BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Inkuiri
Istilah inkuiri berasal dari kata inquiry dalam bahasa inggris yang diartikan
sebagai suatu penyelidikan, atau proses bertanya dan mencari tahu jawaban
jawaban dari pertanyaan itu. Berikut merupakan beberapa definisi inkuiri yang
(Ibrahim, 2007).
penemuan yang satu dengan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan
kemampuan berpikir kritis dan logis dengan pendekatan dan jiwa ilmuwan yang
Meador, 2010; Rezba dan Rhea dalam Bell, 2005) yaitu inkuiri konfirmasi
(guded inquiry) dan inkuiri terbuka (open inquiry). Keempat level pembelajaran
inkuiri tersebut.
Level inkuiri ini biasanya diimplementasikan pada anak sekolah dasar yang baru
mereka peroleh.
kemampuan penalaran dan tidak hanya sekedar membuktikan sebuah ide. Level
inkuiri ini juga biasa ditetapkan pada kurikulum sekolah dasar. Inkuiri level
konfirmasi dan terstruktur sangat penting karena kedua level ini mampu
langkah yang mereka buat. Karena inkuiri level ini lebih komplek daripada inkuiri
terstruktur maka akan sukses jika siswa diberi kesempatan untuk belajar dan
Inkuiri terbuka adalah level inkuri yang paling tinggi. Pada inkuiri terbuka
level ini guru hanya menyediakan topik yang harus dipelajari dan diinvestigasi
paling tinggi dari siswa. Inkuri jenis ini hanya cocok pada siswa yang telah
Perbedaan antara keempat level inkuiri tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1
berikut.
Tabel 2.1. Empat Level Inkuiri dan Informasi yang Diberikan pada Siswa
1. Inkuri konfirmasi
Siswa mengkorfirmasi sebuah prinsip
melalui kegaiatan percobaan yang
telah diketahui hasilnya
2. Inkuiri terstruktur
Siswa menginvestigasi permasalahan
yang diajukan guru melalui prosedur
yang ditetapkan
3. Inkuiri terbimbing
Siswa menginvestigasi permasalahan
yang diajukan guru menggunakan
metode yang dirancang oleh siswa
4. Inkuiri terbuka
Siswa menginvestigasi permasalahan
yang ditetapkan oleh siswa melalui
prosedur yang mereka rancang
sendiri
(Meador,2010)
penelitian yang akan dilakukan terhadap siswa kelas VIII Sekolah Menengah
Pertama (SMP), dimana tingkat perkembangan kognitif siswa masih pada tahap
peralihan dari operasi konkrit ke operasi formal, dan siswa masih belum
berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri serta karena siswa masih dalam
20
Sains kompetensi yang diajarkan sudah ditetapkan dalam silabus kurikulum Sains.
Siswa tidak perlu mencari atau menetapkan sendiri permasalahan yang akan
mereka pelajarai, siswa menyelidiki sebuah gejala atau fenomena yang mereka
saintifik, selain itu siswa menanyakan mengenai sebuah situasi yang mendukung
bukan sesuatu dilakukan untuk seseorang tetapi lebih kepada sesuatu itu dilakukan
penentang metode otoriter dan menganggap bahwa pengalaman dan inkuiri sangat
bimbingan
yang otentik mengenai objek yang telah digambarkan dari pengalaman dan
keingintahuan siswa.
melalui interaksi dengan orang lain di sekitar mereka. Orang tua, teman, saudara,
guru, kenalan, dan orang asing merupakan bagian dari lingkungan sosial yang
metode yang berfokus pada proses berpikir yang membangun pengalaman oleh
a. Fase 1: Orientasi
Pada tahap ini guru mengarahkan siswa agar siap untuk belajar. Guru
Pada tahap ini siswa diberikan masalah untuk diselidiki atau dipecahkan
melalui eksperimen. Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa pada tahapan ini
adalah siswa dapat menangkap fenomena yang terjadi, sehingga siswa dapat
Pada tahap ini, guru mendorong agar siswa dapat merumuskan hipotesis
siswa dalam tahap ini adalah siswa dapat menentukan sebab akibat dari masalah
yang ingin diselesaikan. Melalui analisis sebab akibat inilah pada akhirnya siswa
d. Fase 4: Eksperimen
Untuk menguji kebenaran hipotesis yang dibuat oleh beberapa siswa, guru
siswa mendapatkan data empiris yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis
yang mereka buat. Pada tahapan ini siswa diberi kesempatan untuk merancang
sendiri percobaan yang akan mereka lakukan. Pada fase ini guru berperan sebagai
mereka benar. Setelah dinyatakan benar oleh guru, siswa didorong untuk
sebuah simpulan.
ajukan diterima atau ditolak. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam
25
tahapan ini adalah kecakapan menelaaah data dan sekaligus membahasnya untuk
konsep/teori.
dalam proses penemuan konsep. Ada beberapa perbedaan peran guru yang
mendasar dalam metode inkuiri terbuka dan metode inkuiri terbimbing. Perbedaan
tersebut dapat dilihat dari fase-fase pembelajaran yang disajikan pada Tabel 2.2
Tabel 2.2. Perbedaan Peran Guru dalam Pembelajaran Inkuri Terbimbing dan
Aktivitas lab mini yang dirancang dapat mencakup fase perumusan masalah,
permasalahan telah diberikan oleh guru sehingga siswa hanya bertanggung jawab
yang berkembang atas dasar psikologi perkembangan kognitif dari Jean Piaget
masalah) dari Lev Vygotsky (Slavin, 1994). Berdasarkan hal ini, maka teori
belajar kognitif yang memberikan penjelasan yang berpusat pada proses mental
mengolah informasi.
a. Teori Piaget
(Slavin, 1994).
memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar
kepada hasilnya. Selain kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses
siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam dalam kegiatan
dengan teman sebaya dan bimbingan guru. 3) memaklumi akan adanya perbedaan
pelajari.
28
Pada anak SMP kelas 8 yang rata-rata berusia 12 tahun, mereka masih
berada tahap awal operasi formal. Pada usia ini siswa masih membutuhkan
bantuan guru dalam proses belajar mereka oleh karena itu maka dipilih model
memungkinkan fungsi kognitif lebih tinggi (Nur, 2008). Menurut Vigotsky, siswa
29
aktual (tingkat perkembangan intektual individu atas upaya sendiri) dan tingkat
mental yang lebih tinggi, seperti pengembangan konsep, penalaran logis, dan
pengambilan keputusan. Apa yang dapat dilakukan siswa saat belajar di sekolah
berbagai faktor biologis lainnya. Tetapi, apa yang dapat dilakukan saat belajar
juga tergantung pada interaksi di antara siswa, antara siswa dengan orang
dewasa (terutama orang tua dan guru). Melalui interaksi sosial, siswa menjadi
bertindak otonomi.
dapat dicapai dengan bantuan guru. Pada awalnya, apa yang dilakukan siswa
tergantung pada guru, tetapi semakin mandiri setelah menguasai tugas belajar
dan mendapatkan kontrol atas fungsi baru. Tugas guru adalah menyediakan
sehingga siswa menemukan ide-ide mereka sendiri dan memperoleh makna oleh
siswa yang dibantu untuk mengatasi masalah tertentu yang berada diluar kapasitas
perkembangannya dengan bantuan (scaffolding) guru atau orang lain yang lebih
“bagaimana siswa belajar,” tetapi juga “bagaimana cara membantu siswa untuk
belajar yang terbaik.” Penemuan (discovery) merupakan salah satu cara untuk
Berdasarkan urain dari teori Piaget, Lev Vigotsky dan Bruner, maka
ketrampilan melalui interaksi dengan teman sejawat, guru dan sumber belajar
lain melalui kegiatan tanya jawab atau diskusi. Seorang guru dalam proses
C. Miskonsepsi
1. Pengertian Miskonsepsi
Istilah miskonsepsi berasal dari kata misconception atau konsepsi yang salah.
