KAJIAN PUSTAKA
8
proses penyelidikan oleh guru pada setiap kelas. Guru memandu
penyelidikan dalam dua cara, pertama dengan menerapkan kerangka
pembelajaran guided inquiry untuk merancang pembelajaran dengan
menggabungkan konten kurikulum dengan tujuan keaksaraan dan
informasi literasi konsep. Kedua, dengan membimbing peserta didik
melalui tahapan proses penyelidikan dengan intervensi, ketetapan,
dan strategi dalam setiap tahapan pembelajaran (Khulthau, 2015: 4).
Motivasi dan minat merupakan kunci dari pembelajaran ini.
Peserta didik dibimbing dalam penggunaan berbagai sumber daya
untuk mengeksplorasi ide-ide dan menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang tidak hanya terbatas pada satu buku saja. Dengan bimbingan
dari guru, peserta didik dapat berkonsentrasi membangun
pengetahuan baru sehingga mendapatkan pemahaman dan
keterampilan yang dibutuhkan pada proses inkuiri (Puspitasari dkk,
2015). Peserta didik membentuk pertanyaan mereka sendiri melalui
pengalaman, pemikiran, konservasi, dan menulis dalam fase awal
proses penyelidikan. Peserta didik diberi kesempatan untuk bekerja
dengan peserta didik lain untuk merumuskan ide-ide mereka dan
juga didorong untuk menciptakan pemahaman untuk diri mereka
sendiri. Dari hal tersebut peserta didik memperoleh prestasi dalam
pekerjaan mereka yang mengarah ke kompetensi, independensi, dan
keahlian (Khulthau, 2015: 4).
Ciri utama inkuiri yaitu peserta didik sebagai subjek belajar,
secara maksimal mencari dan menemukan, guru sebagai fasilitator
dan motivator yang mengarahkan peserta didik menemukan jawaban
sendiri secara aktif sehingga meiliki kepercayaan diri mereka sendiri.
Peserta didik berusaha sendiri membandingkan antara model yang
dimiliki dengan realita diluar dirinya dengan cara melakukan analisa
untuk mendapatkan informasi baru (Ngertini, dkk. 2013). Inkuiri
bertujuan mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik secara
logis, sistematis, dan kritis, serta dapat mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental (Sanjaya, 2011: 196).
Guided inquiry memiliki landasan teoritis yang didasarkan pada
pendekatan konstruktivis. Asumsi yang mendasari guided inquiry
bahwa belajar adalah suatu proses konstruksi berdasarkan teori
pendidikan John Dewey. Dewey adalah seorang konstruktivis awal,
yang merupakan seorang filsafat pendidikan yang akan
mempersiapkan peserta didik untuk bekerja dan memiliki kehidupan
dalam masyarakat yang bebas. Pembelajaran dapat dilakukan dengan
cara menggabungkan pengalaman, tindakan, dan pemikiran peserta
9
didik. Dewey menjelaskan bahwa pendidikan bukan hanya
menjelaskan dan memberitahu tetapi merupakan proses aktif dan
konstruktif. Pengetahuan merupakan sumber daya yang sangat
diperlukan dalam penyelidikan lebih lanjut untuk mencari tahu
ataupun dapat belajar lebih banyak hal. Guided inquiry didasarkan
untuk membangun pemahaman dan pengetahuan untuk setiap
peserta didik (Khulthau, 2015: 16).
Adapun kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran
guided inquiry ini. Kelebihan pembelajaran guided inquiry menurut
Suryosubroto (2009: 185) yaitu:
1. Membantu peserta didik mengembangkan atau memperbanyak
persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif
peserta didik.
2. Membangkitkan gairah pada peserta didik, misalkan peserta didik
merasakan jerih payah penyelidikannya, mendapatkan
keberhasilan ataupun kegagalan.
3. Memberi kesempatan peserta didik untuk bergerak maju sesuai
dengan kemampuannya.
4. Membantu memperkuat pribadi peserta didik dengan
bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses
penemuan.
5. Peserta didik terlibat langsung dalam belajar.
Kekurangan pembelajaran guided inquiry menurut Suryosubroto
(2009: 186) yaitu:
1. Harus ada persiapan mental dalam model pembelajaran ini.
2. Model pembelajaran ini kurang cocok dan berhasil jika diterapkan
dalam kelas besar.
3. Guru dan peserta didik terbiasa dengan model pembelajaran lama
dimana yang lebih aktif guru, bukan peserta didiknya sehingga
model pembelajaran ini akan mengecewakan.
4. Model pembelajaran ini banyak menyita waktu, sehingga tidak
menjamin peserta didik untuk tetap semangat mencari penemuan-
penemuan.
Tahapan model pembelajaran guided inquiry menurut Trianto
(2007, 141-142) adalah sebagai berikut:
10
Fase Kegiatan Guru Kegiatan Peserta Didik
Menyajikan peserta didik mengidentifikasi
pertanyaan atau mengidentifikasi masalah permasalah yang ada dan
masalah dan menuliskan masalah menuliskan masalah di
di papan tulis, serta papan tulis.
membagi peserta didik
dalam kelompok.
Fase-II Guru memberikan Peserta didik membuat
Membuat kesempatan kepada hipotesis yang relevan
hipotesis peserta didik untuk dengan permasalahan.
membentuk hipotesis,
serta membimbing
peserta didik dalam
menentukan hipotesis
yang relevan dengan
permasalahan dan
memprioritaskan
hipotesis mana yang
menjadi prioritas
penyelidikan.
Fase-III Guru memberikan Peserta didik merancang
Merancang kesempatan kepada percobaan yang akan
percobaan peserta didik untuk digunakan sesuai dengan
menentukan langkah- hipotesis yang dibuat.
langkah yang sesuai
dengan hipotesis yang
dilakukan, serta
membimbing peserta
didik mengurutkan
langkah percobaan.
Fase-IV Guru membimbing Peserta didik melakukan
Melakukan peserta didik percobaan sesuai dengan
percobaan mendapatkan informasi rancangan percobaan
untuk melalui percobaan. yang telah dibuat untuk
memperoleh memperoleh informasi
informasi yang dicari.
Fase-V Guru memberi Peserta didik
Mengumpulkan kesempatan kepada mengumpulkan dan
dan setiap kelompok untuk mencatat data yang
menganalisis mengumpulkan data diperoleh dari hasil
11
Fase Kegiatan Guru Kegiatan Peserta Didik
data yang diperoleh, serta percobaan, kemudian
menganalisisnya. dilanjutkan dengan
menganalisis data
tersebut.
Fase-VI Guru membimbing Peserta didik membuat
Membuat peserta didik membuat kesimpulan berdasarkan
kesimpulan kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dan
data yang diperoleh dan hipotesis yang telah
hipotesis yang telah dirumuskan.
dirumuskan.
(Trianto, 2007: 141-142)
B. Literasi Sains
Literasi sains (science literacy) berasal dari dua kata Latin, yaitu
literatus yang berarti melek huruf dan scientia, yang berarti
pengetahuan. Science literacy menurut Hurt, berarti tindakan
memahami sains dan mengaplikasikannya bagi kebutuhan
masyarakat (Toharudin dkk, 2011: 1). Tidak hanya memahami sains
dan alam semesta saja, tetapi juga ikut berpartisipasi dalam
mengambil keputusan terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. PISA
mendefinisikan literasi sains sebagai kapasitas untuk menggunakan
pengetahuan dan kemampuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan-
pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dan
data yang ada agar dapat memahami dan membantu peneliti untuk
membuat keputusan tentang dunia alami dan interaksi manusia
dengan alamnya.
National Science Teacher Assosiation dalam Toharudin dkk. (2011)
mengemukakan bahwa seseorang yang memiliki literasi sains adalah
orang yang menggunakan konsep sains, mempunyai keterampilan
proses sains untuk dapat menilai dan membuat keputusan saat
berhubungan dengan orang lain ataupun lingkungannya, serta
memahami interaksi antara sains, teknologi dan masyarakat, dan juga
perkembangan sosial dan ekonomi (Toharudin dkk, 2011: 1). Konsep
sains diperoleh dengan dua cara, yaitu berpikir dan berkomunikasi
tentang sains. Sedangkan keterampilan proses sains merupakan
tindakan yang dilakukan pada pembelajaran sains untuk mencapai
tujuan tertentu. Nbina (2013) berpendapat bahwa literasi sains dapat
diperoleh tidak hanya melalui pembelajaran sekolah saja tetapi juga
melalui interaksi dengan benda-benda serta orang-orang di
12
lingkungan sekitarnya, yang terlibat dalam interaksi dan kegiatan
ilmiah.
Menurut OECD (2013: 100) PISA 2012 menjelaskan tujuan dari
seseorang memiliki literasi sains, yaitu:
1. Penggunaan pengetahuan sains untuk mengidentifikasi
pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan
fenomena alam dan menarik kesimpulan dari pengetahuan yang
berhubungan dengan permasalahan.
2. Pemahaman tentang ciri-ciri ilmu pengetahuan sebagai bentuk
pengetahuan manusia dan penyelidikan.
3. Kesadaran tentang bagaimana ilmu pengetahuan dan teknologi
memperbaiki material, intelektual, dan lingkungan budaya.
4. Turut ikut serta dalam persoalan yang berhubungan dengan ilmu
pengetahuan, dan dengan ide pengetahuan yang dimiliki, sebagai
pencerminan warga negara.
PISA 2015 membangun kategori literasi sains kedalam
kerangka rancangan literasi sains. Kategori tersebut meliputi empat
aspek yaitu kompetensi ilmiah, pengetahuan ilmiah, konteks ilmiah,
dan sikap ilmiah.
Konteks Pengetahuan
Personal Konten
Kompetensi
Lokal/ Prosedural
Menjelaskan
nasional Epistemik
fenomena ilmiah
Global Mengevaluasi dan
merancang
penyelidikan ilmiah 13
Menafsirkan data
dan bukti ilmiah
Bagaimana
Membutuhkan seseorang dapat
seseorang untuk dipengaruhi oleh
Sikap
Minat terhadap ilmu pengetahuan
Penilaian terhadap pertanyaan
pendekatan ilmiah
Kesadaran lingkungan
14
mengusulkan cara untuk menangani pertanyaan-pertanyaan
ilmiah yang menunjukkan kemampuan untuk:
1) Mengidentifikasi pertanyaan dengan mencari dalam
pembelajaran ilmiah
2) Membedakan pertanyaan-pertanyaan dengan tepat untuk
penyelidikan ilmiah
3) Mengusulkan cara menyelidiki pertanyaan ilmiah
4) Mengevaluasi cara menyelidiki pertanyaan ilmiah
5) Menjelaskan dan mengevaluasi berbagai cara layaknya
ilmuwan untuk menjamin data dan objektivitasnya yang
dapat dipercaya serta penjelasan yang luas
c. Menafsirkan data dan bukti ilmiah
Menafsirkan data dan bukti ilmiah berarti menganalisis
dan mengevaluasi informasi ilmiah, menuntut dan memberi
alasan dalam berbagai pendapat serta menarik kesimpulan
yang menunjukkan kemampuan untuk:
1) Mengubah data dari suatu pendapat ke pendapat yang
lain
2) Menganalisis dan menafsirkan data serta menarik
kesimpulan yang tepat
3) Mengidentifikasi anggapan, bukti, dan alasan dari bacaan
ilmiah yang berhubungan
4) Membedakan antara pendapat ilmiah yang didasarkan
pada bukti ilmiah dan teori serta didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan lain
5) Mengevaluasi pendapat ilmiah dan bukti ilmiah dari
sumber yang berbeda (misalnya koran, majalah, ataupun
jurnal)
(OECD, 2016: 24-25)
2. Aspek Pengetahuan Ilmiah
Pemahaman pengetahuan yang mengutamakan fakta-fakta,
konsep, dan teori yang jelas yang dapat membentuk
pengetahuan ilmiah. Pengetahuan tersebut meliputi
pengetahuan tentang alam dan teknologi ciptaan manusia
(pengetahuan konten), bagaimana pengetahuan tersebut
dihasilkan (pengetahuan prosedural), dan mengetahui alasan
yang digunakan masuk akal (pengetahuan epistemik).
a. Pengetahuan Konten
Pengetahuan konten diperlukan untuk memahami
alam semesta dan memiliki rasa pengalaman pribadi, lokal,
15
nasional, maupun global. Tujuan dari pengetahuan ini yaitu
untuk menyampaikan gagasan bahwa masyarakat harus
memahami konsep-konsep dari ilmu pengetahuan yang ada
serta dapat menerapkannya, dimana dalam ilmu-ilmu
tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain. Bidang ilmu
yang diukur dalam ilmu pengetahuan konten seperti fisika,
biologi, dan ilmu kebumian. Adapun hal-hal yang harus
diperhatikan dalam pemilihan konten sains yang tepat,
yaitu:
1) Relevan dengan kehidupan nyata
2) Merupakan konsep ilmiah yang penting yang memiliki
kegunaan untuk jangka panjang
3) Sesuai dengan perkembangan anak sesuai usianya
b. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan prosedural digunakan untuk melakukan
penyelidikan ilmiah berdasarkan bukti-bukti yang kuat.
Seseorang menggunakan pengetahuan prosedural sebagai
prosedur standar ilmuwan yang digunakan untuk
mendapatkan data yang valid dan dapat dipercaya. Yang
mendukung konsep-konsep dan prosedur penyelidikan
ilmiah untuk pengumpulan data, analisis data, dan
interpretasi data ilmiah yaitu adanya variabel manipulasi,
variabel kontrol, variabel respon, jenis pengukuran, bentuk
kesalahan, metode untuk meminimalkan kesalahan, dan
metode penyajian data.
c. Pengetahuan Epistemik
Pengetahuan epistemik digunakan oleh seseorang
untuk membangun pengetahuannya sendiri. Seseorang yang
memiliki pengetahuan epistemik dapat menjelaskan contoh-
contoh seperti perbedaan teori ilmiah dan hipotesis, fakta
ilmiah dan observasi. Pengetahuan epistemik juga
menyediakan prosedur yang masuk akal, menstrukturkan
pengetahuan, menemukan ciri-ciri yang menjadi petunjuk
penyelidikan ilmiah, serta mempercayai ide dasar untuk
membuat ilmu pengetahuan tentang alam.
(OECD, 2016: 26-28)
3. Aspek Konteks Ilmiah
Konteks ilmiah ini berisikan konteks pribadi, isu-isu lokal,
nasional dan global, baik yang terjadi pada saat ini ataupun
masa lampau, yang menuntut beberapa pemahaman mengenai
16
ilmu pengetahuan dan teknologi. Berikut merupakan penilaian
literasi sains dalam aspek konteks pada PISA 2015:
Tabel 2.2 Konteks Penilaian Literasi Sains
Lokal/
Keterangan Pribadi Global
National
Kesehatan Pemeliharaan Pencegahan Wabah penyakit
dan Penyakit kesehatan, penyakit, dan penyebaran
kecelakaan, transmisi penyakit
dan nutrisi. sosial, menular.
pemilihan
makanan,
dan
komunitas
kesehatan.
Sumber Bahan Pemeliharaan Sistem alam
Daya Alam makanan dan populasi yang dapat
energi. manusia, diperbaharui
kualitas dan tidak,
hidup, pertumbuhan
keamanan, populasi, dan
produks dan penggunaan
distribusi spesies yang
makanan, berkelanjutan.
dan
persediaan
energi.
Kualitas Tindakan Distribusi Keanekaragama
Lingkungan ramah populasi, n hayati,
lingkungan, dampak ekologi yang
penggunan lingkungan berkelanjutan,
dan akibat pengontrolan
pembuangan pembuangan polusi, produksi
bahan dan kotoran. dan hilangnya
alat. tanah/
biomassa.
Bahaya/ Penilaian Perubahan Perubahan
Resiko resiko pada yang cepat iklim, dan
pilihan gaya (misal: dampak dari
hidup. gempa bumi, komunikasi era
17
Lokal/
Keterangan Pribadi Global
National
cuaca buruk), modern.
perubahan
yang lamban
dan terus
menerus
terjadi (misal:
erosi pantai,
sedimentasi),
dan resiko
penilaian.
Perbatasan Aspek ilmu Bahan-bahan Punahnya
Ilmu tentang hobi, baru, alat-alat spesies,
Pengetahuan teknologi dan penyelidikan
dan pribadi, prosesnya, tempat, asal,
Teknologi musik, dan modifikasi dan struktur
aktivitas genetik, alam semesta.
keolahragaan. teknologi
kesehatan,
dan
transportasi.
(OECD, 2016: 24)
4. Sikap Ilmiah
Sikap masyarakat terhadap ilmu pengetahuan memiliki
peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Salah
satu tujuan pendidikan sains adalah untuk mengembangkan
sikap yang mengarahkan seseorang untuk terlibat dalam isu-isu
ilmiah. Sikap tersebut juga mendukung untuk menguasai
pengetahuan ilmiah dan teknologi untuk kebutuhan pribadi,
lokal, nasional, dan global yang menguntungkan dan mengarah
pada pengembangan efikasi diri. Literasi sains seseorang
mencakup keyakinan, motivasi, efikasi diri, dan nilai-nilai diri
sendiri. Penilaian literasi sains seseorang diukur berdasarkan:
a. Minat terhadap ilmu pengetahuan
Berikut ini merupakan sikap yang ditunjukkan, yaitu:
1) Sebuah rasa ingin tahu dalam ilmu pengetahuan serta
isu-isu yang terkait didalamnya
18
2) Kesediaan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah
tambahan dan keterampilannya, serta menggunakan
berbagai sumber dan metode yang sesuai
3) Adanya minat dan perhatian terhadap ilmu
pengetahuan
b. Penilaian terhadap pertanyaan pendekatan ilmiah
Berikut ini merupakan sikap yang ditunjukkan, yaitu:
1) Komitmen yang meyakini adanya bukti dari penjelasan
informasi tentang dunia
2) Komitmen pada pendekatan ilmiah tentang pertanyaan
yang sesuai
3) Penilaian berupa kritikan sebagai sarana untuk
membangun ide yang tepat
c. Kesadaran lingkungan
Berikut ini merupakan sikap yang ditunjukkan, yaitu:
1) Kepedulian terhadap lingkungan dan bagaimana untuk
bertahan hidup
2) Kecenderungan untuk membawa dan mempromosikan
perilaku lingkungan yang benar
(OECD, 2016: 36-37)
Selain itu penilaian diukur dari item soal. Setiap item dapat
dipetakan menggunakan dimensi ketiga berdasarkan kedalaman
pengetahuan taksonomi. Berikut merupakan permintaan kognitif
setiap item yang dapat dikategorikan:
Rendah (Low)
Yaitu melaksanakan prosedur satu langkah, misalnya
mengingat fakta, istilah, prinsip atau konsep, maupun
menemukan suatu titik informasi dari grafik atau tabel.
Sedang (Medium)
Yaitu menggunakan dan menerapkan pengetahuan
konseptual untuk menggambarkan atau menjelaskan fenomena,
memilih prosedur yang tepat yang melibatkan dua atau lebih
langkah-langkahnya, mengatur data, menafsirkan atau
menggunakan set data sederhana atau grafik.
Tinggi (High)
Yaitu menganalisis informasi atau data yang kompleks,
mensintesis atau mengevaluasi bukti, alasan yang digunakan
dari berbagai sumber, mengembangkan rencana atau langkah-
langkah untuk mendekati masalah.
(OECD, 2016: 39)
19
C. Hubungan Model Pembelajaran Guided Inquiry dan Literasi Sains
Penggunaan model pembelajaran berpengaruh terhadap proses
pembelajaran. Model muncul sebagai alat pedagogis yang membantu
peserta didik untuk mengembangkan literasi sainsnya (Halloun,
2007). Beberapa kemasan pembelajaran berbasis konstruktivis yang
memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri dan menumbuh kembangkan literasi sains
dalam prosedur keilmuan salah satunya adalah model pembelajaran
guided inquiry. Pendekatan inquiry merupakan strategi yang berguna
untuk belajar bagaimana ilmu pengetahuan dikembangkan,
khususnya mengembangkan literasi sains (Okada, 2013).
Pembelajaran berbasis guided inquiry lebih efektif dalam meningkatkan
literasi sains peserta didik dibandingkan dengan pembelajaran
tradisional atau ceramah (Puspitasari dkk, 2015).
20
Tabel 2.3 Sintaks Model Pembelajaran Guided Inquiry dengan Literasi Sains
Kompetensi Indikator Literasi Fase Guided
Kegiatan Guru Kegiatan Peserta Didik
Literasi Sains Sains Inquiry
Mengevaluasi Mengidentifikasi Fase-I Guru memberikan motivasi Peserta didik mengidentifikasi
dan pertanyaan dengan Menyajikan mengenai fenomena alam atau pertanyaan yang ilmiah dan yang
merancang mencari dalam pertanyaan keadaan lingkungan sekitar. Dari tidak ilmiah dari fenomena yang
pembelajaran
penyelidikan atau masalah motivasi tersebut, peserta didik diberikan guru. Kemudian
ilmiah
ilmiah diminta mengidentifikasi masalah memilih pertanyaan ilmiah yang
yang ilmiah dan yang tidak ilmiah. dianggap sesuai.
Menjelaskan Mengusulkan Fase-II Guru memberikan kesempatan Peserta didik membuat hipotesis
fenomena hipotesis dengan Membuat kepada peserta didik untuk yang relevan dengan pertanyaan
ilmiah jelas hipotesis membuat hipotesis yang sesuai ilmiah yang sudah didapatkan.
dengan pertanyaan ilmiah yang
sudah didapatkan.
Mengevaluasi Mengusulkan cara Fase-III Guru memberi kesempatan peserta Peserta didik merancang
dan menyelidiki Merancang didik untuk menyelidiki percobaan yang sesuai ddengan
merancang pertanyaan ilmiah percobaan pertanyaan ilmiah dengan pertanyaan ilmiah dan hipotesis
penyelidikan merancang langkah-langkah yang dibuat.
ilmiah percobaan yang sesuai.
Menjelaskan dan Fase-IV Guru membimbing peserta didik Peserta didik melakukan
mengevaluasi Melakukan mendapatkan informasi dan percobaan yang sesuai dengan
berbagai cara percobaan kebenaran ilmiah dari percobaan rancangan yang dibuat unttuk
layaknya ilmuwan untuk yang dilakukan. mendapatkan informasi dan
21
Kompetensi Indikator Literasi Fase Guided
Kegiatan Guru Kegiatan Peserta Didik
Literasi Sains Sains Inquiry
untuk menjamin memperoleh kebenaran ilmiah yang dicari.
data dan informasi
objektivitasnya
yang dapat
dipercaya
Menafsirkan Menganalisis dan Fase-V Guru memberi kesempatan peserta Peserta didik mengumpulkan dan
data dan bukti menafsirkan data Mengumpulkan didik untuk mengumpulkan data mencatat data ilmiah yang
ilmiah serta menarik dan ilmiah dari hasil percobaan yang diperoleh dari hasil percobaan,
kesimpulan yang menganalisis dilakukan, serta menganalisis data kemudian menganalisis data
tepat data tersebut. tersebut.
Fase-VI Guru membimbing peserta didik Peserta didik membuat
Membuat membuat kesimpulan berdasarkan kesimpulan berdasarkan data
kesimpulan data yang diperoleh dari yang diperoleh dari percobaan
percobaan dan hipotesis yang telah dan hipotesis yang telah
dirumuskan. Kemudian meminta dirumuskan. Kemudian
peserta didik mengaitkan dan mengaitkan menyebutkan
menyebutkan fenomena ilmiah fenomena ilmiah yang lain yang
yang lain yang berhubungan berhubungan dengan materi
dengan materi tersebut. tersebut.
(Dokumen pribadi)
22
D. Fluida Dinamik
Zat yang memiliki kemampuan untuk mengalir disebut zat cair
atau fluida. Fluida dinamik adalah fluida yang bergerak atau fluida
yang mengalami perpindahan bagian-bagiannya. Aliran fluida secara
umum dibedakan menjadi dua macam, yaitu aliran lurus atau laminar
dan aliran turbulen. Aliran lurus atau biasa disebut aliran mulus
disebabkan karena setiap partikel fluida yang mengalir tidak saling
berpotongan. Contoh aliran lurus atau aliran laminar ini pada naiknya
asap ujung rokok yang terbakar. Sedangkan aliran turbulen ditandai
dengan adanya lingkaran-lingkaran kecil yang menyerupai pusaran
dan kerap disebut dengan arus eddy. Contoh aliran turbulen ini
seperti pada pusaran air.
Ciri-ciri umum fluida ideal yaitu:
1. Aliran fluida merupakan aliran tunak (steady), dikatakan aliran
tunak jika kecepatan fluida di setiap titik yang diberikan
konstan terhadap waktu.
2. Aliran fluida merupakan aliran aliran tak berolak (irrotational),
dikatakan aliran tak berolak jika elemen fluida di setiap titiknya
tidak memiliki kecepatan sudut netto terhadap titik tersebut.
3. Aliran fluida merupakan aliran tak termampatkan
(incompressible), dikatakan aliran tak termampatkan jika fluida
yang mengalir tidak mengalami perubahan volume ataupun
massa jenis ketika ditekan.
4. Aliran fluida merupakan aliran tak kental (nonviscous).
Kekentalan dalam fluida mirip dengan gesekan pada benda
padat. Semakin kental fluida tersebut, maka gesekan antar
partikel dalam fluida semakin besar.
(Halliday, Resnick & Walker, 2011: 370)
23
Gambar 2.2 Elemen fluida bergerak keluar garis arus. Vektor
kecepatan elemen bersinggungan dengan garis arus di setiap titik.
(Sumber: Halliday, Resnick & Walker, 2011)
c) Debit
Debit merupakan volume suatu fluida yang mengalir melalui
penampang tertentu dan waktu tertentu.
24
Gambar 2.4 Elemen fluida berupa silinder dengan ketebalan ∆ x
berpindah sejauh ∆ x selama selang waktu ∆ t .
(Sumber: Abdullah, 2016)
d) Persamaan Kontinuitas
Massa fluida yang bergerak tidak akan berubah saat mengalir.
Fakta ini menuju pada hubungan kuantitatif penting yang disebut
dengan persamaan kuantitas (continuty equation).
25
Gambar 2.5 Tabung alir dengan perubahan luas penampang.
(Sumber: Young & Freedman, 2015)
26
penampang tabung aliran mengecil, maka laju bertambah dan
∆V
begitu pula sebaliknya. Dari Q= berlaku umum untuk kasus
∆t
dimana fluida tidak inkompresibel. Jika ρ1 dan ρ2 adalah densitas
pada penampang 1 dan 2, maka fluida tersebut bersifat
kompresibel, maka didapatkan persamaan
ρ1 A 1 v 1=ρ2 A 2 v 2 (2.5)
Jika fluida menjadi inkompresibel maka persamaan 2.5 akan
menyusut menjadi persamaan 2.3 sebelumnya.
e) Persamaan Bernoulli
Berdasarkan persamaan kontinuitas, laju aliran fluida dapat
berubah-ubah sepanjang jalur fluida. Begitu pula pada tekanan juga
dapat berubah-ubah, tergantung pada ketinggian ataupun laju
alirannya. Persamaan Bernoulli merupakan persamaan yang
menghubungkan tekanan, laju aliran, serta ketinggian untuk aliran
dan fluida inkompresibel yang ideal. Persamaan Bernoulli
digunakan untuk menjelaskan gejala yang berhubungan dengan
gerakan zat alir melalui suatu penampang pipa.
Ketika fluida inkompresibel mengalir sepanjang tabung alir
dengan penampang yang berubah-ubah, maka lajunya pasti
berubah dan oleh karena itu fluida memiliki percepatan. Jika
tabung berbentuk horizontal, gaya yang menyebabkan percepatan
ini digunakan oleh fluida di sekelilingnya. Hal ini dapat diartikan
bahwa tekanan pasti berbeda pada penampang melintang yang
berbeda. Jika tekanan di setiap tempat sama, maka gaya total pada
setiap elemen fluida bernilai nol. Saat tabung alir horizontal
menyempit dan menjadikan laju elemen fluida meningkat, fluida
akan bergerak menuju daerah yang bertekanan lebih rendah agar
mendapatkan gaya ke depan total untuk mempercepatnya. Apabila
ketinggian berubah, maka peningkatan perbedaan tekanan akan
ikut terajadi.
27
Gambar 2.6 Gaya total yang bekerja pada elemen fluida.
(Sumber: Young & Freedman, 2015)
28
1 2
memiliki energi kinetik sebesar ρ( A2 ds 2)v 2 . Maka perubahan total
2
energi kinetik dK selama waktu dt yaitu:
1 2 2
dK = ρ dV ( v2 −v 1 ) (2.7)
2
Energi potensial untuk massa antara a dan b pada awal dt
adalah dm g y 1= ρ dV g y 1 . Sedangkan pada akhir dt pada massa
antara c dan d adalah dm g y 2 =ρ dV g y 2. Sehingga diperoleh
peruahan energi potensial totaldU sepanjang dt yaitu:
dU =ρ dV g ( y ¿ ¿ 2− y 1 )¿ (2.8)
Kemudian dengan menggabungkan persamaan 2.6, 2.7, dan 2.8
dalam persamaan energi dW =dK + dU diperoleh:
1
¿ P2 ¿ dV = ρ dV ( v 2 −v 1 ) + ρ dV g( y ¿ ¿ 2− y 1) ,¿
2 2
2
1
¿ P2 ¿= ρ ( v 2−v 1 ) + ρ g( y ¿ ¿ 2− y 1)¿
2 2
(2.9)
2
Persamaan 2.9 merupakan persamaan Bernoulli yang
menyatakan bahwa kerja yang dilakukan satu satuan volume
dalam fluida oleh fluida di sekitarnya sama dengan jumlah
perubahan energi kinetik dan energi potensial tiap satuan volume
yang terjadi selama aliran berlangsung. Persamaan tersebut juga
dapat dituliskan sebagai berikut:
1 1
P1 + ρg y 1+ ρ v12=P 2+ ρg y 2 + ρ v 22 (2.10)
2 2
Atau juga dapat disederhanakan menjadi
1 2
P+ ρgy + ρ v = konstan (2.11)
2
29
Gambar 2.7 Menentukan laju keluar air dari suatu kran pada
bak penampung yang sangat besar.
(Sumber: Abdullah, 2016)
(
ρg h1= ρ g h2 + v 2 )
1 2
2
1 2
g h1=g h2 + v 2
2
1 2
v =g h1 −g h2
2 2
v 22=2 g ( h1 −h2 )
v 2=√ 2 g ( h1−h2 )
v 2=√ 2 gh (2.12)
2. Venturimeter
Venturimeter adalah suatu alat yang dibuat berdasarkan
konsep tabung venturi yang digunakan untuk mengukur
kelajuan fluida, dimana tabung venturi merupakan sebuah pipa
yang memiliki bagian penyempit.
30
Gambar 2.8 Skema pengukuran aliran fluida dengan
venturimeter.
(Sumber: Abdullah, 2016)
2 gh=
A2( )
A1 v 1 2
−v 12
2 gh= ( )
A1 2 2
A2 1
v −v 1
2
[( ) ]
2
A1 2
2 gh= −1 v 1
A2
√( )
2 gh
v1 = 2
A1 (2.13)
−1
A2
31
3. Tabung Pitot
Tabung pitot adalah tabung yang digunakan untuk
mengukur kelajuan udara. tabung ini memiliki dua ujung pipa.
Satu ujung pipa (ujung 1) memiliki lubang yang menghadap
aliran udara da ujung yang lain (ujung 2) memiliki lubang yang
menyinggung aliran udara. Gambar 2.9 adalah ilustrasi tabung
pitot. Udara yang masuk pada ujung 1 pada akhirnya diam di
dalam pipa sedangkan udara pada ujung 2 memiliki laju yang
sama dengan laju udara luar. Alat ukur tekanan mengukur
beda tekanan udara pada ujung pipa. Tabung pitot ini berisi air
raksa dengan massa jenis ρr .
√
v 2=
2 ρ r gh
ρ
(2.14)
32
4. Gaya Angkat Pesawat Terbang
v1 P1
v2 P2
33
∆ F=F 1−F 2
∆ F=(P1−P2) Aef
1 2 2
∆ F= ρ( v 2 −v 1 ) A ef (2.15)
2
(Abdullah, 2016)
5. Parfum Spray
34
6. Perahu Layar
35
meningkatkan literasi sains peserta didik dibandingkan dengan
pembelajaran tradisional atau ceramah.
2. Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep dan Literasi Sains Siswa
Kelas X SMA PGRI 1 Amplaura oleh N. Ngertini, dkk. (2013).
Diperoleh bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing sangat
sesuai sebagai alternatif pembelajaran sains khususnya dalam
pencapaian pemahaman konsep dan literasi sains.
3. Scientific Literacy in The Digital Age: Tools, Environments and Resouces
for Co-Inquiry oleh Alexandra Okada (2013). Diperoleh bahwa
pendekatan inquiry merupakan strategi yang berguna untuk
belajar bagaimana ilmu pengetahuan dikembangkan, khususnya
mengembangkan literasi sains dengan bantuan media perangkat
lunak.
4. The Effectiveness of a Guided Inquiry-based,Teachers’ Proffesional
Development Programme on Saudi Students’ Understanding of Density
oleh S. Almuntasheri dkk. (2016). Diperoleh bahwa dengan
menggunakan pembelajaran Guided Inquiry, guru dapat
menggunakan strategi yang tepat untuk membuat peserta didik
memahami konsep yang diajarkan.
5. A Classroom Video Study of the Challenges and Support in an Integrated
Inquiry and Literacy Teaching Model oleh Marianne Ordegaarda, dkk
(2015). Diperoleh bahwa kegiatan literasi mendukung peserta didik
dalam mengeksplorasi isu-isu sains, serta melibatkan peserta didik
untuk saling berdiskusi satu sama lain.
36
F. Kerangka Berpikir
Rumusan masalah:
1. Bagaimanakah keterlaksanaan model pembelajaran guided inquiry untuk meningkatkan
literasi sains peserta didik pada materi fluida dinamik?
2. Bagaimanakah peningkatan literasi sains peserta didik setelah diterapkan model
pembelajaran
s guided inquiry pada materi lfuida dinamik?
3. Bagaimanakah respon peserta didik setelah diterapkan model pembelajaran guided inquiry
untuk meningkatkan literasi sains peserta didik pada materi fluida dinamik?
Solusi:
Penerapan model pembelajaran guided inquiry untuk meningkatkan literasi sains peserta didik
pada materi fluida dinamik
37
Menurut Parapat dkk. (2015) model pembelajaran guided inquiry
merupakan model pembelajaran yang menekankan pada keaktifan
peserta didik dalam mencari dan menemukan informasi. Model
pembelajaran ini menjadikan peserta didik sebagai subjek belajar yang
menemukan konsep dan pengetahuan dengan cara melakukan proses
penemuan dan penyelidikan secara mandiri, serta memberikan
pengalaman belajar peserta didik secara nyata dan aktif agar dapat
membuat keputusan dalam memecahkan suatu permasalahan yang
ada. PISA mendefinisikan literasi sains sebagai kapasitas untuk
menggunakan pengetahuan dan kemampuan ilmiah, mengidentifikasi
pertanyaan-pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-
bukti dan data yang ada agar dapat memahami dan membantu
peneliti untuk membuat keputusan tentang dunia alami dan interaksi
manusia dengan alamnya.
Berdasarkan penilitian yang relevan, dalam jurnal ilmiah
“Efektifitas Pembelaran Berbasis Guided Inquiry untuk Meningkatkan
Literasi Sains Siswa” oleh Ariati Dina Puspitasari (2015) menyatakan
bahwa pembelajaran berbasis guided inquiry lebih efektif dalam
meningkatkan literasi sains peserta didik dibandingkan dengan
pembelajaran tradisional atau ceramah. Pada jurnal ilmiah “Pengaruh
Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap
Kemampuan Pemahaman Konsep dan Literasi Sains Siswa Kelas X SMA
PGRI 1 Amplaura oleh Ngertini dkk. (2013) menyatakan bahwa model
pembelajaran inkuiri terbimbing sangat sesuai sebagai alternatif
pembelajaran sains khususnya dalam pencapaian pemahaman konsep
dan literasi sains. Pada jurnal ilmiah “Scientific Literacy in The Digital
Age: Tools, Environments and Resouces for Co-Inquir” oleh Alexandra
Okada (2013) menyatakan bahwa pendekatan inquiry merupakan
strategi yang berguna untuk belajar bagaimana ilmu pengetahuan
dikembangkan, khususnya mengembangkan literasi sains dengan
bantuan media perangkat lunak. Pada jurnal ilmiah “The Effectiveness
of a Guided Inquiry-based,Teachers’ Proffesional Development Programme
on Saudi Students’ Understanding of Density oleh S. Almuntasheri dkk.
(2016) menyatakan bahwa dengan menggunakan pembelajaran Guided
Inquiry, guru dapat menggunakan strategi yang tepat untuk membuat
peserta didik memahami konsep yang diajarkan. Pada jurnal ilmiah
“A Classroom Video Study of the Challenges and Support in an Integrated
Inquiry and Literacy Teaching Model” oleh Marianne Ordegaarda dkk.
(2015) menyatakan bahwa kegiatan literasi mendukung peserta didik
38
dalam mengeksplorasi isu-isu sains, serta melibatkan peserta didik
untuk saling berdiskusi satu sama lain.
Oleh karena rendahnya literasi sains peserta didik di Indonesia
khususnya peserta didik di SMA Negeri 2 Bangkalan, peneliti
mengharapkan dapat menggunakan pembelajaran yang sesuai yaitu
dengan menggunakan model pembelajaran guided inquiry pada materi
fluida dinamik. Dengan menggunakan model pembelajaran Guided
Inquiry diharapkan mampu meningkatkan literasi sains dalam diri
peserta didik.
39