Anda di halaman 1dari 7

MATHEdunesa

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No. 5 Tahun 2016


ISSN : 2301-9085

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA KELAS VIII PADA MATERI PERBANDINGAN DAN PROPORSI
SERTA ALTERNATIF PENYELESAIANNYA

M. Ilham Yahya
(Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : ilhamyahya123@gmail.com)

Rooselyna Ekawati
(Dosen Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail: rooselynaekawati@unesa.ac.id)

Abstrak

Pada proses pembelajaran matematika, siswa mempelajari konsep-konsep yang saling berkaitan. Bila satu
konsep tidak dipahami dengan baik, maka hal ini akan berpengaruh pada pemahaman konsep yang selanjutnya.
Jika siswa memiliki pemahaman konsep yang rendah, maka akan ada kemungkinan siswa memberikan pengertian
sendiri tentang suatu konsep. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya suatu miskonsepsi. Miskonsepsi adalah ide
yang salah tentang suatu konsep yang dimiliki oleh seseorang, yang berbeda dengan konsep yang dianggap benar
oleh para ahli.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan di SMP
Negeri 29 Surabaya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemudian mendeskripsikan profil miskonsepsi
siswa kelas VIII pada materi perbandingan dan proporsi. Miskonsepsi siswa dianalisis berdasarkan hasil tes tulis
yang dilengkapi dengan instrumen CRI (Certainty of Response Index) dan hasil wawancara. Subjek dalam
penelitian ini yaitu tiga siswa yang memiliki presentase miskonsepsi yang paling tinggi.
Berdasarkan hasil dari analisis data ketiga subjek, miskonsepsi yang dialami yaitu 66,66 % subjek
mengaplikasikan incomplete strategy, 22,22 % subjek mengaplikasikan constant difference atau additive strategy,
11,11 %subjek mengaplikasikan constant sum. Selanjutnya sebagian subjek mengalami miskonsepi dalam
menyatakan perbandingan, seperti menyatakan perbandingan hanya dengan mencari selisihnya, sebagai hasil dari
pembagian, menyatakan perbandingan dengan penulisan dibalik. Ada kecenderungan miskonsepsi yang terjadi
disebabkan karena aspek praktis, prakonsepsi, intuisi yang salah, kemampuan pemahaman siswa, dan reasoning
yang tidak lengkap. Adapun alternatif yang dapat dilakukan diantara penjelasan ulang, pemberian contoh atau non
contoh, diskusi ulang,perubahan konsep.

Kata kunci: Analisis miskonsepsi, materi perbandingan dan proporsi, alternatif penyelesainnya

Abstract
In the process of mathematics learning, students learn the related concept. If a concept is not clear, then
this condition will influence the next concept. If students have an understanding of the concept considered as low,
there will be the possibility that the students have their understanding about a concept. This cause students
misconception. Misconceptions is a wrong ideas about a concepts that is owned by someone, and different from
experts.
This research is a qualitative descriptive. This research was held at 29 th Junior High School of Surabaya.
This research aims to analyze and describe the 8 th students misconceptions in ratio and proportion. Misconceptions
of students in this research were analyzed using written test with CRI (Certainty of Response Index) and the result
from interview. Subjects in this research were three students who have highest misconceptions percentage.
Based on the results of data analyzed from three subjects, misconceptions that occur are 66,66 % of
subject apply incomplete strategy, 22,22% of subject apply constant difference or additive strategy, and 11,11% of
subject apply constant sum. Furthermore, most subjects experience misconceptions in stating a ratio, such as
stating a ratio just finding the difference, a result of the division, and stating a ratio should be write . There is
a tendency misconceptions caused by practical aspect, preconception, a wrong intuition, the ability of each
students, incomplete reasoning. The alternative solution for misconceptions are reexplanation, giving example or
non example, rediscussion, change the concept.

Keywords: Misconceptions analyze, ratio and proportion, alternative solution


Volume 3 No 5 Tahun 2016

PENDAHULUAN Response Index (CRI). Terdapat beberapa metode


Kemajuan-kemajuan dalam kehidupan yang dapat digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi
seperti bidang ekonomi, teknologi dan ilmu siswa yaitu 1) Open-ended questions, 2) Two-tier
pengetahuan hanya dapat dicapai melalui proses diagnostic test, 3) Concept mapping, 4) Prediction-
pendidikan. Proses pendidikan ini diharapkan dapat observation explanation, 5) Interview about
menghasilkan sumber daya manusia yang berakhlak instances and events, 6) Interviews about concepts,
mulia dan cerdas. Hal ini sesuai dengan Undang- 7) Drawing, dan 8) Word association.
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Saleem Hasan, et.al. 1999. Cukup sulit
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 bahwa untuk membedakan antara siswa yang mengalami
tujuan pendidikan nasional yaitu : miskonsepsi dan tidak paham konsep, untuk itu
mereka menggunakan instrumen CRI untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar mengidentifikasi adanya miskonsepsi. Journal of
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa Physic. Vol V, pp. 294299. Hasil penelitian
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, tersebut membuktikan bahwa metode CRI efektif
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan dalam mendiagnosis siswa yng tidak paham konsep
menjadi warga negara yang demokratis serta dan siswa yang mengalami miskonsepsi.
bertanggung jawab. Instrumen Certainty of Responses Index
(CRI), telah dikembangkan oleh para ahli dengan
Pasal 1 pada undang-undang yang sama menambahkan instrumen yang dapat menentukan
mengatakan bahwa yang dimaksud pendidikan kualitas kepastian jawaban responden. Setelah
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan mengidentifikasi keberadaan miskonsepsi pada
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta siswa, diperlukan suatu usaha untuk memperbaiki
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya atau meluruskannya. Terdapat beberapa alternatif
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, strategi/cara yang dapat digunakan untuk meluruskan
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak miskonsepsi yang terjadi saat pembelajaran.
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, Alternatif strategi/cara yang dapat digunakan antara
masyarakat, bangsa dan Negara (Sugiarto, 2014;1). lain yaitu 1) Perubahan Konseptual (Conceptual
Selain merupakan suatu aset berharga bagi bangsa, Changes), 2) Konflik Kognitif, 3) Konstruktivisme,
pendidikan memegang peranan penting dalam setiap 4) POE (Predict-Observe-Explain), 4) PDEODE
sektor kehidupan. Oleh karena itu, kualitas (Predict-Discuss-Explain-Observe-Discuss-Explain),
pendidikan perlu ditingkatkan agar terbentuk dan 5) Think aloud Protocol (Ibrahim, 2012;47).
generasi-generasi penerus bangsa yang mampu Materi perbandingan dan proporsi diajarkan
menghadapi segala macam kondisi yang senantiasa pada kelas VII dan VIII. Dalam lampiran Peraturan
berubah dan kompetitif (Megawati, 2010;1) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Pada proses pembelajaran matematika, (Permendikbud) Nomor 68 Tahun 2014 tentang
siswa mempelajari konsep-konsep yang saling kerangka dasar dan struktur kurikululum matematika
berkaitan. Bila salah satu konsep tidak dipahami SMP, yaitu pada matematika kelas VII KD 3.4
dengan baik, maka hal ini tentu akan berpengaruh Memamahami konsep perbandingan dan
pada pemahaman konsep yang selanjutnya. menggunakan bahasa perbandingan dalam
Miskonsepsi adalah ide atau pandangan yang salah mendeskripsikan hubungan dua besaran atau lebih.
tentang suatu konsep yang dimiliki oleh seseorang Sedangkan pada kelas VIII KD 3.12 Memahami
yang berbeda dengan konsep yang disepakati dan konsep perbandingan dengan menggunakan tabel,
dianggap benar oleh para ahli, biasanya pandangan grafik, dan persamaan. KD 4.2 Menggunakan konsep
yang berbeda ini salah dan bersifat resisten (Ibrahim, perbandingan untuk menyelesaikan masalah nyata
2012;13). Suparno (1997: 95) menyatakan bahwa dengan menggunakan tabel, grafik, dan persamaan.
miskonsepsi sebagai suatu pengertian yang tidak Dari adanya ketiga KD tersebut yang menuntut siswa
akurat mengenai konsep, penggunaan konsep yang memahami dan mengaplikasikan konsep
salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, perbandingan, dapat diasumsikan bahwa materi
kekacauan konsep-konsep yang berbeda dan perbandingan memang penting untuk siswa SMP.
hubungan hierarkis konsep-konsep yang tidak benar. Mahlabela (2012) juga menyatakan bahwa
Analisis adanya miskonsepsi pada siswa materi perbandingan merupakan materi yang
perlu dilakukan lebih awal, untuk mengetahui dan fundamental/mendasar untuk penalaran tentang
mengidentifikasi pada bagian/materi mana siswa proporsi bagi siswa. Dalam penelitian ini, juga
mengalami miskonsepsi tersebut. Menurut Ibrahim ditemukan bahwa guru-guru yang berpengalamanpun
(2012) menyatakan bahwa untuk mengetahui dan tidak menyadari adanya miskonsepsi yang terjadi
mengidentifikasi miskonsepsi yang dialami oleh pada siswa. Padahal sudah dijelaskan bahwa
siswa yaitu menggunakan instrumen Certainty of

284
Volume 3 No. 5 Tahun 2016

identifikasi miskonsepsi siswa diperlukan untuk Tabel Pedoman Skala


menentukan dimana letak miskonsepsinya.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di CRI (Certainty of Response Index)
atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah
penelitian dengan judul Analisis Miskonsepsi CRI Kriteria
Siswa Kelas VIII Pada Materi Perbandingan dan
Proporsi serta Alternatif Penyelesaiannya. 1 Jika siswa menjawab dengan menebak
Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan
profil miskonsepsi siswa kelas VIII pada materi 2 Jika siswa menjawab dengan menebak
perbandingan dan proporsi dan alternatif tetapi ada unsur yang dipertimbangkan
penyelesaiannya.
3 Jika siswa merasa ragu-ragu dalam
METODE menjawab

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif 4 Jika siswa merasa yakin dengan
kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan pada semester jawabannya
genap tahun ajaran 2015/2016 di kelas VIII SMP Negeri
29 Surabaya. Subjek dari penelitian ini yaitu tiga siswa 5 Jika siswa merasa sangat yakin dengan
dengan presentase miskonsepsi tertinggi. jawabannya
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
Selanjutnya analisis hubungan jawaban
1. Tes Tertulis
siswa pada setiap butir tes dengan nilai kualitas
Tes tulis bertujuan untuk mendapat suatu data
kepastian jawaban siswa dalam menjawab setiap
tentang pemecahan soal/permasalahan matematika
butir tes dapat dilihat dari Tabel berikut:
tentang perbandingan dan proporsi .Tes kemampuan
Tabel Interpretasi Hasil CRI
ini dilengkapi dengan instrumen CRI (Certainty of
Response Index) yang bertujuan untuk mendapatkan Skala Jawaban pertanyaan konsep
subjek wawancara. kualitas
2. Wawancara respon Jawaban Jawaban
Wawancara dilakukan dengan memberikan (CRI) Salah Benar
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang telah
dipilih, untuk medapatkan suatu informasi/data CRI siswa tidak siswa tidak
tentang penyelesaian soal/permasalahan tentang Rendah paham konsep paham konsep
perbandingan dan proporsi. Wawancara dilakukan (< 2,5)
secara bergantian CRI Tinggi siswa siswa
( 2,5) mengalami memahami
Teknik analisis data yang digunakan dalam miskonsepsi konsep
penelitian ini adalah sebagai berikut. dengan baik
1. Analisis dari Hasil Tes yang dilengkapi dengan
Instrumen CRI (Certainty of Response Index)
Data berupa jawaban siswa dari tes tulis yang 2. Analisis Data Wawancara
telah diberikan, yang dilengkapi dengan instrumen
CRI (Certainty of Response Index), kemudian Analisis data hasil wawancara yang dilakukan yakni
dianalisis secara deskriptif. Kemudian hasil tes sebagai berikut. Setelah melakukan wawancara
masing-masing siswa dianalisis dengan dengan siswa, maka didapatkan suatu hasil
mempertimbangkan strategi penyelesaian yang wawancara yang akan dianalisis. Analisis dilakukan
digunakan dalam menyelesaikan soal/permasalahan dengan tiga tahap, yaitu :
yang diberikan pada tes, dan tingkat kualitas a. Reduksi Data
keyakinan dari masing-masing siswa yang Proses reduksi data merupakan suatu
ditunjukkan dengan instrumen CRI (Certainty of kegiatan untuk menyeleksi, menajamkan,
Response Index). Selanjutnya untuk mengetahui memfokuskan, menyederhanakan,
tingkat keyakinan siswa dalam menjawab konsep mengelompokkan semua data yang telah
yaitu dengan pedoman skala CRI seperti berikut : diperoleh, serta membuang data yang tidak
diperlukan. Hal-hal yang dilakukan dengan
mendengarkan kembali hasil wawancara
sehingga dapat ditentukan profil
miskonsepsi yang dialami oleh siswa.

285
Volume 3 No. 5 Tahun 2016

b. Penyajian Data Berdasarkan data hasil tes tulis 1 dan saran dari
Penyajian data merupakan suatu guru mata pelajaran, akhirnya peneliti menetapkan 3
kumpulan informasi yang tersusun secara siswa sebagai subjek dalam penelitian ini. Ketiga subjek
rapi, dan terorganisir sehingga tersebut sebagai berikut.
dimungkinkan untuk dibuat adanya suatu 1. Subjek pertama (S1) yaitu siswa yang berinisial ABS
kesimpulan. Pada tahap ini, peneliti 2. Subjek kedua (S2) yaitu siswa yang berinisial AYW
menggambarkan suatu deskripsi tentang 3. Subjek ketiga (S3) yaitu siswa yang berinisial CED
hasil wawancara yang telah dioleh dalam
proses reduksi data. Penyajian data Setelah ditentukan ketiga subjek di atas,
meliputi: menentukan miskonsepsi yang kemudian dilakukan tes tulis 2 kepada ketiga subjek yang
terjadi pada siswa, dan mendeskripsikan telah ditentukan di atas dengan tujuan untuk mengetahui
miskonsepsi yang terjadi pada siswa. kevalidan dari hasil jawaban dari masing-masing subjek.
c. Penarikan Kesimpulan Untuk itu dilakukan tes tulis 2 dengan jumlah butir soal
Tahap penarikan kesimpulan sebanyak 3 dan jenis soal tes yang serupa dengan tes tulis
merupakan suatu tahap terakhir dalam 1.
analisis hasil wawancara. Pada tahap ini,
peneliti membuat suatu kesimpulan hasil Analisis Subjek 1 (ABS)
penyelesaian soal/permasalahan siswa yang Miskonsepsi yang terjadi:
berhubungan dengan perbandingan dan
1) Pada soal tes nomor 1, S1 mengalami
poroporsi. Berdasarkan proses analisis data,
peneliti dapat menentukan miskonsepsi miskonsepsi pada strategi yang salah, yang
yang terjadi pada siswa dan diaplikasikan oleh S1 dalam menyelesaikan soal
mendeskripsikan miskonsepsi yang terjadi tes nomor 1 yaitu constant sum.
pada siswa dalam materi perbandingan dan 2) Pada soal tes nomor 2, S1 mengalami miskonsepsi
proporsi. yaitu pada strategi penyelesaian yang diaplikasikan
oleh S1 yaitu constant difference or additive strategy.
3) Pada soal tes nomor 3, S1 mengalami miskonsepsi
pada konsep menyatakan perbandingan dari dua
HASIL DAN PEMBAHASAN besaran, dan mengalami miskonsepsi dalam
memahami konteks permasalahan yang diberikan
Pengambilan data penelitian dilaksanakan di kelas pada soal. Dalam hal ini S1 menggunakan incomplete
VIII SMP Negeri 29 Surabaya. Pada pelaksanaan strategy.
pertama yakni tes tulis yang dilengkapi dengan instrumen
CRI (Certainty of Response Index) untuk menentukan Faktor yang menyebabkan miskonsepsi :
subjek yang akan diwawancarai, dipilih tiga siswa
dengan presentase miskonsepsi tertinggi sebagai subjek Dapat diketahui bahwa penyebab miskonsepsi yang
penelitian. dialami oleh S1 yaitu.
1) Miskonsepsi yang dialami S1 pada soal tes nomor 1,
Hasil Analisis Miskonsepsi Siswa Berdasarkan Tes disebabkan pada pemahaman konsep pada S1 tidak
Tulis I benar, prakonsepsi, kemampuan S1 dalam memahami
konsep pada permasalahan tersebut.
2) Miskonsepsi yang dialami S1 pada soal tes nomor 2,
disebabkan karena prakonsepsi pemahaman pada
konsep sebelumnya, kemampuan siswa, intuisi siswa
yang salah dan juga pemahaman konsep yang belum
benar. Miskonsepsi yang dialami oleh S1 juga bisa
disebabkan karena aspek simplifikasi (Soedjadi,
2000).
3) Miskonsepsi yang dialami S1 pada soal tes nomor 3,
disebabkan karena kemampuan siswa, intuisi atau
kemampuan pendugaan siswa yang salah dalam
menyelesaikan permasalahan tersebut , kemampuan
reasoning siswa dan juga pemahaman konsep yang
belum benar.
Alternatif Penyelesaiannya
1) Alternatif penyelesaian yang dapat digunakan untuk
mengatasi miskonsepsi yang terjadi pada S1, pada
soal tes nomor 1 yaitu dengan cara penjelasan ulang ,
memberikan penjelasan ulang kepada S1 tentang
konsep sebanding. Memberikan contoh atau non

286
Volume 3 No. 5 Tahun 2016

contoh tentang konsep sebanding dalam Alternatif Penyelesaiannya


perbandingan.
2) Alternatif penyelesaian yang dapat digunakan untuk 1) Alternatif penyelesaian yang dapat digunakan untuk
mengatasi miskonsepsi yang terjadi pada S1, soal tes mengatasi miskonsepsi yang terjadi pada S2, pada
nomor 2 yaitu dengan cara penjelasan ulang, dengan soal tes nomor 1 yaitu dengan cara penjelasan ulang,
cara memberikan suatu permasalahan proporsi lagi yaitu dengan menjelaskan ulang konsep-konsep yang
dan memberikan suatu contoh penyelesaian yang telah benar tentang perbandingan senilai, senilai,
benar. Memberikan contoh atau non contoh dalam sebanding. Menjelaskan ulang juga kepada S2.
menyatakan perbandingan dua besaran yang benar. 2) Alternatif penyelesaian yang dapat digunakan untuk
Bisa juga berupa diskusi, diskusi dengan S1 mengatasi miskonsepsi yang terjadi pada S2, soal tes
3) Alternatif penyelesaian yang dapat digunakan untuk nomor 2 yaitu dengan cara penjelasan ulang,
mengatasi miskonsepsi yang terjadi pada S1, soal tes menjelaskan ulang kepada S2 mengenai konsep
nomor 3 yaitu dengan cara diskusi ulang dengan S1, tentang strategi yang benar yang dapat diaplikasikan
memberikan diskusi, perubahan konsep-konsep yang untuk menyelesaikan masalah yang diberikan pada
berhubungan dengan permasalahan tersebut, dan juga soal nomor 2 Memberikan contoh atau non contoh,
dengan cara pemberian contoh non contoh. yaitu dengan memberikan contoh ataupun non contoh
3) Alternatif penyelesaian yang dapat digunakan untuk
Analisis Subjek 2 (AYW) mengatasi miskonsepsi yang terjadi pada S2, soal tes
nomor 3 yaitu dengan cara penjelasan ulang,
Miskonsepsi yang terjadi
dijelaskan ulang kepada S2. Menjelaskan juga kepada
1) Pada soal tes nomor 1, S2 mengalami miskonsepsi S2 agar tidak hanya menuliskan ataupun hanya
pada konsep menyatakan perbandingan dari dua menjawab saja tanpa memperhatikan konteks
besaran. S2 menuliskan jika besaran yang ditanyakan permasalahan yang diberikan pada soal nomor 3.
harus ditulis di atas sebagai pembilang. S2 juga Diskusi dan memberikan contoh atau non contoh,
membandingkan dua besaran tetapi tidak dalam memberikan contoh yang benar
kuantitas yang sama. Dapat dilihat bahwa S2
mengalami miskonsepsi karena strategi yang Analisis Subjek 3 (CED)
digunakan yaitu incomplete strategy.
Miskonsepsi yang terjadi
2) Pada soal tes nomor 2, S2 mengalami miskonsepsi
pada strategi yang salah dalam menyelesaikan 1) Pada soal tes nomor 1, S3 mengalami miskonsepsi
permasalahan pada soal nomor 2. S2 menggunakan pada strategi yang diaplikasikan dalam menyelesaikan
strategi constant difference or additive strategy. permasalahan pada nomor tersebut, karena S3 juga
3) Pada soal tes nomor 3, S2 mengalami miskonsepsi hanya terpaku pada satu warna saja, karena yang
pada konsep menyatakan perbandingan berbalik nilai ditanyakan pada soal adalah satu warna saja. Dapat
dan memahami konteks permasalahan yang diberikan dilihat bahwa S3 mengalami miskonsepsi karena
pada soal nomor 3. Dalam hal ini, dapat dikategorikan strategi penyelesaian yang diaplikasikannya yaitu
S2 mengaplikasikan incomplete strategy. incomplete strategy.
2) Pada soal tes nomor 2, S3 mengalami miskonsepsi
Faktor yang menyebabkan miskonsepsi
dalam memahami permasalahan yang diberikan pada
soal nomor 2 merupakan soal tentang konsep
1) Miskonsepsi yang dialami S2 pada soal tes nomor 1, perbandingan berbalik nilai. S3 tidak paham
disebabkan karena ada kecenderungan disebabkan mengenai konteks permasalahan yang diberikan pada
karena prakonsepsi S2 mengenai konsep sebelumnya, soal nomor 2. S3 juga mengalami miskonsepsi pada
kemampuan S2 dalam memahami konsep mengenai konsep menyatakan perbandingan dari dua besaran.
permasalahan tersebut. Menurut Soedjadi (2000) Dapat disimpulkan jika S3 mengalami miskonsepsi
dapat juga adanya miskonsepsi disebabkan karena pada strategi yang digunakan, yaitu incomplete
aspek praktis. strategy.
2) sMiskonsepsi yang dialami S2 pada soal tes nomor 2, 3) Pada soal tes nomor 3, S3 mengalami miskonsepsi
disebabkan karena kemampuan siswa, intuisi atau dalam menyatakan perbandingan dari dua besaran
kemampuan pendugaan siswa yang salah dalam dengan benar sehingga S3 tidak mampu untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut. merumuskan suatu proporsi dengan benar. S3 juga
3) Miskonsepsi yang dialami S2 pada soal tes nomor 3, tidak mampu untuk memahami konteks permasalahan
disebabkan karena kemampuan siswa, prakonsepsi S2 yang ditanyakan pada soal nomor 3. Dapat
mengenai konsep-konsep yang berhubungan, intuisi dikategorikan S3 mengalami miskonsepsi karena
atau kemampuan pendugaan siswa yang salah dalam strategi yang digunakan S3 termasuk strategi
menyelesaikan permasalahan tersebut serta reasoning penyelesaian yang salah. Dalam hal ini S3
dari S2 yang tidak lengkap. menggunakan incomplete strategy.

287
Volume 3 No. 5 Tahun 2016

Faktor yang menyebabkan miskonsepsi dalam sebuah proses belajar mengajar. Penyebab atau
faktor yang menyebabkan miskonsepsi yang terjadi pada
1) Miskonsepsi yang dialami S3 pada soal tes nomor 1, siswa adalah sebagian besar diakibatkan karena
disebabkan prakonsepsi, pemahaman konsep dari S3, keterbatasan informasi siswa tentang suatu konsep.
dan kemampuan dari S3. Menurut Soedjadi (2000)
miskonsepsi dapat juga disebabkan oleh aspek
praktis. PENUTUP
2) Miskonsepsi yang dialami S3 pada soal tes nomor 2,
Simpulan
ada kecenderungan disebabkan karena prakonsepsi
tentang pemahaman konsep sebelumnya, reasoning Berdasarkan analisis data pada bagian bab IV yang
yang tidak lengkap, instuisi yang salah. telah dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa
3) Miskonsepsi yang dialami S3 pada soal tes nomor 3, miskonsepsi yang dialami oleh siswa kelas VIII SMP
disebabkan reasoning S3 yang tidak lengkap, pada materi perbandingan dan proporsi serta alternatif
kemampuan S3 dalam memahami konsep tersebut penyelesaiannya, yaitu sebagai berikut :
dalam soal yang diberikan pada nomor 3. 1. Miskonsepsi yang dialami oleh S1, faktor yang
menyebabkan, dan alternatif penyelesaiannya
sebagai berikut.
Berdasarkan analisis hasil tes tulis dan wawancara,
Alternatif Penyelesaiannya miskonsepsi yang dialami adalah miskonsepsi pada
strategi yang salah, yaitu constant sum. Miskonsepsi
1) Alternatif penyelesaian yang dapat digunakan untuk pada strategi penyelesaian yang diaplikasikan,
mengatasi miskonsepsi yang terjadi pada S3, pada dalam hal ini adalah constant difference or additive
soal tes nomor 1 yaitu dengan cara perubahan strategy. Mengalami miskonsepsi pada konsep
konsep mengenai konsep yang berhubungan dengan menyatakan perbandingan dari dua besaran, dan
permasalahan yang telah diberikan pada nomor 1 mengalami miskonsepsi dalam memahami konteks
tersebut, karena miskonsepsi S3 juga disebabkan permasalahan yang diberikan. Dalam hal adalah
oleh aspek praktis, Penjelasan ulang dan diskusi menggunakan incomplete strategy. Miskonsepsi
dengan S3. yang terjadi disebabkan pada pemahaman konsep
2) Alternatif penyelesaian yang dapat digunakan untuk yang tidak benar, prakonsepsi, kemampuan dalam
mengatasi miskonsepsi yang terjadi pada S3, soal memahami konsep pada permasalahan tersebut,
tes nomor 2 yaitu dengan cara penjelasan ulang dan aspek simplifikasi (Soedjadi, 2000). Alternatif
diskusi dengan S3 tentang konsep strategi benar penyelesaian yang dapat digunakan untuk mengatasi
yang digunakan untuk menyelesaikan masalah miskonsepsi yang terjadi yaitu dengan cara
tersebut. Memberikan suau contoh aplikasi salah penjelasan ulang , memberikan penjelasan ulang
satu strategi yang benar yang dapat digunakan; unit tentang konsep sebanding. Memberikan contoh atau
value strategy, multiplicative strategy, cross non contoh tentang konsep sebanding dalam
multiple. Memberikan contoh atau non contoh dari perbandingan.
konsep menyatakan perbandingan. 2. Miskonsepsi yang dialami oleh S2, faktor yang
3) Alternatif penyelesaian yang dapat digunakan untuk menyebabkan, dan alternatif penyelesaiannya
mengatasi miskonsepsi yang terjadi pada S3, soal sebagai berikut.
tes nomor 3 yaitu dengan cara penjelasan ulang Berdasarkan analisis hasil tes tulis dan wawancara,
tentang konsep perbandingan berbalik nilai dengan miskonsepsi yang dialami adalah miskonsepsi pada
benar. Memberikan contoh dengan cara strategi yang salah, yaitu incomplete strategy..
memberikan contoh menyatakan perbandingan dari Miskonsepsi pada strategi penyelesaian yang
dua besaran yang benar. Kemudian dapat diaplikasikan, dalam hal ini adalah constant
dilanjutkan dengan proses diskusi dengan S3. difference or additive strategy. Mengalami
miskonsepsi pada konsep menyatakan perbandingan
dari dua besaran, dan mengalami miskonsepsi
dalam memahami konteks permasalahan yang
diberikan pada soal. Dalam hal adalah
DISKUSI menggunakan incomplete strategy. Miskonsepsi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah yang terjadi disebabkan pada pemahaman konsep
diuraikan, terdapat banyak miskonsepsi yang terjadi pada yang tidak benar, prakonsepsi, kemampuan dalam
siswa dalam menyelesaikan masalah matematika pada memahami konsep. Menurut Soedjadi (2000) dapat
materi perbandingan dan proporsi pada SMP kelas VIII. juga adanya miskonsepsi disebabkan karena aspek
Hasil dari penelitian ini berbeda dengan penelitian yang praktis . Alternatif penyelesaian yang dapat
terdahulu. Dalam penelitian miskonsepsi terbanyak yang digunakan untuk mengatasi miskonsepsi yang
dilakukan oleh subjek penelitian yaitu disebabkan karena terjadi yaitu dengan cara dengan cara penjelasan
strategi penyelesaian yang salah, yaitu incomplete ulang, diskusi dan memberikan contoh atau non
strategy. Menurut peneliti, seorang guru berperan penting contoh, memberikan contoh yang benar.

288
Volume 3 No. 5 Tahun 2016

3. Miskonsepsi yang dialami oleh S3, faktor Kemendikbud RI. 2014. Buku Guru Matematika. Jakarta:
yang menyebabkan, dan alternatif Kemendikbud RI.
penyelesaiannya sebagai berikut. Mahlabela, P. T. 2012. Learners Errors and
Berdasarkan analisis hasil tes tulis dan Misconceptions in Ratio and
wawancara, miskonsepsi yang dialami Proportion. South Africa: University of
adalah miskonsepsi pada strategi yang salah Kwazulu-Natal.
yaitu incomplete strategy. Miskonsepsi Megawati, N. 2010. Pengaruh Pembelajaran Matematika
dalam memahami permasalahan yang Menggunakan Media CAI (Computer-
diberikan pada soal, tidak mampu Assisted Instruction) Dengan Tipe
memahami mengenai konteks Simulasi Tehadap Motivasi Belajar
permasalahan, miskonsepsi pada strategi Matematika Siswa. Jakarta: Jurusan
yang digunakan, yaitu incomplete strategy. Pendidikan Matematika FITK UIN
Miskonsepsi dalam menyatakan Syarif Hidayatullah Jakarta.
perbandingan. Miskonsepsi yang dialami Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
disebabkan prakonsepsi, pemahaman 23 Tahun 2006 Standar Kompetensi
konsep, dan kemampuan. Menurut Soedjadi dan Kompetensi Dasar (Lampiran).
(2000) miskonsepsi dapat juga disebabkan Jakarta: Depdiknas.
oleh aspek praktis. Ada kecenderungan Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di
disebabkan karena prakonsepsi tentang Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal
pemahaman konsep sebelumnya, reasoning Pendidikan Tinggi Departemen
yang tidak lengkap, instuisi yang salah, Pendidikan Nasional.
reasoning yang tidak lengkap, Alternatif Sugiarto, A. 2014. Pengaruh Kompetensi Pedagogik,
penyelesaian yang dapat digunakan untuk Supervisi Kelas dan Kompensasi
mengatasi miskonsepsi dengan cara terhadap Kinerja Guru di SMP Ciputra
memberikan contoh menyatakan Surabaya. Surabaya: Program Studi
perbandingan dari dua besaran, kemudian Magister Manajemen Fakultas
proses diskusi, perubahan konsep mengenai Ekonomi UPH.
konsep yang berhubungan dengan Suparno, Paul. 2013. Miskonsepsi & Perubahan Konsep
permasalahan, penjelasan ulang. dalam Pendidikan Fisika. Jakarta:
Grasindo.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan
beberapa hal sebagai berikut.
1. Diharapkan guru untuk dapat melakukan upaya
remediasi untuk mengatasi miskonsepsi yang terjadi
pada siswa dalam menyelesaikan masalah pada materi
perbandingan dan proporsi melalui diskusi, penjelasan
ulang, konflik kognitif, atau yang lainnya.
2. Guru perlu mencari tahu kesulitan-kesulitan yang
dialami oleh siswa selama belajar konsep tertentu
untuk menghindari siswa mengalami miskonsepsi.
3. Bagi peneliti selanjutnya yang akan menggunakan
hasil analisis perlu untuk dilakukan pembahasan yang
lebih mendalam lagi mengenai penyebab siswa yang
tidak paham, kurang paham, dan paham pada suatu
konsep tertentu karena pada penelitian ini hanya
terbatas pada siswa yang mengalami miskonsepsi.

DAFTAR PUSTAKA
.
Hasan Saleem, et.al. 1999. "Misconceptions and the
Certainty of Response Index (CRI)".
Journal of Phys. Educ. Vol V, pp. 294-
-299.
Ibrahim, M. 2012. Konsep, Miskonsepsi dan Cara
Pembelajarannya. Surabaya: Unesa
University Press.

289

Anda mungkin juga menyukai