PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan dalam pendidikan merupakan aktivitas pembelajaran yang
berorientasi
mencapai
tujuan
yang
telah
ditetapkan.
Dalam
proses
dan
membantu
membangun
pengetahuan
siswa
menjadi
pengetahuan baru. Memotivasi siswa adalah hal yang sangat penting, hal ini
akan memacu siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran jika motivasinya
kuat. Keaktifan siswa nantinya akan digunakan untuk mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri dalam proses pembelajaran, sebab belajar itu bukanlah
suatu proses transfer ilmu, melainkan proses membentuk pengalaman dalam
diri masing-masing individu siswa (Suparno 2007:15).
Memotivasi siswa dalam pembelajaran salah satunya dapat berasal dari
menumbuhkan rasa ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dengan
menumbuhkan ketertarikan maka selanjutnya siswa akan merasa butuh dalam
mengikuti
kegiatan
pembelajaran.
Sedangkan
membantu
membangun
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Richard (2013) daya tarik analogi dalam IPA, matematika, ilmu sosial dan
sastra terletak pada kemampuannya dalam menjelaskan gagasan abstrak
dengan istilah-istilah yang akrab. Pengajar dapat memanfaatkan metode
alternatif ini sebagai salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan berpikir
siswa dengan demikian, pengayaan materi ajar tidak saja dapat dilakukan
melalui latihan soal berulang-ulang dan berjenjang, melainkan juga dapat
dengan
memperkenalkan
paradigma
baru
agar
diperoleh
jangkauan
pemahaman materi ajar yang lebih luas dan komprehensif. Analogi dalam
kimia telah digunakan secara luas oleh para kimiawan, guru kimia, dan pelajar
yang mempelajari kimia. James Clerk Maxwell sedara eksplisit pernah
menyatakan perasaannya bahwa analogi-analogi sangat esensial dalam
pekerjaannya (Podolefsky, 2004). Menurut Podolefsky, beberapa analogi ada
yang komunikatif dan generatif. Sebagai sebuah contoh adalah analogi model
atom Rutherford yang sering digunakan untuk mengenalkan model atom
kepada siswa. Sehingga analogi tidak hanya berguna untuk para kimiawan
tetapi juga para guru. Di bawah ini terdapat contoh tabel analogi atom dan tata
surya :
Tabel 2.1. The Planetary Model of the Atom, sumber : Podolefsky (2004)
Aspek penting dalam mengajar konsep adalah mendefinisikan secara
Menurut
Harrison
&
Richard
(2013)
beberapa
istilah
untuk
4. Jika siswa masih tidak menerima analogi, instruktur mencoba untuk mencari
sebuah bridging analogy atau jembatan analogi sebagai intermediasi
konsep antara analogi dan target.
Prosedur di atas juga bisa dilengkapi dengan strategi mengajar yang
disarankan untuk membantu siswa belajar konsep yaitu (Santrock, 2014) :
1. Mendefinisikan konsep.
2. Menjelaskan suatu istilah dengan bantuan konsep.
3. Memberikan contoh-contoh untuk mengilustrasikan karakteristik kunci.
4. Memberikan contoh-contoh tambahan.
Model Teaching With Analogies (TWA) yang dikembangkan oleh Glynn
(1995) membuat peta perbandingan (mapping) antara konsep rujukan dan
konsep target. Bila terdapat banyak kemiripan antara kedua konsep tersebut,
maka sebuah analogi berpikir dapat dibangun. Pada umumnya, model TWA
terdiri dari beberapa tahap pelaksanaan, yaitu:
1. Mengulas kembali konsep rujukan dan memperkenalkan konsep target pada
saat bersamaan.
2. Mengidentifikasi dan memetakan beberapa kemiripan atribut pada kedua
konsep.
3. Menceritakan batasan analogi antara kedua konsep.
4. Menarik kesimpulan.
Contoh analogi lain dalam pokok bahasan listrik dinamis, guru dapat
menggunakan analogi bak air untuk menjelaskan konsep tegangan listrik. Air
yang ada di dalam tangki air di atas rumah mempunyai gaya dan energi
potensial yang dapat menyebabkan aliran air ke bawah. Air mengalir dari
tempat yang energi potensialnya tinggi ke tempat yang energi potensialnya
rendah, atau air mengalir karena adanya beda potensial. Gambaran ini
dikaitkan dengan peristiwa listrik: tegangan listriklah (beda potensial) yang
menyebabkan adanya arus listrik di dalam rangkaian listrik. Setelah siswa
memahami definisi besaran-besaran listrik maka dilanjutkan dengan materi
hukum Ohm.
