Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I

PENDAHULUAN 

A.     Latar Belakang

Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang

menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk

memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. Dikatakan bermakna karena

dalam pembelajaran tematik, peserta didik akan memahami konsep-konsep yang

mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan

konsep lain yang telah dipahaminya. Fokus perhatian dalam pembelajaran tematik

terletak pada proses yang ditempuh peserta didik saat berusaha memahami isi

pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus

dikembangkannya.

Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi

sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru

mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga

mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi

perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang

peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan

satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan

adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.


2

Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar,

kreatifitas pengajar dan metode pembelajaran yang digunakan sesuai berdasarkan

konteksnya. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar

yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut, juga dengan metode yang relevan akan

membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur

melalui perubahan sikap dan kemampuan peserta didik melalui proses belajar. Desain

pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan

kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.

Mengingat pentingnya relevansi suatu metode dalam kegiatan belajar

mengajar, dan demi menjaga keberlangsungan interaksi antara pengajar dan peserta

didik, dalam makalah ini penulis mencoba untuk menguraikan metode tematik dalam

mengajar agar bisa diaplikasikan dalam praktisnya sesuai dengan konteks, sehingga

setidaknya kita bisa mengetahui metode tematik dalam pembelajaran, dan kita bisa

menentukan mana tema belajar yang signifikan untuk suatu metode tematik yang

berorientasi pada karakteristik peserta didik itu sendiri, agar proses belajar mengajar

dapat berlangsung secara interaktif dan optimal.

Pada dasarnya model pembelajaran terpadu merupakan system pembelajaran

yang memungkinkan peserta didik baik individual maupun kelompok aktif mencari,

menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistic, bermakna

dan otentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik

atau eksplorasi tema menjadi pengendali di dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan
3

berpartisipasi di dalam eksplorasi tema tersebut, para peserta didik belajar sekaligus

melakukan proses dan peserta didik belajar berbagai mata pelajaran secara serempak.

B. Rumusan Masalah

Berdasar dari latar belakang di atas penyusun menarik beberapa rumusan

masalah diantaranya:

1. Apa pengertian Pembelajaran Tematik ?

2. Bagaimana Model Pembelajaran Tematik ?

3. Apa saja Landasan Pembelajaran Tematik ?

4. Apa saja Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik ?

5. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik?

6. Bagaimana Strategi Pembelajaran Tematik ?


4

BAB II

PEMBAHASAN

A.   Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan

mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema topic pembahasan.

Sutirjo dan Sri Istuti Mamik dalam Suryosubroto menyatakan bahwa pembelajaran

tematik merupakan suatu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan,

nilai atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan

tema. 1

Pembelajaran tematik meruakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu

(integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang

memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan

merumuskan konsep serta prinsip- prinsip keilmuan secara holistic, bermakna, dan

autentik. Pembelajaran tematik berorentasi pada praktik pembelajaran yang sesuai

dengan kebutuhan dan perkembangan siswa.2

Secara sedarhana apa yang dimaksudkan dengan pembelajaran tematik adalah

kegiatan siswa bagaimana seorang siswa secara individual  atau secara kelompok

dapat menemukan keilmuan yang holistik.3

Dari pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa  pembelajaran tematik

dilakukan dengan maksud sebagai uaya untuk memperbaiki dan meningkatkan

kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya kurikulum. Disamping

1
Suryosubroto B, Proses Belajar Mengajar Disekolah, (Jakarta: Reneka Cipta, 2009), h. 133
2
Rusman, Model- Model Pembelajaran: Mengembangkan  profesionalisme Guru, (Jakarta:
Rajawali Press 2012), h. 254
3
Abd. Kadir dan Hanun Asrohah, Pembelajaran Tematik, (Jakarta: Raja Grapindo Persada,
2014), h. 6
5

itu, pembelajaran tematik akan member peluang pembajaran terpadu yang lebih

menekankan pada partisipasi/ keterlibatan siswa dalam belajar. Keterpaduan dalam

pelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek

belajar mengajar.4

B. Model Pembelajaran Tematik

Menurut  Trianto model pembelajaran terkait atau connected model adalah

pembelajaran yang dilakukan dengan mengaitkan suatu konsep dengan konsep lain,

mengaitkan suatu pokok bahasan dengan bahasan berikutnya, mengaitkan satu

keterampilan dengan keterampilan lainnya, dan dapat juga mengaitkan pekerjaan hari

itu dengan hari yang lain, atau hari berikutnya dalam satu bidang studi.

Pada pembelajaran model ini kunci utamanya adalah adanya satu usaha secara

sadar untuk menghubungkan bidang kajian dalam satu disiplin ilmu. Dengan

demikian, Model terhubung (connected) merupakan model integrasi inter bidang

studi. Model ini secara nyata mengorganisasikan atau mengintregrasikan suatu

konsep, keterampilan atau kemampuan yang ditumbuhkembangkan dalam suatu

pokok bahasan atau subpokok bahasan yang dikaitkan dengan konsep, keterampilan

atau kemampuan pada pokok bahasan yang dikaitkan dengan konsep, keterampilan

atau kemampuan pada pokok bahasan atau sub bahasan lain, dalam satu bidang studi.

Kaitan dapat diadakan secara spontan atau direncanakan terlebih dahulu.

Pengintegrasian ide- ide dipelajari tersebut terdapat dalam satu semester atau catur

wulan dengan semester catur wulan berikutnya menjadi satu kesatuan yang utuh.5

4
Suryosubroto B, Proses Belajar Mengajar Disekolah, h. 133
5
Abd. Kadir dan Hanun Asrohah, Pembelajaran Tematik,. h. 39
6

Sehubungan dengan itu, model berbeda dengan teori, sebuah model biasanya

tidak dipakai untuk menjelaskan proses yang rumit; model dipakai untuk

menyerdahanakan proses dan menjadikannya lebih mudah dipahami. Model dipakai

untuk menunjukkan bagaimana sesuatu itu seperti sesuatu yang lain. Tetapi, sebuah

teori berusaha mendiskripsikan prooses yang mendasari fenomena yang kompleks.

Teori penguatan misalnya, adalah usaha untuk menerangkan mengapa proses belajar

itu terjadi. Namun berbeda dengan model, teori tidak berusaha untuk

menunjukkan seperti apakah belajar itu.6

Adapun yang dimaksud model pembelajaran dalam pembelajaran Tematik ini

merajuk pada pendapat Joyce dan Weil adalah: “ A patters or plan, which can be used

to shaped a curriculum or course to select instruction materials, and to guide a

teacher’s actions  yaitu sebuah pola atau rencananya, yang dapat digunakan untuk

membentuk kurikulum atau kursus untuk memilih bahan ajar, dan untuk

membimbing tindakan guru.7

C.  Landasan Pembelajaran Tematik

1.      Landasan Filosofis

Pembelajaran tematik berangkat dari pemikiran filosofis tertentu yang

menekankan pada pembentukan kreativitas anak didik dengan pemberian aktivitas

yang di dapat dari pengalaman langsung dari lingkungannya yang natural.

Pembelajaran tematik berlandaskan pada filsafat pendidikan progresivisme,

sedangkan progresivisme bersandar pada filsafat naturalism dan pragmatisme.

6
Hergenhahn Mattew H. Olson, Theories Of Learning (Teori Belajar), (Jakarta: Kencana,
2009) h. 24
7
Lif Khoiru Ahmadi, dan Sofan Amri,  Pengembangan & Model Pembalajaran Tematik
Integratif, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publesher, 2014) h. 55
7

Disamping itu, pembelajaran tematik bersandar juga pada filsafat pendidikan

konstruktivisme dan humanisme.

Secara filosofis bahwa anak didik mempunyai kemampuan untuk melakukan

perubahan secara signifikan dalam kehidupannya  walaupun bersifat evolusionis,

kerena lingkungan hidup anak didik merupakan suatu dunia yang berproses

(becoming) secara evolusionis pula.

Pengetahuan anak didik adalah kumpulan kesan- kesan dan informasi yang

terhimpun dalam pengalaman emperi yang particular dan seharusnya siap untuk

digunakan.

2.      Landasan psikologis

Secara teoritik maupun praktik pembelajaran tematik berlandaskan pada

psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan

terutama dalam menentukan isi/ materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada

anak didik agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap

perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal

bagaimana isi/ materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada anak didik

dan bagaimana pula anak didik harus mempelajarinya.

Pembelajaran tematik dilakukan pada kelas awal ketika usia anak didik

mencapai usia sekitar 6-9 tahun. Anak didik dalam rentangan usia ini demikian

biasanya secara fisik berkembang sedemikian rupa dan sudah dianggap matang untuk

belajar di sekolah formal. Ia dapat melakukan sesuatu secara mandiri, seperti makan,

minum, mandi berpakaian, dan sebagainya. Secara psikis mereka telah dianggap

matang dalam membedakan satu benda dengan benda lainnya dan kemampuan

bahasa sudah cukup untuk menterjemahkan isi pikirannya. Sedangkan secara


8

emosional ia telah dapat mengontrol emosinya. Untuk perkembangan kecerdasannya

ditunjukkan dengan kemampuannya mengelompokkan objek, berminat terhadap

angka dan tulisan, meningkatkan pembendaharaan katanya, senang berbicara dan

sebagainya.8

3. Landasan Teoritik dan Empirik Pembelajaran Tematik

Peserta didik sekolah dasar kelas awal yaitu kelas I, II, dan III berada pada

rentang usia dini merupakan masa yang pendek, tetapi sangat penting bagi kehidupan

seseorang, kerena pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong

sehingga akan berkembang secara optimal. Pada usia dini tersebut, berbagai

kecerdasannya seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat pesat, dan

tingkat perkembangannya masih melihat segala sesuatu sebagai satu  keutuhan

(holistic), serta memahami hubungan antar konsep secara sedarhana, proses

pembelajaran masih bergantung pada objek konkrit dan pengalaman langsung.9

d.      Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik

Ruang lingkup pengembangan pembelajaran tematik meliputi seluruh mata

pelajaran Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan

Alam, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan

Keterampilan, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.10

e.       Ciri-ciri Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki cirri cirri atau karakteristik sebagaimana di

ungkapkan dalam www. Pppg tertulis or id. Sebagai berikut: 1) berpusat pada siswa,

8
Abd Kadir dan Hanun Asrohah, Pembelajaran Tematik., h. 18
9
Lif Khoiru Ahmadi dan Sopan Amri, Pengembangan & Model Pembalajaran Tematik
Integratif, h 89
10
Rusman, Model- Model Pembelajaran: Mengembangkan  profesionalisme Guru, h. 260
9

2) memberikan pengalaman langsung kepada siswa, 3) pemisahan mata pelajaran

yang tidak begitu jelas, 4) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam

suatu pelajaran, 5) bersifat flexible,  6) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai

dengan minat,dan kebutuhan siswa.11

Sehubung dengan hal tersebut diungkapkan pula

dalam www.p3gmatis.ga.id download/ SD karakteristik pembelajaran terpadu/

tematik  sebagai berikut: 1) pembelajaran berpusat pada anak, 2) menekankan

pembentukan pemahaman dan kebermaknaan, 3) belajar melalui pengalaman

langsung, 4) lebih memperhatikan proses daripada hasil semata, 5) sarat dengan

muatan keterkaitan.12

f.       Strategi Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik adalah salah satu strategi pembelajaran terpadu yang

menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran satu dengan yang

lainnya sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna pada siswa. Tema

menjadi pokok pembicaraan atau gagasan yang mudah memusatkan siswa pada satu

tema tertentu. Dengan strategi pembelajaran tematik ini, siswa akan lebih focus dan

konsentrasi sehingga pemahaman terhadap suatu materi akan lebih mendalam.

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif. Siswa

tidak hanya dijadikan sebagai objek, tetapi dituntut aktif untuk terlibat langsung di

lapangan. Keterlibatan aktif akan membuat siswa memperoleh pengalaman yang luas.

Pengalaman inilah yang akan membawa siswa mampu menghubungkan antara satu

konsep dengan konsep lain.

11
Soryosubroto B, Proses Belajar Mengajar Disekolah, h. 134
12
Soryosubroto B, Proses Belajar Mengajar Disekolah,. h. 135
10

Pembelajaran tematik menekankan belajar sambil melakukan sesuatu.

Pengalaman guru menjadi penting untuk memadukan antara teori dan praktis serta

memberikan makna belajar pada siswa. Pengalaman belajar guru akan memberikan

makna belajar yang sesungguhnya pada siswa. Konsep pembelajaran tematik secara

tidak langsung akan membentuk skema  konseptual dari materi pembelajaran

sehingga ada proses  kesinambungan dan pertautan antara materi yang dulu dengan

sekarang. Pada saat itulah siswa akan mengetahui mata rantai pengetahuan

konseptual.

Ada beberapa ciri utama dari strategi pembelajaran tematik, yaitu:

1.      Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tinngkat perkembangan;

2.      Beberapa bentuk kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik

selalu bertolak dari minat dan kebutuhan siswa;

3.      Proses belajar mengajar akan menimbulkan kesan yang lebih bagi siswa sehingga

hasil dari belajar mampu bertahan lama;

4.      Strategi tematik ini membantu keterampilan siswa dalam berpikir;

5.      Menyajikan pelajaran yang lebih realities sesuai dengan tingkat permasalahan

yang terjadi pada siswa;

6.      Mengasah dan mengambangkan potensisosial pada anak, layaknya toleransi,

kerjasama, dan tanggap terhadap berbagai perbedaan yang dimiliki oleh orang

lain.13

Dan ada beberapa manfaat penting dari strategi pembelajaran tematik ini

yaitu, sebagai berikut

1.      Siswa lebih mudah untuk memusatkan perhatian pada satu tema tertentu

13
Rudi Hartono, Ragam Model Mengajar Yang Mudah Diterima Murid ( Yogyakarta: Diva
Press, 2013) h. 156
11

2.      Siswa bisa mempelajari pengetahuan serta mengembangkan berbagai kompetensi

dasar antar pelajaran dengan tema yang sama.

3.      Kompetensi dasar dapat dikembangkan secara lebih baik dengan mengaitkan

mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.

4.      Siswa mampu memahami materi pelajaran secara lebih mendalam

5.      Siswa bisa mengetahui dan merasakan manfaat dari belajar kerena materi yang

disajikan dengan tema yang jelas.

6.      Guru bisa menghemat waktu kerena mata pelajaran yang disajikan secara tematik

dapat dipersiapkan secara sekaligus sehingga ini bisa berlangsung dua atau tiga

kali pertemuan.14

g.      Hal- hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Pembelajaran Tematik

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembelajaran

tematik, yaitu:

1.      Pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran

lebih bermakna dan utuh.

2.      Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu mempertimbangkan  alokasi

waktu untuk setiap topic, banyak sedikit bahan yang tersedia di lingkungan.

3.      Pilihlah dengan tema yang terdekat dengan siswa.

4.      Lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai daripada tema.15

h.      Rambu-rambu Pembelajaran Tematik

Ada beberapa rambu-rambu dasar yang mesti dipahami dalam

pembelajaran tematik. Berikut adalah rambu- rambu pembelajaran tematik.

14
Rudi Hartono, Ragam Model Mengajar Yang Mudah Diterima Murid., h. 167
15
Suryosubroto B, Proses Belajar Mengajar Disekolah., h. 136
12

1.      Tidak semua mata pelajaran itu bisa dipadukan

2.      Bisa terjadi penggabungan kompetensi dalam satu semester

3.      Kompetensi dasar yang tidak bisa dipadukan, jangan paksa menggabungkan

kerna akan mengakibatkan kerancuan. Lebih baik dipindahkan dan dipelajari

secara mandiri.

4.      Kemampuan belajar pada anak lebih ditekankan pada kemampuan untuk

membaca, menulis, berhitung, serta penanaman nilai- nilai moral.

5.      Tema yang sesuai harus disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat dan

lingkungan serta daerah setempat.

i.        Implementasi Pembelajaran Tematik di Sekolah

Apabila pembelajaran tematik ini diimplementasikan di sekolah, akan ada

beberapa implikasi, baik bagi guru, sarana dan prasarana, dan pengaturan

ruangan.

1.      Guru akan dituntut untuk lebih kreatif dalam menyiapkan materi pembelajaran,

memilih kompetensi dari berbagai pelajaran, serta mengemas dan menyuguhkan

mata pelajaran jadi menarik, menyenangkan dan membuat siswa gembira

2.      Siswa mesti mengikuti proses pembelajaran yang bisa memungkinkan bekerja

secara individu atau kelompok atau bahkan cara- cara klasik. Semua itu

tergantung pada sejauh mana kemampuan guru untuk mencari pilihan yang

terbaik bagi siswa dalam mencari metode pembelajaran. Yang terpenting bagi

siswa bisa mengikuti pembelajaran secara variatif.

3.      Pelajaran tematik memerlukan sarana dan prasarana yang lebih kompleks.

Pembelajaran ini kadang memerlukan desain khusus maupun sumber belajar yang

ada di lingkungan yang siap di manfaatkan secara praktis. Pembelajaran ini


13

memerlukan media pembelajaran bervariasi untuk memudahkan siswa dalam

memahami konsep- konsep yang abstak.

4.      Pembelajaran tematik juga membutuhkan pengaturan ruangan. Pengaturan

ruangan itu meliputi, penyesuaian pengukuran ruangan dengan tema yang

disajikan, pengaturan bangku peserta didik yang sesuai dengan tema, kegiatan tak

melulu di dalam ruangan, tetapi juga bisa dilakukan di luar ruangan.

j.        Tahap Persiapan Pelaksanaan

Sebelum melakukan proses pembelajaran tematik, ada beberapa tahapan

persiapan pelaksanaan yang mesti diperhatikan oleh guru. Tahapan pelaksanaan

itu meliputi:

1.      Pemetaan Kompetensi Dasar

Pemerataan ini bertujuan agar dapat memperoleh gambaran yang

menyeluruh semua standar kompetensi dasar serta indicator dari berbagai mata

pelajaran yang telah dipadukan sesuai tema yang dipilih. Untuk itulah ada

beberapa kegiatan yang mesti dilakukan.

Penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam indicator.

Dalam melakukan penjabaran ini ada beberapa hal yang mesti diperhatikan.

a)      Indicator mesti dikembangkan sesuai dengan karakter siswa

b)      Indicator mesti dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran

c)      Dirumuskan dalam kerja operasional yang terukur dan bisa diamati.16

Contoh kompetensi dasar dan indicator dari mata pelajaran yang akan dipadukan

Bahasa Indonesia Matematika Pengatahuan Kerajinan Tangan

Alam dan Kesenian

16
Rudi Hartono, Ragam Model Mengajar Yang Mudah Diterima Murid., h. 175
14

Mendengarkan Bilangan cacah Makhluk hidup dan Rupa: Gambar

sampai dengan tiga berproses ekspresi

angka kehidupan

Berbicara Benda dan sifatnya Gambar imajinatif

Membaca Energy dan Objek imajinatif

perubahannya

Menulis Ritme (warna,

garis)

Berdasarkan pemetaan aspek dalam setiap mata pelajaran sebagaimana

tercetak tebal di atas dan bercetak miring di atas, maka selanjutnya dapat ditetapkan

kompetensi dasar dan indicator dari setiap mata pelajaran sebagaimana terlihat dalam

table berikut.

Contoh kompetensi dasar dan indicator dari Mata Pelajaran yang Telah Dipadukan

Bahasa Indonesia Matematika Pengetahuan Kerajinan

Alam Tangan dan

Kesenian

Mendiskripsikan Memahami Mendiskripsikan Menanggapi

binatang di sekitar konsep urutan bagian- bagian berbagai unsure

(secara lisan) bilangan cacah yang tampak pada rupa, bintik,

hewan di sekitar garis, bidang,

rumah dan sekolah warna, dan

bentuk.
15

2.      Menentukan tema

Untuk  menentukan tema, ada dua cara. Cara pertama adalah mempelajari

standar kompetensi dan kompetensi dasar yang termuat dalam masing masing mata

pelajaran. Cara yang kedua adalah menetapkan terlebih dahulu tema- tema tematik,

untuk menentukan tema guru bisa bekerjasama dengan siswa.17

Sebagai contoh tema tentang “ Binatang” dapat dikembangkan menjadi anak

tema/ sub tema binatang yang ada di darat, binatang yang ada dilaut dan binatang

yang ada di udara. “ Kegemaranku” dapat di kembangkan menjadi anak tema/ sub

tema menjadi ; Gemar Olahraga, Gemar Berhitung, Gemar menggambar, dan Gemar

Membaca. Dan tentang “pengalaman” dapat di kembangkan menjadi anak tema;

Pengalaman yang menyenangkan, pengalaman yang menyedihkan, dan pengalaman

yang lucu atau menggelikain.18  Dan sebagai contoh tentang “Materi” jabarkan

(tuliskan) pokok- pokok materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai “

kompetensi dasar dan indicator yang telah ditetapkan”.19

3.      Prinsip Penentuan Tema

Dalam menentukan tema, ada beberapa prinsip penting yang mesti

diperhatikan, yaitu mengambil materi yang mudah menuju materi yang sulit, dari

yag sedarhana menuju yang kompleks, dari yang konkrit menuju yang astrak, dan

yang terpenting tema yang dipilih disesuaikan dengan bakat, minat dan

kemampuan siswa.

4.      Menetapkan Jaringan Tema

17
Rudi Hartono, Ragam Model Mengajar Yang Mudah Diterima Murid, h.175
18
Rusman, , Model- Model Pembelajaran: Mengembangkan  profesionalisme Guru., h. 263
19
Rusman, , Model- Model Pembelajaran: Mengembangkan  profesionalisme Guru., h. 267
16

Agar proses pembelajaran lebih sistematis dan terpadu, buatlah jaringan tema

yang bisa menghubungkan kompetensi dasar  dengan indicator. Dengan jaringan tema

itu akan terlihat saling berkaitan antar tema, kompetensi dasar, dan indicator. Jaringan

pengetahuan seperti inilah yang membuat siswa mudah untuk memahami dan

mendalami.

5.      Penyusunan Silabus

Beberapa tahapan yang telah disebutkan sebelumnya bisa menjadi dasar

untuk menyusun silabus. Komponen silabus yang terdiri dari standar kompetensi,

kompetensi dasar, indicator, pengalaman belajar, dan sumber serta penilaian bisa

disusun berdasarkan tahapan- tahapan tersebut.

6.      Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP disusun untuk keperluan guru dalam melakukan proses belajar-

mengajar. RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan

pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang

ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Ada beberapa

komponen rencana pembelajaran tematik, yakni:

a)      Identitas sebuah mata pelajaran;

b)      Standar kompetensi;

c)      Kompetensi dasar;

d)     Indicator pencapaian kompetensi;

e)      Tujuan pembelajaran;

f)       Materi ajar serta beberapa uraian yang perlu untuk dipelajari siswa untuk

mencapai kompetensi dasar dan indicator;

g)      Alokasi waktu;
17

h)      Metode pembelajaran yang harus dipakai untuk menyampaikan materi dalam

rangka mencapai kompetensi dasar dan indicator.

i)        Melakukan penilaian dan tindak lanjut;

j)        Sumber belajar, alat serta fasilitas yang digunakan untuk mncapai kompetensi

dasar dan sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik

sesuai dengan kompetensi dasar yang dikuasai.20

k.)    Peran dan Pemilihan Teman dalam Pembelajaran Tematik

Tema dalam pembelajaran tematik mempunyai peran antara lain:

1.      Siswa lebih mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topic tertentu;

2.      Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengambangkan berbagai kompetensi

mata pelajaran  dalam tema yang sama;

3.      Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;

4.      Kompetensi berbahasa bisa lebih dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan

mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;

5.      Siswa lebih merasakan manfaat dan makna belajar materi yang disajikan dalam

konteks tema yang jelas;

6.      Siswa lebih bergairah belajar kerena mereka bisa berkomunikasi dalam situasi

yang nyata;

7.      Guru dapat menghemat waktu kerena mata pelajaran yang di sajikan secara

terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan 2 atau 3 kali.

Pemilihan tema dalam pembelajaran tematik dapat berasal dari guru dan

siswa. Pada umumnya guru memilih tema dasar dan siswa menentukan unit

20
Rudi Hartono, Ragam Model Mengajar Yang Mudah Diterima Murid,. h. 174
18

temanya. Tema juga dapat dipilih berdasarkan pertimbangan consensus

antarsiswa.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
19

1. Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan

mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema topic

pembahasan.

2. Model pembelajaran terkait atau connected model adalah pembelajaran yang

dilakukan dengan mengaitkan suatu konsep dengan konsep lain, mengaitkan

suatu pokok bahasan dengan bahasan berikutnya.

3. Pembelajaran tematik berangkat dari pemikiran filosofis tertentu yang

menekankan pada pembentukan kreativitas anak didik dengan pemberian

aktivitas yang di dapat dari pengalaman langsung dari lingkungannya yang

natural.

4. Ruang lingkup pengembangan pembelajaran tematik meliputi seluruh mata

pelajaran.

5. Ciri-ciri pembelajaran tematik Sebagai berikut: 1) berpusat pada siswa, 2)

memberikan pengalaman langsung kepada siswa, 3) pemisahan mata pelajaran

yang tidak begitu jelas, 4) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam

suatu pelajaran, 5) bersifat flexible, hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai

dengan minat,dan kebutuhan siswa.

6. Pembelajaran tematik adalah salah satu strategi pembelajaran terpadu yang

menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran satu dengan yang

lainnya sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna pada siswa.

7. Pelaksanaan pembelajaran tematik memiliki kelebihan dan kekurangan,

diantaranya  yaitu:Menyenangkan kerena bertolak dari minat dan kebutuhan

siswa. Tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep

konsep yang ada dalam mata pelajaran secara tepat.


20

B. Saran
Demikianlah makalah ini penulis buat untuk memenuhi tugas mata kuliah

Teori Pembelajaran. Apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan

penulis meminta kepada pembaca umumnya dan khususnya kepada bapak dosen

mata Desain Pembelajaran. Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa memberkahi

kita semua. Amien yaa Rabbal ‘Alamien.

DAFTAR PUSTAKA

Tianto.2012. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik.Jakarta : Prestasi


Pustakarya

http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/07/model-tematik-kelas-awal.pdf
21

Suryosubroto B, Proses Belajar Mengajar Disekolah, (Jakarta: Reneka Cipta, 2009)

Rusman, Model- Model Pembelajaran: Mengembangkan  profesionalisme


Guru, (Jakarta: Rajawali Press 2012)

Abd. Kadir dan Hanun Asrohah, Pembelajaran Tematik, (Jakarta: Raja Grapindo


Persada, 2014)

Hergenhahn Mattew H. Olson, Theories Of Learning (Teori Belajar), (Jakarta:


Kencana, 2009)

Lif Khoiru Ahmadi, dan Sofan Amri,  Pengembangan & Model Pembalajaran


Tematik Integratif, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publesher, 2014)

Rudi Hartono, Ragam Model Mengajar Yang Mudah Diterima Murid ( Yogyakarta: Diva
Press, 2013)

Anda mungkin juga menyukai