangan(1986:87).

Untuk memproleh pemahaman terhadap isi bacaan seorang pembaca memerlukan


pengetahuan, baik kebahasan maupun nonkebahasan. Keluasan latar belakang pengetahuan
dan pengalaman pembaca juga sangat berguna sebagai bekal untuk mencapai keberhasilan
membaca. Membaca sebagai hasil, berupa pemahaman pembaca melalui komunikasi pikiran
dan perasaaan penulis dengan pembaca. Komunikasi itu terjadi karena terdapat kesamaan
pengetahuan dan asumsi antara pembaca dengan penulis. Komunikasi yang terjadi
bergantung pada pemahaman yang dirasakan melalui semua proses membaca.

Membaca sebagai hasil berupa tercapainya komunikasi pikiran dan perasaan pembaca
dengan penulis yang diperoleh melalui proses membaca. Komunikasi itu terjadi karena
terdapat kesesuaian ilmu pengetahuan dan asumsi antara pembaca dengan penulis.
Pengalaman dan pengetahuan pembaca baik kebahasaan maupun nonkebahasaan menentukan
keberhasilan kegiatan membaca. Sebab pada hakikatnya nya penulis pun mengungkapkan
gagasannya menggunakan alur berpikir tertentu dan kaidah bahasa yang berlaku.

6
BAB V

KETERAMPILAN MENULIS

Kehidupan modern yang ditandai oleh pesatnya perkembangan bahasa tulis dan
kegiatan cetak-mencetak menurut pada penduduknya untuk mengambangkan tradisi menulis
dan membaca. Tradisi menulis dapat diartikan sebagai suatu kebiasaan untuk menyatakan
gagasan atau pendapat secara tertulis, sedangkan tradisi membaca adalah kebiasaan orang
untuk memanfaatkan tulisan dalam rangka mengembangkan pengetahuan.

Tarigan mengemukakan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan


lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang
sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut, kalau mereka
memahami bahasa dan lambang-lambang grafis tersebut (1983).

Kegiatan reproduksi, yaitu menulis apa yang telah dipelajari secara lisan dan tulis.
Kegiatan ini diawali dengan menyimak dan membaca. Hasilnya dituangkan kembali dalam
bentuk karangan yang disusun dengan kata-kata sendirinya.

Aktivitas menulis mengikuti alur proses yang terdiri dari beberapa tahap. Mckay
mengemukakan tujuh tahap, yaitu (1) pemilihan dan pembatasan masalah, (2) pengumpulan
bahan, (3) penyusunan bahan, (4) pembuatan kerangka karangan,(5) penulisan naskah
awal,(6) revisi, dan (7) penulisan naskah akhir (1984).

Pramenulisan merupakan tahapan persiapan. Pada tahap ini seorang penulis


melakukan berbagai kegiatan. Tahap menulis dimulai dengan menjabarkan ide-ide dalam
bentuk tulisan. Ide-ide dituangkan dalam bentuk kalimat dan paragraf. Pada tahap merevisi
dilakukan koreksi terhadap paragraf dalam tulisan.

Kemampuan berpidato sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, terutama


bagi guru. Kemampuan ini bukan saja menuntut kemahiran berbahasa, melainkan juga
mengkehendaki persyaratan lain seperti keberanian, ketenanagan bersikap di depan massa,
kecepatan bereaksi, dan kesanggupan memaparkan ide secara lancar dan sistematis.

Mengarang bebas sebagai tahap akhir dari pengajaran mengarang dilakukan dengan
memberi tugas kepada siswa untuk membuat karangan secara bebas. Meskipun demikian ada
baiknya apabila judul karangan atau tema dan jumlah kata ditentukan oleh guru. Teman itu
guru tidak terlalu sulit dalam melakukan evaluasi.

7
BAB VI

APRESIASI KARYA SASTRA DAN KEMAMPUAN BERBAHASA RESEPTIF

Horace mengemukakan fungsi sastra adalah untuk dulce et utile atau sweet and usfull,
artinya menyenangkan dan bermanfaat bagi kehidupan. (Teew,1988:67). Karya sastra
sebagaimana karya seni yang lain terdiri atas dua unsur yang saling melengkapi, yaitu bentuk
dan isi. Unsur bentuk mengandung nilai estetis yang membuat penikmat merasa senang,
sedangkan unsur isi mengandung pelajaran yang bermanfaat bagi kehidupan.

Apresiasi sastra secara represif adalah penerimaan dan pemahaman terhadap karya
sastra. Apresiasi ini dapat dilakukan dengan cara membaca, mendengarkan, dan menyaksikan
pementasan/pengelaran sastra.

Apresiasi reseptif terhadap Bentuk puisi dapat dilakukan dengan cara membaca puisi
dengan suara nyaring atau mendengarkan puisi dan deklamasi. Puisi tanpa disuarakan tidak
akan dapat ditangkap nilai estetisnya sebab puisi merupakan performance art. Untuk
menikmati dan menilai suatu puisi dapat dipandu dengan mengenali unsur-unsur
pembentuknya. Beberapa pertanyaan yang perlu dijawab untuk menuntun ke arah
pemahaman itu antara lain yaitu Apakah makna atau temanya, Bagaimana nilai rasa yang
dikandungnya, Bagaimana nadanya, Apa maksud dan tujuannya, Bagaimana keharmonisan
keempat unsur itu (tema,rasa,nada, dam maksud), bagaimana diksinya, sesuaikah kata nyata
yang digunakannya, tepatkah majasnya, Bagaimana ritme dan Rindunya dan bagaimana
hubungan hakikat dan metode puisi. Pertanyaan-pertanyaan itu akan menuntun ke arah
pemahaman puisi dan penghayatan yang nantinya akan sangat bermanfaat dalam
pengekspresian baik pada saat membaca puisi maupun pada saat mendeklamasikan.

Membaca karya sastra berbeda dengan membaca karya ilmiah atau jenis karya yang
lain. Membaca karya sastra tidak sekedar memahami isi melainkan juga menikmati
keindahannya. Drama sebagai salah satu bentuk karya sastra yang dapat di nikmati dengan
baik apabila dipentaskan. Untuk dapat menikmati drama dengan baik, tidak cukup dengan
membaca teks drama, melainkan harus mengenali dasar-dasar pementasan drama.

Mendengarkan dan membaca karya sastra. berikut ini dikemukakan karya sastra yang
dapat diapresiasi secara resepsif. 1) Mendengarkan dan membahas prosa. 2) Mendengarkan
dan Membahas puisi. 3) Membaca dan membahas prosa. 4) Membaca dan membahas puisi.

8
BAB VII

APRESIASI KARYA SASTRA DAN KEMAMPUAN BERBAHASA PRODUKTIF

Apresiasi berasal dari bahasa latin apreciation yang berarti memindahkan atau
menghargai. Dalam kaitannya dengan karya sastra, Apresiasi adalah kegiatan menggauli
karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan,
kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra.

Kegiatan apresiasi sastra dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Kegiatan secara langsung dapat dilakukan degan cara menggauli karya sastra, baik dengan
cara menulis, mempublikasikan, membaca, mendengarkan, mampu menyaksikan pementasan
karya sastra. Sementara itu, Kegiatan tidak langsung dapat dilakukan dengan mempelajari
teori sastra, kritik dan esai sastra.

Penciptaan karya sastra, seperti halnya penciptaan karangan lainnya. Karya sastra
merupakan cermin kehidupan masyarakat, Artinya pencipta karya sastra tidak pernah
bertolak dari kekosongan tetapi selalu berangkat dari kenyataan. Hubungan antara kenyataan
dan rekaan dalam sastra adalah hubungan dialektika atau bertangga, mimesis tidak mungkin
tanpa kreasi, tetapi kreasi tidak mungkin tanpa mimensi.

Penciptaan karya sastra seperti halnya penciptaan karangan lainnya. Tema yang
dijadikan bahan karangan dapat berasal dari pikiran, perasaan, lamunan, pengalaman, atau
kenyataan. Langkah-langkah dalam proses penyusunan karangan juga sama. Perbedaan yang
mencolok dengan karangan yang lain terletak pada objektivitasnya. Karya sastra cenderung
bersifat subjektif sedangkan karangan lainnya cenderung bersifat objektif. Munculnya
subjektivitas karya sastra disebabkan dalam proses penciptaannya imajinasi pengarang sangat
berperan. Kenyataan yang ditampilkan dalam karya sastra misalnya bukanlah kenyataan
sebagaimana adanya melainkan kenyataan yang telah diolah dengan visi dan imajinasi
pengarang.

Hakekat puisi adalah makna keseluruhan yang merupakan perpaduan antara tema,
perasaan, nada, dan amanat. Proses penciptaan puisi merupakan panduan dari berbagai
kegiatan, yaitu (1) Pemahaman terhadap realita untuk menemukan tema dan amanat, (2)
Pemilihan bentuk pengungkapan, (3) Pemilihan kata-kata, (4) Penggunaan majas, (5)
Penentuan ritme dan rima. Menulis puisi sebagai kegiatan apresiasi produktif dapat dilakukan
melalui reproduksi, komplikasi dan mencipta.

9
Buku Pembanding

BAB I

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

Pengembangan melalui pendidikan formal, dimulai dari sekolah dasar. Jenjang


sekolah ini berfungsi sebagai pusat budaya dan pembudayaan baca tulis. Sekolah dasar
sebagai penggalan pertama pendidikan dasar, seyogyanya dapat membentuk landasan yang
kuat untuk tingkat pendidikan selanjutnya.

Kemampuan proses strategi adalah keterampilan berbahasa. Dengan kemampuan


berbahasa yang dimiliki, siswa mampu menimba berbagai pengetahuan, mengapresiasi seni,
serta mengembangkan diri secara berkelanjutan. Pembelajaran bahasa Indonesia yang dalam
hal ini dimulai dari Sekolah Dasar perlu dilaksanakan dengan benar. Dalam kenyataan di
lapangan guru, khususnya guru sekolah dasar belum mampu, melaksanakan pembelajaran
keterampilan berbahasa secara benar.

Bahasa merupakan produk budaya yang berharga dari generasi ke generasi


berikutnya. Bahasa adalah hasil budaya yang hidup dan berkembang dan harus dipelajari.
Pembelajaran bahasa indonesia SD diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik
dalam berkomunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tulisan.

Tinjauan kompetensi pembelajaran bahasa Indonesia sekolah dasar, Pembelajaran


bahasa Indonesia SD diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
berkomunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan bersastra untuk
sekolah dasar bersifat apresiatif. Karena dengan sastra dapat menenamkan rasa peka terhadap
kehidupan, mengajarkan siswa bagaimana menghargai orang lain, mengerti hidup, dan
belajar bagaimana mengahadapi berbagai persoalan.

Strategi umum pembelajaran bahasa Indonesia SD, pembelajaran bahasa Indonesia


meliputi empat aspek keterampil ( mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis) yang
harus dikembang di SD/MI. Dalam proses pembelajarannya, pembelajaran Apresiasi Sastra
SD diintegrasikan melalui empat keterampilan berbahasa. Dalam SKKD yang tersurat dalam
kurikulum SD/Mi maka guru sebagai pelaksana, perencana dan pengevaluasi pembelajaran,
maka sebelum tatap muka, guru harus melakukan langkah dan aspek dalam pembelajaran.

