Anda di halaman 1dari 21

JENIS-JENIS MODEL PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

BESERTA LANGKAH-LANGKAHNYA

1. Model Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning)


(langkah-langkah Problem-based Learning). Menurut Arends (2012: 411), ada lima
langkah penerapan PBM, yakni:
 Orientasi terhadap masalah : Guru menyajikan masalah nyata kepada peserta
didik.
 Organisasi belajar : Guru memfasilitasi peserta didik untuk memahami masalah
nyata yang telah disajikan, yaitu mengidentifikasi apa yang mereka ketahui, apa
yang perlu mereka ketahui, dan apa yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan
masalah. Peserta didik berbagi peran/tugas untuk menyelesaikan masalah tersebut.
 Penyelidikan individual maupun kelompok : Guru membimbing peserta didik
melakukan pengumpulan data/informasi (pengetahuan, konsep, teori) melalui
berbagai macam cara untuk menemukan berbagai alternatif penyelesaian masalah.
 Pengembangan dan penyajian hasil penyelesaian masalah : Guru
membimbing peserta didik untuk menentukan penyelesaian masalah yang paling
tepat dari berbagai alternatif pemecahan masalah yang peserta didik temukan.
Peserta didik menyusun laporan hasil penyelesaian masalah, misalnya dalam
bentuk gagasan, model, bagan, atau Power Point slides.
 Analisis dan evaluasi proses penyelesaian masalah : Guru memfasilitasi peserta
didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses penyelesaian
masalah yang dilakukan secara Mandiri (keberanian) , Intergritas (cinta
kebenaran).

2. Model Pembelajaran Inkuiri


Enam langkah dalam Model Pembelajaran Inkuiri adalah,
 Orientasi terhadap Masalah : Guru harus memiliki kreativitas sehingga
stimulus atau rangsangan yang di berikan benar-benar menarik bagi siswa.
Ciptakan kondisi melalui deskripsi cerita atau kasus yang dapat merangsang rasa
ingin tahu peserta didik. Guru dapat memberikan arahan atau bimbingan langsung
agar peserta didik dapat berlatih menggunakan pikirannya atau mengorientasikan
pemikiran pada suatu masalah yang akan di selesaikan.
 Merumuskan Masalah : Ketika rangsangan atau stimulus yang di berikan oleh
guru bekerja dengan baik, maka dalam pemikiran peserta didik akan muncul
pertanyaan-pertanyaan dan permasalahan-permasalahan yang akan menjadi dasar
dalam merumuskan masalah. Pertanyaan dan permasalahan yang baik akan
membuat siswa benar-benar belajar, sehingga mereka akan memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang apa yang sedang di pelajari.
 Mengajukan Hipotesis : Perumusan hipotesis oleh peserta didik dapat di pandu
oleh guru, dengan memberikan peserta didik bahan bacaan untuk menjawab
rumusan masalah. Rumusan hipotesis, atau jawaban sementara inilah yang
nantinya akan diuji kebenarannya.
 Mengumpulkan Data : Data atau informasi yang telah di peroleh kemudian
harus di pilah-pilah, hanya informasi dan data yang relevan dengan tujuan atau
pemecahan masalah mereka yang akan dijadikan sebagai data. Peserta didik pada
tahap ini diharapkan lebih banyak membaca secara mandiri, mengumpulkan
bahan-bahan yang di butuhkan dari internet, melakukan eksperimen-eksperimen
kecil dan sebagainya.
 Menguji Hipotesis : Setelah berkutat dengan beragam sumber belajar (sumber
informasi) yang tersedia dan sumber data yang ada, peserta didik kemudian akan
di ajak untuk memproses data dan informasi yang di peroleh. Mereka dapat
belajar mengorganisasikan data ke dalam tabel-tabel, daftar-daftar, atau ringkasan
yang akan mempermudah mereka dalam menguji kebenaran hipotesis yang telah
mereka susun dilangkah sebelumnya.
 Menyimpulkan : Dalam langkah-langkah model pembelajaran inkuiri adalah
peserta didik membuat kesimpulan tentang hasil pengujian hipotesis yang telah di
lakukan. Bisa saja, dari pembelajaran yang baru mereka lakukan, mereka akan
menemukan informasi yang tidak sesuai dengan hipotesis, atau sebaliknya, di
mana informasi baru tersebut semakin memperkuat informasi yang telah mereka
miliki itu. Dari sinilah mereka akan melakukan penyimpulan, yang di dasarkan
akan rasionalitas berdasarkan hasil penyelidikan ilmiah.
3. Model Pembelajaran berbasis projek
Ada 6 langkah yang harus dilakukan saat menerapkan project based learning yaitu:
 Mulai dengan sebuah pertanyaan : Pertanyaan harus mengandung
permasalahan yang harus dipecahkan dan menghasilkan sebuah penemuan atau
produk. Topik atau teman harus sesuai dengan real world dan mendorong siswa
untuk melakukan investigasi yang mendalam.
 Membuat Perencanaan (design a plan for the project) : Perencanaan dilakukan
secara kolaboratif antara guru dengan siswa. Perencanaan meliputi tentang aturan
main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan
esensial dengan mengintegrasikan berbagai subjek yang mendukung, serta
menginformasikan alat dan bahan yang dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan
proyek.
 Menyusun jadwal aktivitas : Guru dan siswa bersama-sama menyusun jadwal
kegiatan dalam menyelesaikan proyek. Waktu penyelesaian proyek harus jelas,
dan siswa diberi pengarahan untuk mengelola waktu yang ada. Berikan siswa
kebebasan dan kesempatan untuk mencoba menggali sesuatu yang baru. Guru
Pintar tetap harus memantau dan mengingatkan apabila siswa melenceng dari
tujuan proyek.
 Mengawasi proses pengerjaan proyek : Meskipun siswa diberikan kebebasan
menentukan strategi dan cara mengerjakan proyeknya, Guru pintar tetap
bertanggungjawab untuk memantau siswa selama menyelesaikan proyek. Guru
pintar bertindak sebagai mentor yang selalu mengarahkan para siswa untuk selalu
fokus dan terarah dalam mengerjakan proyeknya.
 Memberikan penilaian terhadap produk yang dihasilkan : Penilaian yang
Guru pintar lakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian
standar pada proses dan produk yang dihasilkan. Guru pintar juga berperan dalam
mengevaluasi kemajuan setiap siswa dan memberi feedback. Selanjutnya Guru
pintar dapat menyusun strategi pembelajaran berikutnya. Penilaian produk dapat
dilakukan dengan mempresentasikan produknya di depan teman atau guru.
 Melakukan Evaluasi : Pada akhir proses pembelajaran project based learning
guru dan siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan dan
produk yang telah dihasilkan. Proses refleksi dapat dilakukan secara individu
maupun kelompok. Siswa hendaknya diberikan kesempatan untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.

4. Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)


CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang
bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis
besar, langkah langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut.
 Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan
barunya.
 Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
 Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
 Ciptakan masyarakat belajar.
 Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
 Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
 Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

5. Model Pembelajaran Kooperatif


Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
 Menyampaikan tujuan dan motivasi peserta didik, dalam hal ini guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar
yang akan dicapai dan dapat memotivasi peserta didik.
 Menyajikan informasi, dimana guru menyajikan informasi kepada peserta didik.
 Mengorganisasikan peserta didik kedalam kelompok belajar, guru
menginformasikan akan dibentuknya pengelompokan peserta didik.
 Membimbing kelompok belajar, guru memotivasi dan juga memfasilitasi kerja
peserta didik dalam kelompok belajar.
 Evaluasi, dimana guru melakukan evaluasi hasil belajar terkait dengan materi
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
 Memberikan penghargaan, guru memberikan penghargaan hasil belajar individual
dan kelompok.

6. Model Pembelajaran Quantum Teaching


Langkah-langkah pembelajaran kuantum terdiri dari tanamkan, alami, namai,
demonstrasikan, ulangi dan rayakan atau dikenal dengan singkatan TANDUR :

 Tumbuhkan
Konsep tumbuhkan ini sebagai konsep operasional dari prinsip “bawalah dunia
mereka ke dunia kita”. Dengan usaha menyertakan siswa dalam pikiran dan
emosinya, sehingga tercipta jalinan dan kepemilikan bersama atau kemampuan
saling memahami. Secara umum konsep tumbuhkan adalah sertakan diri mereka,
pikat mereka, puaskan keingintahuan, buatlah siswa tertarik atau penasaraan
tentang materi yang akan diajarkan. Dari hal tersebut tersirat, bahwa dalam
pendahuluan (persiapan) pembelajaran dimulai guru seyogyanya menumbuhkan
sikap positif dengan menciptakan lingkungan yang positif, lingkungan sosial
(komunitas belajar), sarana belajar, serta tujuan yang jelas dan memberikan
makna pada siswa, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu.
 Alami
Tahap ini jika kita tulis pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada
kegiatan inti. Konsep “alami” mengandung pengertian bahwa dalam pembelajaran
guru harus memberi pengalaman dan manfaat terhadap pengetahuan yang
dibangun siswa sehingga menimbulkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Pada
konsep alami guru memberikan cara terbaik agar siswa memahami informasi,
memberikan permainan atau kegiatan yang memanfaatkan pengetahuan yang
sudah mereka miliki, sehingga dapat memfasilitasi siswa untuk memperoleh
pengetahuan yang melekat.
 Namai
Konsep ini berada pada kegiatan inti, yang “namai” mengandung maksud bahwa
penamaan memuaskan hasrat alami otak (membuat siswa penasaran, penuh
pertanyaan mengenai pengalaman) untuk memberikan identitas, menguatkan dan
mendefinisikan. Penamaan dalam hal ini adalah mengajarkan konsep, melatih
keterampilan berpikir dan strategi belajar. Pertanyaan yang dapat memandu guru
dalam memahami konsep “namai” yaitu perbedaan yang perlu dibuat dalam
belajar, apa yang harus guru tambahkan pada pengertian siswa, strategi kiat jitu,
alat berpikir yang digunakan untuk siswa ketahui atau siswa gunakan.
 Demonstrasikan
Tahap ini masih pada kegiatan inti, pada tahap ini adalah memberi kesempatan
siswa untuk menunjukkan bahwa siswa tahu. Hal ini sekaligus memberi
kesempatan siswa untuk menunjukkan tingkat pemahaman terhadap materi yang
dipelajari. Strategi yang dapat digunakan adalah mempraktekkan, melakukan
percobaan, menyusun laporan, menganalisis data, melakukan gerakan tangan,
kaki, gerakan tubuh bersama secara harmonis, dan lain-lain.
 Ulangi
Tahap ini jika kita tuangkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat
pada penutup. Tahap ini dilaksanakan untuk memperkuat koneksi saraf dan
menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini”. Kegiatan ini dilakukan secara
multimodalitas dan multikecerdasan. Guru memberikan ulangan tentang apa yang
sudah dipelajari, strategi untuk mengimplementasikan yaitu bisa dengan membuat
isian “aku tahu bahwa aku tahu ini” hal ini merupakan kesempatan siswa untuk
mengajarkan pengetahuan baru kepada orang lain (kelompok lain), atau dapat
melakukan pertanyaan pertanyaan post tes.
 Rayakan
Tahap ini dituangkan pada penutup pembelajaran. Dengan maksud memberikan
rasa puas, untuk menghormati usaha, ketekunan, dan kesusksesan yang akhirnya
memberikan rasa kepuasan dan kegembiraan. Dengan kondisi akhir siswa yang
senang maka akan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar lebih lanjut.
7. Model pembelajaran konvensional

Pembelajaran Konvensional: merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan di


sekolah-sekolah. Model ini menekankan pada proses pengajaran yang dilakukan oleh guru
kepada siswa, di mana guru menjadi sumber utama pengetahuan.

Langkah-langkah umum yang sering dilakukan dalam pembelajaran konvensional

a. Penyajian materi: Guru atau pengajar menyajikan materi yang akan dipelajari kepada
siswa. Materi ini biasanya disajikan melalui ceramah, penjelasan, atau presentasi.
b. Penugasan: Setelah materi disajikan, guru atau pengajar memberikan penugasan kepada
siswa untuk mempelajari materi tersebut secara lebih mendalam. Penugasan ini biasanya
berupa latihan soal atau tugas rumah.
c. Penilaian: Guru atau pengajar mengevaluasi kemampuan siswa dalam memahami materi
yang telah dipelajari. Penilaian ini biasanya dilakukan dengan menyelenggarakan ujian
atau mengevaluasi hasil penugasan yang diberikan.
d. Pembahasan: Guru atau pengajar membantu siswa untuk memahami materi yang sulit
dengan cara menjelaskan kembali atau membahasnya secara lebih mendalam.
e. pemberian feedback: Guru atau pengajar memberikan umpan balik terhadap kemampuan
siswa dalam memahami materi yang dipelajari. Umpan balik ini bertujuan untuk
membantu siswa mengetahui kelebihan dan kekurangan mereka dalam memahami materi
tersebut.
f. Pemantapan: Siswa terus mempelajari materi yang telah dipelajari sebelumnya dan
mengulangi latihan-latihan yang telah diberikan untuk memantapkan pemahaman mereka
terhadap materi tersebut.
g. Penyusunan rencana pembelajaran: Langkah ini melibatkan penentuan tujuan
pembelajaran, pemilihan materi yang akan diajarkan, dan pembuatan rencana
pembelajaran yang detail.
h. Pelatihan tambahan: Langkah ini melibatkan siswa yang membutuhkan bantuan
tambahan untuk memahami materi yang telah diajarkan, dengan cara mengikuti pelatihan
tambahan atau mengikuti kelas tambahan.
i. Evaluasi: Langkah ini melibatkan penilaian terhadap pencapaian siswa berdasarkan
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Penilaian ini biasanya dilakukan dengan
menggunakan tes atau evaluasi lainnya, seperti tugas, proyek, atau presentasi.
j. Penyampaian materi: Langkah ini melibatkan guru atau instruktur yang menyampaikan
materi kepada siswa secara lisan atau menggunakan media lain, seperti presentasi, video,
atau demonstrasi.
8. Model pembelajaran konstruktivime
Pembelajaran Konstruktivisme: merupakan model pembelajaran yang menekankan pada proses
siswa membangun pengetahuan melalui pengalaman, refleksi, dan diskusi. Siswa diharapkan
dapat membangun pengetahuan baru dengan cara mengkonstruksi sendiri makna dari apa yang
mereka pelajari.adapu langkah –langkah tersebut adalah:

a. mentukan tujuan pembelajaran: Tentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan
jelas dan sesuai dengan kemampuan siswa.
b. Ajak siswa untuk mengemukakan ide-ide mereka: Ajak siswa untuk berpartisipasi aktif
dalam proses pembelajaran dengan mengemukakan ide-ide dan pendapat mereka terkait
materi yang diajarkan.
c. Berikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara mandiri: Berikan kesempatan
kepada siswa untuk belajar secara mandiri dengan memberikan tugas-tugas yang
menantang dan menyenangkan.
d. jadikan siswa sebagai sumber belajar: Jadikan siswa sebagai sumber belajar dengan
meminta mereka untuk mengemukakan pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya dan
menggunakannya sebagai dasar untuk memahami materi baru.
e. Tentukan tujuan pembelajaran: Pertama-tama, penting untuk menentukan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, sehingga dapat membantu menentukan bagaimana
konsep-konsep yang akan diajarkan kepada siswa.
f. Buat konteks pembelajaran yang relevan: Menciptakan konteks pembelajaran yang relevan
dapat membantu siswa memahami konsep-konsep yang sedang diajarkan dengan lebih
mudah. Ini dapat dilakukan dengan menghubungkan materi yang sedang diajarkan dengan
kehidupan nyata atau dengan menyajikan materi dalam bentuk yang lebih visual.
g. tawarkan pilihan dan fleksibilitas: Memberikan pilihan dan fleksibilitas kepada siswa
dapat membantu mereka merasa lebih terlibat dalam proses pembelajaran. Ini dapat
dilakukan dengan menyediakan beberapa metode pembelajaran yang berbeda atau dengan
memberikan siswa kebebasan untuk mengeksplorasi materi dengan cara yang mereka
sukai.
h. Berikan contoh dan latihan: Memberikan contoh dan latihan yang tepat dapat membantu
siswa memahami dan mengaplikasikan konsep-konsep yang sedang diajarkan. Ini dapat
dilakukan dengan menyediakan contoh yang sesuai dengan konteks pembelajaran atau
dengan memberikan siswa latihan yang membantu mereka mengaplikasikan konsep-
konsep tersebut.
i. Fasilitas refleksi dan diskusi: Menyediakan waktu untuk refleksi dan diskusi dapat
membantu siswa memahami materi yang sedang diajarkan dengan lebih baik. Ini dapat
dilakukan dengan mengajak siswa untuk berdiskusi tentang materi yang sedang diajarkan
atau dengan memberikan siswa waktu untuk merenungkan konsep-konsep tersebut sendiri.
j. Dorong siswa untuk terus belajar: Dorong siswa untuk terus belajar dengan memberikan
dorongan dan motivasi yang tepat agar mereka terus bersemangat dalam belajar
k. Buat lingkungan belajar yang kondusif: Lingkungan belajar yang kondusif akan membantu
siswa untuk lebih terbuka dalam mencari dan memahami informasi baru.

9. Model pembelajaran role playing


Seorang guru yang baik, harus memiliki standar kompetensi pedagogik yang salah satu aspeknya
adalah menguasai metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Salah satu model
pembelajaran inovatif yang dapat dilakukan oleh Guru Pintar di kelas adalah dengan menerapkan
model pembelajaran bermain peran (role playing). Pengertian pembelajaran role playing adalah
metode pembelajaran di mana siswa langsung memerankan suatu masalah yang memfokuskan
pada masalah-masalah tentang hubungan manusia.

Siswa diberikan kesempatan untuk menggambarkan atau mengekspresikan suatu tokoh yang
diperankan dan siswa-siswa lainnya mendapat tugas untuk mengamati tentang jalannya drama.
Pada bagian tertentu misalnya di bagian tengah, guru dapat menghentikan drama dan memberi
kesempatan pada siswa-siswa untuk mengeluarkan pendapat serta kritik mengenai materi
pembelajaran yang sedang dipelajari.

Langkah-langkah yang terdapat pada role playing adalah sebagai berikut;

a. Memilih pemain/pemeran drama

Untuk memilih siapa saja yang akan menjadi pemain atau pemeran dalam drama, siswa dan guru
dapat melakukan musyawarah. Guru Pintar dapat memilih siswa yang sesuai untuk memainkan
peran yang dibutuhkan. Beri kesempatan pada siswa yang berminat untuk mengajukan dirinya
sendiri. Hal ini membuat siswa lebih percaya diri

b. Diskusi dan evaluasi

Ketika ada hal yang menyimpang kemudian Guru Pintar menghentikan drama, ajaklah siswa
untuk duduk Bersama dan mendiskusikan permainan tadi. Kemudian ajal mereka untuk
melakukan evaluasi terhadap peran-peran yang dilakukan. Beri kesempatan kepada siswa untuk
memberikan usulan perbaikan seperti berganti peran atau mengubah alur ceritanya.

c. Berbagi pengalaman dan Menyimpulkan.


Setelah siswa dapat melakukan perbandingan antara cerita dan realita, kini saatnya Guru Pintar
mengajak siswa untuk berbagi pengalaman mereka yang berkaitan dengan tema role play yang
telah dilakukan. Setelah itu siswa akan membuat kesimpulan. Contohnya adalah siswa akan
berbagi pengalaman tentang bagaimana siswa mengalami kegagalan dalan ujian. Kemudian Guru
Pintar mengajak siswa membahas bagaimana sebaiknya siswa menghadapi situasi tersebut, apa
yang yang harus dilakukan supaya hal tersebut tidak terjadi, dan lain sebagainya.

d. Memainkan peran

Permainan peran atau role playing dilaksanakan secara spontanitas. Mungkin pada awalnya
banyak siswa akan mengalami kebingungan dalam memainkan perannya atau bahkan tidak
sesuai dengan peran yang seharusnya ia lakukan. Tidak menutup kemungkinan juga ada yang
memainkan peran yang bukan perannya. Nah, di sinilah peran Guru Pintar dibutuhkan. Guru
Pintar dapat menghentikan drama dan mengarahkan jalannya pertunjukan.

10.MODEL JIGSAW II (MODEL TIM AHLI)

Pengajaran dengan jigsaw pertamakali dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rekannya
pada tahun 1978 kemudian dikembangkan oleh slavin pada tahun 1986a yang disebut dengan
Jigsaw II dalam bentuk yang lebih praktis dan mudah.

Jigsaw II dapat digunakan apabila materi yang akan dipelajari berbentuk narasi tertulis.
Pembelajaran ini sangat cocok untuk pelajaran ilmu social, literature, dan sebagian pelajaran
ilmu pengetahuan alam, serta pelajaran bidang laiannya yang tujuan utamanya adalah
penguasaan konsep. Pengajaran (bahan baku) untuk jigsaw II biasanya harus berupa BAB,
Cerita, biografi atau materi-materi narasi lainnya.

Langkah-langkah :

 Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen 4-5 siswa untuk bekerja
secara tim
 Para siswa diberikan tugas untuk membaca beberapa BAB atau Unit dan diberikan
Lembar Ahli yang terdiri tas topic-topik yang berbeda yang harus menjadi focus perhatin
masing-masing anggota tim saat mereka membaca.
 Setelah selesi membaca, setiap siswa dari tim yang berbeda yang memiliki focus topic
yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan topic mereka sekitar 30
menit.
 Setelah selesai, para ahli tersebut kembali kepada tim mereka dan secara bergantian
mengajari teman satu timnya mengenai topic mereka.
 Para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topic dan skor kuis akan menjadi
skor tim.

Jadwal kegiatan

 Membaca, para siswa menerima topic ahli dan membaca materi yang diminta untuk
menemukan informasi
 Diskusi kelompok ahli, para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk
mendiskusikannya dalam kelompok ahli
 Laporan tim, para siswa kembali kepada kelompok mereka masing-masing untuk
mengajari topic-topik merekan kepada teman satu tim.
 Tes, para siswa mengerjakan kuis-kuis indovidu yang mencakup semua topic
 Rekognisi tim, skor tim dihitung seperti dalam STAD

11. MODEL KOPERATIF TIPE LEARTING TOGETHER (LT)

David dan Roger Johnson dari Universitas Minnesota mengembangkan model learning together
dari pembelajaran kooperatif. Metode yang mereka teliti meliputi siswa yang dibagi dalam
kelompok yang terdiri atas empat atau lima kelompok dengan latar belakang yang berbeda
mengerjakan lembar tugas, dan menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja
kelompok. David dan Roger Johnson (dalam Slavin, 2008) menekankan pada empat unsur yakni
:

 Interaksi tatap muka : para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok yang


beranggotakan empat sampai lima orang,
 Interdependensi positif : para siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan
kelompok,
 Tanggung jawab individual : para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka secara
individual telah menguasai materinya
 Kemampuan-kemampuan interpersonal dan kelompok kecil : para siswa diajari
mengenai sarana-sarana yang efektif untuk bekerja sama dan mendiskusikan seberapa
baik kelompok mereka bekerja dalam mencapai tujuan mereka
Dalam hal ini penggunaan kelompok pembelajaran heterogen dan penekanan terhadap
interdependensi positif, serta tanggung jawab individual metode-metode Johnson ini sama
dengan STAD. Akan tetapi, mereka juga menyoroti perihal pembangunan kelompok dan
menilai sendiri kinerja kelompok, dan merekomendasikan penggunaan penilaian tim
ketimbang pemberian sertifikat atau bentuk rekognisi lainnya. Metode ini membagi siswa
dalam kelompok heterogen dengan 4 – 5 anggota. Setiap kelompok ini menerima satu
lembar tugas, menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok.
Langkah - Langkah Pembelajaran Koperatif Tipe Learning Together
Adapun sintaks dari Learning Together adalah:
 Guru menyajikan pelajaran.
 Membentuk kelompok yang anggotanya 4 sampai 5 orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain)
 Masing-masing kelompok menerima lembar tugas dan menyelesaikannya.
 Beberapa kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya.
 Pemberian pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok

12.MODEL STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang
paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam
matematika, IPA, IPS, bahasa inggris, teknik dan banyak subjek lainnya, dan pada tingkat
sekolah dasar sampai perguruan tinggi
Tipe STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan
interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran guna untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pada proses pembelajarannya, belajar
kooperatif tipe STAD melalui lima tahapan yang meliputi :1) Tahap penyajian materi, 2) tahap
kegiatan kelompok, 3) tahap tes individual, 4) tahap perhitungan skor perkembangan individu,
dan 5) tahap pemberian penghargaan kelompok

Langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD yakni

 Penyampaian Tujuan dan Motivasi


 Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan
memotivasi siswa untuk belajar.
 Pembagian Kelompok

Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa
yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis
kelamin, ras atau etnik.

 Presentasi dari guru

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang
ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru
member motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam proses
pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang
diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara
mengerjakannya.

 Kegiatan Belajar dalam Tim (kerja Tim)

Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai
pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing
memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan
bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari
STAD.
 Kuis (Evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga
melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan
kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar
siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar
tersebut. Guru menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal, misalnya 60, 75, 84, dan
seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa.

 Penghargaan Prestasi Tim

Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang
0-100.

13. Model Pembelajaran Talking stik

Langkah-langkah pembelajaran metode talking stick di kelas menurut Ramadhan (2010) adalah
sebagai berikut:

1. Guru membentuk kelompok yang terdiri dari beberapa siswa, misalnya 4 hingga 6 siswa.

2. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 15 cm atau boleh juga lebih.

3. Guru terlebih dahulu menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari.

4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa dalam kelompoknya untuk membaca dan

mempelajari materi pelajaran tersebut.

5. Siswa diberikan waktu atau kesempatan untuk berdiskusi membahas masalah yang terdapat di
dalam materi yang diajarkan.

6. Guru mempersilahkan setiap anggota kelompok untuk menutup isi bacaan setelah waktu
selesai

7. Guru mengambil tongkat yang telah disiapkan kemudian memberikan kepada salah satu
anggota kelompok.
8. Setelah itu, guru memberi pertanyaan kepada siswa yang memegang tongkat dan siswa
tersebut tersebut harus menjawab pertanyaan dari gurunya.

9. Guru memberikan kesimpulan atas pembelajaran yang telah dilakukan

10. Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun individu, dan kemudian
menutup pembelajaran.

14. Model Pembelajaran Mind Mapping

Langkah-langkah pembelajaran metode mind mapping:

1. Pada permulaan pembelajaran Guru mengutarakan kompetensi yang harus diraih oleh para
siswa.

2. Siswa diharap bisa menemukan solusi dari konsep soal yang diutarakan oleh guru.

3. Guru membuat grup kecil dengan total anggota 2 sampai 3 siswa.

4. Grup bisa leluasa untuk berdiskusi dengan grup masing-masing tentang materi permasalahan
yang diberikan oleh pengajar.

5. Setiap grup diminta untuk menuliskan semua ide jawaban yang ada pada saat diskusi tanpa
harus takut salah (brainstorming).

6. Hasil diskusi akan dipresentasikan oleh tiap grup dengan cara diundi. Saat presentasi siswa,
guru akan menuliskan seluruh jawaban berdasarkan kriteria yang telah disusun.

7. Guru dan siswa akan melakukan pengambilan kesimpulan dari hasil diskusi yang telah dicatat
oleh guru di papan tulis
15. Model Pembelajaran picture and picture

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Picture and Picture

Langkah-langkah dari model pembelajaran picture and picture menurut Suprijono (dalam Huda
2014, hlm. 236) adalah sebagai berikut ini.

1. Guru meyiapkan dan menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Meyajikan materi sebagai pengantar.

3. Guru menujukkan atau memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.

Pendidik/guru menujuk atau memanggil siswa secara bergantian memasang atau mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

4. Guru menayakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut

5. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai.

6. Langkah terakhir, guru memberikan kesimpulan terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh
siswa dalam pembelajaran.

Langkah-langkah konkret ini tentunya akan sangat membantu Pendidik, terutama dari segi
implementasi yang katakanlah tinggal dieksekusi saja tanpa harus menyusunnya sendiri. Ini
merupakan keunggulan utama namun sekaligus menjadi kekurangan pertama juga karena bisa
saja dianggap membatasi daya inovasi Guru. Padahal, kenyataannya inovasi sangat
memungkinkan.
16. Model pembelanaran experiential

Langkah-langkah :

 ‌Identifikasi tujuan pembelajaran: Menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai


melalui pengalaman nyata.
 ‌Merancang pengalaman nyata: Menyiapkan pengalaman nyata yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan menentukan cara terbaik untuk mengeksekusinya.
 ‌Melakukan pengalaman nyata: Melakukan kegiatan pengalaman nyata yang telah
direncanakan, dengan memfasilitasi interaksi siswa dengan lingkungan sekitar atau
dengan memperkenalkan siswa pada situasi yang menantang.
 ‌Refleksi: Memfasilitasi siswa untuk memproses dan mengevaluasi pengalaman yang
telah mereka lakukan, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membantu siswa
untuk memahami apa yang telah mereka pelajari dan bagaimana hal tersebut dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
 ‌Aplikasi: Membantu siswa untuk mengaplikasikan pemahaman yang telah didapatkan
melalui pengalaman nyata ke dalam kegiatan-kegiatan yang lebih luas dan menantang,
seperti proyek atau kegiatan sosial.

