Anda di halaman 1dari 6

PAPER : TITRASI ASAM - BASA : VOLUMETRI

PRAKTIKUM KONSEP LARUTAN DAN BIO-ORGANIK

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK V ( LIMA )

- ALEXANDER FERNANDO SILAEN


- BELLA FIESTA RAJAGUKGUK
- IIN SRI MULYANI PANGGABEAN
- SARAH IHZA MAHFUZA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PENDIDIKAN MATEMATIKA

EKSTENSI A

2016
TITRASI ASAM – BASA : VOLUMETRI
Alexander Fernando S., Bella Fiesta R., Iin Sri Mulyani P., dan Sarah Ihza M
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

ABSTRAK

Analisa volumetri merupakan salah satu metode analisa kwantitatif, yang sangat
penting penggunaannya dalam menentukan konsentrasi zat yang ada dalam larutan.
Keberhasilan analisa volumetri ini sangat ditentukan oleh adanya indikator yang tepat
sehingga mampu menunjukkan titik akhir titrasi yang tepat. Kurkumin, zat warna yang
terkandung dalam umbi tanaman kunyit (Curcuma domestica val.) ternyata mampu berfungsi
sebagai indikator karena terjadinya perubahan warna dari kuning muda coklat menjadi coklat
pada pH sekitar 4,5 – 9,9.Begitu juga pada ekstrak ubi ungu yang dapat menjadi indikator
asam kuat dan basa kat dalam proses titrasi. Dalam percobaan titrasi asam-basa volumetri,
praktikan secara umum menggunakan bahan berupa air suling, Natrium Hidroksida,
Fenolftalein, Asam klorida, dan Cuka. Namun ini hanya bahan yang sering digunakan pada
kimia umum dasar. Pada penelitian lanjutan, bahan bisa saja bergantung pada apa objek yang
akan diteliti misalkan saja : kunyit, Ekstrak kubis ungu dan lain-lain. Bahan alami yang
digunakan biasanya akan di ekstraksi terlebih dahulu menggunakan alat-alat laboratorium
lanjutan. Beberapa percobaan dalam tulisan ini sendiri bertujuan untuk menguji kadar Ph
bahan alami yang dapat dijadikan sebagai indikator alami dalam proses titrasi asam-basa.

PENDAHULUAN

Titrasi asam basa adalah suatu prosedur untuk menentukan kadar (pH) suatu larutan
asam/basa berdasarkan reaksi asam basa. Kadar larutan asam dapat menentukan dengan
menggunakan larutan basa yang sudah diketahui kadarnya, dan sebaliknya kadar larutan basa
dapat ditentukan dengan menggunakan larutan asam yang sudah diketahui kadarnya. Titrasi
yang menyandarkan pada jumlah volume diusahakan setepat mungkin dengan menggunakan
alat-alat, seperti buret dan pipet volumetri. Larutan yang akan dicar kadarnya dimasukkan ke
dalam labu erlenmeyer, sementara larutan yang sudah diketahui kadarnya dimasukkan ke
dalam buret sebelum memulai titrasi, larutan yang akan dititrasi ditetesi larutan indikator.
Sejenis indikator yang digunakan sesuai dengan titrasi yang dilakukan, misalnya : fenolftalein
untuk titrasi asam kuat oleh basa kuat.

Indikator asam-basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya
berubah. Apabila dalam suatu titrasi, asam maupun basanya merupakan elektrolit kuat,
larutan pada titik ekivalen akan mempunyai pH=7. Tetapi bila asamnya ataupun basanya
merupakan elektrolit lemah, garam yang terjadi akan mengalami hidrolisis dan pada titik
ekivalen larutan akan mempunyai pH > 7 (bereaksi basa) atau pH < 7 (bereaksi asam). Harga
pH yang tepat dapat dihitung dari tetapan ionisasi dari asam atau basa lemah tersebut dan dari
konsentrasi larutan yang diperoleh. Titik akhir titrasi asam basa dapat ditentukan dengan
indikator asam basa (Underwood, 1983). Indikator yang digunakan harus memberikan
perubahan warna yang nampak di sekitar pH titik ekivalen titrasi yang dilakukan, sehingga
titik akhirnya masih jatuh pada kisaran perubahan pH indikator tersebut. Haryadi (1986)
menyebutkan bila suatu indikator digunakan untuk menunjuk-kan titik akhir titrasi, maka :
1. Indikator harus berubah warna tepat pada saat titrant menjadi ekivalen dengan titrat.
2. Perubahan warna itu harus terjadi secara mendadak, agar tidak ada keraguan-keraguan
tentang kapan titrasi harus dihentikan.

Secara teknis, titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan sedikit demi sedikit larutan
penitrasi melalui buret kedalam larutan yang akan dititrasi dalam labu erlenmeyer.
Penambahan dilakukan terus menerus sampai kedua larutan tepat habis bereaksi yang
ditandai dengan berubahnya warna indikator. Kondisi pada saat terjadi perubahan warna
indikator tersebut disebut titik akhir titrasi, titik akhir titrasi diharapkan mendekati titik
equivalen titrasi, yaitu kondisi pada saat larutan asam habis bereaksi denagan larutan basa.
Pendekatan antara titik akhir titrasi dan titik equivalen titrasi bergantung pada pH prubahan
warna dari larutan indikatr. Jika perubahan warna indikator terletak pada Ph titik equivalen,
maka titik akhir titrasi sama dengan titik equivalen. Akan tetapi, jika perubahan warna terjadi
setelah penambahan larutan penitrasi yang berlebih, maka titik akhir titrasi berbeda dengan
titik ekuivalen disebut kesalahan titrasi. Besar kecilnya kesalahan titrasi ditentukan oleh
pemilihan indikator. Jika indikator yang digunakan tepat, maka kesalahan titrasinya kecil
(Esdi, 2011)

Dalam beberapa penelitian, titrasi dijadikan suatu cara untuk membuktikan suatu
kandungan di dalam zat. Contohnya pada jurnal penelitian berjudul Pemungutan Kurkumin
dari Kunyit (Curcuma domestica val.) dan Pemakaiannya Sebagai Indikator Analisis
Volumetri, Potensi Pemanfaatan Ekstrak Kubis Ungu (Brassica oleracea L.)
sebagai Indikator Asam Basa Alami, dan lain sebagainya.

METODE PENELITIAN

Bahan

Dalam percobaan titrasi asam-basa volumetri, praktikan secara umum menggunakan bahan
berupa air suling, Natrium Hidroksida, Fenolftalein, Asam klorida, dan Cuka. Namun ini
hanya bahan yang sering digunakan pada kimia umum dasar. Pada penelitian lanjutan, bahan
bisa saja bergantung pada apa objek yang akan diteliti misalkan saja : kunyit, Ekstrak kubis
ungu dan lain-lain. Bahan alami yang digunakan biasanya akan di ekstraksi terlebih dahulu
menggunakan alat-alat laboratorium lanjutan.

Alat

Alat yang umum digunakan pada percobaan titrasi adalah sebagai berikut : pipet volume,
erelenmeyer, pipet tetes, beker gelas, corong, buret, dan klem statif. Namun, jika suatu
penelitian memerlukan alat untuk mengekstraksi suatu bahan, maka Ekstraksi dilakukan
dalam labu leher tiga dengan kelengkapannya seperti terlukis pada Gambar 2. Setelah
ekstraksi selama waktu tertentu, larutan hasil didistilasi untuk menguapkan etanolnya.
Distilasi dihentikan bila sudah tidak ada lagi uap alkohol yang menetes. Residu yang
dihasilkan segera dipindahkan dan didinginkan, dalam keadaan dingin, residu disaring
sehingga terbentuk kristal.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada percobaan titrasi, hasilnya akan menunjukkan warna sebelum dan sesudah
pencampuran akan berbeda. Hal ini akan dipengaruhi oleh berapa lama waktu yang
digunakan dan berapa volume larutan yang dipakai. Seperti contoh pada jurnal berjudul
Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma domestica val.). hasil dari titrasi waktu,
suhu dan ukuran butir. Yang menunjukan bahwa semakin lama waktu ekstraksi semakin
banyak kurkumin yang terambil. Kemudian, Semakin tinggi suhu reaksi, kurkumin yang
dihasilkan juga semakin bertambah untuk waktu reaksi yang sama, sebab gerakan molekul-
molekul pereaksi semakin besar.

Pada proses titrasi, agar titik akhir mendekati titik ekuivalen, adalah dengan
memperhatikan perubahan warna yang terjadi, jika warna pink (merah jambu ) sudah
semakin lama menghilang menandakan titik akhir sudah mendekati titik ekuivalen dimana
saat jumlah asam sama dengan basa.
Seperti yang sudah disebutkan, jika indikator yang digunakan pada titrasi tidak hanya bisa
menggunakan indkator kimia yang berada di laboratorium. Tetapi, juga bisa menggunakan
indikator yang berasal dari bahan alami. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa penelitian yang
memiliki haisl jika beberapa indikator alami bisa digunakan sebagai pengganti indikator
kimia. Contohnya pada hasil percobaan di jurnal berjudul : Pemakaiannya Sebagai
Indikator Analisis Volumetri, Potensi Pemanfaatan Ekstrak Kubis Ungu (Brassica
oleracea L.) sebagai Indikator Asam Basa Alami dan Pemungutan Kurkumin dari
Kunyit (Curcuma domestica val.). kedua jurnal ini menjelaskan jika ekstrak ubi ungu dan
kurkumin pada kunyit dapat menjadi pengganti indikator yang biasa digunakan. dengan hasil
sebagai berikut :
KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.


1. Proses pengambilan kurkumin dengan cara ekstraksi merupakan proses yang sederhana
dan dapat dilakukan dalam skala kecil dengan biaya yang tidak terlalu tinggi..
2. Penggunaan kurkumin sebagai indikator harus diencerkan sampai 5% volume sebanyak 4
tetes.
3. Kurkumin dapat digunakan sebagai indikator titik akhir titrasi dalam analisis volumetri
menggantikan fenolftalein dan methyl orange.
4. ektrak total dan fraksi fraksi dari kubis ungu hanya ekstrak total yang dapat digunakan
sebagai indikator dalam titrasi asam kuat dan basa kuat.

DAFTAR PUSTAKA

Erwin., Nur, Muhammad,A., dan Panggabean, A, sentosa., (2015), Potensi Pemanfaatan


Ekstraksi Kubis Ungu (Brassica oleracea L.) sebagai Indikator Asam Basa Alami ,
Jurnal Kimia Mulawarman , 13(1) : 15-18
Esdi,pangganti., (2001). Titrasi Asam Basa, Jakarta : Garmedia
Florentina, Nova., dan Masyithah, cut., (2016), Pemeriksaan Asam Thioglikolat Pada Sediaan
Pelurus Rambut yang Beredar di Pasar Sambas Medan, Jurnal Farmanesia, 11(11) : 44
- 48
Harjanti, Ratna,Sari., (2008), Pemungutan dan Pemakaian kurkumin dari kunyit (Curcuma
Donrestica val.) dan Pemakaiannya Sebagai Indikator Analisis Volumetri, Jurnal
Rekayasa Proses, 2(2) : 49 – 54
Underwood, A.L. dan Day, R.A., (1984). Analisa Kimia Kwantitatif, edisi 4, hal. 90-91,
Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai