Anda di halaman 1dari 7

RUANG KOLABORASI (Pemahaman Peserta didik dan Pembelajarannya)

Kelompok 4:
Ishlah Alwaritsa Aida Prayi (250211105689)
Nilam Ainun Nabila (250211105679)
Desi Yulisa Patma Sari (250211105738)
Ilma Fajriyah (260211105068)

Jawaban
1. Menurut kami apa yang membuat peserta didik mampu mengerjakan soal dengan baik
pada percobaan kedua (tanpa melihat urutan/langkah pengerjaan soal)? peserta didik
mampu mengerjakan soal dengan baik karena sudah memahami konsep mengerjakan tipe
soal tersebut dengan dibantu oleh langkah-langkah yang telah dibuat. Hal ini sangat
membantu peserta didik menyederhanakan pemikiran peserta didik mengenai
matematika. Belajar tidak sekadar menghafal, tapi memahami konsep, menguasai konsep
dasar dalam pembelajaran diyakini mendukung pemahaman peserta didik untuk dapat
belajar secara berkualitas. untuk itu, pembelajaran tidak lagi sekadar menghafal, tetapi
memahami konsep dan mampu menggunakannya.
2. Untuk pertanyaan yang kedua, Kegiatan belajar dengan materi lain yang mungkin terlihat
rumit seperti matematika atau materi yang mungkin terlalu panjang, sangat cocok
menggunakan metode seperti ini, dengan memiliki pemahaman konsep yang lebih baik,
peserta didik akan lebih mudah untuk mengerjakan soal apa pun, dan tidak akan mudah
untuk terkecoh soal. Selain berkaitan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik,
mengajarkan konsep saat mengajar juga sangat penting bagi peserta didik, terutama bagi
hal-hal berikut ini.
a. Mempercepat peserta didik dalam memahami materi
Tentu saja pentingnya mengajarkan konsep dalam proses belajar mengajar ialah untuk
membuat peserta didik mudah memahami materi yang diberikan oleh guru. Perbedaan
daya tangkap peserta didik juga berpengaruh dalam memahami materi yang
didistribusikan, jadi pastikan jelaskan konsep sefamiliar mungkin dan relate dengan
kejadian sehari-hari peserta didik. Misalkan saja dalam materi fotosintesis, guru dapat
memberikan gambaran konkret dengan mengajak peserta didik membawa tanaman
berdaun hijau yang sebagian daunnya ditutupi oleh selotip/kertas lalu dibiarkan beberapa
hari. Di situlah mereka dapat memahami pentingnya matahari dalam proses fotosintesis.
Jika dirasa terlalu rumit, guru dapat memberikan gambaran/menceritakan tanaman yang
tidak terpapar matahari tidak dapat berdaun hijau, karena matahari merupakan salah satu
bahan bakar dalam proses fotosintesis.
b. Mengajak peserta didik mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari
Esensinya, ilmu pengetahuan dan teknologi diciptakan untuk mempermudah hidup
manusia. Begitu juga ilmu yang didapatkan di sekolah pasti berguna dalam kehidupan
sehari-hari peserta didik. Ajak peserta didik menerapkan pengetahuan tersebut agar lebih
dipahami. Sebagai contoh, guru bisa mengajak peserta didik belajar tentang gaya
gravitasi di kelas, menjatuhkan pulpen dari meja, melempar bola ke atas, merakit
teleskop, mengajak peserta didik karyawisata ke monumen kapal selam, atau tempat
wisata edukasi semacamnya.
c. Mencegah salah pemahaman informasi
d. Meningkatkan kreativitas dan imajinasi peserta didik
e. Meningkatkan empati peserta didik
f. Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam proses belajar mengajar
g. Mempermudah peserta didik untuk menjelaskan kembali tentang materi yang dipelajari
h. Membiasakan peserta didik berkomunikasi yang baik
Mengajarkan konsep jelas memiliki banyak manfaat bagi proses belajar mengajar, bagi untuk
peserta didik maupun guru itu sendiri. Semakin hari, ditemukan banyak metode belajar yang
dapat mengembangkan banyak ranah positif para peserta didik, termasuk mengajarkan
konsep ini. Manfaat lain dari mengajarkan konsep pada peserta didik adalah mempersingkat
waktu belajar karena para peserta didik tidak akan kebingungan dengan materi yang
disampaikan.

KASUS 2

Jawaban
1. Menurut kami dalam mengembangkan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan
tahap perkembangan praoperasional (2-7 tahun) pada peserta didik SD kelas 1, Guru
dapat melakukan beberapa langkah sebagai berikut:
a. Penggunaan Media Ajar Interaktif:
Guru dapat menciptakan atau menggunakan media ajar interaktif yang melibatkan
tanda-tanda, simbol, dan benda sebagai alat praktik berhitung. Misalnya,
menggunakan kartu angka yang disertai dengan gambar-gambar yang relevan
dengan kehidupan sehari-hari peserta didik.
b. Permainan Edukatif:
Menggunakan permainan edukatif yang melibatkan konsep berhitung, seperti
permainan papan dengan dadu yang memiliki angka, atau permainan kartu yang
meminta peserta didik untuk mengelompokkan kartu berdasarkan jumlahnya. Hal
ini dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan interaktif.
c. Kegiatan Kelompok:
Mengorganisir kegiatan kelompok yang memungkinkan peserta didik bekerja
sama dalam menyelesaikan masalah matematika. Kolaborasi antar peserta didik
dapat membantu mereka memahami konsep-konsep matematika secara lebih baik.
d. Penerapan Konsep dalam Konteks Nyata:
Menyajikan konsep-konsep matematika dalam konteks nyata yang relevan dengan
kehidupan sehari-hari peserta didik. Misalnya, mengajarkan cara menghitung
benda-benda di sekitar mereka atau mengelompokkan objek-objek berdasarkan
jenis atau warna.
e. Menggunakan Metode Cerita:
Menciptakan cerita pendek atau situasi yang melibatkan konsep berhitung. Hal ini
dapat membantu peserta didik untuk mengaitkan konsep matematika dengan
pengalaman mereka sendiri.
f. Memberikan Penguatan Positif:
Memberikan penguatan positif saat peserta didik berhasil menyelesaikan tugas
atau memahami konsep matematika. Hal ini dapat meningkatkan motivasi dan
minat peserta didik terhadap pembelajaran matematika.
g. Adaptasi Pembelajaran:
Mengadaptasi metode pembelajaran sesuai dengan tingkat pemahaman dan
kecepatan belajar masing-masing peserta didik. Memberikan dukungan tambahan
bagi peserta didik yang mungkin mengalami kesulitan dalam memahami konsep-
konsep matematika.
h. Melibatkan Orang Tua:
Melibatkan orang tua dalam mendukung pembelajaran matematika di rumah.
Memberikan informasi kepada orang tua tentang cara mereka dapat membantu
peserta didik mereka mengembangkan keterampilan matematika.
Dengan menerapkan pendekatan-pendekatan tersebut, Guru dapat menciptakan
lingkungan pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan tahap perkembangan
praoperasional peserta didik SD kelas 1, memungkinkan mereka untuk memahami
konsep berhitung dengan lebih baik.
2. Pertanyaan ke-2: Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, kasus di atas dapat
dianalisis dengan fokus pada tahap praoperasional. Pada tahap ini, peserta didik telah
mencapai kemampuan kognitif tertentu, namun masih mengalami keterbatasan dalam
pemahaman konsep-konsep yang lebih kompleks.
a. Aktivitas Kognitif pada Tahap Praoperasional:
Pada tahap ini, peserta didik sudah menunjukkan aktivitas kognitif dalam menghadapi
berbagai stimulus di sekitar mereka. Mereka menggunakan tanda-tanda dan simbol untuk
memahami realitas di lingkungan mereka. Guru dapat memanfaatkan kemampuan ini
dengan menyediakan media ajar yang mengandung tanda-tanda dan simbol yang dapat
membantu peserta didik memahami konsep berhitung.
b. Keterbatasan Berpikir pada Tahap Praoperasional:
Meskipun peserta didik sudah menunjukkan kemampuan berpikir, namun pada tahap
ini, cara berpikir mereka bersifat tidak sistematis, tidak konsisten, dan tidak logis. Oleh
karena itu, Guru perlu merancang pembelajaran yang memperhatikan karakteristik
berpikir praoperasional ini, misalnya dengan menyajikan konsep berhitung dalam konteks
yang konkret dan mudah dipahami oleh peserta didik.
c. Konsep-Konsep yang Sulit Dipahami:
Peserta didik pada tahap praoperasional belum mampu memahami konsep-konsep yang
lebih kompleks seperti waktu, sebab dan akibat, serta perbandingan. Oleh karena itu,
Guru dapat memilih pendekatan pembelajaran yang memulai dari konsep-konsep dasar
yang lebih sederhana dan berkembang secara bertahap ke konsep-konsep yang lebih
kompleks.
d. Peran Tanda dan Simbol:
Pemahaman peserta didik pada tahap ini sangat terkait dengan penggunaan tanda-tanda
dan simbol. Guru dapat merancang aktivitas pembelajaran yang menekankan penggunaan
simbol dan tanda-tanda dalam konteks berhitung, sehingga peserta didik dapat lebih
mudah memahami dan mengaitkan konsep-konsep matematika.
Dengan memahami tahap perkembangan praoperasional, Guru dapat mengembangkan
strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik kognitif peserta didik di kelasnya.
Dengan demikian, pembelajaran matematika dapat menjadi lebih efektif dan sesuai
dengan tingkat pemahaman peserta didik pada tahap ini.
KASUS 3

Jawaban
1. Menurut kelompok kami pertimbangan dan keputusan guru dalam kasus 3
yaitu memberikan contoh teks deskripsi tentang pantai dan makanan khas di
Bali sangat tepat dan sesuai. Guru dalam kasus tersebut menggunakan prinsip
relevansi dengan lingkungan siswa. Prinsip ini mengaitkan materi
pelajaran dengan lingkungan siswa. Pemilihan topik yang dilakukan sangat
relevan dengan tempat dimana dia mengajar, yaitu Bali. Hal tersebut dapat
membantu siswa agar merasa lebih terhubung dengan materi pelajaran
karena mereka dapat merasakan keterkaitan langsung antara apa yang mereka
pelajari dengan lingkungan sekitar mereka. Pada kasus tersebut siswa yang
dihadapi merupakan siswa yang berada pada tahap pengembangan kognitif
operasional konkret. Perkembangan kognitif anak di tahap ini berlangsung sekitar
usia 7 hingga 11 tahun, dan ditandai dengan perkembangan pemikiran yang
terorganisir dan rasional. Piaget menganggap tahap konkret sebagai titik balik
utama dalam perkembangan kognitif anak, karena menandai awal pemikiran
logis. Menurut Piaget, anak pada usia 7 tahun akan memasuki tahap operasional
konkret, dimana anak sudah mampu berpikir rasional, seperti penalaran untuk
menyelesaikan suatu masalah yang konkret (aktual). Namun, bagaimanapun juga
dalam kemampuan berpikir mereka masih terbatas pada situasi nyata. Menurut
Piaget, anak pada tahap operasional konkret hanya menggunakan penalaran
induktif saja. Yang dimaksud dengan penalaran induktif adalah tipe pemahaman
logika yang dimulai dari observasi objek atau peristiwa untuk menyimpulkan
keseluruhan dari objek yang telah diobservasi tersebut. Pada tahap operasional
konkret ini, anak memiliki kemajuan kognitif atau pemahaman yang lebih baik
dibandingkan dengan pada tahap pra-operasional. Pada tahapan ini, siswa sudah
cukup dewasa untuk menggunakan pemikiran logis, tapi hanya bisa menerapkan
logika pada objek fisik. Anak mulai menunjukkan kemampuan konservasi
(jumlah, luas, volume, orientasi). Meskipun anak bisa memecahkan masalah
dengan cara logis, mereka belum bisa berpikir secara abstrak atau hipotesis.
Untuk menciptakan pembelajaran yang mudah dipahami oleh peserta didik maka
harus sesuai dengan kondisi sosial yang dialami peserta didik. Dan yang
dilakukan dalam kasus tersebut sudah sesuai dengan perkembangan kognitif
siswa. Yaitu operasional kongkret pada usia 7-11 tahun. Dengan dengan demikian
yang dipertimbangkan dan diputuskan oleh guru tersebut sudah sesuai dengan
perkembangan kognitif siswa dimana siswa dapat memahami materi teks
deskripsi sesuai dengan objek yang berada di wilayahnya.
2. Menurut kami Prinsip yang diterapkan oleh made adalah prinsip relevansi dengan
lingkungan peserta didik. Prinsip ini sejalan dengan Teori Kontruktivisme yang
dikenalkan oleh Lev Vygotsky. Teori ini menekankan pentingnya konteks sosial
dan lingkungan dalam pembelajaran. Mengaitkan pembelajaran dengan
lingkungan dan budaya peserta didik dapat membantu agar peserta didik lebih
memahami materi yang disampaikan. Vygotsky mengkalim bahwa sebagian besar
dari apa yang dipelajari peserta didik berasal dari budaya sekitar yang mereka
tempati. Pengetahuan yang telah ada sebagai hasil dari proses elemen dasar ini
akan lebih berkembang ketika mereka berinteraksi dengan lingkungan sosial
budaya mereka. Vgotsky menyatakan bahwa hal terpenting yang berpengaruh
terhadap pembentukan pengetahuan seorang anak adalah budaya serta lingkungan
sosialnya. Lagu, Bahasa, kesenian, dan permainan dapat menjadi sarana belajar
bagi peserta didik. Vgotsky juga berpendapat bahwa anak-anak belajar melalui
interaksi dan Kerjasama dengan orang lain serta lingkungannya sehingga budaya
berpengaruh terhadap proses belajarnya. Cara berpikir seseorang diyakini
Vygotsky harus dipahami berdasarkan latar sosial, budaya, dan sejarahnya. Oleh
karena itu, Vygotsky menekankan pentingnya peran interaksi sosial bagi
perkembangan belajar seseorang.

Anda mungkin juga menyukai