Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

METODE PEMBELAJARAN TEMATIK

OLEH:
INOSENSIUS PRIMUS SERAN
(16112024)
THERESIA I. WARUNG
(16112039)
RAYNELDIS USBOKO
(16112016)
EDELTRUDIS EMBU
(16112023)
MOH. SETIAWAN F. KOSSAN
(16112098)
JUNAIDY R. PAKULEO
(16112110)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


UNWIRA-KUPANG
TAHUN AJARAN 2013/2014

KATA PENGANTAR

Syukur dan pujian kami sampaikan kepada Tuhan karena atas kuasa dan penyertaanNya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan dalam keadaan sehat.
Di dalam makalah ini, kami membahas tentang metode pembelajaran tematik sebagai
salah satu metode yang bisa digunakan oleh pendidik dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Oleh karena itu, Makalah ini ditulis dengan maksud untuk memudahkan kita
memahami dan mengatahui tentang metode pembelajaran tematik secara singkat dan jelas.
Sebagai seorang calon guru perlu mempelajari dan memahami berbagai macam metode dan
model pembelajaran demi menciptakan suasana belajar mengajar yang kondisuf dan efesien
sehingga dapat tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan.
Akhir kata, kami mengucapkan permohonan maaf apabila makalah ini belum dapat
memperkaya wawasan dan belum mencapai kesempurnaannya.

Kupang, Mei 2014

penulis

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................................

Ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .....

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan .

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Metode Pembelajaran Tematik ..

2.2 Landasan Pembelajaran Tematik .

2.3 Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik ..

2.4 Karakteristik Pembelajaran Tematik ...

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembeljaran Tematik .


2.6 Penilaian ..................................................................................................................

6
8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

10

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metode pembelajaran tematik adalah metode pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk
memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. Dikatakan bermakna karena
dalam pembelajaran tematik, peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka
pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang
telah dipahaminya. Fokus perhatian dalam pembelajaran tematik terletak pada proses
yang ditempuh peserta didik saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan
bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya.
Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi
sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, pendidik
mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai
sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan
sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik,
namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu
pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara
pengajar dengan peserta didik.
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar, kreatifitas
pengajar dan metode pembelajaran yang digunakan sesuai berdasarkan konteksnya.
Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu
memfasilitasi motivasi tersebut, juga dengan metode yang relevan akan membawa pada
keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan
sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik,
ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat
peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.
Mengingat pentingnya relevansi suatu metode dalam kegiatan belajar mengajar,
dan demi menjaga keberlangsungan interaksi antara pengajar dan peserta didik, dalam
makalah ini penulis mencoba untuk menguraikan metode tematik dalam mengajar agar
bisa diaplikasikan dalam praktisnya sesuai dengan konteks, sehingga setidaknya kita bisa
mengetahui metode tematik dalam pembelajaran, dan kita bisa menentukan mana tema
belajar yang signifikan untuk suatu metode tematik yang berorientasi pada karakteristik

peserta didik itu sendiri, agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara interaktif
dan optimal.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa itu metode pembelajaran tematik?
2) Apa saja landasan dari metode tematik?
3) Bagaimana halnya dengan prinsip dasar metode tematik?
4) Bagaimana karakteristik metode tematik?
5) Apa saja kelebihan dan kekurangan metode tematik?
1.3 Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui apa itu metode pembelajaran tematik, lebih dari itu kita bisa
menerapkannya dalam proses pembelRUajaran di sekolah agar proses pembelajaran
lebih terpadu dan bermakna.
2) Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal dengan menunjukkan bahwa peserta didik
telah melalukan tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan
sikap-sikap baru yang diharapkan.
3) Dengan adanya penulisan karya tulis ini dapat memberikan keuntungan dan membantu
kita dalam menambah wawasan, pemahaman tentang metode pembelajaran tematik.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Metode Pembelajaran Tematik
Metode pembelajaran tematik adalah merupakan kegiatan belajar mengajar dengan
memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar cara ini dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama, materi beberapa
mata pelajaran disajikan dalam tiap pertemuan. Sedangkan cara kedua, yaitu tiap kali
pertemuan hanya menyajikan satu jenis mata pelajaran. Pada cara kedua ini,
keterpaduannya diikat dengan satu tema pemersatu. Oleh karena itu pembelajaran tematik
ini sering juga disebut pembelajaran terpadu atau integrated learning.
Bentuk keterkaitan atau keterpaduan ini dapat diartikan sebagai pemberdayaan
materi pelajaran satu, pada waktu menyajikan materi pelajaran lain yang diikat oleh satu
tema. Melalui pembelajaran tematik, pemahaman konsep selalu diperkuat karena adanya
sinergi pemahaman antara konsep yang dikemas dalam tema. Dalam pelaksanaannya,
pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan
dikembangkan

oleh

pendidik

bersama

peserta

didik

dengan

memperhatikan

keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok
yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983).
Pada metode tematik cara pertama menuntut kreativitas guru dan sistem
persekolahan yang memiliki otoritas tinggi untuk membuat keputusan sendiri berkaitan
dengan perencanaan dan pelaksanaan gagasan inovatif seperti pembelajaran tematik yang
memungkinkan terjadinya perubahan jadwal dan perubahan target program kelas. Pada
pembelajaran terpadu dengan cara kedua ini memberi peluang pada sistem persekolahan
yang masih bersifat sentralistik, dimana sekolah banyak mengikuti kebijakan yang
ditentukan dari pengambil keputusan diluar sekolah seperti penjadwalan dan target
kurikulum.
Misalnya, pada waktu berbelanja di pasar, mereka berhadapan dengan hitung
menghitung (Matematika), aneka ragam makanan sehat (IPA), dialog tawar-menawar
(bahasa Indonesia), dan harga yang terkadang naik turun (IPS), serta beberapa materi
pelajaran lainnya. Sebaliknya, materi pelajaran yang tidak saling terkait merupakan hal
yang abstrak bagi anak. Oleh karena itu, pembelajaran tematik akan dirasakan lebih
bermakna bagi diri anak.
Pembelajaran tematik dapat mempermudah anak dalam membangun gagasan atau
pengetahuan baru, karena materi yang disajikan saling terkait satu sama lain. Kegiatan

pembelajaran akan lebih bermakna apabila materi pelajaran yang sudah dipelajari atau
dipahami siswa dapat dimanfaatkan untuk mempelajari materi berikutnya. Pembelajaran
yang terpadu sangat berpeluang dalam membantu dan memanfaatkan pengetahuan anak
yang telah dimiliki sebelumnya.
Motode pembelajaran tematik memberikan peluang kepada anak untuk
mengembangkan tiga ranah sasaran pendidikan secara bersamaan. Ketiga ranah sasaran
pendidikan ini meliputi (jujur, teliti, tekun, terbuka terhadap gagasan ilmiah),
keterampilan (memperoleh, memilih, dan memanfaatkan informasi, menggunakan alat,
mengamati, membaca grafik, termasuk juga keterampilan sosial seperti bekerjasama dan
kepemimpinan), dan wawasan kognitif (seperti gagasan konseptual tentang lingkungan
dan alam sekitar).
Metode pembelajaran tematik memberi peluang kepada anak untuk membangun
sinergi kemampuannya, sehingga tujuan utuh pendidikan (mandiri, peka, dan
bertanggungjawab) dapat dicapai. Kemampuan yang diperoleh dari satu mata pelajaran
akan saling memperkuat kemampuan yang diperoleh dari mata pelajaran lain. Sehingga
guru dapat lebih menghemat waktu dalam menyusun rencana pembelajaran. Tidak hanya
pendidik, peserta didik pun belajar lebih bermakna terhadap konsep-konsep sulit yang
diajarkan. Dengan demikian, metode pembelajaran tematik merupakan salah satu wahana
ideal untuk mengangkat realita sehari-hari sebagai tema pengajaran.
2.2 Landasan Pembelajaran Tematik
Landasan filosofis dalam metode pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh
tiga aliran filsafat yaitu: progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme. Aliran
progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan
kreatifitas, pembelajaran sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan
memperhatikan kemampuan peserta didik.
Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung peserta didik (direct
experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah
hasil konstruksi bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui
interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Sedangkan, aliran
humanisme melihat peserta didik dari segi keunikan atau kekhasannya, potensinya, dan
motivasi yang dimilikinya.
Landasan Psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan
psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan
diperlukan terutama dalam menentukan isi atau materi pembelajaran tematik yang

diberikan kepada peserta didik agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan
tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal
bagaimana isi atau materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada peserta
didik dan bagaimana pula peserta didik harus mempelajarinya.
Landasan Yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan
atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar.
Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang
menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan
bakatnya (Pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan barhak
mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab
V Pasal 1-b).
2.3 Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan dunia peserta
didik dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang
beragam dari beberapa materi pelajaran. Pembelajaran tematik perlu memilih materi
beberapa mata pelajaran yang mungkin dan saling terkait.
Pembelajaran tematik tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang
berlaku, tetapi sebaliknya pembelajaran tematik harus mendukung pencapaian tujuan utuh
kegiatan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang dapat
dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik peserta didik seperti
minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal. Materi pelajaran yang dipadukan
tidak perlu terlalu dipaksakan, artinya materi yang tidak mungkin dipadukan, tidak usah
dipadukan.
2.4 Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu metode pembelajaran di Sekolah Dasar, pembelajaran tematik
memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
a) Berpusat pada peserta didik.
Pembelajaran tematik berpusat pada peserta didik (student centered), hal ini sesuai
dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan peserta didik
sebagai subyek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu
memberikan kemudahan-kemudahan kepada peserta didik untuk melakukan aktivitas
belajar.

b) Memberikan pengalaman langsung.


Metode pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada
peserta didik (direct experiences). Dengan pengalaman ini, peserta didik dihadapkan
pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih
abstrak.
c) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tak begitu jelas.
Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat
berkaitan dengan kehidupan peserta didik.
d) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran.
Proses pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran
dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, peserta didik dapat memahami
konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu peserta didik
dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
e) Bersifat fleksibel.
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan
ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan
mengaitkannya dengan kehidupan peserta didik dan keadaan lingkungan sekolah dan
lingkungan peserta didik berada.
f) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik.
Peserta didik diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya
sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Tematik
Dalam suatu metode pembelajaran pasti akan terdapat suatu kekurangan, seideal
apapun suatu metode pembelajaran, pasti akan terdapat suatu kekurangan. Dimana
terdapat ketidaksesuaian. ketidaksesuaian tersebut pasti terdapat dalam salah satu aspekaspek tertentu.
Menurut Kunandar (2007: 315), model pembelajaran tematik mempunyai beberapa
kelebihan yakni:
1. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik.
2. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan
tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
3. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.
4. Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik sesuai dengan persoalan
yang dihadapi.

5. Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama.


6. Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
7. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi
dalam lingkungan peserta didik.
Kelemahan pembelajaran tematik menurut Udin Saud dkk (2006) kelemahankelemahannya sebagai berikut :
1. Dilihat dari aspek pendidik, pelaksanaan metode pembelajaran tematik sulit
diwujudkan apabila pendidik kurang memiliki pengetahuan dan wawasan yang
luas, kreatifitas tinggi, kepercyaan diri, dan mampu untuk mengembangkan
materi pelajaran.
2. Dilihat dari aspek peserta didik, pelaksanaan metode pembelajaran tidak akan
diwujudkan apabila peserta didik tidak memiliki kemampuan belajar peserta
didik yang relatif baik, baik dalam aspek intelegensi maupun kreatifitas. Hal
tersebut karena metode pembelajaran tematik menekankan pada pada
pengembangan

kemampuan

(menghubung-hubungkan),

analitik

dan

(menjiwai),

kemampuan

kemampuan

eksploratif

dan

asosiatif
elaborative

(menemukan dan menggali).


3. Dilihat dari aspek sarana dan sumber pembelajaran, penerapan metode
pembeljaran tematik sulit diwujudkan apabila kekurangan bahan bacaan atau
sumber informasi yang cukup banyak sehinngga mempersulit penambahan dan
pengembangan

wawasan

dan

pengetahuan

yang

diperlukan.

Misalnya

ketersediaan buku di perpustakaan sekolah. Jika tidak ada maka akan sulit
menerapkan metode tematik.
4. Dilihat dari aspek kurikulum, metode pembelajaran tematik memerlukan jenis
kurikulum yang terbuka untuk pnegembangannya.
5. Dilihat dari suasana penekanan proses pembelajaran, pembelajaran tematik
cenderung mengakibatkan penghilangan pengutamaan salah satu atau lebih mata
pelajaran.

2.6 penilain
metode ini menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik melalui penilaian berbasis
test dan portofolio yang saling melengkapi.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam pembahasan

diatas

telah

diuraikan

beberapa

pengertian

metode

pembelajaran tematik secara umum, kemudian tentang karakteristik dari metode


pembelajaran tematik, dan yang terakhir adalah uraian tentang kelebihan dan kekurangan
dari metode pembelajaran tematik. Dari uraian di atas akhirnya disimpulkan bahwasanya
metode pembelajaran tematik ini dikatakan populer, lantaran materi dari tiap mata
pelajaran dapat kita satukan, atau dengan kata lain, dapat dikait-kaitkan. Dengan begitu,
proses penyampaian materi akan lebih mudah diserap karena materi yang diajarkan
berikutnya, seolah sudah diajarkan sebelumnya dalam mata pelajaran lain yang dikaitkan
dengan mata pelajaran berikutnya.
Metode pembelajaran tematik ini juga kiranya lebih relevan diterapkan, sebab
metode pembelajaran tematik ini juga dapat membantu membangkitkan minat belajar
peserta didik. Karena dalam pengemasan mata pelajaran menggunakan metode
pembelajaran tematik ini, mata pelajaran yang disaling kait-kaitkan dikemas dalam
bentuk penyampaian materi yang didalamnya terdapat unsur bermain, sehingga peserta
didik sekolah dasar akan lebih menyukainya.
3.2 Saran
Kiranya metode pembelajaran tematik ini lebih bermakna, bermakna disini berarti
bahwa peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui
pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah
dipahaminya. Berangkat dari pemahaman kebermaknaan metode pembelajaran tematik
ini, maka kepada kita sebagai calon guru perlu untuk memahami tentang metode
pembelajaran tematik demi menciptakan situasi belajar-mengajar yang efesien dan
tercapai maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2007). Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta.
Kunandar. (2007). Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo
.

Persada.
Sudjana, Nana. (1985). Teori Belajar. Jakarta: Fakultas Pasca Sarjana IKIP Jakarta.
Wirawan, Sarlito. (1978). Berkenaan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh Psikologi. Jakarta:
Bulan Bintang.

Anda mungkin juga menyukai