Tafsiran konsep seseorang atau konsepsi tersebut kadang sesuai dengan tafsiran
yang dimaksud oleh para ilmuwan atau pakar dalam bidang itu kadang pula tidak
sesuai. Konsepsi yang tidak sesuai dengan yang diterima para pakar dalam bidang
itu disebut salah konsep atau miskonsepsi (Berg, 1991). Suparno (1997: 95)
benar. Jadi bentuk miskonsepsi fisika yang dialami siswa berupa kesalahan
konsep awal, hubungan yang tidak benar antara konsep satu dengan lainnya, atau
gagasan intuitif atau pandangan yang naif. Untuk pembelajar pemula, miskonsepsi
Materi pelajaran dalam ilmu sains tersusun secara hirarkhi mulai dari
tingkatannya. Apabila siswa dapat mengaitkan antara konsep satu dengan konsep
lainnya, maka siswa telah memiliki pemahaman yang utuh akan konsep tersebut.
32
Sebaliknya, apabila siswa tidak dapat mengaitkan antara konsep satu dengan
a. Kesalahan yang terjadi secara acak tanpa sumber tertentu (misalnya salah
Kesalahan jenis ketiga inilah yang biasa disebut miskonsepsi dan sangat
menarik perhatian para ahli bidang pendidikan. Siswa yang mengalami jenis
kesalahan ketiga ini cenderung salah dalam banyak soal yang berbeda konteksnya,
miskonsepsi yang terjadi secara luas atau banyak dialami siswa pada berbagai
jenjang pendidikan.
yang muncul dari pikiran siswa yang bersifat pribadi dan umumnya gagasan
konsep dalam suatu pernyataan yang tidak dapat diterima karena tidak sesuai
dengan konsep ilmuan. Definisi lain dari miskonsepsi adalah pengertian yang
tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-
33
contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda dan hubungan hirarkis
sebagai konsepsi yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang
2. Penyebab Miskonsepsi
materi tidak sesuai dengan konsepsi yang diterima oleh ilmuwan atau pakar
Miskonsepsi siswa bisa berasal dari siswa sendiri, yaitu siswa salah
menginterpretasi gejala atau peristiwa yang dihadapi dalam hidupnya. Selain itu,
miskonsepsi yang dialami siswa bisa juga diperoleh dari pembelajaran dari
siswa melakukan interpretasi yang salah terhadap suatu konsep, atau mungkin
juga gurunya mengalami miskonsepsi terhadap suatu konsep sehingga apa yang
Miskonsepsi yang bersumber dari guru ini ditekankan pula oleh Sadia
menjadi lima sebab utama, yaitu berasal dari siswa, pengajar, buku teks, konteks,
dan cara mengajar. Adapun penjelasan rincinya seperti yang disajikan pada tabel
2.4.
34
3. Identifikasi Miskonsepsi
akan mempengaruhi pola pikir siswa pada jenjang selanjutnya bahkan kadang
terbawa selamanya. Oleh karena itu maka perlu upaya untuk membenarkan
kesallahan konsep yang dialami siswa. Langkah awal yang untuk memperbaiki
diantaranya yaitu tes pilihan ganda dengan alasan terbuka dan Certainty Of
Soal pilihan ganda dengan alas an terbuka mengacu pada penelitian yang
telah dilakukan oleh Amin dan Treagust (dalam Suparno, 2005: 123). Soal pilihan
ganda dengan alasan terbuka merupakan tes dimana siswa harus menjawab dan
menulis alasan mengapa ia mempunyai jawaban seperti itu. Jawaban siswa pada
pilihan ganda kemudian dicocokkan dengan alasan mereka, apakah ada hubungan
antara jawaban dengan alasan. Dalam menjawab pertanyaan tersebut, siswa akan
a maka anak dikatakan paham konsep sedangkan jawaban e dikatakan anak tidak
mana yang miskonsepsi atau tidak tahu konsep maka soal dilengkapi dengan CRI.
terutama yang meminta rensponden untuk memberikan derajat kepastian yang dia
konsep, atau hukum-hukum yang terbentuk dengan baik dalam dirinya untuk
CRI biasanya berdasarkan pada suatu skala yang tetap, misalnya skala sebelas
ataupun skala enam. Dalam penelitian skala yang digunakan adalah skala enam (0-5)
Skala Keterangan
0 Jika menjawab soal 100% ditebak
1 Jika dalam menjawab soal presentase unsur tebakan antara 75% - 99%
2 Jika dalam menjawab soal presentase unsur tebakan antara 50% - 74%
3 Jika dalam menjawab soal presentase unsur tebakan antara 25% - 49%
4 Jika dalam menjawab soal presentase unsur tebakan antara 1% - 24%
5 Jika dalam menjawab soal tidak ada unsur tebakan sama sekali (0%)
Skala CRI (0-2) menandakan derajat kepastian rendah. Hal ini menggambarkan
faktor penebakan dalam menjawab sangat tinggi tanpa memandang jawaban tersebut
benar atau salah. Nilai CRI yang rendah (0-2) menunjukan bahwa siswa tidak tahu
akan kosep yang mendasari jawaban. Nilai CRI yang tinggi yaitu memiliki skala (3-
5). Siswa memiliki kepercayaan yang tinggi dalam memilih aturan-aturan atau
konsep-konsep yang digunakan untuk sampai pada jawaban. Pada tingkat skala CRI
yang tinggi jawaban benar ataupun salah sangat berpengaruh, apabila jawaban benar
maka siswa tersebut memiliki kepercayaan yang tinggi dan kebenaran konsep yang
dimilikinya dapat teruji dengan baik. Apabila jawabannya salah maka siswa tersebut
Kejadian ini dapat kita gunakan sebagai indikator terjadinya miskonsepsi pada diri
siswa.
37
diperolehnya. Oleh karena itu, banyak cara yang direkomendasikan oleh para ahli
berfikir siswa. Hal tersebut mengenai konsep mana yang sulit, mana yang
2. Konflik kognitif
yang baru dan membentuk gambaran ide yang baru. Strategi ini adalah sebuah
komponen dari struktur kognitif mereka (Lee et al, 2003). Melalui konflik
kognitif guru lebih mudah untuk mengarahkan siswa pada konsep yang benar
tetapi beberapa konsep resistan tidak cukup melalui strategi konflik kognitif.
3. Analogi
konsep atau keadaan yang sulit dimengerti dan bersifat abstrak. Konsep atau
keadaan yang abstrak dianalogikan dengan keadaan lain yang lebih nyata yang
siswa diarahkan untuk memahami suatu konsep baru yang sulit dimengerti
dengan suatu konsep yang telah dimengerti oleh siswa. Misalkan untuk
dengan aliran air. Di sisi lain, penggunaan analogi dalam mengajarkan konsep
miskonsepsi baru.
4. Interaksi pasangan
interaksi pasangan adalah dengan menjodohkan siswa yang punya “teori” atau
masalah/soal yang perlu diselesaikan maka akan terjadi interaksi antar siswa
tersebut.
5. Metalearning, metakognitif
mengenai bagaimana cara belajar yang tepat maka mereka tidak sadar akan
6. Demontrasi
Salah satu cara mengajar yang sangat berguna untuk mengatasi miskonsepsi
dilakukan oleh guru atau dibantu oleh siswa di depan kelas. Demonstrasi dapat
dapat menarik perhatian siswa dan memberikan bukti outentik dan dapat
tidak membutuhkan tempat khusus dan satu set peralatan cukup. Di sisi lain,
demonstrasi membuat siswa tidak mandiri dan tidak dapat terlibat secara
langsung.
7. Praktikum
Praktikum adalah bagian dari pengajaran yang bertujuan agar siswa mendapat
kesempatan untuk menguji dan melaksanakan dalam keadaan nyata apa yang
hampir sama dengan demonstrasi namun pada praktikum lebih berpusat pada
secara langsung apa yang mereka pelajari sehingga mereka belajar lebih
D. Laboratorium Mini
mini merupakan kegiatan siswa untuk mengobservasi fenomena kimia dan fisika
sederhana, mencatat pengamatan yang mereka anggap penting. Kegiatan lab mini
Menurut Saragih (2000) dan Hendrikus (2008), laboratorium mini adalah kegiatan
dan dengan peralatan khusus dan modern sedangkan kegiatan laboratorium mini
mudah ditemukan. Oleh sebab itu, aktivitas siswa dalam kegiatan laboratorium
dengan menguasai konsep, prinsip dan hukum Fisika, menerapkan metode ilmiah
konsep Fisika.
42
arti penting bagi siswa karena dapat melibatkan siswa secara optimal di dalamnya.
siswa melalui aktivitas fisik yang konkrit. Siswa dapat menemukan dan
Menurut Daniel Lucy dkk (dalam Saragih, 2000: 16), kegiatan laboratorium
mini melibatkan para siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan metode ilmiah
dan bersikap ilmiah. Laboratorium mini didesain dengan peralatan yang minimum
membantu siswa mendapatkan sebuah konsep sains yang harus siswa pelajari
(Branan dan Morgan, 2010). Melalui kegiatan lab mini siswa dapat membuktikan
secara langsung teori, hukum atau konsep tertentu sehingga mereka memahami
dengan benar apa yang mereka pelajari. Siswa tidak hanya membayangkan
merasakan apa yang terjadi secara nyata. Selain itu siswa akan lebih mudah
yang muncul dari penggunaan intuisi atau insting siswa ketika berhadapan dengan
sebuah kejadian. Intuisi muncul karena siswa telah memiliki pra-konsepsi atau
pengetahuan awal yang didapat dari pengalaman sehar-hari atau pada jenjang
sebelumnya.
E. Pengajaran Remidial
perbaikan (Ecols dan Hasan Shadily, 1996). Arti kata remidial menurut kamus
1986).
individu atau kelompok siswa yang bersangkutan serta daya dukung sarana dan
dikembangkan para ahli, dapat dikatakan bahwa pengajaran remedial adalah suatu
belajar mengajar.
guru, cara belajar siswa, materi pelajaran, sumber belajar, media belajar maupun
Terkadang ada siswa yang mengalami kesulitan pada sebagian besar mata
pelajaran namun ada juga siswa yang hanya kesulitan pada mata pelajaran atau
pokok bahasan tertentu saja. Proses pemberian pengajaran remidial terhadap siswa
2009).
berikut:
maupun lingkungannya.
Keragaman kondisi objektif yang dimaksud dalam hal ini, seperti kapasitas
1. Massa Jenis
persatuan volume yang disimbolkan dengan ( sebuah huruf kecil dari abjad
= (2.1)
merupakan sifat khas dari suatu zat murni. Benda-benda yang terbuat dari unsur
murni, seperti tembaga, bisa memiliki berbagai ukuran atau massa tetapi memiliki
massa jenis yang sama untuk seluruhnya. Unsur yang berbeda akan mempunyai
massa jenis yang berbeda pula, misalkan massa jenis tembaga 8.920 kg/m 3
sedangkan massa jenis emas 19.300 kg/m3 (Tipler, 2005). Satuan SI dari massa
A
(2.2)
arah. Salah satu faktanya adalah orang yang menyelam mengalami tekanan dari
air diseluruh bagian tubuhnya, tidak hanya dari atas atau dari bawah saja. Pada
sebuah titik dalam fluida, mendapatkan tekanan dari segala arah dengan sama
Anggaplah sebuah
lainnya dari fluida diam adalah bahwa gaya yang disebabkan oleh tekanan fluida
Untuk menghitung secara kuantitatif tekanan hidrostatis pada zat cair dengan
48
massa jenis serba sama berubah terhadap tekanan yaitu dengan ilustrasi Gambar
2.3 berikut.
dz
dx
dy
Gaya ke atas pada dasar kubus harus lebih besar daripada gaya ke bawah pada sisi
atas kubus untuk mengimbangi berat fluida dalam kubus. Jika tekanan pada sisi
(P + dP) dx dz = P dx dz +gV
(P + dP) dx dz = P dx dz +g dx dy dz
dP dx dz = g dx dy dz
dP = g dy (2.3)
maka,
49
P = P0 + g y (2.4)
P0 merupakan tekanan pada permukaan zat cair atau tekanan atmosfir sedangkan
yang dimaksud tekanan hidrostatis adalah suku kedua dari persamaan. Persamaan
(2.4) menunjukkan bahwa tekanan hidrostatis (Ph) dalam zat cair yang
Ph = g h (2.5)
h h h
A B C
pada massa jenis zat cair, percepatan gravitasi dan kedalaman. Ada beberapa
faktor yang sering terjadi miskonsepsi pada siswa yaitu menentukan kedalaman
karena salah menentukan titik acuan. Pada Gambar 2.4, titik A, B dan C
bentuk zat cair dan luas permukaan zat cair, siswa menganggap wadah yang lebih
3. Hukum Pascal
dengannya. Tekanan luar yang bekerja pada fluida disalurkan keseluruh bagian
fluida. Hukum Pascal menyatakan bahwa tekanan yang bekerja pada fluida di
dalam ruang tertutup akan diteruskan oleh fluida tersebut ke segala arah dengan
sama besar.
yang diilustrasikan pada Gambar 2.5. Pada kasus rem hidrolik tersebut, gaya
dorong kecil dapat menghasilkan gaya besar dengan membuat luas piston
Sumber: www.otomotif.web.id
kita ilustrasikan terdapat dua buah piston yang saling berhubungan dan
diberikan pada piston pertama akan diteruskan oleh zat cair sampai pada
(2.6)
F1 F2
A1 A2
4. Hukum Archimedes
Sebuah benda yang dimasukkan ke dalam zat cair akan terasa lebih ringan
karena benda tersebut mengalami gaya angkat ke atas. Besarnya gaya angkat ke
atas sesuai dengan Hukum Archimedes yang berbunyi “Bila sebuah benda
diletakkan di dalam fluida, maka fluida tersebut akan memberikan gaya ke atas
(FA) pada benda tersebut sebesar berat zat cair yang dipindahkan (W c)”.
Besarnya berat zat cair yang dipindahkan sebanding dengan volume benda yang
FA = Wc
FA = mc. g
52
FA = c . Vc . g
Karena volume zat cair yang dipindahkan sama dengan volume benda yang
tercelup (Vbc), maka besar gaya angkat ke atas sebesar (Giancoli, 2001):
FA = c . Vbc . g (2.7)
Dimaaman c adalah massa jenis zat cair dan g adalah percepatan gravitasi.
Sebuah benda yang dimasukkan ke dalam zat cair ada tiga kemungkinan
1. Tenggelam
bejana yang berisi zat cair. Benda tenggelam karena besarnya gaya angkat ke atas
lebih kecil dari pada berat benda sehingga ketika benda dimasukkan ke zat cair
Wc = c . Vb . g
W
Gaya ke atas yang dialami benda tersebut besarnya :
Sumber: Sutrisno (1997)
F A = c . V b . g Gambar 2.7 Gaya-gaya pada
benda tenggelam
FA < W
c . V b . g < b . V b . g
53
c < b (2.8)
Ws = W - FA (2.9)
2. Melayang
Sebuah benda dikatakan melayang apabila benda masuk ke dalam zat cair
seluruhnya dan tidak menyentuh dasar bejana. Benda dapat melayang di dalam zat
cair apabila ketika seluruh benda masuk dalam zat cair besarnya gaya ke atas
FA = W
c . Vb . g = b . Vb . g FA
c = b (2.10) W
Sumber: Sutrisno (1997)
Gambar 2.8 Gaya-gaya pada
benda melayang
3. Terapung
Sebuah benda dikatakan terapung apabila ada sebagian dari benda yang
muncul dipermukaan. Sebuah benda dapat terapung karena jika seluruh benda
masuk dalam zat cair maka gaya angkat ke atas lebih besar daripada berat benda
namun ketika benda sudah terapung resultan gayanya sama dengan nol.
FA > W
W
c . V b . g > b . V b . g
c > b (2.11)
Sumber: Sutrisno (1997)
berikut:
laboratorium mini lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa yang diajar
dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa atau dapat
H. Kerangka Konseptual
Kenyataan: Ada sejumlah siswa kelas VIII Harapan: Siswa diharapkan memahami
SMPN 33 Surabaya yang mengalami konsep Sains (Fisika) secara mendalam dan
miskonsepsi pada bab tekanan pembelajaran diarahkan secara inkuiri
Solusi
Mengembangkan perangkat pembelajaran berorientasi laboratorium mini dengan
model inkuiri terbimbing untuk meremidiasi miskonsepsi siswa pada materi tekanan