Anda di halaman 1dari 32

LKPD BERBASIS TEKNOLOGICAL

PEDAGOGICAL CONTEN KNOWLAGE


(TPACK)

Effendi Nawawi, Hartono, Diah Kartika Sari, Maefa Eka


Haryani, Sofiah, Eka Ad’hiya
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sriwijaya
E-mail: effendi@fkip.unsri.ac.id
Integrasi Tiga Tipe Pengetahuan dalam TPACK
Contoh Cover LKPD
Model Yang digunakan
 Problem Based Learning
 Proyect Based Learning
 Discovery Learning
 Inquary Learning
Lembar Kegiatan Peserta Didik
Berbasis Saintifik
Oleh:
Dr.Effendi,M.Si;

Program Studi Pendidikan Kimia


FKIP Universitas Sriwijaya
2017
Kurikulum 2013 Revisi 2016 dengan Istilah
RPP berbasis 4C
Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)
 LKPD merupakan Bahan Ajar Berbasis Cetak,
 Trianto (2011:222) menyatakan bahwa LKPD
memuat sekumpulan kegiatan mendasar yg harus
dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan
kemampuan dalam upaya pembentukan kemampuan
dasar sesuai dengan indikator pencapaian yang
ditempu.
 Suryanto dan Sartmen (2009:1) menyatakan LKPD
merupaka bahan ajar yang dikemas sedemikian rupa
agar siswa dapat mempelajari materi secara
mandiri.
 Padmaningrum (2009) LKPD adalah lembar kerja
yang berisi informasi dan perintah dari guru
kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan
belajar dalam bentuk kerja, peraktik, atau dalam
bentuk menerapan hasil belajar untuk mencapai
suatu tujuan.
 LKPD merupakan suatu panduan dalam melakukan
penyelidikan bentuk tertulis dengan fungsi sebagai
Media untuk membuat siswa aktif
Format LKPD (Suryanto & Sartimen 2009: 12)
1) Judul,
2) Tujua Pembelajaran,
3) Wacana-wacana materi prasyarat berupa suatu
pendahuluan sebagai pengetahuan dan ketrampilan
yang merupaka bakal awal ajar,
4) Wacana utama, suatu wacana yang sesuai dengan topik
pembelajaran,
5) Kegiatan Pralaboratorium, berupa masalah atau
hipotesis yang harus dipecahkan oleh siswa dengan
prosedur ilmiah,
6) Kegiatan Laboratorium, berupa
instruksi untuk melaksanakan kegiatan
kerja yang telah direncanakan dan
diperiksa oleh guru, bimbingan
pengumpulan data, bimbingan analisis
data, dan bimbingan penarikan
kesimpulan.
7) Kegiatan diskusi kelas, berupa
pemaparan hasil analisis dan kesimpulan.
Problem Based Learning (PBL)
 Ngalimun (2014:90) Karakteristik PBL:
 Belajar dimulai dengan suatu masalah
 Mamastikan bahwa masalah berhubungan dengan
dunia nyata,
 Mengoranisasi siswa seputar masalah,
 Memberikan tanggungjawab yg besar kepada siswa dlm
membentuk dan menjalankan secara langsung proses
pembelajaran mandiri,
 menggunakan kelompok kecil, dan
 Mendemontrasikan apa yang telah dipelajari dalam
bentuk produk atau kinerja.
Langkah-langkah PBL (Ngalimun, 2009:24)
1) Identifikasi Masalah,
2) Pengumpulan Data,
3) Menganalisis data,
4) Memecahkan masalah bersadarkan data yang ada
dan analisisnya,
5) Memilih cara untuk memecahkan masalah,
6) Merencanakan penerapan pemecahan masakah,
7) Melakukan ujicoba terhadap rencana yang
ditetapkan,
8) melakukan tindakan (action) untuk memecahkan
masalah
Langkah-langkah PBL (Arend, 2004:56-60)
 Mengorientasikan siswa pada masalah,
 Mengorganisasi siswa untuk belajar,
 Membantu penyelidikan mandiri,
 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya,
 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah.
Model Pembelajaran Inquiri
Langkah-Langkah dalam Model Pembelajaran Inkuiri
 Langkah 1. Orientasi terhadap Masalah
 Beragam cara dan variasi dapat dilakukan guru agar dapat
mengorientasikan siswa kepada suatu permasalahan.
Seringkali siswa tidak menyadari pada suatu keadaan atau
fenomena sesungguhnya terdapat suatu permasalahan,
atau sesuatu yang dapat dijadikan pertanyaan untuk
dipelajari secara lebih mendalam. Untuk
mengorientasikan siswa terhadap masalah ini, guru harus
memiliki kreativitas sehingga stimulus atau rangsangan
yang diberikan benar-benar menarik bagi siswa. Rasa
ingin tahu akan suatu hal akan membimbing siswa
terhadap suatu permasalahan untuk dipelajari bersama-
sama di kelas atau kelompoknya.
 Langkah 2. Merumuskan Masalah
 Ketika rangsangan atau stimulus yang diberikan oleh guru
bekerja dengan baik, maka dalam pemikiran siswa akan muncul
pertanyaan-pertanyaan dan permasalahan-permasalahan yang
akan menjadi basis dan tujuan pembelajaran tersebut. Jika
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa belum
memenuhi harapan guru, maka gurupun dapat memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang akan mengarahkan siswa pada
"pertanyaan besar dan penting" yang seharusnya menjadi
tujuan pembelajaran itu. Memang tidaklah mudah bagi siswa
untuk merumuskan permasalahan secara baik jika mereka
belum terbiasa dan terlatih. Tetapi, memang seharusnyalah
guru berusaha membuat mereka untuk memiliki kemampuan
ini. Kemampuan merumuskan masalah dalam pembelajaran
inkuiri sangat penting sebagai titik awal pembelajaran siswa.
Pertanyaan dan permasalahan yang baik akan membuat siswa
benar-benar belajar, sehingga mereka akan memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang apa yang sedang
dipelajari.
 Langkah 3. Mengajukan Hipotesis
 Selanjutnya, setelah siswa merumuskan masalah yang
ingin dipelajari, mereka kemudian diajak untuk
bersama-sama merumuskan hipotesis. Perumusan
hipotesis didasarkan pada informasi-informasi yang
selama ini telah mereka miliki. Hipotesis ini nantinya
harus diuji kebenarannya. Untuk melanjutkan sampai
tahap ini, tentunya terlebih dahulu siswa harus
mengumpulkan data atau informasi-informasi yang
dibutuhkan dan relevan.
 Langkah 4. Mengumpulkan Informasi (Data)
 Langkah ke-4 ini juga merupakan tahapan yang sangat
penting. Pada tahap keempat model pembelajaran inkuiri
ini, siswa bersama kelompoknya harus mengumpulkan
sebanyak dan selengkap mungkin data dan informasi yang
dibutuhkan. Siswa dan kelompoknya juga harus memilah-
milah informasi dan data mana yang relevan dengan
tujuan atau pemecahan masalah mereka. Informasi dan
data dikumpulkan dengan beragam metode dan sumber
data yang mungkin. Guru bukanlah sumber informasi
utama, tetapi lebih berperan sebagai fasilitator sehingga
semua kebutuhan siswa dan kelompoknya untuk
mengumpulkan data dan informasi yang lengkap dapat
berjalan dengan baik. Siswa akan lebih banyak membaca
secara mandiri, mengumpulkan bahan-bahan yang
dibutuhkan dari internet, melakukan eksperimen-
eksperimen kecil dan sebagainya.
 Langkah 5. Menguji Hipotesis
 Setelah berkutat dengan beragam sumber belajar
(sumber informasi) yang tersedia dan sumber data
yang ada, siswa kemudian akan diajak untuk
memproses data dan informasi yang diperoleh.
Mereka dapat belajar mengorganisasikan data ke
dalam tabel-tabel, daftar-daftar, atau ringkasan yang
akan mempermudah mereka dalam menguji
kebenaran hipotesis yang telah mereka susun
dilangkah sebelumnya. Di sini mungkin saja terjadi
semacam perbedaan antara informasi yang baru
mereka peroleh dengan informasi yang telah mereka
miliki sebelumnya. Proses berpikir kreatif, kritis, dan
analitis akan dibutuhkan di tahap ini, sehingga
mereka dapat menguji hipotesis.
 Langkah 6. Menyimpulkan
 Pada akhir langkah model pembelajaran inkuiri, siswa
kemudian akan dapat membuat kesimpulan mereka
masing-masing tentang hasil pengujian hipotesis
yang telah dilakukan. Bisa saja dari pembelajaran
yang baru mereka lakukan mereka ternyata
mendapati bahwa informasi lama yang telah mereka
sebenarnya informasi yang keliru, atau dapat pula
sebaliknya, di mana informasi baru yang mereka
peroleh semakin memperkuat informasi yang telah
mereka miliki itu. Atau dengan kata lain, mereka
dapat lebih dalam memahami hal tersebut dibanding
sebelumnya.
② Meletakkan kanak-kanak dalam peranan yang aktif
dan interaktif di mana mereka mengambil
tanggungjawab dan inisiatif dalam inkuiri/menanya
dengan cara menjana soalan-soalan yang mereka ingin
mencari jawapan; menghipotesis dengan cara
mengumpul data atau mengembil keputusan yang
berkaitan yang akan menghasilkan suatu desain atau
prosedur yang sesuai; mensiasati berdasarkan
prosedur atau menciptakan berdasarkan hipotesis; dan
mempamer atau melapor hasil kerja mereka (Katz &
Chard, 2000).
③ Memupuk regulasi-kendiri yang mengoptimakan
perkembangan otak yang awal apabila kanak-kanak
terlibat dalam interaksi “synchronous” (i.e.,
berinteraksi dengan satu sama lain dan bukannya
menjadi penerima informasi yang pasif) (Blair,
2002).

④ Menghasilkan partisipasi dan pencapaian yang


lebih baik di sekolah dalam jangka masa yang panjang
(i.e., Golbeck, 2001; Marcon, 2002).

⑤ Memupuk sikap terhadap sains yang lebih baik


dalam kalangan pelajar melalui penggunaan
pembelajaran sains secara hands-on (Koc & Boyuk,
2012).
④ Pengajaran secara
inkuiri membantu
menyemai pembentukan
kemahiran dan
pengetahuan dalam dunia
kini yang semakin
berteraskan teknologi dan
sains (Harlen, 2012; 2013).
⑤ Penggunaan metod Inquiry-based science education
(IBSE) menunjukkan bahawa terdapatnya “satu dampak
positif terhadap pencapaian siswa, dengan satu dampak
yang lebih kuat terhadap siswa yang mempunyai tahap
keyakinan diri yang rendah and juga mereka yang
datang daripada latar belakang yang kurang
berkemampuan” (Rocard et al., 2007, p. 12).
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai