Anda di halaman 1dari 2

Anggota Kelompok 4

1. Susi Nurahmawati
2. Mulyati
3. Idore Nurbaeti
4. Maulana Mauwiyah Nur

1. Kasus I
Bayangkan jika Anda adalah seorang guru matematika di kelas VII. Saat ini Anda hendak
menyampaikan materi mengenai matematika sosial yakni mencari nilai rata-rata (mean).
Untuk memudahkan peserta didik dalam memahami pembelajaran, Anda mencoba untuk
membuat urutan atau langkah-langkah yang perlu diikuti oleh peserta didik agar dapat
mencari nilai rata-rata pada sebuah soal. Anda meminta kepada peserta didik untuk
mengerjakan soal yang Anda berikan. Hasilnya, peserta didik mampu mengerjakan dengan
benar, sesuai dengan langkah yang telah Anda siapkan. Beberapa saat kemudian, Anda
meminta kepada peserta didik untuk mengulangi soal yang sama tanpa melihat urutan
pengerjaan soal, dan peserta didik mampu mengerjakannya dengan benar.
 Menurut Anda, apa yang membuat peserta didik mampu mengerjakan soal dengan baik
pada percobaan kedua (tanpa melihat urutan/langkah pengerjaan soal)?
Jawaban: Menurut kami yang membuat peserta didik mampu mengerjakan soal dengan
baik adalah karena guru memberikan urutan langkah pengerjaan yang memudahkan
peserta didik. Dari langkah-langkah yang diberikan guru tersebut, karena kedua soalnya
sama siswa hanya tinggal mengerjakan sesuai dengan cara soal pertama yang diberikan
oleh gurunya.
Selain penjelasan dari guru, latihan soal dan pengulangan soal juga membuat siswa
paham dengan materi yang diajarkan oleh guru. Melalui latihan dan pengulangan soal
secara terus menerus dapat memudahkan siswa dalam mengoptimalkan peserta didik
ketika proses pembelajaran dan menjadi paham apa yang akan dikerjakan.
 Sebagai seorang calon guru, dalam kegiatan belajar yang seperti apa metode di atas dapat
diterapkan? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan teori yang berkaitan. (Buka
teori elaborasi konsep)
Jawaban: Menurut kelompok kami metode di atas dapat diterapkan dengan memberikan
stimulus kepada peserta didik dengan cara memberikan sebuah contoh dan pengulangan
soal sehingga merangsang daya tarik dan pemahaman siswa terhadap soal yang telah
diberikan oleh guru. Metode di atas didukung oleh teori belajar humanistik. Pada teori ini
dijelaskah bahwa salah satu ide yang penting dalam pendidikan adalah peserta didik
harus mempunyai kemampuan untuk mengarahkan sendiri perilakunya dalam belajar. Inti
dari pendekatan ini adalah bagaimana peserta didik belajar mengarahkan diri sendiri,
sekaligus memotivasi diri sendiri dalam belajar daripada sekedar menjadi penerima pasif
dalam proses belajar.
Pada teori humanistik dijelaskan bahwa belajar bukan sekedar pengembangan kualitas
kognitif saja, melainkan juga sebuah proses yang terjadi dalam diri individu yang
melibatkan seluruh bagian atau domain yang ada. Domain-domain tersebut meliputi
domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan kata lain, pendekatan humanistik
dalam pembelajaran menekankan pentingnya emosi dan perasaan, komunikasi yang
terbuka antara peserta didik dengan guru maupun sebaliknya, serta nilai-nilai yang
dimiliki oleh setiap peserta didik.
Pada prinsipnya, tujuan teori belajar humanistik adalah memanusiakan manusia, sehingga
seorang individu bisa lebih mudah dalam memahami diri dan lingkungannya untuk
mencapai aktualisasi diri. Berdasarkan teori ini, seorang pendidik harus mampu
mengarahkan (menjadi fasilitator) tanpa ikut campur terlalu mendalam pada proses
pengendalian diri peserta didik, sehingga diharapkan bisa tercapai tujuan pembelajaran.
Berikut ini adalah ciri-ciri pembelajaran yang berlandaskan teori humanistik.
1. Berfokus pada aktualisasi diri individu (manusia sebagai sosok individu yang bisa
mengeksplorasi dirinya);
2. Menitikberatkan bahwa proses merupakan hal penting yang menjadi fokus belajar;
3. Melibatkan peran aspek kognitif dan afektif dalam proses pembelajaran;
4. Mengutamakan pengetahuan atau pemahaman;
5. Berfokus pada bentuk perilaku diri sendiri;
6. Tidak ada yang berhak mengatur proses belajar setiap individu.

Anda mungkin juga menyukai