Anda di halaman 1dari 12

Nama : Yeni Tamara Supa’at

NPM : 165010380
Kelas/Prodi : B/ Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Mata Kuliah : PLP
TUGAS 1

1. Apa saja persiapan memasuki praktek PLP?


Jawab :
Persiapan peneliti untuk memasuki PLP antara lain melakukan studi pustaka mengenai
model,metode,strategi yang bagus untuk di aplikasikan, banyak membaca bagaimana cara
mengajar dan menghadapi murid dengan baik, mencari tahu tentang sekolah yang akan saya
tempati, mengurus berkas" administrasi seperti surat keterangan, dll.

2. Pemisah antara kemampuan anda dan bayangan menghadapi tugas mengajar di sekolah
Jawab :
Ketika sebelum melakukan praktek PLP peneliti tidak terlalu gugup untuk mengajar di
sekolah, karena sebelumnya peneliti sudah pernah mengajar di sanggar kegiatan belajar
balikpaan timur saat palaksanaan KKN, namun pada realnya saat pertama kali mengajar
peneliti merasa kesulitan untuk mengajar karena belum bisa mengontrol kelas, karena
perbedaan karekter murid, perbedaan suasana kelas dan juga jumlah murid yang lebih banyak
di bandingkan dengan jumlah murid saat pengalaman mengajar peneliti di SKB balikpapan
timur ketika KKN. Selain itu pencarian model dan media pembelajaran yang akan di gunakan
untuk meningkatkan kemampuan siswa dan sesuai dengan permasalahan yang ada namun
tetap memiliki nilai kekinian dan terbaru juga menjadi tantangan bagi peneliti.

3. Pengalaman apa yang pertama kali di hadapi ketika pertama mengajar?


Jawab :
Pengalaman yang pertama kali di hadapi oleh peneliti tentunya adalah pengalaman terjun
langsung mengajar di sekolah selain itu peneliti juga mendapat pengalaman dalam
mengontrol kelas, peneliti kesulitan untuk mengontrol kelas pada saat pertama kali mengajar,
siswa yang terlalu pasif, terlalu sulit untuk di buat aktif selama proses pembelajaran
berlangsung, sehingga peneliti harus memutar otak agar dapat menciptakan suasana kelas
yang lebih aktif namun masih tetap dalam kondisi aktif yang sewajarnya.

4. Aspek-aspek apa saja yang menghalangi saat mengajar dan apa solusinya?
Jawab:
Aspek-aspek yang menghalangi saat mengajar di antaranya adalah aspek lingkungan
kelas yang di rasa kurang bersih dan juga aspek internal siswa yang cenderung pasif dan
kurang berperan aktif dalam diskusi, cenderung menunda pemahaman ketika pembelajaran,
di tekankan untuk menghafal materi sehingga menyebabkan kurangnya kreatifitas siswa.
Solusi yang di tawarkan peneliti adalah dengan membudayakan perilaku siswa harus
membuang sampah yang berada di sekitar mereka, seperti di lantai, laci meja, dan area
lainnya di sekitar mereka, sedangkan untuk mengatasi karakter siswa yang pasif solusi yang
di tawarkan adalah dengan penggunaan model dan media pembelajaran yang inovatif yaitu
dengan model pembelajaran treffinger dengan media teks berita.

5. Bagaimana kemampuan anda dalam mewujudkan kompetensi sosial dan kepribadian anda?
Jawab :
a. Cara untuk mewujudkan kompetensi kepribadian peneliti adalah dengan berusaha
semaksimal mungkin bertindak sesuai norma-norma yang berlaku di sekolah,
menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai calon guru yang baik, menunjukkan
keterbukaan dalam berpikir dan bertindak, menunjukkan perilaku yang berpengaruh
positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang di segani, selain itu bertindak
sesuai norma dan memiliki perilaku yang dapat di teladani oleh peserta didik.
b. Cara untuk mewujudkan kompetensi sosial, yang di lakukan peneliti adalah dengan
berusaha semaksimal mungkin berbaur dengan seluruh warga sekolah, mengikuti
kegiatan-kegiatan yang di lakukan di sekolah, membantu warga sekolah baik dalam
bidang akademik maupun non akademik, mengikuti peraturan yang ada di sekolah.
Berkomunikasi secara empatik, santun dan efektif dengan guru, siswa maupun orang
lain,serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, ras, suku, maupun status
sosial keluarga.

6. Bagaimana kemampuan anda dalam mewujudkan kompetensi pedagogik dan professional?


Jawab :
a. Cara peneliti mewujudkan kompetensi pedagogik adalah dengan berusaha menguasai
karakteristik peserta didik, menguasai teori belajar dan prinsip pembelajaran yang
mendidik, menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran, memfasilitasi pengembangan
potensi peserta didik, berkomunikasi secara empatik, santun dan efektif dengan peserta
didik, menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses darn hasil pembelajaran serta
melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
b. Cara peneliti untuk mewujudkan kompetensi professional yang dilakukan peneliti adalah
menguasai materi, konsep, dari mata pelajaran yang di ampu, mengembangkan materi
pembelajaran yang di ampu dengan kreatif, mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif serta memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengmbangkan diri.
7. Apa yang anda lakukan dalam bimbingan ekstrakuriluler di sekolah praktek?
Jawab:
Yang Peneliti lakukan adalah membantu guru ekstrakurikuler mengisi materi, selain itu
juga membantu memberikan motivasi-motivasi untuk keyakinan siswa dalam program
ekstrakurikuler yang di ikuti mereka untuk pengembangan bakat dan minat yang nantinya
akan membantu dalam masa depan mereka.

TUGAS 2

1. Apa judul PTK anda?


Jawab :
Judul Penelitian Tindakan Kelas Peneliti adalah "upaya meningkatkan keterampilan
menulis teks anekdot melalui model treffinger dengan media teks berita pada siswa kelas X
IPS 1 SMA Negeri 7 Balikpapan tahun ajaran 2019/2020"

2. Apa arti penting, urgensi dan arti kekinian dari judul PTK anda?
Jawab:
Pemilihan model pembelajaran treffinger dalam Penelitian ini di landasi oleh
permasalahan yang ada yang telah di simpulkan berdasarkan hasil kondisi real kelas dan juga
berdasarkan penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa model treffinger dapat
meningkatkan keterampilan menulis siswa. Penelitian tindakan kelas dengan menggunakan
model pembelajaran treffinger dengan media teks berita ini merupakan suatu hal yang baru
dan di rasa perlu untuk di lakukan karena belum pernah di gunakan sebagai model dan media
penelitian tindakan kelas oleh mahasiswa fakultas keguruan dan ilmu pendidikan khususnya
program studi pendidikan bahasa dan sastra indonesia Universitas Balikpapan.

3. Apa hubungan rumusan masalah, inti masalah pada latar belakang dan tujuan penelitian anda?
Jawab:
Hubungan rumusan masalah, inti masalah pada latar belakang dan tujuan penelitian ini
adalah Latar belakang berisikan sebab-sebab atau alasan mengapa suatu masalah tersebut atau
hal itu menarik untuk di teliti, yang kemudian pada rumusan masalah akan di jabarkan
masalah yang ingin di teliti dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang ingin di cari
jawabannya melalui penelitian tersebut, yang kemudian tujuan dari sesuatu yang ingin di
paparkan dan di lihat dari rumusan masalah tersebut di tuliskan pada tujuan penelitian.
Dimana pada kasus sebenarnya di ketahui bahwa latar belakang penelitian ini adalah
rendahnya keterampilan menulis teks anekdot siswa yang di sebabkan oleh beberapa factor
dimana factor internal siswa merupakan factor paling dominan sehingga berdasarkan latar
belakang tersebut di rumuskan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah
Model Treffinger dengan media Teks Berita dapat meningkatkan keterampilan menulis teks
anekdot siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 7 Balikpapan Tahun Ajaran 2019/2020 ? Dengan
tujuan untuk mendeskripsikan akan peningkatan keterampilan menulis teks anekdot melalui
model Treffinger dengan media Teks Berita pada siswa di kelas X IPS 1 SMA Negeri 7
Balikpapan Tahun Ajaran 2019/2020.

4. Mengapa definisi oprasional penting dan apa isi definisi oprasional anda?
Jawab :
Definisi oprasional penting karena Definisi operasional memberikan informasi kepada kita
tentang bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Definisi operasional merupakan
informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dengan
menggunakan variabel yang sama. Karena berdasarkan informasi itu, ia akan mengetahui
bagaimana caranya melakukan pengukuran terhadap variabel yang dibangun berdasarkan
konsep yang sama. Dengan demikian ia dapat menentukan apakah tetap menggunakan
prosedur pengukuran yang sama atau diperlukan pengukuran yang baru. Adapun definisi
oprasional yang peneliti gunakan dalam PTK meliputi :
a. Peningkatan adalah suatu perubahan dari keadaan tertentu menuju keadaan yang lebiih
baik untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
b. Keterampilan menulis teks anekdot adalah keterampilan siswa dalam menulis kreatif (teks
anekdot) yang ditunjukkan dengan skor berdasarkan kriteria penilaian yang digunakan.
c. Model pembelajaran Treffinger adalah model pembelajaran yang mengajak siswa berpikir
kreatif dalam memecahkan masalah dengan memperhatikan fakta-fakta penting yang ada
di lingkungan sekitar lalu memunculkan berbagai gagasan dan memilih solusi yang tepat
untuk diimplementasikan secara nyata. Model ini lebih menekankan pada aspek kognitif
dan afektif siswa dalam pembelajaran.
d. Media teks berita adalah salah satu media bantu untuk pengamplikasian model
pembelajaran treffinger. Media Teks Berita adalah media cetak yang berisi tentang berita
segala peristiwa yang terjadi di dunia yang disebarkan melalui berbagai media seperti,
internet, situs web, maupun media yang lainnya.
d. SMA Negeri 7 Balikpapan adalah salah satu sekolah negeri yang berada di jalan
mulawarman, RT.10 No.63, Kelurahan Lamaru, Balikpapan Timur yang di pimpin oleh
Drs.Ali Arham,M.Pd selaku Kepala Sekolah.

5. Apa teori inti yang anda cantumkan dalam kajian pustaka di PTK anda?
Jawab :
Teori inti yang peneliti cantumkan dalam PTK meliputi, teori keterampilan menulis oleh
Alwasilah (2013) dan Tarigan (2010). , teori pedoman penilaian keterampilan menulis oleh
Nurgiyantoro (2012), teori materi teks anekdot suherli (2017), darmansyah (2012), dan riyatni
(2014), teori model pembelajaran treffinger shoimin (2014) dan Huda (2014), teori media teka
berita oleh sumadiria (2014), cahya (2012) dan Djuraid (2009).
6. Apa hubungan teori inti dengan definisi oprasional
Jawab :
Teori inti berhubungan langsung dengan definisi operasional, karena teori inti berisikan
teori-teori yang telah dirumuskan oleh para ahli, untuk membantu peneliti merumuskan
definisi operasional terlebih dahulu peneliti harus memahasi isi, arti dan maksud dari teori inti
yang telah ada, lalu menjabarkannya dengan Bahasa dan pemahaman sendiri tanpa mengubah
inti dari definisi asli teori tersebut.

7. Apa kegunaan kerangka berpikir dalam PTK?


Jawab :
Kerangka berpikir sangat penting dalam PTK, kerangka berpikir berguna untuk
menentukan apa dan siapa yang akan atau tidak akan dikaji, kerangka berpikir berguna untuk
menegaskan adanya hubungan yang ditunjukkan dengan tanda panah, sebagai dasar rumusan
hipotesis, dan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub
variabel pokok/pokok masalah yang ada dalam penelitian. Karena itulak kerangka berpikir
sebaiknya di buat dalam bentuk gambar atau flowchart untuk membantu pembaca memahali
alur berpikir si peneliti.

8. Apa teori penelitian relevan yang anda tulis di PTK?


Jawab:
Teori penelitian relevan pada PTK saya terdiri atas penelitian yang telah dilakukan oleh
Renita saraswati putri pada tahun 2018 yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis
Dialog Sederhana Dengan Model Treffinger Berbantuan Media Cerita Bergambar Pada Siswa
Kelas V SD Negeri 3 Jurang”. Emasta Evayanti Simanjuntak pada tahun 2015 yang berjudul
“Penerapan Model Treffinger untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Narasi dan
Berpikir Kreatif Siswa Kelas X SMA Santo, Elistynamaria Pane pada tahun 2018 yang
berjudul “Penerapan Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Dan
Berpikir Kreatif Siswa Kelas X Sma Santo Aloysius 2 Bandung”, dan penelitian oleh
Mawarni pada tahun 2019 yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Treffinger terhadap
Kemampuan Menulis Teks Cerpen Siswa Kelas XI SMA 3 Negeri solok selatan.

9. Apa gunanaya penelitian relevan di cantumkan?


Jawab :
Kegunaan di cantumkannya penelitian relevan di dalam penelitan diantaranya untuk
memperlihatkan persamaan dan perbedaan antara penelitian orang lain dengan penelitian
penulis. Selain itu juga digunakan untuk membandingkan penelitian yang sudah ada dengan
penelitian yang akan diteliti oleh penulis, selain itu untuk menunjukkan arti kekinian dari
penelitian yang akan dilakukan oleh penulis.
10. Apa hubungan anatara pembahasan dan hasil temuan dengan penelitian relevan dan kajian
teori ?
Jawab :
Hasil temuan merupakan hasil yang telah di dapatkan selama proses pelaksanaan
penelitian tindakan kelas, hasil dalam penelitian ini berupa data hasil tes dan non-tes.
Kemudian hasil temuan tersebut di bahas dan di uraikan pada bagian pembahasan dengan
menggunakan kajian teori dan penelitian relevan yang telah di paparkan pada bab
sebelumnya.

TUGAS 3

1. Apa hubungan RPP dengan instrumen-instrumen dalam mengukur atau mengumpulkan data
pada siklus 1 dan 2?
Jawab:
Instrumen-instrumen yang digunakan dalam mengukur dan mengumpulkan data pada
siklus 1 dan 2 merupakan turunan dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah di buat
sesuai dengan materi, model, metode, pendekatan maupun sarana-sarana yang akan di
gunakan pada pelaksanaan pembelajaran.

2. Tuliskan data temuan anda dari siklus 1 dan siklus 2!


Jawab:
a. Hasil Keterampilan menulis teks anekdot siklus 1
Tindakan siklus 1 menulis teks anekdot dengan model pembelajaran Treffinger
dilakukan pada tanggal 14 Oktober 2019 di kelas X IPS 1 di SMA Negeri 7 Balikpapan
dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 32 siswa dari total keseluruhan 36 siswa. Hasil
penelitian ini terdiri dari dua data, yakni data berupa tes keterampilan menulis yang
digunakan untuk menilai keberhasilan produk dan data non-tes yang digunakan untuk
menilai keberhasilan proses, kedua data tersebut dapat dilihat dari pemaparan berikut ini.
 Hasil Tes siklus 1
Pada pelaksanaan siklus 1 peserta didik yang mengikuti tes sebanyak 32 siswa
dan di dapatkan nilai rata-rata di bawah standar , yaitu 72,87 dengan ketuntasan
59,37%. Siswa yang mendapatkan nilai di atas 75 sebanyak 19 siswa dan siswa yang
mendapatkan nilai di bawah 75 ada 13 siswa. Hasil menulis teks anekdot siswa siklus
1 kemudian diolah dan di kelompokkan berdasarkan 3 bagian yaitu kelompok atas,
tengah dan bawah. Dari hasil pengelompokan tersebut di dapati ada 5 siswa tergolong
kelompok atas, 21 siswa tergolong kelompok tengah dan 10 siswa tergolong
kelompok bawah.
 Hasil Non-tes siklus 1
Pengamatan (Observasi) dilakukan untuk melihat proses yang terjadi pada saat
pembelajaran dan untuk menilai sikap guru dan siswa. Hasil penilaian aktivitas guru
pada siklus 1 mendapat skor 34 dengan nilai 85 dan aktivitas siswa mendapat skor 28
dengan nilai 70

b. Hasil Keterampilan Menulis teks anekdot siklus 2


Berdasarkan hasil refleksi dari siklus 1, maka dilakukan perbaikan pada siklus 2.
Siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 21 Oktober 2019 di kelas X IPS 1 di SMA Negeri 7
Balikpapan, dengan jumlah peserta didik yang mengikuti pembelajaran siklus 2 adalah 34
siswa. Hasil penelitian dapat dilihat pada hasil tes keterampilan menulis teks anekdot dan
observasi guru dan siswa pada pemaparan berikut ini.
 Hasil Tes siklus 2
Siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 21 Oktober 2019 di kelas X IPS 1 di SMA
Negeri 7 Balikpapan. Peserta didik yang mengikuti tes sebanyak 34 Siswa dan di
peroleh nilai rata-rata sebesar 83,32. dengan ketuntasan 100%. Hasil menulis teks
anekdot siswa siklus 2 kemudian diolah dan di kelompokkan berdasarkan 3 bagian
yaitu kelompok atas, tengah dan bawah. Dari hasil pengelompokan tersebut di dapati
7 siswa tergolong kelompok atas, 27 siswa tergolong kelompok tengah dan 2 siswa
tergolong kelompok bawah.
 Hasil non-tes siklus 2
Pengambilan data non-tes menggunakan instrumen lembar observasi guru dan
lembar observasi siswa, pada siklus 2 hasil penilaian aktivitas guru mendapat skor 36
dengan nilai 90 dan untuk siswa mendapat skor 35 dengan nilai 87,5.

3. Apa isi pembahasan berdasarkan siklus 1 dan siklus 2?


Jawab:
Sebelum pelaksanaan siklus 1 dan siklus 2 peneliti melakukan kegiatan pra siklus untuk
mengetahui permasalahan yang perlu di tangani melalui model pembelajaran treffinger
dengan media teks berita. Tiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan.
Berdasarkan hasil pelaksanaan pembelajaran dari siklus I dan siklus II, semua aspek dalam
pembelajaran menulis anekdot telah mengalami peningkatan. Aktivitas siswa dan guru sudah
meningkat ke arah suasana belajar yang efektif dan menyenangkan. Guru terlihat lebih mudah
dalam mengendalikan dan mengontrol siswa. Siswa juga terlihat lebih bersemangat dan santai
dalam mengikuti pembelajaran menulis anekdot.
Salah satu model penskoran dalam penilaian keterampilan menulis, yaitu dengan
menggunakan model skala interval untuk tiap tingkat tertentu pada tiap aspek yang dinilai.
Nurgiyantoro (2012, p. 441) memodifikasi penilaian model skala interval Hartfield yang
kemudian di adaptasi dan di sesuaikan dengan aspek keterampilan menulis teks anekdot yang
memiliki kategori penilaian karangan yang meliputi kualitas lingkup isi,organisasi dan
penyajian isi, gaya dan bahasa serta mekanik terkait tata bahasa, ejaan, tanda baca, kerapian
tulisan dan keberhasilan.
Berdasarkan perbandingan hasil kriteria penilaian keterampilan menulis teks anekdot
siswa siklus 1 dan siklus 2 terdapat perbedaan hasil pada aspek penilaian. Pada aspek
penilaian isi di siklus 1 yang termasuk dalam kategori sangat baik ada 1 siswa (3,13%),
kategori baik ada 3 siswa (9,36%), kategori cukup ada 13 siswa (42.62%), dan kategori
kurang ada 15 siswa (46,88%). Pada siklus 2 kategori sangat baik ada 12 siswa (35,29%),
kategori baik ada 12 siswa (35,29%) dan kategori cukup ada 10 siswa (29,41) sedangkan
kategori kurang tidak di temukan. Aspek kedua, Organisasi dan kosakata pada siklus 1 yang
termasuk kategori sangat baik ada 3 siswa (9,36%), kategori baik ada 24 siswa (75%) dan
kategori cukup ada 5 siswa (15,63%) dan tidak ditemukan kategori kurang. Pada siklus 2
kategori sangat baik ada 17 siswa (50%), kategori baik ada 17 siswa (50%) sedangkan
kategori cukup dan kurang tidak ditemukan. Aspek ketiga, Penggunaan bahasa pada siklus 1
yang termasuk kategori sangat baik ada 1 siswa (3,13%), kategori baik ada 17 siswa
(53,13%), dan kategori cukup ada 14 siswa (43,75%), sedang kategori kurang tidak
ditemukan. Pada siklus 2 kategori sangat baik ada 5 siswa (14,71%), kategori baik ada 29
siswa (85,29%) sedangkan kategori kurang dan cukup tidak di temukan. Aspek terakhir,
Mekanik pada siklus 1 yang termasuk kategori sangat baik ada 1 siswa (3,13%), kategori baik
ada 13 siswa (40,63%), dan kategori cukup 16 siswa (50%) dan kategori kurang 2 siswa
(6,25%). Pada siklus 2 kategori sangat baik ada 11 siswa (32,35%), kategori baik ada 13 siswa
(35,29%),kategori cukup 1 siswa (2,94%), dan kategori kurang tidak ditemukan.
Selain itu penelitian ini juga merujuk pada salah satu Penelitian relevan terbaru yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Mawarni pada tahun 2019 yang berjudul “Pengaruh
Penggunaan Model Pembelajaran Treffinger terhadap Kemampuan Menulis Teks Cerpen
Siswa Kelas XI SMA 3 Negeri Solok Selatan”. Dengan hasil penelitian terjadinya peningkatan
keterampilan menulis teks cerpen setelah menggunakan model pembelajaran Treffinger.
Dengan nilai rata-rata keterampilan menulis cerpen awal adalah 63,11 meningkat menjadi
85,33.
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus 1 peserta didik yang mengikuti tes sebanyak 32
siswa. Dari hasil tes keterampilan menulis teks anekdot peserta didik siklus 1 di dapatkan nilai
rata-rata di bawah standar , yaitu 72,87. Siswa yang mendapatkan nilai di atas 75 sebanyak 19
siswa dan siswa yang mendapatkan nilai di bawah 75 ada 13 siswa. Berdasarkan hasil refleksi
dari siklus 1, maka dilakukan perbaikan pada siklus 2. Siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 21
Oktober 2019 di kelas X IPS 1 di SMA Negeri 7 Balikpapan. Tujuan di lakukannya siklus 2
adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran dan nilai hasil keterampilan menulis teks
anekdot pada siklus 1. Pada pelaksanaan siklus 2 ini peserta didik di tugaskan untuk membuat
teks anekdot dengan memperhatikan struktur dan kaidah kebahasaannya dengan bantuan
media teks berita yang telah di tentukan. Pelaksanaan ini dilakukan dengan penerapan model
pembelajaran treffinger dengan bantuan media teks berita. Peserta didik yang mengikuti tes
pada siklus 2 adalah sebanyak 34 Siswa dengan jumlah ketuntasan seluruh siswa Berdasarkan
data evaluasi peserta didik di siklus 2 dapat dilihat dari jumlah peserta didik yang tuntas dan
belum tuntas maka nilai rata-rata yang di peroleh sebesar 83,32.
Hasil menulis teks anekdot siswa siklus 1 dan siklus 2 kemudian diolah dan di
kelompokkan berdasarkan 3 bagian yaitu kelompok atas, tengah dan bawah. Dari hasil
pengelompokan tersebut di dapati terjadinya peningkatan siswa yang tergolong dalam
kelompok atas yaitu dari 5 siswa menjadi 7 siswa dan kelompok tengah dari 21 siswa menjadi
27 siswa sedangkan pada siswa yang tergolong dalam kelompok bawah terjadi penurunan
yaitu dari 10 siswa menjadi 2 siswa.
Selain analisis ketercapaian produk dilakukan juga analisis ketercapaian proses dengan
bantuan instrumen pengamatan pembalajaran guru dan siswa untuk mengetahui keselarasan
antara proses pembelajaran yang berlangsung dengan hasil ketercapaian menulis teks anekdot
siswa, berdasarkan hasil analisis ketercapaian proses antara siswa dan guru didapatkan adanya
peningkatan untuk pencapaian guru antara siklus 1 dan siklus 2 dari skor 34 dengan perolehan
nilai 85 menjadi 36 dengan perolehan nilai 90. Untuk ketercapaian siswa antara siklus 1 dan
siklus 2 juga terjadi peningkatan yaitu dari skor 28 dengan perolehan nilai 70 menjadi 35
dengan perolehan nilai 87,5 .
Walaupun pada siklus 1 sudah terjadi peningkatan perilaku siswa kearah lebih baik
dibandingkan sebelum dilaksanakan tindakan dan faktor guru juga yang telah mendukung
proses pembelajaran siswa , Hasil keterampilan menulis teks anekdot siswa belum mencapai
indikator ketercapaian produk yaitu dengan skor rata-rata 75. Faktor penyebabnya adalah pada
saat pelaksanaan siklus 1 suasana kelas yang panas di karenakan mati listrik sehingga kipas
angin tidak menyala. Dan ruangan kelas yang berada pada lantai 2 sehingga jika cuaca terik
akan terasa lebih panas. Kondisi listrik yang mati tersebut juga ikut mempengaruhi faktor
guru ketika mengajar , mati listrik menyebabkan pemaparan materi pada siklus 1 yang
menggunakan power point menjadi terkendala. Selain itu siswa pada siswa yang cenderung
pasif masih berada pada tahap penyesuaian dengan model pembelajaran treffinger yang
menuntut keaktifan siswa.
Selain itu pada siklus 1 suasana diskusi kelompok kurang optimal karena siswa membagi
kelompoknya sendiri. Berdasarkan hasil pengamatan saat di lakukan refleksi. Hal tersebut
kurang efektif karena siswa cenderung mencari kelompok berdasarkan teman yang memiliki
karakteristik sama dengannya sehingga tidak adanya keanekaragaman individu dalam
kelompok tersebut. Padahal keanekaragaman tersebut justru akan memperkaya dinamika
kelompok karena mereka akan saling melangkapi.
Berdasarkan refleksi pada siklus 1 untuk mengatasi hal tersebut peneliti berinovasi
dengan media yang di gunakan siswa pada siklus 2 yaitu selain menggunakan power point
peneliti juga menggunakan media teks berita untuk mengantisipasi mati listrik selain itu
peneliti juga mengubah waktu pelaksanaan siklus menjadi pagi hari sehingga ruang kelas
tidak lagi panas Siswa juga mulai terbiasa dengan model pembelajaran aktif dengan model
treffinger karena guru terus memberikan stimulus, motivasi kepada peserta didik agar lebih
percaya diri dan tidak takut salah terlebih dahulu untuk mencoba menjawab pertanyan-
pertanyaan dari guru dan memberi pemahaman-pemahaman kepada kelompok lain bahwa
menanggapi dan memberi masukan, kritik kepada temannya yang lain dapat membantu proses
pembelajaran yang lebih efektif.
Pada siklus 2 juga guru mengubah metode pembagian kelompok diskusi. Pada siklus 2
guru telah menetapkan pembagian individu kedalam kelompok agar dapat saling melengkapi
kekurangan dan kelebihan orang lain dari masing-masing individu selain itu hal ini juga dapat
membuat semua anggota akan belajar hal baru dari orang lain. Seperti siswa pemalu akan
belajar dari anggota tim yang pandai mengungkapkan pendapat secara logis dan runtut. Atau
siswa yang biasa menjadi pengikut akan belajar bagaimana memimpin dan mengatur
kelompok dar anggota tim yang mempunyai jiwa kepemimpinan.
Berdasarkan perlakukan tersebut, pada siklus 2 terjadi peningkatan prilaku siswa kearah
lebih baik lagi dibandingkan pada saat pelaksanaan siklus 1 dengan skor perolehan dari 28
menjadi 35. Selain siswa guru juga mengalami peningkatan dari skor 34 menjadi 36 dari skor
maksimal 40. Peningkatan tersebut berimplikasi pada ketercapaian produk menulis teks
anekdot siswa. Berdasarkan uraian di tersebut, dapat di tarik kesimpulan bahwa kegiatan
pembelajaran menulis teks anekdot melalui model pembelajaran treffinger dengan media teks
berita dapat meningkatkan hasil keterampilan menulis teks anekdot dan membantu proses
pembelajaran yang efektif pada siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 7 Balikpapan.

TUGAS 4

1. Adakah temuan fenomenal/data anomali pada PTK anda, apa ukuran data tersebut anda
masukan kelompok anomali?
Jawab:
Pengukuran ketercapaian penelitian tindakan kelas pada PTK yang telah di lakukan
peneliti di lihat dari dua hal yaitu ketercapaian produk dan proses. Ketercapaian produk di
ukur berdasarkan hasil tes menulis teks anekdot siswa, dan ketercapaian proses di ukur dari
bagaimana aktivitas siswa dan guru yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas didapati adanya beberapa anak yang perlu di
perlakukan khusus karena memiliki urgensi-urgensi yang perlu di tindak lanjuti, solusi yang di
tawarkan dilakukan tidak hanya pada saat pelaksanaan siklus dan jam tatap muka, namun
dilakukan juga pada waktu-waktu di luar jam pelajaran, seperti pada waktu istirahat. Hal ini
secara tidak langsung berdampak pada peningkatan nilai yang signifikan antara siklus 1 dan
siklus 2 anak tersebut. Ukuran tersebutlah yang membuat peneliti mengelompokkan data
tersebut sebagai data anomali adapun penyimpangan yang terjadi beserta solusi yang di
lakukan pada siswa-siswi tersebut di paparkan sebagai berikut.
a. Subjek HI (Laki-laki). HI adalah siswa yang paling sering membuat keributan di kelas,
sering mengganggu teman dan sama sekali tidak mau memperhatikan peneliti sebagai
guru di kelas. Untuk mengatasi hal tersebut peneliti Melakukan pendekatan yang lebih
intens kepada HI. Selain itu peneliti juga sering melibatkannya dalam interaksi
pembelajaran, seperti saat melakukan tanya jawab, peneliti sebagai guru sering
melemparkan pertanyaan-pertanyaan kepada HI hal ini dilakukan karena perilakunya yang
suka membuat keributan dan mengganggu teman. Dengan sikapnya tersebut tentu saja
membuatnya tidak fokus pada saat pembelajaran, dan tidak bisa menjawab pertanyaan
ketika di tanya, lama kelamaan tumbuh perasaan malu dalam diri HI di hadapan teman-
temannya. Ia sadar dan mulai memperhatikan guru saat proses pembelajaran, agar dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sewaktu-waktu akan di lemparkan guru
kepadanya. Perubahan sikap tersebut juga berimplementasi terhadap peningkatan nilai
menulis teks anekdot siklus 1 ke siklus 2 yaitu dari skor 69 menjadi 87.
b. Subjek HSN (Perempuan), HSN sangat tidak menyukai kehadiran peneliti, terlihat dari
sikapnya yang tidak menghargai kehadiran peneliti sebagai guru saat pembelajaran
berlangsung, untuk mengatasi hal tersebut peneliti melakukan pendekatan, membangun
pergaulan dengan HSN, peneliti juga mencari tahu kesukaannya melalui teman-temannya
untuk membangun sebuah obrolan atau interakasi yang menarik perhatian HSN. Dengan
dilakukannya hal-hal tersebut membuat HSN mulai menyukai kehadiran peneliti dan mau
memperhatikan saat proses pembelajaran berlangsung, HSN jadi merasa nyaman dengan
kehadiran peneliti sebagai guru, terlihat dari perubahan sikapnya yang menjadi lebih
ramah, dan sering bertanya mengenai hal-hal yang tidak di pahami selama proses
pembelajaran. Perubahan sikap tersebut berimplementasi pada peningkatan nilai menulis
teks anekdot HSN yang signifikan yaitu dari skor 78 pada siklus 1 menjadi 90 pada siklus
2.
c. Subjek RS (Perempuan), RS adalah siswa yang sangat pendiam dan pemalu, terlihat
kurang ceria dengan selalu bermuka murung dan jarang tersenyum, untuk mengatasi hal
tersebut peneliti melakukan pendekatan, memberikan pujian-pujian yang dapat
membesarkan hatinya, menumbuhkan rasa percaya diri, dan menyandingkan RS dengan
teman yang aktif, peneliti menggunakan otoritas sebagai guru untuk menjadikan siswa
yang lebih aktif untuk menjadi teman sebangku RS, untuk memberikan pancingan pada
RS agar mau bicara dan lebih terbuka, selain itu peneliti sebagai guru juga menghimbau
teman sekeliling untuk tidak menjauhinya. Dengan di lakukannya hal-hal tersebut
membuat RS mulai terbuka dan tidak lagi malu untuk berinteraksi dengan teman-
temannya. Perubahan sikap tersebut secara tidak langsung juga berimplementasi pada
peningkatan nilai menulis teks anekdot RS yang signifikan yaitu dari skor 74 pada siklus 1
menjadi 90 pada siklus 2.

2. Apa simpulan, bedakan dengan kesimpulan lalu tuliskan kesimpulan lalu merujuk pada
temuan pembahasan dan data anomali!
Jawab:
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan dengan judul “Upaya Peningkatan
Keterampilan Menulis Teks Anekdot Melalui Model Treffinger Dengan Media Teks Berita
Pada Siswa Kelas X IPS 1 SMA Negeri 7 Balikpapan Tahun Ajaran 2019 / 2020”. Dapat
disimpulkan bahwa adanya peningkatan yang diketahui dari nilai rata-rata pada siklus 1 yakni
72,87 mengalami peningkatan sebesar 10,45 sehingga menjadi 83,32 dengan presentase
ketuntasan menulis teks anekdot siklus 1 sebesar 59,37% meningkat menjadi 100% pada
siklus 2. Melalui model pembelajaran Treffinger dengan bantuan media teks berita ini adanya
perubahan siswa dalam proses pembelajaran , peserta didik menjadi lebih aktif, mampu
berpikir kritis dengan mencari solusi atas masalah yang diberikan dan dapat mengembangkan
kreatifitasnya dalam menghasilkan suatu karya tulis, dalam mengajar guru mengalami
perubahan seperti guru dapat mengkondisikan kelas dan situasi belajar lebih fokus sehingga
peserta didik dapat belajar dengan lebih baik. Selain karena penerapan model treffinger
dengan media teks berita yang membantu siswa untuk berpikir kritis, dan kreatif sehingga
dapat memunculkan ide-ide baru, Peningkatan ini juga terjadi adanya perubahan situasi pada
saat pengambilan siklus, desain diskusi kelas diubah sedemikian rupa pada siklus 2, dan siswa
mulai terbiasa dengan pembelajaran model aktif dengan model treffinger.

Anda mungkin juga menyukai