Anda di halaman 1dari 5

SISTEMATIKA JURNAL BELAJAR

I. IDENTITAS DIRI
Nama : Ummu Ashyfah
NIM : E1A018105
Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran Biologi
Dosen : Dr. Baiq Sri Handayani, M.Pd.
Kelas : D / IV
Pertemuan ke 2 (Hari Rabu, 29 April 2000)
Topik: Meyesuaikan Model Peraihan Konsep Di Dalam Ligkungan Belajar

II. KONSEP YANG TELAH DIPELAJARI ATAU PAHAMI


1. Pemahaman terkait pelajaran pencapaian konsep untuk anak-anak.
2. Cara mempraktikan pelajaran pencapaian konsep bagi anak-anak kecil melalui
pembelajaran online.
III. KONSEP YANG BELUM DIPAHAMI
Bagaimana cara menghubungkan satu konsep dengan konsep lainnya dalam
mengukur tingkat pemahaman dan pengetahuan siswa.
IV. PERMASALAHAN YANG MUNCUL DALAM DISKUSI (Tulis nama
penanya/yang jawab, isi pertanyaan dan jawaban)
 Pertanyaan-pertanyaan beserta jawaban:
1. Bagaimana cara mengukur pengetahuan dan pemahaman siswa dengan
cara menghubungkan konsep dengan konsep-konsep lain? (oleh Ummu
Ashyfah dari Kelompok 1)
 Jawaban (oleh Siti Barrotul Sakinah dari Kelompok 1): sebagai seorang
pendidik, kita harus terlebih dahulu memastikan siswa mengerti
konsep-konsep yang diberikan oleh guru. Kemudian guru meminta
contoh-contoh kepada siswa sesuai bahan ajar. Setelah itu, meminta
siswa mengklasifikasikan contoh-contoh yang sudah diberikan karena
sebelumnya siswa sudah mengetahui persamaan dan perbedaan dari
contoh-contoh yang sudah diberikan sehingga siswa dapat
mengklasifikasikannya. Selanjutnya kita dapat mengukur pemahaman
siswa melalui meminta siswa untuk meringkas materi yang sudah guru
berikan, ketika siswa meringkas mereka menulis dan otomatis mereka
membaca materi pelajaran tersebut. Hal ini akan membuat siswa tidak
cepat melupakan materi yang sudah diajarkan. Setelah siswa meringkas,
siswa dapa mempresentasikan di depan siswa lainnya, sehingga dari sini
guru dapat mengukur seberapa jauh tingkat pemahaman dan
pengetahuan siswa.
2. Bagaimanakah langkah yang paling efisien untuk mempraktikkan
pelajaran pencapaian konsep kepada anak-anak kecil melalui pembelajaran
online mengingat kondisi yang sedang terkena wabah pandemi Covid-19?
(oleh Widya Nartika Sari dari Kelompok 3)
 Jawaban (oleh Sulistia Ningrum dari Kelompok 2): pada masa seperti ini,
anak-anak kecil belum bisa mengikuti pelajaran secara online seutuhnya,
sehingga langkah yang bisa kita ambil yaitu dengan memberikan tugas
rumah kepada mereka dengan memberiakan soal-soal. Dari soal tersebut
setidaknya mereka harus dapat memahami konsep-konsep yang diminta
dari soal tersebut terlebih dahulu untuk menjawab soal-soal. Apabila
mereka masih belum memahami pertanyaan tersebut, mereka bisa
bertanya kepada orang tua mereka.
 Pertanyaan tambahan (oleh Sirni Hadriwani dari Kelompok 3):
Bagaimana dengan anak yang memiliki orang tua yang tidak pernah
sekolah bahkan tidak bisa membaca?
Jawaban (oleh Sulistia Ningrum dari Kelompok 2): selain orang tua,
anak-anak kecil tersebut dapat bertanya kepada saudara-saudaranya, juga
bisa dibantu oleh kakak-kakak mahasiswa.
3. Bagaimana dengan jenjang yang lebih tinggi seperti SMA misalnya dalam
menentukan contoh-contoh konkret dalam konteks mengukur tingkat
berpikir kritis peserta didik? (oleh Elmiatun dari Kelompok 3)
 Jawaban (oleh Yuliatin dari Kelompok 2): sebelumnya kita harus
mengetahui pengertian dari berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan
sebuah proses terarah dan jelas diguanakan dalam kegiatan mental
seperti pemecahan masalah, mengambil keputusan, menganalisis
pendapat atau asumsi ilmiah. Kemudian disini akan disajikan sebuah
masalah atau problema atau eksperimen dan hasilnya, peserta didik
dapat menentukan masalah utama kriteria yang digunakan untuk
mengevaluasi kulitas, kebenaran argumen atau kesimpulan. Jadi siswa
akan terlebih dahulu menentukan masalah atau problema kemudian
meentukan kriteria yang digunakan untuk mngevaluasi, kebenaran
argumen.
 Jawaban tambahan (oleh Septiani Purnama Sari dari Kelompok 6):
Dalam jenjang tingkat SMA, contoh kongkrit yang dapat dilakukan
untuk mengukur tingkat berpikir kritis siswa sangatlah banyak. Salah
satu contohnya adalah misalnya seperti siswa jurusan IPA yang memiliki
beberapa mata pelajaran yang memiliki praktikum. Sebelum memulai
praktikum, atau bahkan seminggu sebelumnya, guru pasti sudah
memberikan teori2 yang menunjang kegiatan praktikum yang akan
dilakulan, dan dari hal tersebut, siswa sudah mulai melaksanakan LOTS
dengan membaca atau mengidentifikasi teori2nya. Lalu ketika praktikum
dilakukan, siswa akan diberikan arahan untuk melaksanakan praktikum,
ketika melakukan praktikum, siswa sudah mulai menerapkan MOTS.
Dan tahap yang terakhir, setelah siswa melakukan praktikumnya, siswa
akan diminta untuk melakukan evaluasi mengenai praktikum yang telah
dilakukan untuk membuat sebuah laporan, dengan menemukan
permasalahan yang ada, dan memecahkan permasalahan tersebut. Dan
hal tersebut membuat siswa akan berpikir HOTS. Dan setiap tahapan
dari LOTS menuju HOST tersebut, siswa sudah terlatih untuk berpikir
kritis.
V. PENGUATAN DARI DOSEN PEMBINA
1. Dalam pembelajaran, menghubungkan konsep lama dengan konsep baru
disebut dengan istilah aprasepsi. Konsep ini biasanya dilakukan pada saat awal
pembelajaran, misalnya guru saat mengajarkan sistem pencernaan kepada
siswa, maka yang dilakukan oleh guru yaitu pertama menanyakan pertanyaan
dasar, seperti kalian sudah makan atau belum. Dari pertanyaan ini akan
berlanjut dengan pertanyaan, makanan yang kalian makan akan melalui jalan
dari mana ke mana: dari mulut-kerongkongan-dst, dari sini siswa akan
menjawab. Hal- hal seperti ini sudah menjadi pengetahuan umun yang harus
dikuasai siswa, tetapi perlu bagi guru perlu menginggatkan kembali
pengetahuan siswa, ibaratnya model pembelajaran aprasepsi ini pada saat kita
memanaskan motor. Jadi sangatalah penting mengajarakan aprasepsi kepada
siswa.
2. Melakukan kegiatan pembelajaran disaat kondisi sekarang, bisa melalui media
whatsapp. Terkait dengan model peraihan konsep, kita harus memperhatikan
langkah-langkah dalam pelajaran peraihan konsep diawali dengan memberikan
contoh dan non conoh kepada siswa, meminta siswa untuk mengidentifikasi
yang mana contoh dan non contoh kemudian membuat hipotesis, menguji
hipotesis dengan mengunggkap fakta-fakta. Ketika kita sudah melakukan
hal-hal tersebut kita bisa menggunakan media seperti whatsapp untuk
pembelajaran onlinenya. Akan tetapi tidak semuanya bisa menggunakan media
teknologi tersebut, seperti siswa-siswa yang berada di pelosok. Sehinnga kita
bisa memberkan tugas rumah kepada siswa, yang terpenting siswa harus
erlebih dahulu memahami langkah-langkah pelajaran peraihan konsep itu
seperti apa.
3. Berpikir kritis adalah aktivitas mental yang menilai kebenaran suatu kenyataan.
Ada 12 keterampilan esensial dalam berpikr kritis dan dikelompokkan menjadi
3 besar, yaitu mengenali masalah, menngenali informasi yang relevan, dan
memecahkan masalah. Instrumen penilaian berpikir kritis siswa, kita dapat
menyusunnya dengan membuat pertanyaan HOTS (Higher Order Thinking
Skills) jadi menilai kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, selain itu LOTS
(Lower Order Thinking Skills) jadi menilai berpikir tingkat rendah siswa.
HOTS dan LOTS mengacu kepada taksonomi bloom yang terdiri dari
kemampuan kognitif dimana terbagi menjadi C1: menginggat, C2: memahami,
C3: menerapkan, C4: menganalisis, C5: mengevaluasi, C6: mencitakan. C1-C3
termasuk kepada LOTS dan C4-C6 termasuk HOTS. Ketika kita menyusun
soal LOTS dan HOTS maka kita akan menggunakan kata-kata kerja
operasional yang ada pada setiap tingkatan kognitif ini. Setiap tingkatan C1-C6
mempunyai kata kerja operasional.
4. Pada taksonomi bloom, misalnya menginggat proses kognitif yang diberikan
itu misalnya mengenali, menginggat kembali. Tahapan menginggat dalam
kognitif, bisa dengan mengenali, kemudian memahami proses kognitifnya
menafsirkan, mncontohkan, dst.
VI. REFLESKI DIRI (Berisi tanggapan diri terhadap proses perkuliahan)
Menurut saya, metode perkuliah online ini cukup bagus, dengan metode diskusi
saling tanya jawab antar mahasiswa akan memberikan peluang bagi setiap
mahasiswa dalam menyampaikan pertanyaannya dan memberikan jawaban.
Disinilah mahasiswa dituntut dalam berpikir kritis juga melatih mental
mahasiswa dalam bertanya dan menjawab. Selain itu yang paling penting adalah
adanya sesi penguatan dari Dosen pembina di akhir diskusi akan membantu
peningkatan pemahaman materi bagi mahasiswa itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai