Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA TANGKAS (BATANG STATISTIK

DASAR) DALAM MENGATASI KESULITAN PEMAHAMAN KONSEP MATERI


STATISTIKA DASAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN

Alwi Rahman Harahap, Sarah Ihza Mahfuza

Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas


Negeri Medan

Alwi.rahman88@yahoo.com

Abstrak. Tujuan dari penelitian ini sebuah alat peraga yang dibawakan dengan model
pembelajaran berbasis penemuan sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar yang
nantinya akan berguna merekonstruksi pola pemikiran siswa mengenai materi statistika
dasar. Jenis penelitian ini adalah deskritif kualitatif, dilakukan pada 22 mahasiswa
pendidikan matematika tahun akademik 2017 hingga 2018. Data dari penelitian ini
diperoleh melalui tes kemudian dianalisis hasilnya. Setelah dianalisis hasil yang didapat
maka ditariklah sebuah kesimpulan bahwasannya kurangnya pemahaman konsep dimana
siswa sulit menerima apa yang disampaikan oleh guru ke siswa karna hanya menggunkan
metode ceramah atau hanya dilisankan dan dituliskan tetapi hanya sekedar rumus saja.
Dengan menggunakan alat peraga TANGKAS siswa menjadi dapat memahami konsep dari
mean, median, modus, dan kuartil karena alat peraga ini menjelaskankannya setaca terpisah
atau satu per satu dengan menjelaskan konsep dari masing – masing bagian materi tersebut.
Keyword: Discovery learning, alat peraga statistik, pemahaman konsep

1. Pendahuluan
Telah menjadi isu yang sering didengar di kalangan para pelajar di Indonesia
bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang terkesan sulit dan
menakutkan. Anggapan tersebut mengakibatkan turunnya motivasi dan minat pelajar
dalam mempelajari pelajaran matematika. Hal ini dapat mempengaruhi prestasi
pelajar di sekolah khususnya pelajaran matematika.
Kesulitan belajar dalam pembelajaran matematika umumnya disebabkan
karena sifat dari matematika yang memiliki objek yang abstrak. Pelajaran matematika
yang bersifat abstrak dan sulitnya memahami konsep merupakan kendala pelajar
untuk menyelesaikan permasalahan – permasalahan yang berhubungan dengan
matematika.
Pada materi statistika dasar ada beberapa kesulitan yang sering dihadapi siswa
(1) siswa banyak mengalami kesulitan dalam pemahaman konsep. Dimana,
kemampuan siswa terbatas dalam kemampuan terhadap membedakan atau
mengklasifikasikan suatu objek dimana dalam kasus ini berupa mean,median,modus
jika hanya dijelaskan dengan metode ceramah. (2) Siswa kesulitan membedakan
kegunaan mean,median,modus. Dalam hal ini, siswa mengalami kesulitan dalam
kegunaan medan, median dan modus terlebih dikarenakan ketiganya memiliki rumus
yang berbeda. Disamping itu dalam menentukan mean, siswa sulit membedakan
jumlah data dan banyak data. Untuk menentukan modus, siswa mengaku bingung jika
didalam suatu data tidak ditemukan modus atau modusnya adalah lebih dari satu.
Kemudian yang terakhir adalah dalam menentukan median terkadang siswa lupa jika
median merupakan sekumpulan data yang harus di urutkan terlebih dahulu. (3)Siswa
mengalami kesulitan jika dihadapkan dengan soal berbentuk cerita dan tabel.
Maka dari itu diperlukan sebuah alat peraga dan media pembelajaran yang
dibawakan dengan model pembelajaran berbasis penemuan sebagai alat bantu dalam
proses belajar mengajar yang nantinya akan berguna merekonstruksi pola pemikiran
siswa mengenai materi yang berkaitan.

2. Tinjauan Teoritis
Model Discovery Learning (DL), adalah rancangan pembelajaran yang
menyajikan materi pelajaran dengan memandang proses berpikir kritis merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran itu (Eggen and Kauchak: 2012).
Bahm (2009) menyatakan bahwa penggunaan metode penemuan pembelajaran
merupakan salah satu variasi metode mengajar yang membuat siswa aktif dan guru
membimbingnya, yang diyakini mampu meningkatkan kesuksesan siswa dan
ketrampilan pembelajaran lebih baik daripada metode pembelajaran
tradisioal.(Rahayu.dkk,2015)
Untuk menghasilkan suatu penemuan, siswa harus dapat menghubungkan ide-
ide matematis yang mereka miliki. Untuk menghubungkan ide-ide tersebut, mereka
dapat merepresentasikan ide tersebut melalui gambar, grafik, simbol, ataupun kata-
kata sehingga menjadi lebih sederhana dan mudah dipahami. Membiasakan siswa
dengan belajar penemuan, secara tidak langsung juga membiasakan siswa dalam
merepresentasikan informasi, data, ataupun pengetahuan untuk menghasilkan suatu
penemuan. Dengan kata lain, metode penemuan juga membiasakan siswa dalam
memecahkan masalah. Dengan membiasakan siswa dalam kegiatan pemecahan
masalah, diharapkan kemampuan dalam menyelesaikan berbagai masalahakan
meningkat.(Effendi.L.A, 2012)
Meski demikian pembelajaran di kelas tentunya banyak dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti gya belajar, kecemasan matematika, kurangnya rasa percaya
diri, kepercayaan guru, lingkungan, perhatian oranng tua, serta jenis
kelamin.(Rofiqoh.z.dkk, 2016)
Sementara Suryosubroto (2002: 191) mengemukakan bahwa salah satu metode
mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju
adalah metode discovery. Hal ini disebabkan karena metode ini:
1. Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif
2. Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan
setia dan tahan lama dalam ingatan, tak mudah dilupakan anak
3. Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul
dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain
4. Dengan menggunakan strategi discovery anak belajar menguasai salah satu
metode ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri
5. Dengan metode ini juga, anak belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan
problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan
bermasyarakat.(Rahman.R,Maarif.S,2014)

Kelebihan metode discovery learning (Kemendikbud, 2013) adalah sebagai berikut:

1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan


keterampilan‐keterampilan dan proses‐proses kognitif. Usaha penemuan
merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara
belajarnya.
2. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan
kecepatannya sendiri.
3. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa, karena unsur berdiskusi.
4. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan
berhasil.
5. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu‐raguan) karena mengarah
pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
Sementara itu kekurangannya menurut Kemendikbud (2013) adalah sebagai berikut

1. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi
siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau
mengungkapkan hubungan antara konsep‐konsep, yang tertulis atau lisan,
sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
2. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau
pemecahan masalah lainnya.
3. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan
dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
4. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan
mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan
kurang mendapat perhatian.
5. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan ditemukan
oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru. (Muhammad.N, 2016)

Prosedur Aplikasi Discovery Learning

Dalam mengaplikasikan Discovery Learning di kelas tahapan atau prosedur yang


harus dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar umumnya dilakukan sebagai
berikut:

1. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)


Pertama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu
guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan sebuah pertanyaan,
anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada
persiapan pemecahan masalah.

2. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)


Setelah dilakukan stimulasi langkah berikutnya guru memberikan kesempatan
kepaa sisiwa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda agenda
masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemuBudi salah satumua
dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis. Memberikan kesempatan
siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisi permasalahan yang mereka
hadapi merupakan teknik yang berguna dalam membangun siswa agar mereka
terbiasa untuk menemukan suatu masalah.

3. Data Collection (Pengumpulan Data)


Ketika eksplorsi berlangsung guru juga memberikan kesempatan kepada
parasiswauntuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Dengan demikian peserta
didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan bebagai informasi yang
relevan, membaca literatur, mengamati objek, melakukan uji coba dan
sebagainya.

4. Data Processing (Pengolahan Data)


Processingmerupakankegiatanmengolah data daninformasi yang
telahdiperolehparasiswabaikmelaluiwawancara, observasi, dansebagainya,
laluditafsirkan.Data processing disebutjugadenganpengkodean coding/
kategorisasi yang berfungsisebagaipembentukankonsepdangeneralisasi. Dari
generalisasitersebutsiswaakanmendapatkanpenegetahuanbarutentangalternatifj
awaban/ penyelesaian yang perlumendapatpembuktiansecaralogis.

5. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk mebuktikan
benar atau tidaknyan hipotesis yang telah ditetapkan tadi dengan temuan
altenatif, dihubungkan dengan hasil data processing. Verification menurut
Bruner, bertujuan agar proses belajarakanberjalandenganbaikdankreatifjika
guru memberikankesempatankepadasiswauntukmenemukansuatukonsep, teori,
aturanataupemahamanmelaluicontoh-contoh yang
iajumpaidalamkehidupannya.

6. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)


Tahap generalitation/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua
kejaBudi atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi .
Atau tahap dimana berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar
menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu (Djamarah, 2002:22). Akhirnya
dirumuskannya dengan kata-kata prinsip-prinsip yang mendasari
generalisasi yang menekankan penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah
atau prinsip yang luas yang mendasari seseorang serta pentingnya proses
pengaturan dan generalisasi dari pengalaman pengalaman tersebut.
(Syah.M,1996)

Alat peraga yaitu alat untuk menerangkan atau mewujudkan konsep


matematika. Benda-benda itu misalnya : batubatuan dan kacang-kacangan untuk
menerangkan konsep bilangan, kubus (bendanya) untuk menjelaskan konseppkonsep
titik (sudut kubus), ruas garis (rusuk kubus), daerah bujursangkar (sisi kubus), dan
mewujudkan kubus itu sendiri; benda bidang beraturan untuk menerangkan konsep
pecahan; muka sebuah gelas (untuk minum) untuk menerangkan konsep lingkaran dan
lain-lain (Ruseffendi, 1990: 46)
Alat peraga dipilih dan digunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
diharapkan tercapai kompetensinya oleh siswa. Oleh karena itu perlu mengetahui
fungsi alat peraga sebagai berikut, menurut Sumardiyono setidaknya ada enam
golongan alat peraga yaitu
1. Models(memodelkan suatu konsep) Alat peraga jenis model ini berfungsi untuk
memvisualkan atau mengkonkretkan (physical) konsep matematika.
2. Bridge(menjembatani ke arah konsep) Alat peraga ini bukan merupakan wujud
konkrit dari konsep matematika, tetapi merupakan sebuah cara yang dapat
ditempuh untuk memperjelas pengertian suatu konsep matematika. Fungsi ini
menjadi sangat dominan bila mengingat bahwa kebanyakan konsep-konsep
matematika masih sangat abstrak bagi kebanyakan siswa.
3. Skills (mentrampilkan fakta, konsep, atau prinsip) Alat peraga ini secara jelas
dimaksudkan agar siswa lebih terampil dalam mengingat, memahami atau
menggunakan konsep-konsep matematika. Jenis alat peraga ini biasanya
berbentuk permainan ringan dan memiliki penyelesaian yang rutin (tetap).
4. Demonstration (mendemonstrasikan konsep, operasi, atau prinsip matema-tika)
Alat peraga ini memperagakan konsep matematika sehingga dapat dilihat secara
jelas (terdemonstrasi) karena suatu mekanisme teknis yang dapat dilihat (visible)
atau dapat disentuh (touchable). Jadi, konsep matematikanya hanya
“diperlihatkan” apa adanya.
5. Aplication(mengaplikasikan konsep) Jenis alat peraga ini tidak secara langsung
tampak berkaitan dengan suatu konsep, tetapi ia dibentuk dari konsep matematika
tersebut. Jelasnya, alat peraga jenis ini tidak dimaksudkan untuk memperagakan
suatu konsep tetapi sebagai contoh penerapan atau aplikasi suatu konsep mate-
matika tersebut.
6. Sources (sumber untuk pemecahan masalah) Alat peraga yang kita golongkan ke
dalam jenis ini adalah alat peraga yang menyajikan suatu masalah yang tidak
bersifat rutin atau teknis tetapi membutuhkan kemampuan problemsolving yang
heuristik dan bersifat investigatif. Penyelesaian masalah yang disuguhkan dalam
alat peraga tersebut tidak terkait dengan hanya satu konsep matematika atau satu
keterampilan matematika saja, tetapi merupakan gabungan beberapa konsep,
operasi atau prinsip. Hal ini bermanfaat untuk melatih kompetensi yang dimiliki
siswa dan melatih ketrampilan problem-solving. (Widyantini dan Sigit, 2010: 5-6)
Statisitika adalah ilmu cabang dari matematika yang berhubungan dengan
pengumpulan, pengolahan, dan penarikan kesimpulan dari suatu data. Istilah yang
harus diketahui ktika belajar statistika yaitu populasi dan juga sampel. Populasi adalah
suatu himpunan objek yang merupakan sasaran untuk pengamatan, sedangkan sampel
yaitu himpunan bagian dari sebuah populasi yang dijadikan suatu objek pengamatan
langsung dan dari sampel ini dapat dijadikan bahan untuk menarik kesimpulan
tersebut.
Data terbagi menjadi dua yaitu ada data kualitatif dan data kuantitatif. Adapun
penyajian data yang kita peroleh dari hasil pengumpulan ataupun penelitian data dapat
disajikan dengan cara tabel ataupun daftar, dan juga diagram atau gambar. Adapun
penyajian data dapat berupa data tunggal dan juga data berkelompok. Data tunggal
adalah kumpulan data yang belum tersusun atau belum dikelompokkan ke dalam 2
kelas interval.
Dalam statistika dasar, hal – hal yang akan dibahas adalah mengenai mean (nilai
rata-rata), median (nilai tengah), modus (nilai yang sering muncul) dan quartil.
1. Mean
Mean yaitu nilai dari rata-rata pada suatu data. Mean didapatkan dengan cara
menjumlahkan semua data yang ada kemudian membaginya dengan jumlah yang
ada pada data tersebut. Rumus untuk menghitung mean pada data tunggal dapat di
lihat di samping ini. Rumus untuk menghitung mean ada 2 rumus yaitu rumus
ketika penyajian data menjadi daftar dan rumus ketika penyajian datanya disajikan
pada tabel.
Dan secara matematis, dituliskan oleh rumus :

𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 … + 𝑥𝑛
𝑥̅ =
𝑛

Atau,

∑𝑛𝑖 = 1 𝑓1𝑥1
𝑥̅ =
𝑛

2. Modus
Modus adalah data yang paling banyak muncul. Untuk menghitung modus
pada data tunggal tidak usah menggunakan rumus. Cara mencari modus yaitu
dengan melihat data mana yang paling banyak ada di data tersebut atau data yang
memiliki frekuensi terbanyak jika disajikan pada tabel.
3. Median
Median yaitu nilai tengah dari suatu data. Adapun untuk menentukan median
dari suatu data harus dipastikan data yang ada harus terurut dengan benar yaitu
dari nilai terkecil hingga nilai terbesar. Kemudian bisa langsung menghitung
median dengan rumus yang ada disamping. Untuk menghitungnya menggunakan
rumus sesuai jumlah data yang ada apakah ganjil atau genap.
Dan secara matematis, dituliskan dengan rumus :
𝑛+1
Untuk data ganjil : Me = 2

𝑛 𝑛
+( +1)
2 2
Untuk data genap : Me = 2

4. Jangkauan
Untuk menghitung jangkauan (range) dapat menggunakan rumus sebagai berikut.
Jangkauan = Data terbesar – Data terkecil

5. Kuartil
Kuartil yaitu suatu data yang terletak pada batas bagian setelah data terurut
dari yang terkecil sampai terbesar, setelah itu dat atersebut dibagi menjadi empat
kelompok data secara sama banyak. Rumus untuk menghitung kuartil yaitu
sebagai berikut.

Jangkauan Kuartil = Q3 – Q1

Simpangan Kuartil = 1/2 (Q3 – Q1)