10
BAB II

PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

Di Indonesia sejak tahun 1950 an memberi sejumlah hadiah sastra bagi sastrawan
yang telah berhasil memberikan karya sastranya yang terbaik bagi bangsanya. Pembaca sastra
akan lebih mengerti kesulitan orang lain, watak orang lain, shingga pembaca lebih luas
pengetahuan mengenai manusia.

Pembaca sastra akan lebih mengerti kesulitan orang lain, watak orang lain, sehingga
pembaca lebih luas pengetahuannya mengenai manusia. Sastra itu sangat berharga, karena itu
perlu diajarkan dalam pendidikan formal sedini mungkin karena sastra berguna bagi manusia
di manapun, dan kapan pun. Dengan demikian maka guru sebagai ujung tombak/pelaksana
dalam pembelajaran/pendidikan, maka perlu menyadari manfaat dari sastra dan sekaligus
dapat malaksanakan pembelajaran sebaik-baiknya kepada peserta didiknya, yang secara
formal dimulai dari sekolah dasar, bahkan dari taman kanak-kanak. Dikatakan demikian
karena sastra dapat dijadikan sebagai titik masuk pendidikan karakter.

Guru sekolah dasar maupun calon guru sekolah dasar yang jalur formalnya
terintegrasi dalam pendidikan guru sekolah dasar, merupakan salah satu jalur pendidikan
yang mempersiapkan guru/calon guru. Salah satu komponen yang tak kalah pentingnya lagi
untuk membantu kelancaran pelaksanaan prosesbelajar mengajar.

Mengingat pentingnya karya sastra tersebut, maka penulis ingin berpartisipasi dalam
menyusun bahan ajar yang merupakan perkembangan dari substansi dan metodologi dasar
keilmuan dalam salah satu mata pelajaran di sekolah dasar melalui mata kuliah
pengembangan pembelajaran bahasa Indonesia SD, yang dibagi dalam empat materi pokok
yakni:

a. Pembelajaran menyimak dan berbicara di sekolah dasar.


b. Pembelajaran membaca di sekolah dasar.
c. Pembelajara menulis di sekolah dasar.
d. Pembelajaran apresiasi sastra di sekolah dasar.

11
BAB III

KONSEP DASAR DAN MANFAAT SASTRA DALAM PENDIDIKAN

Sastra adalah salah satu karya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk
memenuhi kebutuhan itu, manusia berpikir dan mencipta. Semua hasil karya manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya itu disebut kebudayaan. Sastra berhubungan dengan
penciptaan dan ungkapan pribadi(ekspresi). Keindahan pada sastra terletak pada pengolahan
bahan pokoknya melalui bahasa. Bahasa sastra mempunyai ciri khas, yang dilukiskan oleh
para sastrawan.

Untuk memenuhi kebutuhan itu, manusia berpikir dan mencipta. Semua hasil karya
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya itu disebut kebudayaan. Jadi dalam hal ini
sastra merupakan bagian dari kebudayaan. Sastra disini merupakan bagian dari kesenian yang
dapat memberikan kesenangan, hiburan, kebahagiaan pad manusia. Dalam sastra, kadang-
kadang unsur perasaan begitu besar, sehingga tidak mungkin didekati secara ilmiah. Sastra
berhubungan dengan penciptaan dan ungkapan pribadi (ekspresi). Jiwa sastra berupa pikiran,
perasaan, dan pengalama manusia.

Keindahan pada sastra terletak pada pengolahan bahan pokoknya melalui bahasa.
Bahasa sastra mempunyai ciri khas, yang dilukiskan oleg para sastrawan. Bahasa sastra
mempunyai ciri khas, yang berbeda dengan bahasa sehari-hari. Jadi, sastra adalah seni,
bukanlah ilm pengetahuan. Pada sastra diperlukan gambaran yang sedikit mungkin tetapi
memiliki arti yang sangat luas. Sedangkan ilmu menunturkan uraian yang begitu panjang
untuk menjelaskan arti yang kecil.

Didalam karya sastra, manusia mengungkapkan pengalamannya, agar manusia lain


dapat mengambil pelajaran dari pengalaman itu dan hidup manusia akan lebih baik. Melalui
sastra seorang pembaca dapat memperoleh hiburan dan kesenangan.

Dalam karya sastra, begitu kaya dengan kata-kata yang tersusun secara tepat dan
mempesona. Seseorang dapat belajar tatakrama/santun berbahasa dari oengungkapan kata-
kata para sastrawan. Manusia yang berbudaya adalah manusia yang cepat tanggap terhadap
segala hal yang luhur dan indah dalam hidup. Manusia yang berbudaya adalah manusia yang
cepat tanggap terhadap segala hal yang luhur dan indah dalam hidup ini. Seseorang akan
mendapat bergaul dengan kebenaran, keindahan yang memberi pengaruh terhadap tingkah
laku sehari-hari, yang akan dampak pada tingkah laku yang sederhana, dan berbudi luhur.

12
BAB IV

PEMBAGIAN GENRE KARYA SASTRA

Genre karya sastra umum, sastra nonimajinatif adalah karya sastra yang
mengungkapkan pengalaman manusia dengan menggunakan bahasa yang mengesankan.
Dalam karya sastra ini pengalaman manusia yang diungkapkan berdasarkan data yang benar,
yang dikemas sedemikian rupa hingga menarik. Yang tergolong pada karya sastra jenis ini
yaitu: Esai, Kritik sastra, Biografi dan otobiografi, Otobiografi, Memoar, Catatan harian, dan
Sejarah.

Sastra imajinatif membebaskan penulisnya dari segala tuntutan data. Penulis sastar
imajinatif bebas mengolah bahan apa saja, tidak terkait pada kenyataan yang sudah terjadi,
tetapi mengungkapkan sesuatu yang mungkin terjadi atau bahkan tidak mungkin terjadi.
Bentuk-bentuk karya sastra imajinasi ialah: Prosa narasi(fiksi), Drama, dan Puisi.

Genre sastra anak (sekolah dasar), sebagaimana sastra dewasa, sastra anak juga
mengenal beberapa genre. Menurut (Lukens,2003:13) genre di sini maksutnya macam, jenis
atau tipe kesusastraan yang memiliki karakteristiknya. Namun dalam tulisan ini drama dapat
dimasukkan kedalam karya sastra dengan syarat tertentu. Bentuk dari genre anak sekolah
dasar seperti:

1. Realisme, cerita realisme adalah cerita realistik(realistic stories) Yang biasanya


bercerita tentang masalah sosial yang dihadapi tokoh.
2. Fiksi formula, yang dikelompokan pada fiksi formula adalah cerita misterius dan
detektif, cerita romantis(cerita kasih sayang), ceita serial.
3. Fantasi, dikenal dengan “ The Willieng Suspension Of Disbelief” (Lukens 1999).
Cerita fatasi dikembangkan dengan imajinasi yang berterima oleh pembaca.
4. Sastra tradisional, sastra tradisional (Traditional literature), cerita ini berasal dari
tradisi, kurang jelas kapan dimulainya, dan siapa penciptanya.
5. Puisi, puisi sama dengan penjelasan pada sastra genre umum. Yang berbeda adalah
bahasa/ pilihan kata yang digunakan lebih sederhana, tidak mengandung makna kias
yang tinggi.
6. Nonfiksi, menurut Lukens buku nonfiksi sebagai salah satu genre sastra untuk anak,
merupakan buku bacaan anak seumur SD. Isinya berupa informasi yang ditulis
dengan artistik yang tinggi, baik ditinjau dari bahasa maupun penampilan yang baik.

13
BAB V

BENTUK-BENTUK (GENRE) KARYA SASTRA SD

Mitchell (2003:5-6) mengatakan bahwa genre merupakan suatu tipe atau kategori
pengelompokan katya sastra yang berdasarkan atas gaya, bentuk atau isi yang mengandung
unsur yang membedakan dengan jenis lainnya.

Sastra anak SD kelas rendah terdiri atas berbagai genre dan dapat berbentuk lisan dan
tulisan. Selain diajarkan disekolah secara formal satra tampaknya telah dikenal dalam
masyarakat sebelum anak masuk bangku sekolah. Berbagai sastra anak SD kelas rendah yang
dapat dijadikan acuan dalam pengembangan sastra anak SD.

Syair lagu, nyanyian anak, syair lagu atau tembang tidak lain adalah puisi. Jadi, lagu
atau tembang dpat disebut puisi yang dilagukan.

Puisi tembang dolanan, masyarakat yang memiliki atar belakang budaya dan bahasa
mempunyai puisi lagu atau nyanyian yang biasa didendangkan/disenandungkan ketika
menimang nak.

Cerita lisan, di samping syair lagu, dolanan, yang diberikan kepada anak di kelas
rendah SD. Bahkan sejak anak dapat berkomunikasi dengan lingkungannya, anak juga sering
diceritai oleh orang tuanya tentang berbagai cerita yang menarik.

Sastra dan pengembangan literasi awal, pada awalnya, sebelum pandai membaca,
anak sudah dapat memahami cerita yang dituturkan ibunya atau melalui media TV, gambar-
gambar dan lainnya yang menyenangkannya.

Sastra anak SD kelas tinggi. Adapun jenis-jenisnya adalah: Cerita fiksi, cerita fiksi
anak(SD) merupakan cerita yang berisi misteri kehidpan yang berhubungan dengan
kkehidupan anak. Jenis-jenis cerita fiksi anak SD antara lain:

1. Novel dan cerpen


2. Fiksi realistik (realistik fictio)
3. Fiksi fantasi (Fantastic fiction)
4. Fiksi historis (Historical fiction)
5. Komik sastra anak.

14
BAB VI

PEMILIHAN BACAAN SASTRA UNTUK ANAK (SD)

Pertimbangan perkembangan intelektual(kognitif) anak pada umumnya merujuk pada


teori Jean Piaget yang mengemukakan bahwa perkembangan intelektual merupakan hasil
interaksi dengan lingkungan dan kematangan anak, yang membedakan dalam empat tahap
yaitu:

 Tahap sensori-motor (0-2 tahun)


 Tahap praoperasional (2-7 tahun)
 Tahap operasional kongkret (7-11 tahun)
 Tahap operasional formal (11-12 tahun)

Moslow (via Huck dkk; 1987;60) melalui penelitiannya menunjukkan bahwa


perkembangan personalitas anak melalui hierarki kebutuhan, yaitu dari kebutuhan dasar
untuk kebutuhan hidup ke kebutuhan kemanusiaan yang lebih tinggi dan unik.

Kemungkinan implikasi dari tahapan diatas dalam pemilihan buku bacaan sastra
adalah maslah yang terkandung dalam bacaan tersebut. Sebaiknya mampu memberikan
kepuasan kepada anak yang sesuai dengan tahap perkembangannya.

Perkembangan kebahasaan anak sejalan dengan perkembangan intelektual dan aspek-


aspek personalitas yang lain. Kenyataan ini dapat digunakan sebagai pijakan pemahaman
bahwa dalam usia itu anak mulai dapat memproduksi bahasa, dapat menerima dan
mengembangkan pemahaman tentang dunia. Hal ini merupakan kebutuhan anak untuk
melihat dunia melalui buku cerita. Tema berfungsi untuk mengikat cerita secara keseluruhan,
sehingga menjadi sebuah keseluruhan yang indah. Untuk mengetahui tema suatu cerita, maka
cerita tersebut harus dipahami dahulu secara keseluruhan.

Banyak genre sastra anak yang ada, dalam hal ini yang harus dicermati adalah;
kriteria untuk buku cerita bergambar, puisi anak, cerita realistik, fantasi, cerita tradisiona, dan
bacaan nonfiksi lainnya, tentu berbeda. Pemilihan kriteria buku bacaan sastra anak haruslah
mencakup keseluruhan aspeknya. Aspek pada fiksi meliputi: Alur cerita, Urutan penyajian,
Penokohan, dan Tema dan Moral.

15
BAB VII

PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH

Pembelajaran sastra di sekolah dasar dapat diklasifikasikan dalam tiga macam, yakni:
Pembelajaran fiksi, Pembelajaran puisi dan Pembelajaran drama. Nilai sastra bagi anak,
sastra dapat mengembangkan wawasan sang anak menjadi perilaku insani. Melalui karya
sastra luas dapat membuat anak mengerti dunia. Nilai sastra bagi pendidikan anak-anak SD
yaitu:

1. Membantu perkembangan bahasa anak, mengajak anak bergaul dengan sastra, baik
lisan maupun tulisan, akan memberikan dampak positif terhadap perkembangan
bahasa anak.
2. Membantu perkembangan kognitif siswa, bahasa mempunyai hubungan erat dengan
penalaran, kognisi atau penalaran anak-anak yang dikembangkan melalui media
sastra, antara lain; mengamati, membandingkan, mengkelasifikasikan,
meghipotisesiskan, mengorganisasikan, merangkum, menerapkan, dan mengeritik.
3. Perkembangan kepribadian, sastra mempunyai peranan penting dalam perkembangan
kepribadian sang anak.
4. Perkembangan sosial, istilah sosialisasi mengacu pada suatu proses yang digunakan
untuk anak-anak dalam membentuk perilaku, norma-norma, dan motivasi, yang selalu
dipantau serta di nilai oleh keluarga dan kelompok budaya mereka.

Tahapan pembelajaran sastra di Sekolah dasar dalam pelaksanaan pembelajarannya


yang antara lain;

1. Tahap penikmatan, tahap ini diawali sejak masa praoperasional(anak umur 3-7 tahun).
2. Tahap penghargaan, pada tahap ini, anak-anak(siswa SD), kealas awal; diajak
setengah aktif. Bagaimana menimbulkan rasa kekaguman, misalnya menanyakan
tokoh yang menjadi idola.
3. Tahap pemahaman, rasa ikut memiliki, yang muncul pada tahap dua, kemudian
diteruskan dengan tahap memahami karena anak-anak (SD) telah merasakan mampu
memahami/mengartikan makna yang terkandung dalam karya sastra.
4. Tahap penghayatan, jika telah tumbuh pemahaman terhadap unsur intrinstik dan
ekstrinsik pada karya sastra, seperti yang digambarkan pada tahap ketiga, maka guru
dapat melanjutkan ketahap penghayatan.

16
BAB VIII

KEGIATAN BERSASTRA RESEFTIF

Pada bab ini terdapat sajian cerita fiksi, untuk dijadikan latihan bersastra secara
reseptif. Peserta didik memilih karya sastra anak yang ada untuk ditelaah tentang kekurangan,
kelebihan sesuai dengan unsur sastra anak, kemudian dikomtari, diberi saran dan lain-lain.

BAB IX

MENULIS CERITA UNTUK ANAK SD (KEGIATAN PRODUKTIF)

Guru merupakan faktor penentu dalam mencapai keberhasilan pembelajaran. Karena


itu, guru pulalah yang harus mampu memotivasi siswanya untuk belajar membaca.
mendengarkan, menonton, yang pada akhirna pada diri siswa akan muncul kecintaan,
penghargaan terhadap karya sastra. Bila sikap ini telah muncul, berarti guru telah berhasil
menerapkan apresiasi pada siswa.

Sehubungan dengan itu, maka guru khususnya guru SD harus memiliki kemampuan
dalam bersastra secara prduktif dan reseptif. Tanpa kemampuan itu sulit diharapkan tujuan
akan tercapai.

Langkah-langkah menulis fiksi:

1. Menentukan tema(pesan yang menjiwai seluruh isi cerita).


2. Menentukan tokoh cerita.
3. Menulis draf plot/alur cerita.
4. Pilih/gunakan gaya bahasa.
5. Pengembangan cerita.
6. Minta masukan dari pembaca.

Langkah menulis puisi:

1. Menentukan tema
2. Merenung/menghayati tentang pesan yang akan disampaikan
3. Memilih kata kunci yang pas untuk menggambarkan pesan
4. Mengimplementasikan pesan dalam pilihan kata yang pas
5. Perhatikan tone/nada/permainan bunyi bahasa
6. Baca dengan cermat dan ungkapkan.

17
BAB X

PERANGKAT PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR

Perencanaan proses pembelajaran disusun guna memfasilitasi terjadinya proses


pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menantang, menyenagkan, dan memotivasi peserta
didik dalam mencapai kompetensi yang diharapkan. Perencanaan proses pembelajaran adalah
proses perencanaan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik. Perencanaan
proses pembelajaran meliputi: Silabus dan Rencana pelaksanaan pembelajaran.

Komponen rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP) yaitu:

1. Identitas mata pelajaran.


2. Tujuan pembelajaran sesuai KD.
3. Rincian materi pembelajaran.
4. Kemampuan awal dan karakteristik peserta didik.
5. Kegiatan pembelajaran.
6. Media, alat dan sarana prasarana pembelajaran.
7. Indikator pencapaian kompetensi.
8. Prosedur dan instrumen penilaian.
9. Alokasi waktu yang diperlukan.
10. Buku teks pelajaran, referensi dan sumber lainnya.

Prinsip-prinsip penyusuanan RPP yaitu:

1. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik.


2. Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik.
3. Mengembangkan budaya membaca dan menulis.
4. Memberikan umpan balik.
5. Keterkaitan dan keterpaduan.
6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi secara efektif.

18
BAB XI

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI KETERAMPILAN


PROSES/CBSA, KOMUNIKATIF, DAN WHOLE LANGUAGE

Tulisan ini akan menyajikan contoh implementasi pembelajaran bahasa Indonesia di


sekolah dasar yang dirancang dengan menggunakan pendekatan yang dianjurkan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia. Pendekatan dimaksut adalah pendekatan Whole Language
(pendekatan terpadu, keterampilan, proses/cbsa dan pendekatan komunikatif).

Dalam pembelajaran bahasa indonesia memiliki empat aspek keterampilan berbahasa


yaitu: Mendengarkan, Berbicara, Membaca, dan Menulis. Pengemasan pencapaian
kompetensi pembelajaran bahasa indonesia merupakan tugas pokok guru. Oleh karena itu,
guru harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang pendekatan, metode, strategi, teknik
pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.

Pendekatan keterampilan proses CBSA ini telah banyak dibicarakan dalam berbagai
mata pelajaran. Pada tulisan ini penulis menekankan bagian penting yang harus dijadikan
pedoman dalam melaksanakan pembelajaran dikelas. Keterampilan proses didasari dengan
kecenderungan bahwa setiap manusia yang dilahirkan memiliki kemampuan dasar.

Pendekatan keterampilan proses dibangun dari sejumlah keterampilan. Pengembangan


dan implementasinya dilaksanakan melalui proses pembelajaran pada setiap mata pelajaran.
Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik masing-masing yang sesuai dengan
fokus/aspek yang akan dibahas dalam setiap kali tatap muka dikelas.

Pendekatan whole language(terpadu) san pendekatan komunikatif, adalah pendekatan


pembelajaran bahasa secara utuh, tidak terpisah-pisah. Secara praktis, pendekatan
komunikatif dalam pembelajaran bahasa indonesia pada dasarnya merupakan pembelajaran
bahasa yang menekankan, bagaimana bahasa itu digunakan sebagai alat komunikasi.

Pendekatan komunikatif ini menurut Tarigan(1989:270), bermula dari adanya


perubahan dan pembelajaran bahasa di Inggri pada tahun 1990-an. Kemudian pembelajaran
bahasa dilaksanakan dengan pendekatan situsional dengan mempraktikkan struktur-struktur
bahasa sesuai dengan situasi. Selanjutnya, para pakar di Linguistik terapan di Inggris
memberi penekanan memokuskan pada potensi bahasa yang bersifat fungsional dan
komunikatif.

19
BAB XII

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Perangkat pembelajaran berkaitan dengan ketiga pendekatan dalam pembelajaran


bahasa indonesia, maka implementasi pembelajarannya akan diuraikan sebagai berikut,
namun sebelum implementasi disampaikan terlebih dahulu guru harus menyusun perangkat
pembelajaran yang akan di implementasi melalui langkah-langkah berikut.

1. Menentukan SKKD dalam kurikulum.


2. Membuat silabus dari SKKD yang dipilih.
3. Mengembangkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).
4. Mengembangkan/mencari materi ajar dari berbagai sumber.
5. Mengembangkan/mencari media/alat bantu pembelajaran yang sesuai dengan
topik/fokus pembelajaran dengan berbagai cara; media, alat, dan sarana dan prasarana
pembelajaran.

Implementasi pembelajaran bahasa Indonesia, meliputi Langkah-langkah dalam proses


pembelajaran:

1. Kegiatan pembelajaran menulis narasi berpusat pada siswa.


2. Interaksi, guru membimbig siswa mengungkapkan berbagai gagasan untuk
menyampaikan cerita sesuai pengalaman, merefleksikannya dan mengungkapkan
dengan bahasa yang dipahami.
3. Siswa dibimbing menuliskan cerita.
4. Siswa diberi kesempatan untuk belajar secara sosial(kelompok).
5. Kegiatan belajar selalu disesuaikan dengan prakondisi.

Rencana pelaksanaan pembelajaran:

 Standart kompetensi.
 Kompetensi dasar.
 Indikator.
 Pendekatan/metode.
 Proses pembelajaran.

20
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Isi Buku

a. Pembahasan Bab 1 tentang Pendahuluan


Mata kuliah peningkatan keterampilan berbahasa Indonesia yang di
berikan kepada mahasiswa PGSD, bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
berbahasa Indonesia calon guru sekolah dasar. Keterampilan berbahasa yang di
maksud mencakup: Keterampilan menyimak, Keterampilan berbicara,
Keterampilan membaca, dan Keterampilan menulis. Untuk peningkatan
pengetahuan dan keterampilan dalam hal pengajaran bahasa Indonesia di SD
disajikan dalam buku pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di kelas rendah
dan buku pendidikan bahasa sastra Indonesia di kelas tinggi.
Keterampilan berbahasa sangat diperlukan dalam kehiduapn sehari-hari.
Bagi seorang guru penguasaan keterampilan bahasa akan memperlancar tugas-
tugasnya dalam menyerap dan meyebar luaskan ilmu pengetahuan kepada anak
didik. Kegiatan menikmati karya sastra melalui membaca, mendengarkan,
menonton suatu pementasan, menciptakan, mengapresiasikan, dan
mendokumentasikan karya sastra perlu dibudi dayakan dikalangan guru sekolah
dasar sebagai perwujudan contoh dan keteladanan bagi anak didiknya.
b. Pembahasan Bab 2 tentang Keterampilan Menyimak
Kata menyimak dalam bahasa Indonesia memiliki kemiripan makna
dengan mendengar dan mendengarkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Idonesia
(Moeliono,1989) dinyatakan bahwa mendengar artinya dapat menangkap suara
atau bunyi dengan telinga. Menyimak adalah proses mendengarkan dengan
penuh perhatian. Menyimak adalah suatu prosess kegiatan mendengarkan
lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta
interpretasi untuk memperoleh informai, menangkap isi atau pesan serta
memahami makna komunikasi ynag tlah disampaikan oleh pembicara melalui
ujaran atau bahasa lisan.

21
c. Pembahasan Bab 3 tentang Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara atau retorika adalah seni tentang berbicara yang
dimiliki seseorang. Seni berbicara ini dimiliki seseorang secara alami ataupun
dengan menggunakan latihan khusus. Keteampilan berbicara adalah salah satu
keterampilan berbahasa sebgai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta
mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau
kelompok secara lisan, baik secara berhadapan atupun dengan jarak jauh.
Menurut Moris dalam Novia (2002) menyatakan bahwa berbicara merupakan
alat komunikasi yang alami antara anggota masyarakat untuk mengungkapkan
pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku sosial. Sedangkan, Wilkin dalam
Oktarina (2002) menyatakan bahwa keterampilan berbahasa adalah
kemmapuan menyusun kalimat-kaliamt karena komunikasi terjadi melalui
kalimat-kalimat untuk menampilkan perbedaan tingkah laku yang bervariasi
dari masyarakat yang berbeda.
d. Pembahasan Bab 4 tentang Keterampilan Membaca
Membaca sebagai suatu proses merupakan semua kegiatan dan teknik
yang ditempuh oleh pembaca yang mengarah pada tujuan melalui tahap-tahap
tertentu (Burns,1985). Menurut Dalman (2013:5) keterampilan membaca adalah
suatu keterampilan dalam kegiatan yang berupaya untuk menemukan berbagai
informasi yang terdapat dalam tulisan. Menurut Sadhono dan Slamet dalam
Purnama Sari (2014:12) keterampilan membaca adalah keterampilan mengenal
dan memahami tulisan dalam bentuk urutan lambag-lambang grafis dan
peruahannya menjadi wicara bermakna dalam bentuk pemahaman diam-diam
atau pengujaran keras-keras.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
keterampilan membaca adalah suatu keterampilan dalam mengenal dan
memahami tulisan dalam bentuk huruf, kata dan kalimat dalam bacaannya guna
memproleh informasi yang terdapat dalam bacaan.

22
e. Pembahasan Bab 5 tentang Keterampilan Menulis
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbhasa yang
harus dikuasai oleh siswa. Menurut pendapat Saleh Abbas (
2006:125)keterampilan menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan,
pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis. Menurut
Henry Guntur Tarigan (2008:3) keterampilan menulis adalah salah satu
keterampilan berbahas ayang produktif dan ekspresif yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatp muka dengan pihak
lain. Menurut pendapat Burhan Nurgiyantoro (2001:273), menulis adalah
aktifitas mengungkapkan gagasn melalui media bahasa. Menulis merupakan
kegiatan produktif dan ekspresif sehingga penulis harus memiliki kemapuan
dalam menggunakan kosa kata, tata tulis, dan struktur bahasa.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebutdapat disimpulkan bahwa
keterampilan menulis adalah keterampilan menuangkan ide, gagasan, perasaan
dalam bentuk bahasa tulis sehingga orang lain yang membaca dapat memahami
isi tulisan tersebut dengan baik.
f. Pembahasan Bab 6 tentang Apresiasi Karya Sastra dan Kemampuan Berbahasa
Reseptif
Apresiasi sastra secara reseptif adalah penerimaan dan pemahaman
terhadap karya sastra. Apresiasi ini dapat dilakukan dengan cara membaca,
mendengarkan, dan menyaksikan pementasan/pagelaran sastra (puisi,prosa
fiksi, dan drama) Karya sastra berbentuk prosa seperti dongeng, cerpen,
novelette, novel atau roman dapat dinikmati dengan cara membaca atau
menyimak tatkala karya itu diterdengakan atau dibacakan orang lain. Apresiasi
sastra secara reseptif adalah penghargaan, penilaian, pengertian terhadap karya
sastra, baik yang berbentuk puisi maupun prosa yang dapat dilakukan dengan
cara membaca, mendengarkan, dan menyaksikan pementasan drama.

23
g. Pembahasan Bab 7 tentang Apresiasi Karya Sastra dan Kemampuan Berbahasa
Produktif
Apresiasi Produktif adalah apresiasi karya sastra yang menekankan pada
proses kreatif dan penciptaan. Dalam hubungannya daalm apresiasi produktif,
apresiasian dituntun menghasilkan karya sastra yang dapat berupa puisi, prosa,
drama, pementasan karya sastra, dan essai. Pendekatan yang dapat diterapkan
dalam mengapresiasi sastra secara produktif diantaranya adalah pendekatan
paraprastis dan pendekatan analitis.

24
B. Kelebihan dan Kekurangan Buku

1. Dilihat dari apek tampilan buku (face value), buku yang direview adalah dari
buku utama tampilan sampulnya kurang menarik dan sangat monoton.
Kurangnya warna untuk menarik daya perhatian setiap pembacanya. Dalam
buku pembanding sedikit menarik karena memiliki gambar tokoh pendidikan
dan alat bantu kependidikan yang mengambarkan profesi kependidikan itu
sendiri. Sehingga daya tarik pembaca untuk membacanya sangat kuat.
2. Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan font
adalah di buku pembanding kurang menarik dalam tat letak, tata tulis, serta font
nya tidak menarik dan kabur-kabur dalam penulisannya, sehingga banyak
tulisan-tulisan yang tidak dapat dibaca. sedangkan di buku utama dalam
penilisannya sangat jelas dibaca tidak terdapat tulisan-tulisan yang kabur semua
jelas di baca dan sangat jelas.
3. Dari aspek isi buku:
Dilihat dari aspek isi buku dalam buku utama hanya terdapat 7 bab atau 7 judul
pembahasan, sedangkan pada buku pembanding terdapat 12 judul pembahasan.
Kemudian isi buku pada buku utama sangat lengkap tetapi pada buku
pembanding terlalu singkat dan kurang mencantumkan pendapat para ahli.
Kedua buku dilihat dari aspek isinya sangat mudah untuk dipahami dan
dimengerti oleh pembaca.
4. Dari aspek tata bahasa, buku tersebut adaalah dalam buku pembanding tata
bahsa yang dipakai memakai bahasa-bahasa yang kurang di mengerti para
pembacanya, sehingga para pembaca harus sangat meneliti serta memahami
secara mendalam satupersatu kalimat yang ada di buku pembanding tersebut.
sedangkan di buku utama memakai tata bahasa keseharian sehingga para
pembaca mudah memahami kalimat-kalimat yang terdapat dalam buku tersebut.

25
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Keterampilan berbahasa sangat diperlukan dalam kehiduapn sehari-hari.
Bagi seorang guru penguasaan keterampilan bahasa akan memperlancar tugas-
tugasnya dalam menyerap dan meyebar luaskan ilmu pengetahuan kepada anak
didik. Kegiatan menikmati karya sastra melalui membaca, mendengarkan,
menonton suatu pementasan, menciptakan, mengapresiasikan, dan
mendokumentasikan karya sastra perlu dibudi dayakan dikalangan guru sekolah
dasar sebagai perwujudan contoh dan keteladanan bagi anak didiknya.
Menyimak adalah proses mendengarkan dengan penuh perhatian.
Menyimak adalah suatu prosess kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan
dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk
memperoleh informai, menangkap isi atau pesan serta memahami makna
komunikasi ynag tlah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa
lisan.
Keterampilan berbicara adalah salah satu keterampilan berbahasa sebgai
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta mengungkapkan pendapat atau pikiran dan
perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan
atupun dengan jarak jauh.
Keterampilan membaca adalah suatu keterampilan dalam mengenal dan
memahami tulisan dalam bentuk huruf, kata dan kalimat dalam bacaannya guna
memproleh informasi yang terdapat dalam bacaan.
Keterampilan menulis adalah keterampilan menuangkan ide, gagasan,
perasaan dalam bentuk bahasa tulis sehingga orang lain yang membaca dapat
memahami isi tulisan tersebut dengan baik.
Apresiasi sastra secara reseptif adalah penghargaan, penilaian,
pengertian terhadap karya sastra, baik yang berbentuk puisi maupun prosa yang
dapat dilakukan dengan cara membaca, mendengarkan, dan menyaksikan
pementasan drama.

26
Apresiasi Produktif adalah apresiasi karya sastra yang menekankan pada
proses kreatif dan penciptaan

B. Rekomendasi
Guru dan calon guru perlu mengetahui betapa pentingnya mengetahui,
memahami serta mempelajari keterampilan berbahasa Indonesia. Keterampilan
berbahasa sangat diperlukan dalam kehiduapn sehari-hari. Bagi seorang guru
penguasaan keterampilan bahasa akan memperlancar tugas-tugasnya dalam
menyerap dan meyebar luaskan ilmu pengetahuan kepada anak didik.
Mempelajari Keterampilan berbahasa ertujuan untuk meningkatkan
keterampilan berbahasa Indonesia calon guru sekolah dasar. Keterampilan
berbahasa yang di maksud mencakup: Keterampilan menyimak, Keterampilan
berbicara, Keterampilan membaca, dan Keterampilan menulis. Untuk
peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam hal pengajaran bahasa
Indonesia di SD disajikan dalam buku pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di
kelas rendah dan buku pendidikan bahasa sastra Indonesia di kelas tinggi.

27
DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen. 2019. Keterampilan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar.UNIMED: Medan.

M.S, Zulela. 2013. Pembelajaran Bahasa Indonesia Apresiasi Sastra di Sekolah Dasar. PT.
REMAJA ROSDAKARYA: Bandung

28
LAMPIRAN

1. COVER

2. HALAMAN JUDUL

3. HALAMAN PENERBIT

4. KATA PENGANTAR

5. DAFTAR ISI

6. BIOGRAFI PENULIS

29
RUBRIK PENILAIAN

No Aspek Yang Dinilai Bobot Perolehan Nilai Ket.


I Tampilan Laporan 30
1. Kesesuaian Sistematika laporan 10
2. Tampilan (kemenarikan) laporan 10
3. Logika susunan isi laporan 10
Sub Total

II Isi Laporan (Critikal Book Report) 70


1. Pendahuluan (Latar belakang, Tujuan, 10
Manfaat)z
2. Isi Buku (Ringkasan Buku Setiap Bab) 20
3. Pembahasan ( Keunggulan, Kelemahan) 30
4. Penutup (Kesimpulan dan Saran) 10
Sub Total
Total 100
Medan, …………… 2018.
Penilai/Dosen,

(………………………….. .)

30

Anda mungkin juga menyukai