lebih kecil daripada pipa lainnya. Tentu saja pada sistem air, aliran air akan
lebih kecil ketika melalui hambatan, demikian juga pada rangkaian listrik
walaupun
strategi
pengajaran
sains
dengan
analogi
diyakini
dapat
mempermudah proses belajar siswa. Namun penerapan teknik ini di kelas harus
memperhatikan beberapa hal, misalnya prakonsepsi dan daya serap siswa,
untuk menghindari terjadinya miskonsepsi (Prastowo, 2011). Hal ini dapat
disebabkan analogi yang dipilih terlalu jauh dengan konsep yang dianalogikan,
bahkan analogi yang digunakan guru dapat menimbulkan salah konsep
(Suparno, 2007). Dalam beberapa penelitian telah ditemukan bahwa
pendekatan analogi dan analogi penghubung dapat menyebabkan kesalahan
konsep pada siswa. Untuk mencegah hal ini terjadi hendaknya intermediate
analogy (analogi perantara) yang dipilih dalam menjelaskan suatu konsep
harus bertanggung jawab untuk memberikan sebuah pertalian yang sempurna
antara pengait (anchor) dan tujuan analogi itu sendiri.
Sebagai contoh, untuk menjelaskan gaya yang bekerja di atas meja,
seorang guru menggunakan analogi pegas yang ditekan oleh tangan. Siswa
mengerti bahwa pada saat pegas ditekan tangan, pegas itu melakukan gaya
pada tangan kita, sedangkan pada peristiwa buku diletakkan di atas meja, siswa
tidak dapat mengerti bahwa meja itu juga melakukan gaya pada buku karena
meja itu diam saja. Bagi siswa, gaya yang ada hanyalah gaya gravitasi buku
pada
meja.
Disini
kemungkinan
dapat
terjadi
miskonsepsi.
Untuk
dengan
model
menimbulkan
permasalahan
penafsiran,
perkembangannya
model
pembelajaran
analogi
terus
suatu
materi
pembelajaran.
Pembelajaran
analogi
terus
bahwa tujuan dari penerapan metode FAR adalah untuk membantu guru
memaksimalkan manfaat dan meminimalkan permasalahan, saat analogi
muncul pada pembahasan di kelas atau di buku teks. Metode ini didesain agar
dapat mengevaluasi ketrampilan guru yang menggunakan analogi dalam
pengajaran sains. Karena tiga tahap yakni Fokus-Aksi-Refleksi telah membuat
pengajaran menjadi jelas dan optimal, maka penerimaan Metode FAR dengan
praktik para guru menjadi mudah. Tiga tahap dari metode ini diringkas di
dalam Tabel 2.2, sehingga guru dapat mengingat dengan mudah tahaapan yang
diperlukan untuk menjalankan instruksi analogi yang efektif. Berikut ini adalah
penjelasan rinci dari setiap tahap:
1. Fokus
Dalam mengajar analogi guru hendaknya menyadari sejak awal, adanya
aspek kesulitan pada konsep yang akan diajarkan (kesulitan bagi guru
maupun murid). Pada tahap ini hendaknya guru memeriksa apakah para
murid sudah mengetahui tentang sesuatu tentang target konsep ataukah
belum, ataukah mereka mempunyai pemahaman konsep yang keliru.
Pertanyaan seputar bagaimana analogi dapat menguatkan konsep yang tepat
dan memperbaiki konsep yang salah, dapat diajukan. Inilah saat dimana
para guru memustuskan apakah para murid sudah cukup mengenal analog
atau belum. Kemudian guru dapat meningkatkan pengenalan dan
pemahaman murid melalui contoh atau penggambaran. Jika para guru
mendapati murid-muridnya tidak dapat melalui tahap ini dengan baik, maka
penggunaan analogi tertentu sebaiknya tidak dilanjutkan. Tahap ini
seharusnya dijalankan sebelum atau diawal pelajaran, sesuai keadaan.
Namun upaya ini jika sudah dimulai sebelum awal pelajaran, akan
mengefektifkan penggunaan analogi.
2. Aksi
Tahap aksi dalam pengajaran analogi mengharuskan guru memperhatikan
tingkat keakraban murid dengan analog. Selain itu ia juga harus
10
adda
upaya
perluasan, elaborasi,
Tabel 2.2. Kaidah penyusunan materi ajar yang akan disampaikan dengan
model analogi dengan metode FAR
11
12
13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat di simpulkan bahwa:
14
1. Analogi adalah sebuah persetujuan atau persesuaian dalam hal-hal atau sesuatu
yang berbeda atau kemiripan dan hubungan .Melalui model analogi guru akan
mendapatkan model pembelajaran baru yang dapat diterapkan di dalam kelas
sehingga guru dapat menemukan cara-cara yang lebih baik untuk mengatasi
masalah pembelajaran.
2. Metode FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) dapat digunakan untuk menerapkan model
pembelajaran analogi dalam pembelajaran kimia. Pada tahap Fokus hendaknya
guru memeriksa apakah para murid sudah mengetahui tentang sesuatu tentang
target konsep ataukah belum, ataukah mereka mempunyai pemahaman konsep
yang keliru. Tahap Aksi dalam pengajaran analogi mengharuskan guru
memperhatikan tingkat keakraban murid dengan analog. Dan pada tahap
Refleksi guru harus merenungi kejelasan dan kegunaan dari analog sebagai
bagian pembuatan kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA
15
16