17. Model pembelajaran flipped classroom

Langkah-langkah :

 ‌Identifikasi materi yang akan diajarkan: Memilih materi yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan tingkat kemampuan siswa.
 ‌Buat video tutorial: Membuat video tutorial yang menjelaskan materi yang akan
diajarkan dengan jelas dan mudah dipahami.
 ‌Berikan akses video tutorial kepada siswa: Memberikan akses video tutorial kepada siswa
melalui platform pembelajaran daring atau dengan cara lain yang sesuai.
 ‌Siswa menonton video tutorial: Siswa menonton video tutorial di rumah sebelum kelas
dan membuat catatan atau pertanyaan-pertanyaan yang mungkin muncul.
 ‌Kelas diisi dengan kegiatan tanya jawab dan diskusi: Kelas diisi dengan kegiatan tanya
jawab dan diskusi, dengan fokus pada menyelesaikan masalah dan memahami konsep-
konsep yang lebih mendalam.
 ‌Siswa menyelesaikan tugas: Siswa menyelesaikan tugas yang diberikan, baik secara
individu maupun kelompok, untuk memperkuat pemahaman dan mengaplikasikan materi
yang telah dipelajari.

18. Model Team Games Tournament

Teams Games Tournament (TGT) adalah model pembelajaran kooperatif yang berisi turnamen
akademik dengan melibatkan aktivitas seluruh siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin
dan suku atau ras yang berbeda. Langkah -langkah model pembelajaran TGT :

Menurut Shoimin (2014:205-207) langkah-langkah model pembelajaran TGT adalah sebagai


berikut.

1. Presentasi oleh Guru

Guru menyampaikan materi, tujuan pembelajaran, pokok materi, dan penjelasan singkat terkait
lembar kerja siswa dengan pengajaran langsung atau dengan metode ceramah. Pada tahap ini,
siswa harus benar-benar memahami materi untuk membantu mereka dalam kerja kelompok
maupun game.

2. Membentuk Kelompok (Teams)

Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil dengan anggota antara 4 sampai 5 orang
berdasarkan kriteria kemampuan dari ulangan harian, jenis kelamin, etnik, dan ras. Kelompok
yang telah terbentuk bertugas mempelajari lembar kerja. Kegiatannya berupa mendiskusikan
masalah-masalah, membandingkan jawaban, memeriksa, dan memperbaiki kesalahan-kesalahan
konsep temannya jika teman satu kelompok melakukan kesalahan.

3. Games

Permainan dimainkan di meja turnamen oleh 3 orang siswa yang mewakili tim atau
kelompoknya masing-masing. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab
pertanyaan yang sesuai dengan nomor tersebut Siswa yang menjawab benaran mendapat skor
yang nantinya dikumpulkan untuk turnamen atau lomba mingguan.

4. Tournament

Kegiatan ini dilakukan setiap akhir minggu setelah guru melakukan presentasi kelas dan
kelompok sudah mengerjakan lembar kerja yang disediakan. Siswa dibagi ke dalam

beberapa meja turnamen. Tiga peserta didik dengan pencapaian yang paling baik dikelompokkan
pada meja I, tiga peserta didik selanjutnya pada meja II, dan seterusnya.

5. Team Recognition

Guru mengumumkan kelompok yang menang setelah mengikuti tournament, masing-masing


kelompok akan mendapat hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang telah ditentukan.

19. Model pembelajaran koooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)

NHT adalah model pembelajaran kooperatif yang menekan pada tanggung jawab secara individu
dan kelompok untuk memahami materi yang dipelajari sehingga siswa berperan secara aktif
dalam proses pembelajaran yang berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.

Langkah-langkah model pembelajaran :

 Siswa dibagi dalam kelompok.


 Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
 Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
 Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok
dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya dengan baik.

20. Model pembelajaran Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)


Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi
maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). kesamaan minat
terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti
investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan
dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai
langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Seleksi topik

Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya
digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi
kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan
2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun
kemampuan akademik.

b. Merencanakan kerjasama

Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan
umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a)
di atas.

c. Implementasi

Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran
harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan
mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam
maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan
memberikan bantuan jika diperlukan.

d. Analisis dan sintesis

Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c)
dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan
kelas.

e. Penyajian hasil akhir


Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah
dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang
luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.

f. Evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap
pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara
individu atau kelompok, atau keduanya.

Anda mungkin juga menyukai