6. Hasil dan Diskusi


Berdasarkan analisis hasil postest dari 22 responden yang menjadi subjek
penelitian penggunaan alat peraga TANGKAS, penulis mendapatkan bahwa : 100%
atau seluruh peserta sama sekali belum pernah menggunakan alat peraga TANGKAS
sebelumnya. Terlihat dari jawaban point pertama yang menyatakan bahwa alat peraga
TANGKAS ini merupakan alat peraga mengenai statistika dasar yang kali pertama
mereka temui. Kemudian, pemahaman mengenai konsep statistik dasar berupa
mean,median, modus dan kuartil sudah tersampaikan dengan baik melalui alat peraga
ini yang tampak dari 90% jawaban mengenai kesimpulan mean,median,modus serta
kuartil berdasarkan alat peraga. Adapun penerapan tahap belajar enaktif,ikonik, dan
simbolik yang dikemukakan bruner telah diterapkan pada pengaplikasian alat peraga
ini. Namun, kendala yang dialami 12 responden bahwa penjelasan konsep atau aturan
main sebelum penggunaan harus disampaikan dengan baik dan terperinci. Sebab,
untuk beberapa kasus penentuan nilai tertentu dalam statistik akan membuat alat
peraga ini sulit dimengerti. Misalkan dalam mencari kuartil.
Berdasarkan hasil data yang didapat kita temukan bahawa dalam penyampaian
materi statistika dasar denga menggunakan alat peraga TANGKAS bawaha dengan
model pembelajaran penemuan peserta telah dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapi dalam materi satistika dasar.
1. Siswa kesulitan dalam pemahaman konsep.
Dimana, kemampuan siswa terbatas dalam kemampuan terhadap membedakan
atau mengklasifikasikan suatu objek dimana dalam kasus ini berupa
mean,median,modus jika hanya dijelaskan dengan metode ceramah.
Dengan menggunakan alat peraga TANGKAS siswa menjadi melih mengetahui
perbedaan antara mean, median dan modus. Hal ini karena dalam
mempraktikkan alat peraga TANGKAS bagaimana cara mencari mean, median
dan modus dan dari cara mencarinya dapat diketahui perbedaan nya
2. Siswa kesulitan membedakan kegunaan mean,median,modus.
Dalam hal ini, siswa mengalami kesulitan dalam kegunaan medan,median dan
modus terlebih dikarenakan ketiganya memiliki rumus yang berbeda.
Disamping itu dalam menentukan mean, siswa sulit membedakan jumlah data
dan banyak data. Untuk menentukan modus, siswa mengaku bingung jika
didalam suatu data tidak ditemukan modus atau modusnya adalah lebih dari
satu. Kemudian yang terakhir adalah dalam menentukan median terkadang
siswa lupa jika median merupakan sekumpulan data yang harus di urutkan
terlebih dahulu.
Dari alat peraga ini telah membedakan yang mana banyak batang yang ada
sebangai banyak data dan nilai dari tiap data diletakkan di dalam batang dengan
dengan banyaknya tuspin sebagai nilai dari data tersebut. Dan dalam mencari
modus dan median penyaji juga memberitahukan bahwa dalam modus hanya
mencari nilai yang paling banyak muncul dalam sebuah data dan median kita
harus mengurutkannya dari yang terkecil ke yang terbesar.
3. Siswa mengalami kesulitan jika dihadapkan dengan soal berbentuk cerita dan
tabel.
Dengan alat peraga TANGKAS dalam pelaksanaannya disajikan sebuah soal
dalam bentuk tabel dan sebuah pritest dalam bentuk soal cerita dari sini penyaji
menjelaskan cara menggunakan alat peraga TANGKAS dengan jelas sehingga
tidak timbulnya sebuah kerancuan dalam menyelesaikan soal balam bentuk
tabel dan cerita
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, bahwasannya kurangnya pemahaman konsep dimana
siswa sulit menerima apa yang disampaikan oleh guru ke siswa karna hanya menggunkan
metode ceramah atau hanya dilisankan dan dituliskan tetapi hanya sekedar rumus saja.
Dengan menggunakan alat peraga TANGKAS siswa menjadi dapat memahami konsep dari
mean, median, modus, dan kuartil karena alat peraga ini menjelaskankannya setaca terpisah
atau satu per satu dengan menjelaskan konsep dari masing – masing bagian materi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Effendi, L.,A. 2012. Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan Terbimbing Untuk
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan. Vol 13. No 2. Hal 1 – 10
Muhammad,N. 2016. Pengaruh Metode Discovery Learninguntuk Meningkatkan
Representasi Matematis dan Percaya Diri Siswa. Jurnal Pendidikan. Vol 9. No 1.
Hal 9 - 22
Rahayu,P,Dkk. 2015. Eksperimentasi Model Problem Based Learning Dan Discovery
Learning Pada Materi Perbandingan Dan Skala Ditinjau Dari Sikap Peserta Terhadap
Matematika Didik Kelas VII SMP Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014.
Jurnal Elelktronik Pendidikan Matematika. Vol 3. No 3. Hal 242 – 256
Rahman.R,Maarif.S. 2014. Pengaruh Penggunaan Metode DiscoveryTerhadap Kemampuan
Analogi Matematis Siswa SMK Al-Ikhsan Pamarican Kabupaten Ciamis Jawa Barat.
Jurnal Infinity. Vol 3. No 1. Hal 33 - 58

Rofiqoh,Z,dkk. 2016. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas X Dalam


Pembelajaran Discovery Learning Berdasarkan Gaya Belajar Siswa. Journal Of
Mathematics Education. Vol 5. No 1. Hal 24 – 32
Ruseffendi, ET. 2006. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA.
Tarsito. Bandung.

Syah,M. 1996. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung : PT Remaja


Rosdakarya
Widyantini, Sigit. 2010. Pemanfaatan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika SMP.
Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai