Anda di halaman 1dari 39

TEORI PEMBELAJARAN

Oleh:
Imanaku Radhinawati (180210204024)
Siti Hidayatus Sholihah (180210204228)
Nada Adhaviana (180210204264)
Agnestin Tantriasih (180210204281)
Dibriga Januar (180210204285)
May Tri Damayanti (180210204306)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas berkat rahmat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya yang berupa kemampuan berpikir shingga kami dapat menyelesaikan makalah
Teori Pembelajaran" dengan tepat waktu. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah berkontribusi dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam proses pembuatan makalah ini
masih terdapat kekurangan baik dari segi penulisannya, isinya maupun dari
penyusunannya. Untuk itu kami berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik
dan saran yang sifatnya membangun agar dalam pembuatan makalah selanjutnya
dapat lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan berguna bagi
semua orang.
Bondowoso, 23 November 2020

Penelitian

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................................2
1.4 Manfaat...................................................................................................................3
BAB . 2 PEMBAHASAN........................................................................................................4
2.1 Teori Koginitif........................................................................................................4
2.2 Teori Behaviorisme................................................................................................9
2.3 Teori Gagne..........................................................................................................13
2.4 Teori Belajar Bruner............................................................................................15
2.5 Teori Ausebel........................................................................................................18
BAB 3. PENUTUP................................................................................................................22
KESIMPULAN..................................................................................................................22
SARAN..............................................................................................................................22
SOAL.....................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................35

ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak Negara mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan
yang pelik,namun pendidikan merupakan tugas Negara yang amat penting.
Namun, di negara-negara berkembang adopsi system pendidikan sering
mengalami kesulitan untuk berkembang. Cara dan system pendidikannya
sering menjadi kritik dan kecaman. Pada makalah ini akan dikaji tentang
pandangan kognitif dalam kegiatan pembelajaran. Teori Kognitif lebih
menekankan bahwa belajar lebih banyak ditentukan karena adanya karsa
individu. Penataan kondisi bukan sebagai penyebab terjadinnya belajar, tetapi
sekedar memudahkan belajar. Keaktifan siswa menjadi unsure amat penting
dalam menentukan kesuksesan belajar. Aktivitas mandiri adalah jaminan
untuk mencapai hasilyang sejati. Para pendidik (Guru) dan para perancang
pendidikan serta pengembang program-program pembelajaran perlu
menyadari akan pentingnya pemahaman terhadap hakikat belajar dan
pembelajaran. Teori belajar dan pembelajaran seperti teori kognitif
pentinguntuk dimengerti dan diterapkan sesuai dengan kondisi dan konteks
pembelajaran yang dihadapi. Pada bagian ini dikaji tentang pandangan
kognitif terhadap proses belajar dan aplikasiteori kognitif dalam kegiatan
pembelajaran. Pembahasan diarahkan pada pengertian belajar menurut teori
kognitif, teori perkembangan Piaget, teori belajar menurut Bruner, dan
teori belajar menurut Ausubel. Masing-masing teori memilki kelemahan dan
kelebihan. Pendidik/pengajar yang professional akan dapat memilih teori
mana yang tepat untuk tujuan tertentu, karakteristik materi pelajaran tertentu,
dengan cirri-ciri siswa yang dihadapi, dan dengan kondisi lingkungan serta
sarana dan prasarana yang tersedia.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa Pengertian Belajar Teori Kognitif beserta penerapannya dalam
pengajaran pembelajaran IPA di SD
1.2.2 Apa Pengertian Belajar Teori Piaget beserta penerapannya dalam
pengajaran pembelajaran IPA di SD
1.2.3 Apa Pengertian Belajar Teori Behaviorisme beserta penerapannya
dalam pengajaran pembelajaran IPA di SD
1.2.4 Apa Pengertian Belajar Teori Gagne beserta penerapannya dalam
pengajaran pembelajaran IPA di SD
1.2.5 Apa Pengertian Belajar Teori Belajar Bruner beserta penerapannya
dalam pengajaran pembelajaran IPA di SD
1.2.6 Apa Pengertian Belajar Teori Ausebel beserta penerapannya dalam
pengajaran pembelajaran IPA di SD
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui Pengertian Belajar Teori Kognitif beserta penerapannya
dalam pengajaran pembelajaran IPA di SD
1.3.2 Mengetahui Pengertian Belajar Teori Piaget beserta penerapannya
dalam pengajaran pembelajaran IPA di SD
1.3.3 Mengetahui Pengertian Belajar Teori Behaviorisme beserta
penerapannya dalam pengajaran pembelajaran IPA di SD
1.3.4 Mengetahui Pengertian Belajar Teori Gagne beserta penerapannya
dalam pengajaran pembelajaran IPA di SD
1.3.5 Mengetahui Pengertian Belajar Teori Belajar Bruner beserta
penerapannya dalam pengajaran pembelajaran IPA di SD
1.3.6 Mengetahui Pengertian Belajar Teori Ausebel beserta penerapannya
dalam pengajaran pembelajaran IPA di SD
3

1.4 Manfaat
1.4.1 Memberikan Penjelasan Pengertian Belajar Teori Kognitif beserta
penerapannya dalam pengajaran pembelajaran IPA di SD
1.4.2 Memberikan Penjelasan Pengertian Belajar Teori Piaget beserta
penerapannya dalam pengajaran pembelajaran IPA di SD
1.4.3 Memberikan Penjelasan Pengertian Belajar Teori Behaviorisme beserta
penerapannya dalam pengajaran pembelajaran IPA di SD
1.4.4 Memberikan Penjelasan Pengertian Belajar Teori Gagne beserta
penerapannya dalam pengajaran pembelajaran IPA di SD
1.4.5 Memberikan Penjelasan Pengertian Belajar Teori Belajar Bruner beserta
penerapannya dalam pengajaran pembelajaran IPA di SD
1.4.6 Memberikan Penjelasan Pengertian Belajar Teori Ausebel beserta
penerapannya dalam pengajaran pembelajaran IPA di SD
BAB . 2 PEMBAHASAN
2.1 Teori Koginitif
Secara umum, kognitif mengacu pada potensi intelektual yang
terdiri dari tahapan berikut: pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Kognisi mengacu pada masalah yang
melibatkan pengembangan kapasitas rasional (penyebab). Teori
kognitif menekankan pada aspek rasional bagaimana menghadapi atau
berusaha mengoptimalkan kemampuan orang lain.
2.1.1. Penerapan Teori Kognitif
Khusus dalam penerapan teori pembelajaran kognitif, akan ada
model pembelajaran model pengembangan intelektual Bruner,
Ausubel, Gagne dan Piaget. Secara umum penerapan teori
pembelajaran kognitif dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran tidak harus berpusat pada guru, tetapi siswa harus
lebih aktif. Oleh karena itu, siswa harus dibimbing untuk secara
aktif menemukan apa yang mereka pelajari. Oleh karena itu materi
yang dipelajari harus membangkitkan minat siswa dalam belajar
dan menantangnya agar mereka dapat berkonsentrasi dan
berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
b. Materi pembelajaran dan metode pembelajaran harus menjadi
perhatian utama. Jika frekuensi pembelajaran tidak tinggi maka
siswa akan kesulitan dalam memahami buku teks. Bagi siswa
sekolah dasar, pengoperasian penjumlahan harus menggunakan
objek, terutama di kelas, karena tahap perkembangan berpikirnya
baru mencapai tahap operasi tertentu.
c. Dalam proses pembelajaran, guru harus memperhatikan berbagai
tahapan perkembangan kognitif siswa. Materi dirancang sesuai

4
5

d. dengan tahap perkembangan kognitif dan harus merangsang


kemampuan berpikirnya.
e. Pembelajaran harus berpusat pada peserta didik, karena siswa
akan melihat sesuatu berdasarkan dirinya sendiri. Agar proses
pembelajaran berlangsung tidak boleh ada proses wajib, agar tidak
merusak sifat egoisnya.
2.1.2. Teori Piaget
Teori perkembangan kognitif Jean Piaget memberikan batasan
pada kecerdasan, pengetahuan, dan hubungan antara siswa dengan
lingkungannya. Intelijen adalah proses berkelanjutan yang membentuk
struktur yang diperlukan untuk interaksi berkelanjutan dengan
lingkungan. Struktur yang dibentuk oleh kecerdasan dan pengetahuan
sangat subjektif pada masa bayi dan masa kanak-kanak, dan menjadi
obyektif pada awal masa dewasa. Piaget juga memberikan proses
pembentukan pengetahuan dari sudut pandang lain, ia
mendeskripsikan pengalaman fisik, yang merupakan abstraksi dari
karakteristik objek, pengalaman logika matematika, atau pengetahuan
endogen yang disusun melalui proses berpikir siswa. Struktur
tindakan, operasi spesifik dan operasi formal dibangun dengan cara
logis-matematis. Ambil contoh dari staf pengajarnya. Guru dituntut
memiliki kemampuan kognitif. Artinya guru harus memiliki
kemampuan intelektual, seperti penguasaan mata pelajaran,
pengetahuan cara mengajar, dan pengetahuan mengevaluasi siswa.
Piaget merupakan seorang psikologi yang lahir di swiss
tepatnya di Neuchatel pada tahun 1896. Piaget juga memiliki nama
lengkap Jean Piaget, sedari keci beliau memang sudah tertaik dengan
masalah biologi terutama tentang hewan ( zoology ). Jean Pieaget telah
menulis karya ilmiah yang berjudul pipit yang albino pada usia 11
6

tahun di usia yang menginjak 15 sampai 18 tahun beliau telah banyak


menulis tentang hewan berbadan lunak (moluska)
Piaget juga pernah bekerja di suatu badan yang meberikan tes
intelegenis anak. Piget sangat tertari pada anak – anak yang meberikan
jawabanya secara salah dengan begitu akhirnya Piaget pun
mempelajari mengapa anak – anak bisa memberikan jawaban –
jawaban yang salah. Dengan hasil penelitianya Piaget pun
beranggapan bahwa cara berpikir anak dengan cara berpikir orang
dewasa itu berbeda yang membdekan perbedaan pemikiran tersebut
bukan semata – mata hanya dari banyaknya pengetahuan yang telah
dimiliki etap dari komplesitas pengetahuanya itu sendiri.
Piaget melakukan penelitian tentang struktur mental anak
semenjak lahir hingga dewasa, beliau peun akhirnya meneliti anak
dengan mengintervie ratusan anak tanpa mempengaruhi jalan pikiran
anak tersebut. Piaget disini lebih tertarik pada anak yang memiliki
umur yang sama dan memili pemikiran yang sama pula. Dari
penelitian – penelitian yang telah dilakukan, beliau pun
mengemukakan suatu teori bahwa cara berpikir seseorang berkembang
secara bertahap atau ada beberapa periode. Pada periode
perkembangan yang berbeda, anak – anak mempunyai kemampuan
berinterkasi yang berbeda dan akhirnya memiliki pengetahuan yang
berbeda pula.
Piaget juga beranggapan bahwa pada saat bayi lahir mereka
telah mempunyai sistem yang nantinya secara terus menerus akan
mencari dan memberikan tanggapan terhadap suatu rangsangan dan
dengan melakukan hal tersebut secara terus – menerus akan
membentuk suatu kebiasaan dan kemampuan. Menurut Piaget
pengertian kognitif secara umum adalah kemampuan atau potensial
intelektual seorang dalam berfikir, mengetahui, dan memecahkan
7

masalah. Dengan demikian, kognitif berkaitan dengan persoalaan yang


menyangkut kemampua untuk megembangkan kemampuan otak (akal
rasional )
Piaget memberikan pembagian tahap – tahap perkembengan
kognitif ini menjadi empat yaitu :
1. Tahapan sensorimotorik ( umur 0 – 2 tahun )
Tahapan sensorimotorik merupakan pertumbhuna anak tampak
dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana. Adapun
ciri pokok perkembanganya berdasrkan tindakan dan dilakukan
langkah demi langkah.
2. Tahap Preoperasional ( umur 2-7/8 tahun)
Piaget mengatakan tahap ini memiliki cirri pokok pada
penggunaka symbol atau bahasa tanda dan mulai berkembangnya
konsep intuitif.
3. Tahap oprasional kongrit (8-11 tahun )
Cirri pokok pada tahap ini adalah anak sudah mulia menggunakan
aturan – aturan yang jelas dan logis dan ditandai adanya reversible
dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis,
akan tetapi hany dengan benda – benda yang bersifat konkret.
4. Tahap Oprasional Formal ( 12 – 18 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah
mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunaka pola
berpikir “ kemungkinan”. Model berpikir ilmiah dengan tipe
Hipothetico deductive dan inductive suda dimiliki anak, dengan
kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan
mengembangkan hipotesa.
2.1.3. Penerapan Teori Piaget Dalam Pembeljaran IPA
Seperti yang telah di jelaskan bahwasanya teori Piaget ini dapat
digunakan dalam penentuan proses belajar IPA, yang dimana menurut
8

