Anda di halaman 1dari 14

MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS RENDAH BAHAN

Asrul Karim, M.Pd AJAR 8

A. INDIKATOR

Merancang pembelajaran matematika di kelas rendah

B. TUJUAN

Setelah anda mempelajari bahan ajar ini anda diharapkan mampu

merancang pembelajaran matematika di kelas rendah

C. DESKRIPSI MATERI

Merencanakan, merancang dan mengembangkan pembelajaran

matematika merupakan rutinitas seorang guru. Pembelajaran matematika yang

hendaknya dikembangkan serta diterapkan harus memberikan rasa nyaman

pada siswa. Pembelajaran yang dikembang juga harus bisa memberikan

suasana yang menyenangkan pada saat proses pembelajarannya. Alangkah

baiknya pembelajaran dikelas rendah di awali dengan pengalaman matematika

anak, seperti mengklasifikasi, membandingkan, mencocokkan, dan mengukur.

Materi yang terdapat dikelas rendah adalah bilangan, geometri serta

pengukuran. Materi-materi tersebut hendaknya disajikan sekreatif mungkin

agar siswa termotivasi dalam belajar. Dengan kata lain mengelola proses

pembelajaran matematika itu harus sesuai dengan tujuan belajar matematika di

SD sehingga pembelajaran menjadi bermanfaat dan relevan bagi kehidupan

siswa.
104
Pembelajaran Matematika SD Kelas Rendah e-Materi Transfer Melalui PDITT
Hudojo (2005: 157) menyatakan dalam mengajar matematika di SD

perlu diperhatikan beberapa hal yaitu siswa, guru, alat bantu, proses

pembelajaran, matematika yang disajikan, dan pengorganisasian kelas. Dengan

memperhatikan keenam hal tersebut, diharapkan mengajar matematika di SD

menjadi efektif.

Berikut ini merupakan beberapa hal-hal yang diperlukan dalam

merancang pembelajaran matematika.

1. Beberapa kiat dalam pembelajaran matematika

Tatang Herman dalam artikelnya Tren Pembelajaran Matematika Pada

Era Informasi Global) memberikan kiat-kiat untuk melaksanakan pembelajaran

matematika yang penulis rasa sangat berguna untuk guru dalam merencanakan

sekaligus mengembangkan pembelajaran matematika di SD baik di kelas

rendah maupun di kelas tinggi. Adapaun kiat-kiatnya sebagai berikut.

a. Mulailah dari apa yang diketahui anak, bukan dari apa yang diketahui guru.

b. Sajikan matematika dalam suasana yang menyenangkan

c. Beri siswa kesempatan sebanyak-banyaknya untuk berbicara, bekerja, dan

menulis mengenai matematika

d. Gunakan bahasa yang biasa (familier bagi anak) sebagai starategi awal

e. Padukan matematika dengan pelajaran lain

f. Manfaatkan rekayasa teknologi (kalkulator dan komputer)

g. Gunakan media pembelajaran yang mudah diperoleh dan menarik

h. Biasakan menyelesaikan suatu permasalahan dengan pendekatan problem

solving

105
Pembelajaran Matematika SD Kelas Rendah e-Materi Transfer Melalui PDITT
i. Biasakan siswa untuk aktif bekerja sama dalam kelompok (cooperative

learning).

2. Terjadinya kegiatan eksplorasi dan investigasi di kelas

Pada pembelajaran dikelas rendah, siswa sudah bisa di ajak untuk

melakukan kegaiatan eksplorasi dan kegiatan investigasi. Seperti membongkar

pasang blok-blok, kubus satuan, manik-manik, dan benda manipulasi lainnya.

Hal ini diperlukan agar pebelajaran yang dilakukan dapat meransang siswa

untuk mencari sendiri, serta melakukan penyelidikan, membuat dugaan,

sehingga siswa berusaha untuk menemukan sendiri jawaban walaupun

memang pada penerapannya membutuhkan bimbingan dari guru.

3. Terapkanlah metode penemuan

Penemuan merupakan suatu proses. Proses penemuan dapat menjadi

kemampuan umum melalui latihan pemecahan masalah, praktek membentuk

dan menguji hipotesis. Dalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan

adalah belajar untuk menemukan, di mana seorang siswa dihadapkan dengan

suatu masalah atau suatu situasi yang tampak ganjil sehingga siswa dapat

mencari jalan pemecahan (Markaban, 2008: 10). Selanjutnya menurut

Ruseffendi (2006: 329) metode (mengajar) penemuan adalah metode mengajar

yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh

pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui

pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam metode

penemuan, bentuk akhir apa yang ditemukan belum diketahui oleh siswa.

Kemudian Hudojo (2005: 72) menyatakan belajar “menemukan” (discovery

learning ) merupakan proses belajar memungkinkan siswa menemukan untuk


106
Pembelajaran Matematika SD Kelas Rendah e-Materi Transfer Melalui PDITT
dirinya melalui suatu rangkaian pengalaman-pengalaman yang konkret.

Bahkan yang dipelajari tidak disajikan dalam bentuk final, siswa diwajibkan

melaksanakan beberapa aktivitas mental sebelum itu diterima ke dalam struktur

kognitifnya.

Dalam penerapannya, menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006: 204-206)

metode penemuan dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) bentuk, yaitu:

 Penemuan Murni

Pada pembelajaran dengan penemuan murni pembelajaran terpusat pada

siswa dan terpusat pada guru. Siswalah yang menentukan tujuan dan

pengalaman belajar yang diinginkan guru hanya memberikan masalah dan

situasi belajar kepada siswa. Siswa mengkaji fakta atau yang terdapat pada

masalah itu dan menarik kesimpulan (generalisasi) dari apa yang

ditemukan. Penemuan murni hampir tidak mendapat bimbingan guru, dan

biasanya dilakukan pada kelas yang pandai.

 Penemuan Terbimbing

Pada pengajaran dengan penemuan terbimbing guru mengarah tentang

materi pelajaran. Bentuk bimbingan yang diberikan guru dapat berupa

petunjuk, arahan, pertanyaan atau dialog, sehingga diharapkan siswa dapat

menyimpulkan (menggeneralisasi) sesuai dengan rancangan guru.

Generalisasi atau kesimpulan yang ditemukan oleh siswa harus dirancang

secara jelas oleh guru.

107
Pembelajaran Matematika SD Kelas Rendah e-Materi Transfer Melalui PDITT
 Penemuan Laboratory

Penemuan laboratory, proses penemuan dilakukan dengan menggunakan

objek langsung (konkret) dengan cara mengkaji, menganalisis, dan

menemukan secara induktif, merumuskan dan membuat kesimpulan.

Pembelajaran penemuan terbimbing, sesuai dengan karakteristik siswa

SD yang berusia 7-12 tahun secara psikologis masih memerlukan bimbingan

guru.

a. Metode Penemuan Terbimbing

Dalam kegiatan pembelajaran guru memegang peranan penting dalam

usaha untuk mengembangkan pemahaman siswa dan kemampuan berpikir

kritis. Untuk itu guru perlu memahami strategi pembelajaran atau metode

pembelajaran yang tepat agar siswa mampu berpikir kritis dan mendorong

siswa agar berpikir kritis. Pott menyatakan ada tiga strategi spesifik untuk

pembelajaran kemampuan berpikir kritis, yakni membangun kategori,

menentukan masalah, dan menciptakan lingkungan yang mendukung

(Rochaminah, 2008: 7).

Kategori dibangun berdasarkan konsep yang ingin disampaikan oleh guru

dalam proses pembelajaran. Untuk mencapai suatu pemahaman konsep,

identifikasi masalah dapat membantu menciptakan suasana berpikir bagi

peserta didik. Strategi yang berikutnya adalah menciptakan lingkungan fisik

yang mendukung . Berpikir kritis dalam suatu kelas dapat difasilitasi dengan

suasana kelas yang mendorong semangat siswa untuk menemukan, salah satu

lingkungan fisik yang mendukung berpikir kritis siswa dalam kelas adalah

susunan tempat duduk siswa. Bila tempat duduk siswa disusun sedemikian rupa
108
Pembelajaran Matematika SD Kelas Rendah e-Materi Transfer Melalui PDITT
sehingga siswa dapat berinteraksi dengan siswa yang lain dan dengan ini guru

membantu siswa untuk berpikir kritis. Metode penemuan merupakan sebuah

cara yang digunakan untuk menerapkan rencana yang sudah disusun dalam

bentuk tujuan pembelajaran. Metode penemuan terbimbing merupakan bagian

dari pembelajaran dengan penemuan. Metode penemuan terbimbing pertama

kali diperkenalkan oleh Plato antara Scorates dan seorang anak, maka sering

disebut dengan metode Scratic. Metode ini melibatkan suatu dialog/interaksi

antara siswa dan guru di mana siswa mencari kesimpulan yang diinginkan

melalui suatu urutan pertanyaan yang diatur oleh guru. Salah satu buku yang

pertama menggunakan teknik penemuan terbimbing adalah tentang aritmatika

oleh Warren Colburn yang pelajaran pertamanya berjudul: Intellectual

Arithmetic upon the Inductive Methode of Instruction, yang isinya menekankan

penggunaan suatu urutan pertanyaan dalam mengembangkan konsep dan

prinsip matematika (Markaban, 2008: 11).

Proses bimbingan dari guru yang diberikan dalam penemuan terbimbing

yaitu guru memberikan bantuan agar siswa lebih terarah dalam memahami

tujuan kegiatan yang dilakukan dan berupa arahan tentang prosedur kerja yang

perlu dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Arahan yang diberikan bisa

dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan, pertanyaan yang tepat dari seorang guru

akan sangat membantu siswa dalam menemukan sesuatu.

Pembelajaran dengan model penemuan terbimbing dapat

diselenggarakan secara individual atau kelompok. Model ini sangat bermanfaat

untuk mata pelajaran matematika sesuai dengan karakteristik matematika

tersebut (Markaban, 2008:17). Dalam pembelajaran dengan penemuan


109
Pembelajaran Matematika SD Kelas Rendah e-Materi Transfer Melalui PDITT
terbimbing peranan siswa sangat besar, karena pembelajaran tidak berpusat

pada guru, guru hanya memberikan bimbingan kepada siswa dan bimbingan

yang diberikan jika diperlukan dan dorongan yang diberikan agar siswa dapat

berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan

yang telah disediakan guru, seberapa jauhnya bimbingan yang diberikan oleh

guru terhadap siswa, sangat tergantung pada kemampuan dan materi yang

sedang dipelajari. Selanjutnya Markaban menambahkan dalam pembelajaran

dengan penemuan terbimbing pembelajaran dimulai dengan guru memulai

belajar mengajar dengan menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan siswa dan

mengkondisikan kelas untuk kegiatan seperti pemecahan masalah, investigasi

atau aktivitas lainnya.

Markaban (2008: 17-18), menyatakan agar pelaksanaan model

penemuan terbimbing berjalan dengan efektif, beberapa langkah yang perlu

ditempuh oleh guru matematika adalah sebagai berikut:

a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data

secukupnya, perumusannya harus jelas, hindari pertanyaan yang

menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.

b. Dari data yang diberikan oleh guru, siswa menyusun, memproses,

mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini bimbingan

guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya

mengarah siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui

pertanyaan-pertanyaan atau LKS.

110
Pembelajaran Matematika SD Kelas Rendah e-Materi Transfer Melalui PDITT
c. Siswa membuat konjektur (perkiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya.

d. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat siswa tersebut di atas

diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran

prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.

e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut,

maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa

menyusunnya. Di samping itu perlu diingatkan pula bahwa induksi tidak

menjamin 100% kebenaran konjektur.

f. Sesudah menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal

latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu

benar.

Interaksi yang terjadi dalam metode penemuan terbimbing menekankan

interaksi pada proses belajar mengajar, interaksi dapat terjadi antara siswa

dengan siswa, siswa dengan bahan ajar, siswa dengan guru, siswa dengan

bahan ajar dan siswa dan siswa dengan bahan ajar dan guru. Interaksi yang

mungkin terjadi dapat diilutrasikan sebagai berikut:

Guru

Bahan Ajar

Siswa B Siswa A

Sumber: Markaban (2008)

111
Pembelajaran Matematika SD Kelas Rendah e-Materi Transfer Melalui PDITT
Dalam pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing, interaksi

dapat terjadi antara siswa baik dalam diskusi kelompok kecil maupun dalam

kelas. Dalam proses pembelajaran siswa melakukan aktivitas penemuan dalam

kelompok-kelompok kecil, siswa berinteraksi dengan siswa lainnya. Interaksi

yang terjadi dapat berupa saling sharing antara siswa yang berkemampuan

lemah bertanya dan dijelaskan oleh siswa yang pandai. Kondisi semacam ini

selain akan berpengaruh terhadap materi matematika, juga akan dapat

meningkatkan social skiils siswa sehingga interaksi merupakan aspek penting

dalam pembelajaran matematika, interaksi yang terjadi antara 3 (tiga)

komponen penting di atas yaitu guru, siswa, bahan ajar. Manakala interaksi

yang terjadi antar guru dengan siswa, siswa dengan beberapa siswa, atau

interaksi yang serentak yang terjadi dengan semua siswa dalam kelas adalah

untuk memancing berpikir siswa yaitu dengan pertanyaan-pertanyaan terfokus,

dengan demikian dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-

konsep, dan siswa dapat menemukan sesuatu untuk memecahkan masalah.

4. Permainan (game)

Dikelas rendah, hadirkan permainan dalam pembelajaran matematika

yang sesuai dengan topik ataupun materi yang disajikan. Dengan adanya

permainan, menurut pengalaman penulis dapat meningkatkan keaktifan siswa

dan siswa telihat senang saat belajar. Hal yang sama juga dikemukan oleh

Turmudi (2009: 90) dengan penggunaan game atau puzzlle dalam matematika

mengundang siswa untuk bersenang-senang dalam belajar matematika. Lebih

lanjut Ernes (dalam Turmudi 2009: 90) mengatakan bahwa “games” dapat

112
Pembelajaran Matematika SD Kelas Rendah e-Materi Transfer Melalui PDITT
memotivasi banyak siswa dan di dalam game perhitungan rutin sering diulang

berkali-kali.

Kebanyakan siswa sudah mulai mengenal permainan mulai dari kanak-

anak, tentunya dengan adanya permainan matematika dalam pembelajaran

akan membuat siswa belajar sambil bermain. Game sebagai sarana bermain

dalam pembelajaran. Ernes (dalam Turmudi 2009: 90) mengklaim bahwa game

mengajarkan matematika secara efektif karena empat hal yaitu:

a. Menyediakan reinforcement dan latihan keterampilan

b. Menyediakan motivasi

c. Membantu akuisi dan pengembangan konsep matematika

d. Mengembangkan strategi pemecahan masalah.

Berdasarkan pendapat ahli di atas tentunya merancang permainan

sangat menunjang pembelajaran dikelas rendah karena taraf berpikirnya masih

operasional konkret. Seperti pepatah yang di kemukakan Darhim (1992: 296)

“bermain harus sambil belajar dan jangan belajar sambil bermain”.

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Untuk merancang rencana pelaksanaan pembelajaran, tentunya harus

disesuaikan antara KD, SK, indikator, tujuan pembelajaran sehingga apa yang

direncanakan akan dapat diukur. Pada tahapan pembelajaran yang biasanya

dikenal dengan istilah tahap awal/pembuka pembelajaran, tahap inti dan tahap

penutup, harus didesain sedemikian rupa agar proses pembelajaran yang

dilakukan gurunya menjadi bermakna, tentunya dengan menggunakan sumber

belajar, media/alat peraga yang sesuai dengan materi yang disajikan.

113
Pembelajaran Matematika SD Kelas Rendah e-Materi Transfer Melalui PDITT
Pada kegiatan pendahuluan, pembelajaran dapat dimulai dengan

memotivasi siswa, menjelaskan mengapa perlu dan penting mempelajari materi

yang akan disajikan. Sebagai contoh materi yang disajikan adalah materi

pengukuran, maka dapat disampaikan kepada siswa mengapa pentingnya

mempelajari materi pengukuran panjang dan apa kegunaannya. Kemudian

dilanjutkan dengan tanya jawab misalkan: berapa tinggi siswa A, kemudian

coba berdiri (dengan peragaan pengukuran) mereka membandingkan siapa

yang lebih tinggi dengan teman sebangku.

Pada kegiatan Inti, supaya pembelajaran yang terapkan menjadi

bermakna. Sajikanlah kegiatan Investigasi ataupun kegiatan eksplorasi, seperti

mengukur ubin, mengukur panjang papan tulis, mengukur panjang jauhnya

lompatan siswa. Jika pembelajaran disajikan dengan kegiatan investigasi

bahkan pembelajaran dapat dilakukan diluar ruangan. Untuk memudahkan guru

untuk kegiatan investigasi, siswa dapat dibagi menjadi beberapa kelompok

kecil. Pada kegiatan invetigasi dan diskusi, usahakan memberi bimbingan jika

memang siswa membutuhkannya. Pada kegiatan penutup, berilah penguatan

terhadap materi yang dipelajari dan berilah kesimpulan materi.

114
Pembelajaran Matematika SD Kelas Rendah e-Materi Transfer Melalui PDITT
Contoh I. LK untuk kegiatan Investigasi pada materi pengukuran panjang.

Kelompok : Tanggal....................................
Nama :

1. Ukurlah benda-benda berikut ini dengan menggunakan jengkal dan


mistar/penggaris, kegiatan pengukuran dilakukan oleh tiap-tiap anggota
kelompok dan kemudian tulislah hasil pengukuran anda.
a. Buku
b. Spidol
c. Pensil
d. Meja

Tabel 1. Hasil pengukuran dengan menggunakan jengkal.

Nama Siswa:
No Nama Benda Ukuran Jengkal
a. Buku ....... jengkal
b. Spidol ....... jengkal
c. Pensil ....... jengkal
d. Meja ....... jengkal

Nama Siswa:
No Nama Benda Ukuran Jengkal
a. Buku ....... jengkal
b. Spidol ....... jengkal
c. Pensil ....... jengkal
d. Meja ....... jengkal

Nama Siswa:
No Nama Benda Ukuran Jengkal
a. Buku ....... jengkal
b. Spidol ....... jengkal
c. Pensil ....... jengkal
d. Meja ....... jengkal

115
Pembelajaran Matematika SD Kelas Rendah e-Materi Transfer Melalui PDITT
Tabel 2. Hasil pengukuran dengan menggunakan penggaris.
Siswa:
No Nama Benda Penggaris (satuan cm)
a. Buku ..... cm
b. Spidol ..... cm
c. Pensil ..... cm
d. Meja ..... cm

Siswa:
No Nama Benda Penggaris (satuan cm)
a. Buku ..... cm
b. Spidol ..... cm
c. Pensil ..... cm
d. Meja ..... cm

Siswa:
No Nama Benda Penggaris (satuan cm)
a. Buku ..... cm
b. Spidol ..... cm
c. Pensil ..... cm
d. Meja ..... cm

2. Apakah ada perbedaan ukuran panjang yang anda peroleh dari hasil
pengukuran yang telah dilakukan dengan menggunakan jengkal.

3. Tuliskan sebuah kalimat yang menyatakan berapa banyak lebih besar


panjang satu benda dibandingkan dengan benda yang lain. Tunjukkan atau
katakan bagaimana anda menjelaskannya.

116
Pembelajaran Matematika SD Kelas Rendah e-Materi Transfer Melalui PDITT
D. REFERENSI

Darhim. (1992). Work Shop Matematika. Jakarta. Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan.

Hariyani, M. (2010). Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan


Terbimbing Untuk Meningkatkan Pemahaman konsep dan Kemampuan
Penalaran Matematika. Tesis SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan

Heruman. (2008). Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar.


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Hudojo, H. (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.


Malang: UM PRESS.

Markaban. (2008). Model Penemuan Terbimbing pada Pembelajaran


Matematika SMK. Yokyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.

Rochaminah, S. (2008). Penggunaan Metode Penemuan untuk Meningkatkan


Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Mahasiswa Keguruan. [Online]
http://www.puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah_peserta/07_Sutji%20
Rochaminah_Penggunaan%20Metode%20Penemuan%20untuk%20menin
gkatkan%20kemampuan.pdf [25 januari 2011]

Rochaminah, S. (2008). Penggunaan Metode Penemuan untuk Meningkatkan


Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Mahasiswa Calon Guru. Disertasi
SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Ruseffendi, E. T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan


Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan
CBSA. Bandung: Tarsito.

Ruseffendi, E. T. (1994). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-


Eksakta lainnya. Semarang. IKIP Semarang.

Ruseffendi, E. T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan


Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk meningkatkan CBSA.
(Edisi revisi). Bandung: Tarsito.

Suwangsih, E dan Tiurlina. (2006). Model Pembelajaran Matematika. Bandung.


UPI PRESS.

Turmudi. (2009). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran “Matematika


Berparadigma” Eksploratif dan Investigasi. Jakarta. PT Leuser Cita
Pustaka.

117
Pembelajaran Matematika SD Kelas Rendah e-Materi Transfer Melalui PDITT

Anda mungkin juga menyukai