Anda di halaman 1dari 11

BEST PRACTICE

Meningkatkan Motivasi Belajar Bahasa Inggris pada Materi Teks Naratif


( Meminta Dan Memberi Informasi Terkait Fairy Tales )
Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning di Kelas IX. A
UPTD SMP Negeri 3 Karossa

Oleh :
NURHAYATI, S.Pd

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


SULAWESI BARAT

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat,
hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan best practice ini.
Best Practice merupakan laporan uraian hasil pengalaman nyata dalam
memecahkan masalah yang dijumpai sesuai dengan tujuan pembelajaran dan
memiliki nilai manfaat baik secara langsung untuk guru itu sendiri atau tidak
langsung meliputi (peserta didik, Rekan sejawat lainnya). Pengalaman dalam
menulis best practice pada PPG Daljab Kategori 3 melalui PPL Aksi 1 dan 2 ini
menjadi pengalaman baru yang memberikan pencerahan bagi guru sehingga setiap
langkah dalam best practice ini menjadi pengalaman baru yang menyenangkan
dan baik untuk dibagikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak, rekan-rekan guru,
ucapan terima kasih atas bimbingan Kepala UPTD SMP Negeri 3 Karossa yang
telah memberikan motivasi , arahan, dan telah mendukung dalam penulisan best
practice ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Best Practice ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kelemahan di dalamnya. Sehingga, saran, dan kritikan dapat
menjadikan penulis untuk lebih baik, demi kesempurnaan penyusunan Best
Practice selanjutnya.

Mamuju Tengah, 2 Pebruari 2024


Penulis

Nurhayati, S.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi yang menjadi latar belakang masalah dilakukannya praktik ini adalah
di era teknologi ini sangat dibutuhkan pembelajaran yang unik dan inovatif
terutama yang dapat menarik perhatian dan minat belajar peserta didik. Maka dari
itu harus ada perubahan meliputi sasaran, struktur dan isi program pendidikan
serta model dan media pembelajaran yang membuat pembelajaran lebih menarik,
Salah satu model pembelajaran inovatif adalah Problem Based Learning.
Model Problem Based Learning adalah model pembelajaran dengan
pendekatan pembelajaran peserta didik pada masalah autentik sehingga peserta
didik dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan
keterampilan yang lebih tinggi dan inquiry, memandirikan peserta didik dan
meningkatkan kepercayaan diri sendiri.
Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang
harus dipelajari peserta didik untuk melatih dan meningkatkan keterampilan
berpikir kritis dan pemecahan masalah serta mendapatkan pengetahuan konsep-
konsep penting, dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu
peserta didik mencapai keterampilan mengarahkan diri (Hosnan, 2014).
Model pembelajaran berdasarkan masalah memiliki karakteristik sebagai berikut :
1) Pengajuan masalah atau pertanyaan.
Pengajuan pembelajaran berkisar pada masalah atau pertanyaan yang penting
bagi peserta didik maupun masyarakat. Pertanyaan dan masalah yang
diajukan itu harus memenuhi kriteria autentik, jelas, mudah dipahami, luas
dan bermanfaat.
2) Keterkaitan dengan berbagai masalah dengan disiplin ilmu
Masalah yang diajukan dalam pembelajaran berbasis masalah hendaknya
mengaitkan atau melibatkan berbagai disiplin ilmu.
3) Penyelidikan yang autentik
Penyelidikan yang diperlukan dalam pembelajaran berbasis masalah bersifat
autentik. Selain itu penyelidikan diperlukan untuk mencari penyelesaian
masalah yang bersifat nyata. Peserta didik menganalisis dan merumuskan
masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis, mengamalkan dan
menganalisis
informasi, melaksanakan eksperimen, menarik kesimpulan, dan
menggambarkan
hasil akhir.
4) Menghasilkan dan memamerkan hasil karya
Pada pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bertugas menyusun hasil
Penulisan dalam bentuk karya dan memamerkan hasil karyanya. Artinya,
hasil penyelesaian masalah peserta didik ditampilkan atau dibuat laporannya.
5) Kolaborasi
Pada pembelajaran masalah, tugas-tugas belajar berupa masalah harus
diselesaikan bersama-sama antara peserta didik dengan peserta didik, baik
dalam kelompok kecil maupun besar, dan bersama-sama antar peserta didik
dengan guru (Hosnan, 2014).
Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terdiri atas lima langkah utama
yang dimulai dengan guru memperkenalkan peserta didik dengan situasi masalah
dan di akhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja peserta didik.
1) Orientasi peserta didik pada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi peserta didik agar terlibat
pada
aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2) Mengorganisasi peserta didik untuk belajar. Guru membantu peserta didik
mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut.
3) Membimbing penyelidikan individual dan kelompok. Guru mendorong
peserta didik untuk menyimpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya.
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu peserta didik
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, sperti laporan, video, dan
model serta membantu berbagai tugas dengan temanya.
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu
peserta didik melakukan merefleksi atau evaluasi terhadap peyelidikan dan
proses-proses yang mereka gunakan.
Secara ringkas, kegiatan pembelajaran melalui PBL diawali dengan aktivitas
peserta didik untuk menyelesaikan masalah nyata yang ditentukan atau disepakati.

Berdasarkan kajian literatur tersebut dan wawancara dengan teman sejawat bahwa
kondisi yang menjadi latar belakang masalah adalah:
1) Motivasi belajar Bahasa Inggris peserta didik masih rendah.
2) Model pembelajaran yang dilakukan masih kurang menarik dan kurang
variatif.
3) Media yang digunakan masih kurang menarik dikarenakan kurang interaktif
dan monoton.
4) Kurangnya kemampuan guru dalam bidang TIK untuk menciptakan proses
pembelajaran yang menarik dan inovatif
Dampak dari hal tersebut peserta didik merasa bosan saat belajar, dan sukar untuk
fokus saat pembelajaran berlangsung. Hal ini disebabkan model pembelajaran
yang disajikan tidak menarik dan terkesan monoton.

B. Jenis Kegiatan

Kegiatan yang disusun dalam laporan best practice ini adalah kegiatan
pembelajaran penerapan model problem based learning pada materi narrative text
dan diharapkan peserta didik dapat mengidentifikasi unsur- unsur teks naratif,
peserta didik dapat membandingan dua teks naratif, peserta didik dapat
menemukan informasi rici tersurat dan tersirat, peserta didik dapat matching word
dan menyusun kalimat acak menjadi sebuah paragraf yang benar
C. Manfaat Kegiatan
Manfaat penyusunan laporan best practice ini dapat membantu guru untuk
menigkatkan kualitas pengajaran dan profesionalisme, sehingga praktik
pembelajaran ini sangat penting untuk dibagikan karena:
1) Sebagian besar guru memiliki permasalahan yang sama dengan permasalahan
yang saya hadapi saat ini.
2) Praktik pembelajaran ini dapat memotivasi saya sendiri untuk mendesain
pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
3) Praktik pembelajaran ini bisa menjadi referensi dan inspirasi guru-guru lain,
bagaimana cara mengatasi permasalahan dalam pembelajaran khususnya
dalam hal meningkatkan motivasi peserta didik.
Dan yang menjadi peran tanggung jawab saya dalam praktik ini yaitu
mendampingi, membimbing, serta mengarahkan peserta didik untuk belajar dan
mencoba mengaplikasikan pembelajaran yang inovatif dan menggunakan media
berbasis TPACK.
D. Tantangan yang dihadapi
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan teman sejawat yang
menjadi tantangan untuk mencapai tujuan yaitu saat ini pelajaran bahasa inggris
masih kurang banyak diminati peserta didik, dan banyak dinilai bahwa bahasa
Inggris merupakan salah satu pelajaran yang cukup sulit. Hal ini disebabkan
adanya beberapa faktor diantaranya model pengajaran yang dilakukan masih
kurang menarik dan kurang variatif, serta minat peserta didik yang masih sangat
rendah.

Dari penyebab diatas tantangan yang harus dihadapi oleh guru adalah:
1) Guru harus merencanakan pembelajaran yang menyenangkan, tidak monoton
dan mengusahakan peserta didik berperan aktif
2) Penggunaan media yang tepat dan menarik seperti menyisipkan video atau
gambar pada tampilan powerpoint
3) Pemilihan materi ajar dan model pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik peserta didik.
4) Kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang disajikan.
5) Keaktifan peserta didik dalam pembelajaran mandiri atau kelompok saat
proses pembelajaran.
Pihak yang terlibat dalam pelaksasnaan praktik ini yaitu
1) Peserta didik sebagai sentral dalam proses pembelajaran
2) Guru sebagai fasilitator.
3) Dosen dan guru pamong sebagai pembimbing
4) Rekan sejawat yang membantu terlaksananya kegiatan ini.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tantangan yang dihadapi


Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan teman sejawat yang
menjadi tantangan untuk mencapai tujuan yaitu saat ini pelajaran bahasa inggris
masih kurang banyak diminati peserta didik, dan banyak dinilai bahwa bahasa
Inggris merupakan salah satu pelajaran yang cukup sulit. Hal ini disebabkan
adanya beberapa faktor diantaranya model pengajaran yang dilakukan masih
kurang menarik dan kurang variatif, serta minat peserta didik yang masih sangat
rendah.

Dari penyebab diatas tantangan yang harus dihadapi oleh guru adalah:
1. Guru harus merencanakan pembelajaran yang menyenangkan, tidak monoton
dan mengusahakan peserta didik berperan aktif
2. Penggunaan media yang tepat dan menarik seperti menyisipkan video atau
gambar pada tampilan powerpoint
3. Pemilihan materi ajar dan model pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik peserta didik.
4. Kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang disajikan.
5. Keaktifan peserta didik dalam pembelajaran mandiri atau kelompok saat
proses pembelajaran.
Pihak yang terlibat dalam pelaksasnaan praktik ini yaitu
1. Peserta didik sebagai sentral dalam proses pembelajaran
2. Guru sebagai fasilitator.
3. Dosen dan guru pamong sebagai pembimbing
4. Rekan sejawat yang membantu terlaksananya kegiatan ini.

B. Langkah-langkah yang dilakukan


Langkah-langkah yang dilakukan penulis untuk menghadapi tantangan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan model pembelajaran yang inovatif
Untuk mengembangkan pembelajaran abad 21 yang kreatif, inovatif, dan
menyenangkan bagi peserta didik, guru harus memulai satu langkah perubahan
yaitu merubah pola pembelajaran tradisional yang berpusat pada guru menjadi
pola pembelajaran yang berpusat pada siswa. Yaitu dengan menerapkan
pembelajaran berbasis masalah/ Problem Based Learning (PBL) dan
menggunakan teknologi dalam proses pembelajarannya serta
mengimplementasikan pembelajaran abad 21 dan HOTS didalam rancangan
perangkat pembelajaran (RPP). Dalam praktik pengalaman lapangan (PPL),
penulis mempraktikan model pembelajaran PBL pada Aksi 1 dan 2.
2. Pemilihan Media Pembelajaran
Berdasarkan kajian literatur, strategi yang digunakan yaitu menggunakan media
pembelajaran inovatif dengan power point dan video interaktif, LKPD , bahan ajar
yang menarik, dan percobaan sekaligus pengamatan yang dilakukan dalam
kelompok belajar.
3. Menerapkan TPACK dalam pembelajaran
Penerapan TPACK dalam pembelajaran adalah tindakan yang dilakukan oleh guru
yang diarahkan demi tercapainya tujuan dengan mengintegrasikan pengetahuan
teknologi, pengetahuan pedagogi, dan pengetahuan konten.
4. Pemanfaatan TIK
Memanfaatkan TIK dalam proses seperti perangkat komputer/laptop,
gadget/smartphone, infocus, dan berbagai aplikasi berbasis digital yang
menunjang proses pembelajaran. Pengintegrasian TIK dalam pembelajaran
merupakan suatu komponen pembelajaran abad 21. Ilmu pengetahuan dan
teknologi selalu mengalami perkembangan secara cepat dari waktu ke waktu.

Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan penulis:


a. Menyiapkan slide PPT dan pengisian materi narrative text

b. Menayangkan slide tentang tujuan pembelajaran.

c. Menayangkan vidio interaktif


d. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dimaksudkan untuk
meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar siswa karena melalui pembelajaran
ini siswa belajar bagaimana menggunakan konsep dan proses interaksi untuk
menilai apa yang mereka kita ketahui, mengidentifikasi apa yang ingin diketahui,
mengumpulkan informasi dan secara kolaborasi mengevaluasi hipotesisnya
berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Ni, 2008).
Langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
1. Orientasi siswa pada masalah.
a) Peserta didik mengamati teks yang ditayangkan oleh guru tentang cerita
rakyat Sangkuriang.
b) Pendidik dan peserta didik melakukan tanya jawab tentang cerita rakyat
tersebut, seperti unsur bahasa, alur cerita, karakter, dan lain-lain.
a) Peserta didik mendengarkan penjelasan guru mengenai social function,
generic structure dan language features dari teks naratif dalam bentuk
cerita rakyat
2. Mengorganisasi peserta didik
a) Peserta didik dibagi menjadi menjadi kelompok-kelompok, tiap kelompok
terdiri dari 4 orang.
b) Pendidik memberikan tugas menganalisis social function, generic
structures dan language features dari narrative text yang berjudul
Sangkuriang.
3. Membimbing penyelidikan individual dan kelompok
a) Peserta didik diminta saling berdiskusi dan bertukar pendapat dengan
teman teman dalam kelompoknya.
b) Pendidik membimbing kerja kelompok
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil
a) Peserta didik diminta mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
b) Peserta didik diminta memberikan koreksi terhadap hasil jawaban peserta
didik lain.
5. Menganalisi dan evalusi masalah
a) Peserta didik memberikan evaluasi terhadap hasil jawabannya dengan
bimbingan pendidik.
b) Peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran tentang teks naratif
tentang cerita rakyat yang berhubungan dengan social function, generic
structure dan language features.

C. Hasil penerapan model pembelajaran Problem Based Learning


Persentase penerapan model pembelajaran Problem Based Laerning dalam proses
pembelajaran dapat terlihat dari data berikut ini :
1. Observasi penilaian sikap.
Pada observasi penilaian sikap spiritual peserta didik yang mencapai
predikat A adalah 23 peserta didik atau 100%, sedangkan pada
observasi penilain sikap yang mencapai A adalah 21 peserta didik atau
91,30% dan 2 peserta didik mendapat predikat B atau 8,7%.
2. Penilaian Pengetahuan
Pada penilaian pengetahuan peserta didik yang melampaui KKM 72
adalah sebesar 86,96% atau 20 peserta didik sedangkan 13,04%
memperoleh nilai di bawah KKM.
Penilaian Pengetahuan
Nilai 81
Nilai 80
4% 4% Nilai 79
9% 9% Nilai 78
Nilai 77
9% Nilai 76
4% 22% Nilai 75
Nilai 74
13% Nilai 73
Nilai 71
4%
9% Nilai 70
13%

3. Penilaian Keterampilan
Pada penilaian pengetahuan terdapat lima indikator penilaian selama diskusi
dan presentasi. Dari hasil pengamantan terdapat 21 peserta didik atau 91,30%
Melampau KKM dan 2 peserta didik atau 8,7% masih di bawah KKM.
Persentase Penilaian Keterampilan

9%
Nilai 90
Nilai 85
26% Nilai 80
52% Nilai 75
Nilai 70

4% 9%

Sumber daya atau materi yang diperlukan


1. Sumber daya yang di perlukan diantara nya laptop, infokus , jaringan internet,
LKPD, dan peralatan yang di butuhkan dalam pembelajaran.
2. Materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi ini yaitu menggunakan
LCD Proyektor, PPT, video interaktif (The legend of Tangkuban Perahu Lake ).

D. Refleksi dan Dampak


Secara umum kegiatan ini berdampak positif karena :
1. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) menunjukkan bahwa motivasi dan antusiasme peserta didik meningkat
dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, juga keaktifan peserta didik dan
konsentrasi dalam belajarpun mengalami peningkatan.
3. Peserta didik sangat tertarik dengan pengunaan media pembelajaran yang
berbasis Itdalam pembelajaran.
Respon peserta didik dan rekan sejawat sebagai hasil refleksi terkait dengan
model pembelajaran yang dilakukan yaitu:
1. Respon peserta didik terhadap kegiatan pembelajara ini adalah sangat senang
dan antusias, ini bisa dilihat dari kegiatan refleksi akhir pembelajaran siswa
memberikan refleksi bahwa pembelajaran sangat menyenangkan dan media
pembelajarannya menarik dan dekat dengan peserta didik.
2. Respon kepala sekolah sangat positif dan mendukung penuh atas kegiatatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
3. Rekan sejawat sangat positif dan antusias, sehingga mereka juga ingin
melaksanakan model pembelajaran yang telah saya laksanakan. Karena
berdampak besar terhadap motivasi belajar siswa.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai