Anda di halaman 1dari 12

YANG BERTANYA

1) Nama : Nur Fathimah Az


Nim : 1911210019
Jelaskan apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran interaktif ? Dan berikan contohnya
dengan menggunakan bahasa kalian sendiri agar lebih mudah dipahami.

YANG MENJAWAB
Nama : Rahma Wati
NIM : 1911210001

Jawaban:
Strategi pembelajaran interaktif (interactive instruction) Strategi pembelajaran interaktif
merujuk pada bentuk diskusi dan saling berbagi di antara siswa. Diskusi dan Sharing
memberikan kesempatan peserta didik untuk bereaksi terhadap gagasan, pengalaman,
pendekatan dan pengetahuan guru atau temannya dan untuk membangun cara alternatif untuk
berfikir dan merasakan.
Contohnya : peserta didik dapat belajar dari temannya dan guru untuk membangun
keterampilan sosial dan kemampuan-kemampuan, dan dapat mengorganisasikan pemikiran
dan membangun argumen yang rasional. Strategi pembelajaran interaktif memungkinkan
untuk menjangkau kelompok-kelompok dan metode-metode interaktif.

2) Nama : Nurul mahmudah


NIM : 1911210016
Kemukakan dan jelaskan upaya-upaya apa yang harus dilakukan seorang guru agar dapat
menerapkan strategi pembelajaran dengan baik. Jelaskan dan beri contoh!
YANG MENJAWAB
Nama : Insani Al-Ahda
NIM : 1911210002
Jawaban:
Upaya- upaya yang harus dilakukan oleh seorang guru agar dapat melaksanakan strategi
pembelajaran dengan baik, antara lain:
a. Melaksanakan tahapan mengajar 》 mempunyai tiga pokok tahapan dalam strategi
mengajar, yaitu tahap pemula (pra instruktural), tahap pengajaran (instruksional), dan tahap
penilaian dan tahap tindak lanjut. Ketiga tahapan ini harus ditempuh pada setiap saat
melaksanakan pengajaran karena apabila salah satu ditinggalkan tidak dapat dikatakan proses
pengajaran.
b. Melakukan pendekatan mengajar》karena tinggi rendahnya kadar kegiatan belajar banyak
dipengaruhi oleh pendekatan mengajar yang digunakan guru.
Ada beberapa pendapat mengenai pendekatan mengajar. Ricard Anderson mengajukan dua
pendekatan, yakni pendekatan yang berorientasi kepada guru atau disebut teacher centered
dan pendekatan yang berorientasi kepada siswa atau disebut student centered.
- Pendekatan pertama disebut pula tipe Otokratis dan pendekatan kedua disebut tipe
Demokratis.
- Pendekatan manapun yang akan dipilih guru hendaknya perlu diperhatikan bahwa inti dari
proses belajar mengajar ialah adanya kegiatan siswa belajar, artinya harus berpusat kepada
siswa, bukan kepada guru atau pengajar.
c. Perlu memperhatikan prinsip mengajar》Prinsip mengajar atau dasar mengajar merupakan
usaha guru dalam menciptakan dan mengkondisi situasi belajar mengajar agar siswa
melakukan kegiatan belajar mengajar secara optimal.
Beberapa prinsip mengajar yang paling utama harus digunakan guru antara lain prinsip
motivasi, koperasi, dan kompetisi, korelasi dan integrasi, aplikasi, transformasi,
individualistik.
Contoh: jika seorang guru mengajar anak SD kelas 1 yang seharusnya dikenalkan dengan
penjumlahan pengurangan diajarkan logaritma, tentu proses pembelajaran itu tidak efektif
karena antara pesertanya dan strateginya tidak sesuai.
Jika terjadi kesalahan seperti contoh tersebut, seorang guru harus mampu mengevaluasi dan
melakukan tindakan lanjut agar dikemudian hari tidak melakukan kesalahan yang sama dan
menjadikan guru lebih bijak.

3) Nama: Ema Fitriani,


Nim: 1911210018,
Jelaskan teori yang melandasi strategi pembelajaran?

YANG MENJAWAB
Nama : Deka putri
NIM : 1911210013
1. Belajar Bermakna dari Ausubel
Ausubel (1977) menyarankan penggunaan interaksi aktif antara guru dengan siswa
yang disebut belajar verbal yang bermakna (meaningful verbal learning) atau disingkat
belajar bermakna. Pembelajaran ini menekankan pada ekspositori dengan cara, guru
menyajikan materi secara eksplisit dan terorganisasi. Dalam pembelajaran ini, siswa
menerima serangkaian ide yang disajikan guru dengan cara yang efisien. Model Ausubel ini
mengedepankan penalaran deduktif, yang mengharuskan siswa pertama-tama mempelajari
prinsip-prinsip, kemudian belajar mengenal hal-hal khusus dari prinsip-prinsip tersebut.
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa seseorang belajar dengan baik apabila memahami
konsep-konsep umum, maju secara deduktif dari aturan-aturan atau prinsip-prinsip sampai
pada contoh-contoh. Pembelajaran bermakna dari Ausubel menitik beratkan interaksi verbal
yang dinamis antara guru dengan siswa. Guru memulai dengan suatu advance organizer
(pemandu awal), kemudian ke bagian-bagian pembelajaran, selanjutnya mengembangkan
serangkaian langkah yang digunakan guru untuk mengajar dengan ekspositori.
2. Advance Organizer
Guru menggunakan advance organizer untuk mengaktifkan skemata siswa (eksistensi
pemahaman siswa), untuk mengetahui apa yang telah dikenal siswa, dan untuk membantunya
mengenal relevansi pengetahuan yang telah dimiliki. Advance organizer memperkenalkan
pengetahuan baru secara umum yang dapat digunakan siswa sebagai kerangka untuk
memahami isi informasi baru secara rinci sehingga Anda dapat menggunakan advance
organizer untuk mengajar bidang studi apa pun.
3. Discovery Learning dari Bruner
Teori belajar penemuan (discovery) dari Bruner mengasumsikan bahwa belajar paling
baik apabila siswa menemukan sendiri informasi dan konsep-konsep. Dalam belajar
penemuan, siswa menggunakan penalaran induktifuntuk mendapatkan prinsip-prinsip,
contoh-contoh. Misalnya, guru menjelaskan kepada siswa tentang penemuan sinar lampu
pijar, kamera, dan
CD, serta perbandingan antara invention dengan discovery (misalnya, listrik, nuklir, dan
gravitasi). Siswa, kemudian menjabarkan sendiri apakah yang dimaksud dengan invention
dan bagaimana perbedaannya dengan discovery. Dalam belajar penemuan, siswa
“menemukan” konsep dasar atau prinsip-prinsip dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang
men-demonstrasikan konsep tersebut. Bruner yakin bahwa siswa “memiliki” pengetahuan
apabila menemukan sendiri dan bertanggung jawab atas kegiatan belajarnya sendiri, yang
memotivasinya untuk belajar.
YANG MENAMBAHKAN
Saya Tanti Eska Trianti
Nim 1911210026
teori-teori belajar dan implikasinya dalam proses pembelajaran. Diantaranya :
1. Teori Gagne
Gagne beranggapan bahwa hirarki belajar itu ada, sehingga penting bagi guru untuk
menentukan urutan materi belajar yang harus diberikan. Materi-materi yang berfungsi
prasyarat harus diberikan terlebih dahulu. Keberhasilan siswa belajar kemampuan yang lebih
tinggi, ditentukan oleh apakah siswa itu memiliki kemampuan belajar yang lebih rendah atau
tidak. Menurut Gagne ada 8 tipe belajar, yaitu:

a. belajar isyarat;
b. belajar stimulus respon
c. belajar merangkaikan
d. belajar aosisasi verbal
e. belajar diskriminasi
f. belajar konsep
g. belajar prinsip/hukum
h. belajar pemecahan masalah

Kemampuan manusia sebagai tujuan belajar menurut Gagne dibedakan menjadi 5 kategori,
yaitu : (a) keterampilan intelektual; (b) informasi verbal; (c) strategi kognitif; (d)
keterampilan motorik; dan (e) sikap
Implikasi teori Gagne di dalam proses pembelajaran
Untuk mencapai hasil belajar yang demikian maka proses belajar mengajar harus
memperhatikan kejadian instruksional yang meliputi (1) menarik perhatian, (2) menjelaskan
tujuan, (3) mengingat kembali apa yang telah dipelajari, (4) memberikan materi pelajaran, (5)
memberi bimbingan belajar, (6) memberi kesempatan, (7) memberi umpan balik tentang
benar tidaknya tindakan yang dilakukan, (8) menilai hasil belajar, dan (9) mempertinggi
retensi dan transfer.

2. Teori Piaget
Prinsip teori Piaget, (a) manusia tumbuh beradaptasi, dan berubah melalui perkembangan
fisik, kepribadian, sosioemosional, kognitif, dan bahasa; (b) pengetahuan datang melalui
tindakan; (c) perkembangan kognitif sebagian besar tergantung seberapa jauh anak aktif
memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungan.
Menurut Piaget perkembangan kognitif pada anak secara garis besar sebagai berikut: (a)
priode sensori motor (0-2 tahun); (b) priode praoperasional (2-7 tahun); (c) priode
operasional konkrit (7-11 tahun); (d) priode operasi formal (11-15 tahun).

Konsep-konsep dasar proses organisasi dan adaptasi intelektual menurut Piaget, yaitu :
a. skemata, dipandang sebagai sekumpulan konsep;
b. asimilasi, peristiwa mencocokkan informasi baru dengan informasi lama yang sudah
dimiliki oleh seseorang;
c. akomodasi, terjadi apabila antara informasi baru dan lama yang semula tidak cocok
kemudian dibandingkan dan disesuaikan dengan informasi lama; dan
d. equilibrium (keseimbangan), bila keseimbangan tercapai maka siswa mengenal
informasi baru

Implikasi teori Piaget dalam Proses Pembelajaran, yaitu :


a. Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada
hasilnya tetapi juga prosesnya
b. mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri, keterlibatan aktif dalam
pembelajaran, penyajian pengetahuan jadi tidak mendapat tekanan
c. memaklumi adanya perbedaan individual, maka kegiatan pembelajaran diatur dalam
bentuk kelompok kecil
d. peran guru sebagai seorang yang mempersiapkan lingkungan yang memungkinkan
siswa dapat memperoleh pengalaman yang luas

3. Teori Bruner
Teori Bruner hampir serupa dengan teori Piaget, Di dalam teorinya Bruner mengemukakan
bahwa perkembangan intelektual anak mengikuti 3 tahap representasi yang berurutan, yaitu:
(a)enactive representation, segala pengertian anak tergantung kepada responnya; (b) iconic
representation, pola berfikir anak tergantung kepada organisasi visual (benda-benda yang
konkrit) dan organisasi sensorisnya; dan (c) simbolic reprentation, anak telah memiliki
pengertian yang utuh tentang sesuatu hal, pada priode ini anak telah mampu mengutarakan
pendapatnya dengan bahasa.
Berbeda dengan Piaget, Bruner memiliki pandangan yang lain tentang peranan bahasa dalam
perkembangan intelektual anak. Bruner berpendapat meskipun bahasa dan pikiran
berhubungan, tetapi merupakan dua sistem yang berbeda. Bahasa merupakan alat berfikir
dalam yang berbentuk pikiran. Dengan kata lain proses berfikir adalah akibat bahasa dalam
yang berlangsung dalam benak siswa.
Bruner juga berpendapat bahwa kesiapan adalah penguasaan keterampilan sederhana yang
memungkinkan seseorang menguasai keterampilan lebih tinggi. Menurut Bruner kita tidak
boleh menunggu datangnya kesiapan, tetapi harus membantu tercapainya kesiapan itu. Tugas
orang dewasalah mengajarkan kesiapan itu pada anak. Berhubungan dengan proses belajar
Bruner dikenal dengan belajar penemuannya (discovery learning).
Implikasi Teori Bruner dalam proses pembelajaran adalah : (a) menghadapkan anak pada
suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah; (b) anak akan berusaha
membandingkan realita di luar dirinya dengan model mental yang telah dimilikinya; dan (c)
dengan pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikan kembali
struktur-struktur idenya dalam rangka untuk mencapai keseimbangan di dadalam benaknya.
Untuk itu siswa akan mencoba melakukan sintesis, analisis, menemukan informasi baru dan
menyingkirkan informasi yang tak perlu.

4. Teori Ausubel
Ausubel berpendapat bahwa belajar penemuan itu penting, tetapi dalam beberapa situasi tidak
efisien, ia lebih menekankan guru sentral, sehingga Ausubel kurang menekankan belajar
aktif. Penekanannya pada ekpositorik .Ausubel menekankan pengajaran verbal yang
bermakna (meaningful verbal instruction).
Menurut Ausubel, setiap ilmu mempunyai struktur konsep-konsep yang membentuk dasar
sistem informasi ilmu tersebut. Semua konsep berhubungan satu sama lain (organiser).
Struktur konsep dari setiap bidang dapat diidentifikasi dan diajarkan kepada semua siswa dan
menjadi sitem proses informasi mereka yang disebut dengan peta intelektual. Peta intelektual
ini dapat digunakan untuk menganalisa domain tertentu dan untuk memecahkan masalah-
masalah yang berhubungan erat dengan aktivitas domain tersebut. Belajar adalah
mencocokkan konsep dalam suatu pokok bahasan ke dalam sistem yang dimilikinya untuk
kemudian menjadi milikinya dan berguna baginya.

5. Teori Vygotsky
Teori Vygotsky beranggapan bahwa pembelajaran terjadi apabila anak-anak bekerja atau
belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada
dalam jangkauan kemampuannya, atau tugas-tugas itu berada dalam zone of proximal
development. Zone of proximal development maksudnya adalah perkembangan kemampuan
siswa sedikit di atas kemampuan yang sudah dimilikinya. Selanjunta Vygorsky lebih
menekankan scaffolding, ytiu memberikan bantuan penuh kepada anak dalam tahap-tahap
awal pembelajaran yang kemudian berangsur-angsur dikurangi dan memberikan kesempatan
kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab semakin besar segera setelah ia dapat
melakukannya.

6. Teori Konstruktivis
Ide-ide Piaget, Vygotsky, Bruner dan lain-lain membentuk suatu teori pembelajaran yang
dikenal dengan teori konstruktivis. Ide utama teori ini adalah: (a) siswa secara aktif
membangun pengetahuannya sendiri; (b) agar benar-benar dapat memahami dan dapat
menerapkan pengetahuan siswa harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala
sesuatu untuk dirinya sendiri; (c) belajar adalah proses membangun pengetahuan bukan
penyerapan atau absorbsi; dan (d) belajar adalah proses membangun pengetahuan yang selalu
diubah secara berkelanjutan melalui asimilasi dan akomodasi informasi baru.
Menurut Suradijono dalam Herawati Susilo (2000), pembelajaran adalah kerja mental aktif,
bukan menerima pengajaran dari guru secara pasif. Guru berperanan memberi dukungan,
tantangan berfikir,melayani sebagai pelatih namun siswa tetap kunci pembelajaran

Implikasi teori konstruktivis dalam proses pembelajaran adalah :


a. memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar hasilnya
saja.
b. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri, keterlibatan aktif dalam kegiatan
pembelajaran
c. Menekankan pembelajaran top-down mulai dari yang komplek ke sederhana, dari pada
bottom-up dari yang sederhana bertahap berkembang ke komplek
d. Menerapkan pembelajaran koperatif
e. Illustrasi pada gambar berikut akan memperlihatkan suasana proses belajar yang
merupakan implikasi teori kontrusktivisme.
YANG BERTANYA
4) Nama : Rahma Afriani
NIM : 1911210021
Kalau pendekatan E-learning dilaksanakan dalam kelas Anda, kesulitan apa yang mungkin
muncul? Menurut Anda, bagaimana cara mengatasinya?
YANG MENJAWAB
Nama : Melani purnama syahri
NIM 1911210215
Jawabannya :
Kalau pendekatan E-learning dilaksanakan dalam kelas saya, kesulitan yang mungkin muncul
adalah :
a. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya
interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar;
b. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong
tumbuhnya aspek bisnis/komersial;
c. Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan;
d. Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional,
kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT;
e. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal;
f. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah
tersedianya listrik, telepon ataupun komputer);
g. Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki ketrampilan soal-soal internet; dan
h. Kurangnya penguasaan bahasa komputer.

Upaya dalam mengatasi problema menggunakan E-learning


Guru dan sekolah mempunyai solusi dalam menghadapi permasalahan yang timbul pada saat
pembelajaran e-learning yakni apabila guru kurang memahami elektronik maka belajar
menggunakannya lewat teman yang lain maupun anggota keluarga yang sudah ahli dan dalam
hal keefektifan pembelajaran sekolah berusaha mengadakan pembelajaran secara
berkelompok yang dibimbing oleh guru kelas, apabila siswa tidak memiliki smartphone dan
ikut kakek neneknya yang kurang paham pembelajaran elektronik, siswa memberikan hasil
jawaban pada saat guru piket disekolah, untuk lebih mengefektifkan pembelajaran, sekolah
juga sudah mengadakan kelompok belajar kecil yang terdiri 4-5 orang siswa yang dimana
kegiatan tersebut berpusat di rumah guru kelas, dalam hal kurangnya materi elektronik, guru
memberikan tugas yang berada di buku tematik, dan apabila guru kesulitan signal dalam
penyampaian tugas maka tugas dari jauh hari sudah diberikan karena pembelajaran elektronik
sifatnya fleksibel sesuai situasi dan kondisi setiap daerah, pihak yang berperan aktif dalam
proses pembelajaran e-learning harus saling bekerja sama yakni kepala sekolah, guru,
walimurid, siswa dan pemerintah, sarana dan prasarana pendukung pembelajaran e-learning
terdapat berbagai macam bentuknya yakni televisi, Handphone, Wifi sekolah yang
dipergunakan apabila sedang piket di sekolah, buku tematik dan Laptop yang digunakan oleh
guru.

Nama : Saya Pika nurindah sari


Nim : 1911210011
A. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning)
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) atau biasa disingkat CTL
merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi
pembelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan
dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada
peserta didik, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru
bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan, tetapi mengatur
lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar.
Dengan mengutip pemikiran Zahorik, E. Mulyasa (2003) mengemukakan lima elemen yang
harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu :
Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik
Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya secara khusus (dari
umum ke khusus)
Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: (a) menyusun konsep
sementara; (b) melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain;
dan (c) merevisi dan mengembangkan konsep.
Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekan secara langsung apa-apa yang dipelajari.
Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang
dipelajari.
B. Bermain Peran (Role Playing)
Bermain peran merupakan salah satu model pembelajaran yang diarahkan pada upaya
pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia (interpersonal
relationship), terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik.
Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi, kemampuan kerjasama,
komunikatif, dan menginterprestasikan suatu kejadian

Melalui bermain peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan


antarmanusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-
sama para peserta didik dapat mengeksplorasi parasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan
berbagai strategi pemecahan masalah.
Dengan mengutip dari Shaftel dan Shaftel, E. Mulyasa (2003) mengemukakan tahapan
pembelajaran bermain peran meliputi : (1) menghangatkan suasana dan memotivasi peserta
didik; (2) memilih peran; (3) menyusun tahap-tahap peran; (4) menyiapkan pengamat; (5)
menyiapkan pengamat; (6) tahap pemeranan; (7) diskusi dan evaluasi tahap diskusi dan
evaluasi tahap I ; (8) pemeranan ulang; dan (9) diskusi dan evaluasi tahap II; dan (10)
membagi pengalaman dan pengambilan keputusan.
C. Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning)
Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning) merupakan model
pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi pembelajaran. Dengan meminjam pemikiran Knowles, (E.Mulyasa,2003)
menyebutkan indikator pembelajaran partsipatif, yaitu : (1) adanya keterlibatan emosional
dan mental peserta didik; (2) adanya kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi
dalam pencapaian tujuan; (3) dalam kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan
peserta didik.

Pengembangan pembelajaran partisipatif dilakukan dengan prosedur berikut:


Menciptakan suasana yang mendorong peserta didik siap belajar.
Membantu peserta didik menyusun kelompok, agar siap belajar dan membelajarkan
Membantu peserta didik untuk mendiagnosis dan menemukan kebutuhan belajarnya.
Membantu peserta didik menyusun tujuan belajar.
Membantu peserta didik merancang pola-pola pengalaman belajar.
Membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.
Membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasil belajar.
D. Belajar Tuntas (Mastery Learning)
Belajar tuntas berasumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik
mampu belajar dengan baik, dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi
yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil belajar secara maksimal,
pembelajaran harus dilaksanakan dengan sistematis.
E. Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction)
Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang
disusun secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai
dengan pedoman penggunaannya untuk para guru.

Pembelajaran dengan sistem modul memiliki karakteristik sebagai berikut:


Setiap modul harus memberikan informasi dan petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang apa
yang harus dilakukan oleh peserta didik, bagaimana melakukan, dan sumber belajar apa yang
harus digunakan.
Modul meripakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan untuk melibatkan
sebanyak mungkin karakteristik peserta didik. Dalam setiap modul harus : (1) memungkinkan
peserta didik mengalami kemajuan belajar sesuai dengan kemampuannya; (2) memungkinkan
peserta didik mengukur kemajuan belajar yang telah diperoleh; dan (3) memfokuskan peserta
didik pada tujuan pembelajaran yang spesifik dan dapat diukur.
Pengalaman belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin, serta memungkinkan peserta didik untuk
melakukan pembelajaran secara aktif, tidak sekedar membaca dan mendengar tapi lebih dari
itu, modul memberikan kesempatan untuk bermain peran (role playing), simulasi dan
berdiskusi.
Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga peserta didik dapat
menngetahui kapan dia memulai dan mengakhiri suatu modul, serta tidak menimbulkan
pertanyaaan mengenai apa yang harus dilakukan atau dipelajari.
Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar peserta didik,
terutama untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik dalam mencapai ketuntasan
belajar

5) Nama : Nurkholilah
NIM : 1911210015
Setiap pembelajaran yang berlangsung di kelas kenapa kita (pelajar) dituntut untuk mengikuti
alur pembelajaran sperti adanya pendahuluan, kegiatan inti, penutup (akhir pembelajaran).
Mengapa harus demikian Bagaimana jika tidak demikian?
YANG MENJAWAB
Nama:Zharib Ahmad Lubis
Nim:1911210031
Jawabannya
Pembelajaran yang dilakukan sebenarnya dapat saja dijalankan tanpa mengikuti alur. Namun,
pembelajaran yang diselenggarakan jadi sulit untuk diukur tingkat ketercapaiannya. Dengan
demikian, idealnya memang pembelajaran yang dilakukan ialah mengikuti alur tersebut. Ini
akan memberikan kesan bahwa pembelajaran yang dilakukan step by step atau langkah demi
langkah. Dalam alur ini, pendahuluan atau kegiatan awal dimaksudkan untuk memberi
pancingan dan curah pendapat (brain storming) agar dapat diarahkan pada materi pelajaran.
Sementara itu, kegiatan inti merupakan langkah praktik yang dipakai dalam kegiatan belajar
seperti penggunaan metode ajar. Pada bagian akhir hendaknya diberikan kesimpulan
sehingga apa yang telah dipelajari akan diulas dan disimpulkan dengan lebih singkat untuk
mudah dipahami siswa.

Anda mungkin juga menyukai