Anda di halaman 1dari 8

SINTAK MODEL PEMBELAJARAN

1. Inquiry Learning
a. Tahap orientasi
Tahap ini merupakan tahap dimana siswa pertama kali untuk diperkenalkan
terhadap masyarakat
b. Merumuskan Masalah
Perumusan permasalahan ini melingkupi tantangan apa yang harus dicari
jawabannya terkait permasalahan yang diangkat
c. Merumuskan Hipotesis
Guru meminta jawaban sementara atau dugaan sementara (hipotesis) dari
siswa terkait permasalahan yang dibahas bersama
d. Tahap pengumpulan Data
Setelah Siswa memiliki dugaan sementara terhadap penyebab permasalahan
maka langkah selanjutnya siswa diminta untuk mencari data pendukung
sebagai proses pembuktian hipotesis tersebut
e. Menguji Hipotesis
Dari data yang terkumpul, selanjutnya digunakan untuk melakukan pengujian
terhadap hipotesis tadi sehingga akan dapat dibuktikan apakah hipotesis
tersebut benar atau salah.
f. Menarik Kesimpulan
Kesimpulan diperoleh setelah seluruh langkah pembuktian telah
dilaksanakan. Kesimpulan yang telah didapat bisa selanjutnya
dikomunikasikan kepada siswa yang lainnya melalui presentasi

Langkah – langkah Model Pembelajaran Inquiry Learning

1. Orientasi
Pada tahap ini adalah tahapan yang sangat penting dimana pada tahap ini guru
dituntut untuk menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan untuk belajar.
Pada tahap ini guru dapat memberitahukan siswa mengenai:
a. Materi apa yang akan dipelajari;
b. Apa tujuan yang akan dicapai; serta
c. Mempersiapkan siswa untuk mulai menggunakan model pembelajaran
inkuiri.

2. Merumuskan masalah.

Pada tahap ini siswa diarahkan pada suatu masalah yang memerlukan
pemecahan. Masalah dapat disajikan dengan cara yang menarik seperti
demonstrasi unik ataupun dalam bentuk teka-teki sehingga siswa tertantang
untuk mencari tahu apa yang terjadi dan merumuskannya dalam suatu
pertanyaan ataupun pernyataan yang kelak harus dijawab nya sendiri.

3. Merumuskan hipotesis
Pada tahapan ini siswa dilatih untuk membuat suatu hipotesis atau jawaban
sementara dari masalah yang telah disaksikannya. Hipotesis belum tentu benar
sehingga doronglah anak-anak untuk tidak takut dalam mengemukakan
hipotesisnya. Guru juga dapat membantu siswa membuat hipotesis dengan
memberikan beberapa pertanyaan yang jawabannya mengarah pada hipotesis
siswa.
4. Mengumpulkan data

Pada tahap ini siswa melakukan aktivitas mengumpulkan informasi yang


dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang telah dibuatnya. Dalam pembelajaran
inquiry tahapan ini merupakan suatu proses yang sangat penting untuk
mengembangkan kemampuan intelektual siswa karena pada tahap ini siswa
dilatih untuk menggunakan seluruh potensi berfikir yang dimilikinya.

5. Menguji hipotesis

Langkah ini merupakan langkah yang latih kemampuan rasional siswa, dimana
hipotesis yang telah dibuat kemudian diuji dengan cara dibandingkan dengan
data yang ada lalu kemudian ditunjukkan. Pada tahap ini juga dilatih sikap jujur
dan percaya diri pada siswa sehingga siswa dapat menguji hipotesis nya
berdasarkan data dan fakta

6. Merumuskan kesimpulan

Pada langkah ini siswa dituntut untuk mendeskripsikan temuan yang telah
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis, sehingga dapat mencapai
kesimpulan yang akurat.
2. Disccovery Learning

Menurut Syah (2004) dalam mengaplikasikan metode discovery learning di


kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar
mengajar secara umum sebagai berikut:

a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)

Pertama pelajar dihadapkan pada fenomena yang mengandung permasalahan,


sesuatu yang menimbulkan kebingungannya dan timbul keinginan untuk
menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan
mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya
yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini
berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat
mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.

b. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)

Setelah dilakukan stimulation guru memberi kesempatan kepada siswa untuk 


mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan
pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk
hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah).

c. Data collection (pengumpulan data)

Pada saat peserta didik melakukan eksperimen atau eksplorasi, guru memberi
kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak
banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis.
Data dapat diperoleh melalui membaca literatur, mengamati objek, wawancara
dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.

d. Data processing (pengolahan data)


Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah
diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu
ditafsirkan.

e. Verification (pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk


membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah ditetapkan, dihubungkan
dengan hasil data processing. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau
informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu
itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)

Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah


kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk
semuakejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil
verifikasi.Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang
mendasari generalisasi.
3. Problem Based Learning (PBL)
a. Mengorientasikan Siswa pada Masalah

Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan


aktivitas aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini
sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus
dilakukan oleh siswa. serta dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi
proses pembelajaran. Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam proses ini,
yaitu sebagai berikut.

1) Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar


informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki
masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi siswa yang mandiri.
2) Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban
mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai
banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan.
3) Selama tahap penyelidikan, siswa didorong untuk mengajukan
pertanyaan dan mencari informasi.
4) Selama tahap analisis dan penjelasan, siswa akan didorong untuk
menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan.

b. Mengorganisasikan Siswa untuk Belajar

Disamping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah,


pembelajaran PBL juga mendorong siswa belajar berkolaborasi. Pemecahan
suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota.
Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan
membentuk kelompok-kelompok siswa dimana masing-masing kelompok
akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda.

c. Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok

Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan


memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya tentu
melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen,
berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan
data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada
tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan
melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-
betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar
peserta didikmengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan
membangun ide mereka sendiri.

d. Mengembangkan dan Menyajikan Artefak (Hasil Karya) dan


Mempamerkannya

Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artefak (hasil karya) dan


pameran. Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video
tape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model
(perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program
komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artefak sangat
dipengaruhi tingkat berpikir siswa. Langkah selanjutnya adalah
mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator
pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan siswa lainnya,
guru-guru, orang tua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau
memberikan umpan balik.

e. Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah

Fase ini dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisis dan


mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan
intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta siswa untuk
merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses
kegiatan belajarnya.
4. Pembelajaran berbasis Proyek (PjBL)

Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai berikut.

a. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question)

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang


dapatmemberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas.
Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai
dengan sebuah investigas mendalamdan topik yang diangkat relevan untuk
para peserta didik.

b. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta


didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki”
atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan
aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial,
dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta
mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu
penyelesaian proyek.

c. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)

Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas


dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1)
membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline
penyelesaian proyek, (3)membawa peserta didik agar merencanakan cara
yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang
tidak berhubungan dengan proyek,dan (5) meminta peserta didik untuk
membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.

d. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students


and the Progress of the Project)

Pengajar bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas


peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan
cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain
pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar
mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat
merekam keseluruhan aktivitas yang penting.

e. Menguji Hasil (Assess the Outcome)

Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur


ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-
masing peserta didik,memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman
yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun
strategi pembelajaran berikutnya.

f. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)

Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan


refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses
refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini
peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya
selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan
diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran,
sehingga pada akhirnyy ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk
menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai