Masalah siswa di miskonsepsi lainnya adalah ketika siswa memiliki pemahaman yang salah
atau tidak akurat tentang suatu konsep atau materi pelajaran. Hal ini dapat menghambat
kemampuan siswa dalam memahami dan menguasai materi pelajaran yang diajarkan.
Beberapa contoh miskonsepsi yang sering terjadi pada siswa adalah:
1. Miskonsepsi tentang konsep matematika, seperti pemahaman yang salah tentang operasi
hitung, bilangan pecahan, dan geometri.
2. Miskonsepsi tentang konsep sains, seperti pemahaman yang salah tentang hukum gerak,
sifat-sifat benda, dan teori evolusi.
3. Miskonsepsi tentang konsep sosial, seperti pemahaman yang salah tentang sejarah, politik,
dan budaya.
Untuk mengatasi masalah miskonsepsi siswa, beberapa solusi yang dapat dilakukan adalah:
1. Memberikan penjelasan yang jelas dan terstruktur tentang konsep atau materi pelajaran
yang diajarkan.
2. Menggunakan metode pembelajaran yang interaktif dan partisipatif, seperti diskusi
kelompok, simulasi, dan eksperimen.
3. Memberikan umpan balik yang konstruktif dan terarah pada siswa, sehingga mereka dapat
memperbaiki pemahaman mereka yang salah.
4. Mendorong siswa untuk aktif bertanya dan berdiskusi dengan guru dan teman sekelas,
sehingga mereka dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang konsep atau materi
pelajaran yang diajarkan.
5. Menggunakan teknologi dan media pembelajaran yang inovatif, seperti video
pembelajaran, game edukasi, dan aplikasi pembelajaran online.
Referensi jurnal:
Hake, R. R. (1998). Interactive-engagement versus traditional methods: A six-thousand-
student survey of mechanics test data for introductory physics courses. American Journal of
Physics, 66(1), 64-74.
Novak, J. D., & Gowin, D. B. (1984). Learning how to learn. Cambridge University Press.
Sutopo, S. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Sistem
Pernapasan Manusia. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, 3(1), 1-8.