Piaget proses pembeljaran dikelas haru meletekkan anak sebgai faktor


utama atau yang seribg disebut Child Center. hal yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan pembeljaran dikelas antara lain Piaget
sendiri beranggapan bahwa anak akan dapat aktif untuk membangun
pengetahuanya sendiri, bukan seperti botol kosong yang nantinya
dapat siap untuk diisi. Teori Piget juga mengajari kita bahwa seluruh
anak akan mengikuti pola perkembangan yang sama tanpa adanya
pertimbangan kebudayaan dan kemampuan anak secara umum.
Adapan pun contoh dari penerapangan teori Piaget yaitu setiap
anak nantinya dapat menangkap dan menerjemahkan pengertian yang
di sampaikan oleh gurunya secara berbeda. Walaupun anak itu
mempunyai umur yang sama bukan berarti mereka mempunyai
pengertian yang sama pula, setiap anak itu unik dia akan menyerap
pengertian yang berbeda beda terhadap suatu benda atau kejadian yang
sama. perkembangan intelektual anak tidak akan cukup apabila kita
hanya memberikan kegiatan fisik saja tetapi ide ide yang telah
diberikan kepada anak itu harus selalu dipakai, Piaget pun pernah
memberikan contoh bahwa beliau menerima ide ide yang diberikan
anak sehingga nantinya beliau akan mempersiapkan pilihan – pilihan
yang dapat dipertimbangakan oleh anak.
Dengan memberikan kesempatan pada anak untuk menilai
sumber ide idenya nantinya akan memberikan mereka penilaian untuk
pemecahan masalahnya. Hal ini sangat berlaku apa bila dilakukan
didalam kelas, misalnya menanyakan kembali pada anak bagaimana
anak mendapatkan jawaban tersebut dengan demikian natiya guru
dapat lebih membantu anak dalam proses perkembangan
intelektualnya.
9

2.2 Teori Behaviorisme


Teori Behavioristik adalah teori yang mempelajari perilaku manusia.
Perspektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan
tingkah laku manusia dan terjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus)
yangmenimbulkan hubungan perilaku reaktif (respons) hukum-hukum
mekanistik.Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah bahwa
tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan, dan bisa
ditentukan. Menurut teori ini, seseorang terlibat dalam tingkah laku tertentu
karena mereka telah mempelajarinya, melalui pengalaman-pengalaman
terdahulu, menghubungkan tingkah laku tersebut dengan hadiah. Seseorang
menghentikan suatu tingkah laku, mungkin karena tingkah laku tersebut belum
diberi hadiah atau telah mendapat hukuman. Karena semua tingkah laku yang
baik bermanfaat ataupun yang merusak, merupakan tingkah laku yang
dipelajari. 1 Dalam belajar siswa seharusnya dibimbing untuk aktif bergerak,
mencari, mengumpulkan, menganalisis, dan menyimpulkan dengan
pemikirannya sendiri dan bantuan orang dewasa lainnya berdasarkan
pengalaman belajarnya. Inilah yang disebut belajar dengan pendekatan inkuiri
terbimbing.
Pendekatan psikologi ini mengutamakan pengamatan tingkah laku
dalam mempelajari individu dan bukan mengamati bagian dalam tubuh atau
mencermati penilaian orang tentang penasarannya. Behaviorisme menginginkan
psikologi sebagai pengetahuan yang ilmiah, yang dapat diamati secara obyektif.
Data yang didapat dari observasi diri dan intropeksi diri dianggap tidak
obyektif. Jika ingin menelaah kejiwaan manusia, amatilah perilaku yang
muncul, maka akan memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan
keilmiahannya. 3Jadi, behaviorisme sebenarnya adalah sebuah kelompok teori
yang memiliki kesamaan dalam mencermati dan menelaah perilaku manusia
yang menyebar di berbagai wilayah, selain Amerika teori ini berkembang di
10

daratan Inggris, Perancis, dan Rusia. Tokoh-tokoh yang terkenal dalam teori ini
meliputi E.L.Thorndike, I.P.Pavlov, B.F.Skinner, J.B.Watson, dll.
 Edward L Thorndike, mengembangkan teori yang dikenal sebagai
koneksionisme. Dalam teori ini Thorndike berpandangan bahwa tipe
proses belajar yang paling mendasar selalu melibatkan koneksi antara
pengalaman sensorik (indera) dan impuls syaraf (respon) yang kemudian
ter-manifestasikan menjadi perilaku. Proses ini paling banyak terjadi
melalui Trial and Error.
 Ivan Pavlov, mengembangkan teori pengkondisian stimulus untuk meraih
respon yang diinginkan melalui asosiasi antara stimulus asli
(Unconditioned Stimulus) dengan stimulus buatan (Conditioned Stimulus).
Teori yang dikembangkan oleh Pavlov ini disebut dengan Teori
Pengkondisian Klasikal (Classical Conditioning).
 Edwin R Guthrie, mengembangkan Teori yang disebut dengan
Pengkondisian Secara Kontinyu (Contiguous Stimulus). Dalam teori ini
diyakini bahwa stimulus yang terus muncul berkali-kali dan terbukti sukses
menimbulkan respon tertentu dari obyek penelitian, maka stimulus tersebut
dapat diyakini menimbulkan respon yang sama ketika ia muncul kembali.
 B. F Skinner, teori yang dikembangkan oleh Skinner disebut Operant
Conditioning, yang mengetengahkan penggunaan reinforcement
(penguatan) sebagai stimulus. Reinforcement dibagi menjadi positif dan
negatif. Reinforcement positif diberikan atas respon yang sesuai dengan
keinginan, sedang reinforcement negatif diberikan pada tidakan yang
sebaliknya. Teori Skinner ini kemudian mendasari munculnya strategi
reward and punishment untuk modifikasi perilaku dalam dunia pendidikan.
2.2.1 Penerapan pada pembelajaran IPA SD
11

Menurut Thorndike Teori Beharioristik penerapan pada pembelajaran


IPA SD. Dalam mata pelajaran IPA, guru dapat mengembangkan perilaku
siswa, seperti selalu hidup bersih.
a. Guru menjelaskan tentang pentingnya hidup sehat.
b. Guru memberikan contoh cara hidup sehat yang sederhana seperti
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, dan sebagainya.
c. Guru mengajak siswa untuk mempraktekkan cara mencuci tangan
yang benar.
d. Setelah melakukan kegiatan tersebut, guru meminta siswa untuk
menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran tersebut.
e. Guru meminta siswa membiasakan untuk selalu mencuci tangan
sehinga menjadi kebiasan.

Menurut Skinner Teori Beharioristik penerapan pada pembelajaran IPA


SD
Guru memperlihatkan ada sebuah gambar dengan objek rumah
dan sedang turun hujan. Kemudian guru meminta siswa untuk mengamati
gambar tersebut, apakah terdapat kejadian yang berhubungan dengan
konsep ke-IPA-an. Diawali dengan guru memberi pertanyaan pada siswa,
mengapa atap rumah dibuat miring? Sejenak ruang kelas hening, guru
meminta siswa untuk mencari jawaban atas pertanyaan tersebut, guru
tidak akan menjawab sebelum ada siswa yang berani untuk
mengungkapkan pendapatnya. Kemudian ada salah satu siswa yang
menjawab bahwasanya atap rumah dibuat miring karena sesuai dengan
konsep air yang mana air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat
yang lebih rendah. Dengan cara seperti itu maka guru dapat dikatakan
berhasil dalam menstimulus siswa. Untuk menghargai akan keberanian
siswa tersebut maka guru memberikan sebuah penguatan berupa
pemberian senyuman dan tepuk tangan yang meriah.
12

Menurut Albert Bandura Teori Beharioristik penerapan pada


pembelajaran IPA SD
Pada pembelajaran IPA di SD teori ini bisa di terapkan dengan
menunjukan suatu model pengganti misalnya dalam sistem pencernaan
manusia yaitu dengan torso. Dalam pembelajaraan siswa bisa melihat
serta bisa tahu bagaimana sistem pencernaan tanpa harus melihat wujud
nyata sistem tersebut. Serta dengan adanya suatu model dan media yang
ditunjukan akan mengasah motivasi serta kecakapan siswa untuk dapat
mengetahui tentang apa yang dibelajarkan. Selain hal tersebut masih
banyak contoh yang berkaitan dengan pemodelan dalam pembelajaran
IPA di SD.

Menurut Teori Guthrie Teori Beharioristik penerapan pada pembelajaran


IPA SD
Jika dalam pembelajaran IPA siswa tidak banyak yang
menyukainya, dikarenakan metode guru yang membosankan dan siswa
tidak banyak dilibatkan dalam proses pembelajaran, maka hal yang harus
diubah adalah siswa tersebut harus dibawa ke dalam lingkungan yang
nyata supaya dapat memhami materi pembelajaran IPA tersebut.
Misalnya guru hendak mengajarkan kepada siswa materi mengenal
binatang yang hidup di darat, di air dan di udara, guru mengajak siswanya
berkaryawisata ke kebun binatang sehingga siswa dapat memahami
secara langsung binatang-binatang tersebut. Sehingga prilaku siswa dapat
dirubah yang asalnya tidak menyukai pembelajaran IPA menjadi
menyukainya. Teori Guthrie yang mengubah lingkungan diharapkan
mampu merubah prilaku siswa yang kurang baik terhadap mata pelajaran
tertentu menjadi hal yang diharapkan. Sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
13

Inti dari pembelajaran Guthrie adalah merubah sikap dan prilaku


siswa yang kurang baik menjadi yang diharapkan, dalam mencapai tujuan
pembelajaran, seorang guru dituntut untuk dapat memberika stimulus
yang baik dan tepat kepada semua siswa sehingga akan diterima dengan
respon yang sesuai dengan kemapuan siswa tersebut. Guru tidak boleh
mengabaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai sebelum
memberikan materi sehingga menuntut guru untuk dapat
mengembangkan metode dan model pembelajaran yang menstimulus
siswa untuk dapat mengikuti pembelajaran tersebut.
2.3 Teori Gagne
Menurut Gagne (1988) Information Processing Learning adalah
gambaran atau model dari kegiatan di dalam otak manusia di saat memroses
suatu informasi. Menurut beliau bahwa dalam pembelajaran terjadi proses
penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran
dalam bentuk hasil belajar. Di dalam pemrosesan informasi terjadi adanya
interaksi antar kondisi-kondisi internal dan kondi eksternal individu. Kondisi
internal adalah keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai
hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Kondisi eksternal
adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses
pembelajaran. Pada model pemrosesan informasi ini lebih memfokuskan pada
fungsi kognitif pesrta didik. Pemrosesan informasi menunjuk kepada cara
mengumpulkan/menerima stimulus dari lingkungan, mengorganisasi data,
memecahkan masalah, menemukan konsep-konsep dan pemecahan masalah
serta menggunakan simbol-simbol verbal dan non verbal.
2.3.1 Penerapan Pemrosesan Informasi pada Pembelajaran
a. Motivasi
Motivasi adalah fase awal memulai pembelajaran dengan adanya
dorongan untuk melakukan suatu tindakan dalam mencapai tujuan tertentu
(motivasi intrinsik dan ekstrinsik)
14

b. Pemahaman
Pemahaman yaitu individu menerima dan memahami informasi yang
diperoleh dari pembelajaran. Pemahaman tersebut dapat melalui perhatian
contohnya seperti tanya jawab untuk menggali pengetahuan yang dimiliki
sebelum materi yang diajarkan dimulai
c. Pemerolehan
Pemerolehan yaitu menerima penyampaian kompetensi dasar (KD)serta
tujuan pembelajaran agar peserta didik lebih mengetahui atau tertanam
dipikirannya mengenaipembelajaran yang akan dilakukan bersama
guruserta tidak hilang arah atau kebingungan. Pemerolehan ini juga bisa
melakukan kegiatan mengamati dan menanya. Dalam kegiatan mengamati
siswa melakukan kegiatan membaca
d. Penahanan
Penahanan adalah menahan informasi atau hasil belajar agar dapat
digunakan untuk jangka panjang. Dengan memberikan soal serta guru
memberikan penjelasan mengenai tugas yang akan dikerjakan oleh peserta
didik
e. Ingatan kembali
Ingatan kembali adalah mengeluarkan kembali informasi yang telah
disimpan, bila ada rangsangan. Peserta didik menyampaikan hasil belajar
yang telah didapat dan guru membimbing peserta didik dalam
menyampaikan tugas serta memberi tindakan jika hasil yang didapat tidak
sesuai dengan pembelajaran yang diajarkan, dalam fase ini peserta didik
akan mengingat kembali materi yang diajarkan oleh guru
f. Generalisasi
Generalisasi adalah menggunakan hasil pembelajaran untuk keperluan
tertentu. Guru memberikan nasihat dan perhatian kepada peserta didik
bahwa pembelajaran yang dilakukan dikelas ini bermanfaat bagi
15

kehidupan nyata karena guru tidak bisa memantau ilmu yang diperoleh
mengeneralisasikan di kehidupan sehari-harinya
g. Perlakuan
Perlakuan adalah perwujudan perubahan perilaku individu sebagai hasil
pembelajaran. Guru memberikan bimbingan untuk menyimpulkan materi
pembelajaran dikelas. Guru akan bertanya hambatan yang mereka alami
dalam belajar.
h. Umpan balik
Umpan balik adalah individu memperoleh feedback dari perilaku yang
telah dilakukannya. Pada fase ini guru memberikan pujian-pujian kepada
peserta didik atas apa yang telah dipelajarinya pada akhir pembelajaran ini
dan juga guru bisa memberikan motivasi dan nasihat kepada peserta didik
agar tidak bermalas-malasan dalam belajar.
2.4 Teori Belajar Bruner
Belajar merupakan kegiatan perolehan informasi yang disebut sebagai
belajar penemuan yang merupakan berusaha sendiri untuk mencari pemecahan
masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan
yang benar-benar bermakna (Riati: 5).
Bruner mengungkapkan bahwa dalam proses belajar, anak sebaiknya
diberikan kesempatan untuk memanipulasi objek atau benda-benda (alat
peraga). Melalui alat peraga itu, anak akan langsung melihat bagaimana
keteraturan dan pola srtuktur dari benda yang diperhatikannya tersebut.
Keteraturan yang didapat anak melaui pengamatan/keterlibatan secara langsung
tersebut kemudian oleh anak dihubungkan dengan keterangan instuitif yang
melekat padanya (Riati: 5).
Tiga tahap pembelajaran (penyajian materi) dalam teori Bruner tentang
perkembangan intelektual adalah:
1) Enaktif, di mana seseorang belajar tentang dunia melalui aksi-aksi terhadap
objek (Smith, 2009: 117). Cara penyajian enaktif adalah melalui tindakan,
16

jadi bersifat manipulatif. Dengan cara ini seseorang mengetahi suatu aspek
kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau kata-kata. Jadi cara ini terdiri
atas penyajian kejadian-kejadian masa lampau melalui respons-respons
motorik. Dengan cara ini dilakukan satu set kegiatan untuk mencapai hasil
tertentu (Dahar, 2011).
2) Iconic, di mana pembelajaran terjadi melalui penggunaan model-model dan
gambar-gambar (Smith, 2009: 117). Cara penyajian ikonik didasarkan atas
pikiran internal. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar yang
mewakili suatu konsep, tetapi tidak mendefinisikan sepenuhnya konsep itu
(Dahar, 2011).
3) Symbolic, yang menggambarkan kapasitas berpikir dalam istilah-istilah
yang abstrak (Smith, 2009: 117). Penyajian simbolis menggunakan kata-
kata atu bahasa. Penyajian simbolis dibuktikan oleh kemampuan
memperhatikan proposisi atau pernyataan daripada objek, memberikan
struktur hierarkis pada konsep-konsep, dan memperhatikan
kemungkinan0kemungkinan alternatif dalam suatu cara yang bersifat
kombinasi (Dahar, 2011).

Menurut Bruner, dalam prosses belajar siswa menempuh tiga tahap, yaitu
(Riati: 5):
a) Tahap informasi (tahap penerimaan materi)
Dalam tahap ini, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah
keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari.
b) Tahap transformasi (tahap pengubahan materi)
Dalam tahap ini, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau
ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrakatau konseptual.
c) Tahap evaluasi
17

Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana
informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk
memahami gejala atau masalah yang dihadapi.
2.4.1 Penerapan Model Belajar Bruner Dalam Pembelajaran IPA di SD
Dalam penerapannya dalam proses pembelajaran di kelas, Bruner
mengembangkan model pembelajaran penemuan. Model ini pada
prinsipnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh
informasi sendiri dengan bantuan guru dan biasanya menggunakan barang
yang nyata.Peranan guru dalam pembelajaran ini bukanlah sebagai
seorang pemberi informasi melainkan seorang penuntun untuk
mendapatkan informasi (Riati: 6).
Guru harus mempunyai cara yang baik untuk tidak secara lansung
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh siswa. Model pembelajaran
ini mempunyai banyak manfaat, antara lain (Mad, 2013):
a. Pembelajar (Siswa) akan mudah mengingat materi pembelajaran
apabila informasi tersebut didapatkan sendiri, bukan merupakan
informasi perolehan.
b. Apabila pembelajar telah memperoleh informasi, maka dia akan
mengingat lebih lama.
Jadi dalam proses mengajar menurut Bruner adanya pendekatan
spiral atau lebih dikenal dengan a spiral curriculum, yaitu mengurutkan
materi pelajaran mulai dari mengajarkan materi secara umum kemudian
secara berkala kembali mengajarkan materi yang sama dalam cakupan
yang lebih rinci, dengan memperhatikan tahapan perkembangan kognitif
seseorang (enaktif, ikonik, dan simbolik) (Mad, 2013).
Teori Bruner ini dapat kita aplikasikan dalam melaksanakan
pembelajaran IPA di SD. Hal tersebut karena pada dasarnya teori ini
merupakan teori yang dapat mendorong siswa untuk memperoleh
18

pengetahuan/ materi ajar dengan carapenemuan sendiri. Hal tersebut


sangat baik bagi perkembangan intelektual siswa, karena dengan begitu
siswa akan lebih memahami pengetahuan yang didapatkan berdasarkan
pengalaman yang dilakukannya. Sehingga pembelajaran menjadi lebih
bermakna bagi siswa karena memang siswa sendirilah yang menemukan
jawaban dari permasalahan yang ia dapatkan itu.
Teori belajar Bruner ini mendorong siswa untuk aktif dalam
memecahkan suatu masalah. Siswa tentunya dalam menemukan suatu
jawaban dari permasalahan terlebih dahulu mendapat informasi dari guru
mengenai contoh-contoh/ non contoh, konsep-konsep dari suatu materi,
dan merangsang siswa dengan suatu pertanyaan mengenai suatu hal/
fenomena alam untuk mereka jawab. Guru dalam merangsang dan
menyajikan materi/ informasi mengenai suatu masalah dapat dilakukan
dengan tiga tahapan, yaitu tahap enaktif, ikonik, dan simbolik. Dengan
menyajikan berdasarkan tahapan-tahapan tersebut, siswa akan lebih
mudah dalam memahami suatu materi karena guru memberikan informasi
secara berurut dari yang umum ke yang khusus.
2.5 Teori Ausebel
Ausebel merupakan ahli psikologi kognititf. Teori belajar ini memiliki
inti yaitu belajar bermakna. Belajar bermakna menururt Ausebel merupakan
proses dikaitkannya informasi baru dengan konsep relevan yang terdapat pada
struktur kognitif seseorang. Biasanya informasi yang baru kita terima akan
disimpan di daerah tertentu dalam otak. Banyak sel otak yang terlibat dalam
penyimpanan pengetahuan tersebut.
Untuk menekankan pada fenomena pegaitan ini, Ausubel mengemukakan
istilah subsumer. Subsumer memegang peranan dalam proses perolehan
informasi baru. Dalam belajar bermakna, subsumer mempunyai peranan
interaktif, memperlancar gerakan informasi yang relevan melalui penghalang-
penghalang perseptual dan menyediakan suatu kaitan antara informasi yang
19

beru diterima dan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Proses


interakti antara materi yang baru dipelajari dengan subsumer-subsumer inilah
yang menjadi inti teori belajar asimilasi Ausubel. Proses ini disebut subsumsi.
Proses psikologi belajar bermakna terpaut dengan asimilasi (perbauran) antara
informasi baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada dalam struktur koginitif
seseorang. subsumer mengalami modifikasi dan terdeferensiasi lebih lanjut.
Diferensiasi subsumer diakibatkan oleh asimilasi pengetahuan baru selama
belajar bermakna berlangsung. Informasi yang dipelajari secara bermakna
biasanya lebih lama diingat daripada informasi yang dipelajari secara hafalan,
tetapi adakalanya unsur-unsur yang terabsumsi tidak dapat lagi dikeluarkan dari
memori, jadi sudah dilupakan.
2.5.1 Penerapan Teori Ausebel dalam pengajaran IPA
Dalam penerapan di IPA SD, Ausubel membuat peta hirarki konsep-
konsep atau tahapan-tahapan dimana konsep-konsep yang bersifat umum
berada di puncak hirarki dan semakin ke bawah konsep-konsep atau
tahapan-tahapan diurutkan lebih khusus. Hal tersebut didasarkan pada
prinsip-prinsip atau tahap-tahap yang dikemukakan oleh Ausubel yaitu :
a. Pengaturan Awal (Adcance organizer)
Pengaturan awal yaitu mengaitkan antara konsep lama yang
telah dimiliki siswa dengan konsep baru yang maknanya jauh lebih
tinggi. Pengaturan awal ini dapat kita lihat pada RPP pada kegaiatan
awal bagian apersepsi, dimana guru menghubungkan materi yang telah
dimiliki siswa dengan materi pelajaran yang baru. Misalnya dalam
pembelajaran IPA di SD, guru mengajarkan tentang bagian-bagian
tumbuhan yang terdiri dari akar, daun, batang, bunga, buah, dan biji.
Maka guru dapat bertanya kepada siswa dengan beberapa pertanyaan,
misalnya: apakah kalian tahu daun? Apa warna daun itu?. adi pada
pengaturan awal ini dapat mengaitkan antara konsep lama siswa yang
20

sudah tahu warna daun kemudian dihubungkan dengan konsep baru


yaitu kegunaan dari daun.
b. Diferensiasi progresif
Diferensiasi progresif suatu proses menguraikan masalah pokok
menjadi bagian-bagian yang lebih rinci dan khusus. Proses
penyusunan pelajaran yang mengenalkan pada siswa dari konsep yang
umum atau inklusif kemudian menuju ke konsep yang khusus.
Sehingga pelajaran dimulai dari yang umum menuju ke yang khusus.
Misalnya dalam pembelajaran IPA di SD, guru memberikan materi
mengenai jenis hewan berkaki empat, kemudian guru dapat
mengajukan pertanyaan yaitu hewan apa saja yang berkaki empat?,
diantara hewan berkaki empat, hewan apa sajakah yang pemakan
rumput dan pemakan daging?. Dari pertanyaan guru tersebut maka
siswa dapat mengetahui bahwa hewan berkaki empat itu ada yang
pemakan rumput dan ada juga yang pemakan daging. Sehingga
pelajaran dari umum-khusus.
c. Consolidasi (belajar subordinatif)
Guru memberikan pemantapan atas materi pelajaran yang telah
diberikan untuk memudahkan siswa memahami dan mempelajari
selanjutnya. Dalam hal ini guru dapat memberikan pertanyaan kepada
siswa, misalnya dalam materi tumbuhan. Guru dapat menanyakan
pada siswa tentang bagian-bagian dari tumbuhan serta fungsi dari
bagian tumbuhan tersebut. Belajar superordinat adalah proses struktur
kognitif yang mengalami pertumbuhan ke arah diferensiasi, terjadi
sejak perolehan informasi dan diasosiasikan dengan konsep dalam
struktur kognitif tersebut. Proses belajar tersebut akan terus
berlangsung hingga pada suatu saat ditemukan hal-hal baru. Belajar
superordinat akan terjadi pada konsep-konsep yang lebih luas dan
inklusif.
21

d. Rekonsiliasi Integratif
Menurut konsep rekonsiliasi integratif dalam mengajar,
konsep-konsep perlu diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-
konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Dengan kata lain guru
hendaknya menunjukkan pada siswa bagaimana konsep dan prinsip
tersebut saling berkaitan. Guru menjelaskan dan menunjukkan secara
jelas perbedaan dan persamaan materi yang baru dengan materi yang
telah dijelaskan terlebih dahulu yang telah dikuasai siswa. Dengan
demikian siswa akan mengetahui alasan dan manfaat materi yang akan
dijelaskan tersebut. Contoh dalam pembelajaran, misal mempelajari
materi tentang bagian tumbuhan yaitu daun. Siswa pada kelas
sebelumnya telah mempelajari tentang daun, tetapi hanya sebatas
mengetahui tentang apa itu fungsi daun. Dan pada kelas berikutnya
siswa kembali mempelajari tentang daun, akan tetapi dalam materi ini
siswa akan lebih mendalami tidak hanya sebatas pada fungsi daun saja
melainkan macam-macam tulang daun.
22

BAB 3. PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Teori kognitif menekankan pada aspek rasional bagaimana menghadapi
atau berusaha mengoptimalkan kemampuan orang lain. Penerapan pembelajaran
teori kognitif ini biasanya setiap pembelajaran tidak harus berupusat pada
gurunya tetapi siswa pun haru bisa menjadi lebih aktif lagi Teori Behavioristik
adalah teori yang mempelajari perilaku manusia. Menurut Gagne (1988) Teori
pemrosesan informasi adalah gambaran atau model dari kegiatan di dalam otak
manusia di saat memroses suatu informasi penerapan model pembelajaran ini
dengan pemahaman, pemerolehan, ingatan kembali, generalisasi, perlakuan dan
juga umpan balik. Dalam proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh
kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang.

Teori perkembangan kognitif Jean Piaget memberikan batasan pada


kecerdasan, pengetahuan, dan hubungan antara siswa dengan lingkungannya
adapun tahapan perkembanganya seperti tahapan sensorimotorik, tahapan
preoperasional, tahapan oprasional kongrit dan tahap oprasional formal. Teori
perkembangan kognitif Jean Piaget memberikan batasan pada kecerdasan,
pengetahuan, dan hubungan antara siswa dengan lingkungannya

3.2 SARAN
Nantinya kita sebagai calon seorang guru harus dapat mempunyai wawasan
yang luas mengenai bagaimana cara mengajar yang tidak membosankan dan
dapat menarik perhatian siswa. Semoga nantinya kita sebagai calon seorang guru
dapat menggunakan teori –teori pendekatan dengan tepat sesuai dengan situasi
dan keadaan di kelas, sehingga nantinya proses belajar mengajar didalam kelas
akan berjalan dengan baik

22
23

SOAL
NAMA : DIBRIGA JANUAR A
NIM : (180210204285)

1. Pernyataan berikut yang menjelaskan makna istilah kognitif adalah


A. Kemampuan berkomunikasi
B. Kemampuan untuk memecahkan masalah
C. Kemampuan berinteraksi
D. Kemampuan untuk mengintegrasikan diri
E. Kemampuan Introvert
ANS : B
2. Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam
perkembangan peserta didik. Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan
kognitif anak adalah
A. Inspirasi
B. Budaya
C. Suku
D. Ras
E. Pengasuhan dan lingkungan
ANS: E
3. Kemampuan berfikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika tapi masih
terkait dengan obyek-obyek bersifat konkrit merupakan ciri-ciri kemampuan
anak berusia
A. 0 - 2 tahun
B. 2 - 7 tahun
C. 7 - 11/12 tahun
D. 11/12/ - 14/15 tahun
E. 14/15 - 16/17 tahun
24

ANS: C
4. Seorang peserta mampu mengendalikan diri dengan baik dalam berbagai situasi
dan mampu mampu menjalin kerjasama yang baik dengan teman-temannya,
peserta didik tersebut memiliki kecerdasan
A. Moral
B. spiritual
C. Sosial emosional
D. Jenius
E. Kognitif
ANS : C
5. Seorang peserta didik selalu ingin mendominasi dalam suatu kelompok belajar.
Dia tidak memberi kesempatan anggota lain untuk mengemukakan pendapat,
peserta didik tersebut memiliki masalah dalam pengembangan
A. Sosial-emosional
B. Kognitif
C. Moral
D. Spritual
E. Pertumbuhan
ANS:A
25

NAMA : SITI HIDAYATUS S


NIM : (180210204228)
1. Dibawah ini merupakan tokoh behaviorisme, kecuali
A. Ivan Pavlov
B. John Watson
C. Titchner
D. John Bowiby
E. Thordoke
ANS : C
2. Salah satu kritik dari teori behaviorisme adalah
A. Teorinya terlalu susah
B. Tidak membahas sesuatu yang tidak ditangkap panca indera
C. Terlalu banyak hitungan
D. Teorinya terlalu sederhana
E. Menerapkan hukuman
ANS : B
3. Salah satu prinsip teori skinner adalah
A. Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan jika
benar diberi penguat.
B. Adanya reward
C. Ada punishment
D. Tidak menggunakan shapping
E. Adanya hukuman
ANS : B
4. Bagaimana penerapan teori behaveoristik di pembelajaran IPA SD
A. Selalu hidup Bersih
B. harus bisa membaca kitab
C. berhitung perkalian
26

D. bisa membedakan huruf dan angka


E. selalu beryayi agar senang
ANS : A
5. Implementasi penerapan prinsip-prinsip behaviorisme yang banyak digunakan
didalam dunia pendidikan adalah sebagai berikut, kecuali
A. Proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila peserta didik ikut
berpartisipasi secara aktif didalamnya. b)Materi pelajaran dikembangkan
didalam unit-unit dan diatur berdasarkanurutan yang logis sehingga peserta
didik mudah mempelajarinya
B. Tiap-tiap respons perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga
pesertadidik dapat segera mengetahui apakah respon yang diberikan sudah
sesuaidengan yang diharapkan atau belum
C. Setiap kali peserta didik memberikan respon yang benar perlu diberikan
penguatan
D. Peserta didik akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila
pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu
E. A dan B
ANS : D
27

NAMA : MAY TRI DAMAYANTI


NIM : (180210204306)

1. Gambaran atau model dari kegiatan di dalam otak manusia di saat memroses
suatu informasi adalah pengertian dari teori….
a. Teori Behavioristik
b. Teori Kognitif
c. Teori Pemrosesan Informasi Gagne
d. Teori Piaget
e. Teori Ausubel
Ans : C
2. Penerapan pemrosesan informasi memiliki 8 langkah yaitu, kecuali ….
a. Motivasi
b. Pemahaman
c. Pemerolehan
d. Penahanan
e. Mengamati
Ans : E
3. Fase awal memulai pembelajaran dengan adanya dorongan untuk melakukan
suatu tindakan dalam mencapai tujuan tertentu adalah langkah penerapan
pemrosesan informasi ke-….
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
Ans : A
28

4. Menahan informasi atau hasil belajar agar dapat digunakan untuk jangka panjang
adalah pengertian dari….
a. Motivasi
b. Penahanan
c. Ingatan kembali
d. Generalisasi
e. Umpan balik
Ans : B
5. Umpan balik adalah ….
a. Mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan, bila ada rangsangan
b. Menggunakan hasil pembelajaran untuk keperluan tertentu
c. Perwujudan perubahan perilaku individu sebagai hasil pembelajaran
d. Individu memperoleh feedback dari perilaku yang telah dilakukannya
e. Menahan informasi atau hasil belajar agar dapat digunakan untuk jangka
panjang
Ans : D
29

NAMA : AgnestinTantriasih
NIM : 180210204281
1. Tidak mempunyai kaki, jalannya melata, kepala dan badan menjadisatu,
mempunyai tulang belakang, menuru tteori Bruner merupakan ....
A. koding
B. atribut
C. nilai
D. kategori
E. ikonik
ANS : D
2. Seoranganak yang jalan pikirannya dipengaruhi oleh persepsi, egosentris, dan
tidakstabil, menurut Bruner termasuk pada tahap ....
A. enaktif
B. ikonik
C. formal
D. simbolik
E. koding
ANS : B
3. Belajar penemuan merupakan salah satu cara belajar ....
A. Informasi datang secara berangsur-angsur
B. orang lain secara aktif memberikan informasi
C. terjadi apabila pembelajaran terjadi di kelas
D. pembelajaran secara aktif mencari informasi
E. mengemukakan pendapat
ANS : D
4. Dalam model pembelajaran penemuan, peran guru yang benaradalah ....
A. Memberikan informasi secara langsung kepada siswa
B. Menjelaskan konsep yang diperlukan oleh siswa
30

C. Membiarkan siswa memecahkan sendiri setiap masalah yang dihadapi oleh


siswa
D. Membantu siswa untuk memecahkan setiap masalah yang dihadapi
E. Membantu siswa mengerjakan tugas
ANS : C
5. Pak Hanif inginmengajarkankonsep ‘air menekankesegalaarah’ pada anakkelas
IV SD. Pak Hanif ingin menerapkan pembelajaran penemuan untuk konsep
tersebut. Hal-hal yang perlu diperhatikan pak Hanif untuk merancang
pembelajaran penemuan adalah sebagai berikut, kecuali ....
A. Memperkirakan kemungkinan pertanyaan siswa dan mempersiapkan jawaban
yang tepat
B. model pembelajaranpenemuan murni lebih cocok untuk mengajarkan konsep
di atas
C. alat yang digunakan
D. bahan yang digunakan mudah didapat
E. tujuan pembelajaran disesuaikan dengan kurikulum
ANS : A
31

Nama : Nada Adhaviana


Nim : 180210204264
1. Tahapan perkembangan kognitif dari umur 2 – 8 tahun disebut tahapan ?
a. Tahapan sensorimotorik
b. Tahapan preoperasional
c. Tahapan oprasional kongrit
d. Tahapan oprasional formal
e. Tahapan motorik
Ans : B
2. Tahapan perkembangan kognitif yang memiliki cirri perkembangannya
berdasarkan tindakan dan dilakukan langkah demi langkah adalah ?
a. Tahapan sensorimotorik
b. Tahapan preoperasional
c. Tahapan oprasional formal
d. Tahapan oprasional kongrit
e. Tahapan sensor
Ans : A
3. Piaget lahir pada tahun 1896 di negara ?
a. Korea
b. Indonesia
c. Swiss
d. China
e. Jepang
Ans : C
4. Pada umur 11 tahun piaget menulis karya ilmiah yang berjudul
a. Kajian kerentangan erosi di desa bandang
b. Potensi budaya ikan cupang di desa caringin
c. Kondisi tata gunalah di desa ciampea
32

d. Burung pipit yang albino


e. Potensi agroindustri di desa umbul ponggok
Ans : D
5. Tahapan perkembangan kognitif dari umur 12 – 18 tahun disebut tahapan ?
a. Tahapan properasional
b. Tahapan sensori motorik
c. Tahapan oprasional formal
d. Tahapan oprasional kongrit
e. Tahapan motorik
Ans : C
33

NAMA : IMANAKU RADHINAWATI


NIM : 180210204024
1. Teori belajar Ausebel dapat disebut juga dengan …
A. Belajar sambil bermain
B. Belajar bermakna
C. Belajar kinesteti
D. Belajar visual
E. Belajar Analitik
ANS : B
2. Menurut Ausebel merupakan proses dikaitkannya … dengan konsep relevan
yang terdapat pada struktur kognitif seseorang.
A. Informasi baru
B. Informasi terdahulu
C. Teknologi
D. Budaya masa lampau
E. Komunikasi
ANS : A
3. Penerapan awal untuk Teori Ausebel dalam pengajaran IPA dapat kita lihat pada
RPP pada kegaiatan …
A. Penutup
B. Literasi
C. Apersepsi
D. Motivasi
E. Orientasi
ANS : C
4. Proses menguraikan masalah pokok menjadi bagian-bagian yang lebih rinci dan
khusus pada penerpan teori Ausebel disebut …
A. Diferensiasi progresif
34

B. Consolidasi
C. Rekonsiliasi Integratif
D. Adcance organizer
E. Subsumer
ANS : A
5. Pada penerapan bagian apa guru mengintegrasikan dan menyesuaikan konsep-
konsep yang telah dipelajari sebelumnya ?
A. Diferensiasi progresif
B. Consolidasi
C. Rekonsiliasi Integratif
D. Adcance organizer
E. Subsumer
ANS : C
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Siti. 2013. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Jurnal Al-Ta’dib. Vol.6
No.1: 90 – 95

Mu'min, Sitti Aisyah. "Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget." Al-Ta'dib 6.1


(2013): 89-99.

Suparno, Paul. Teori perkembangan kognitif jean piaget. Kanisius, 2001.

Mukhid, Abd. "Self-efficacy (perspektif teori kognitif sosial dan implikasinya


terhadap pendidikan)." TADRIS: Jurnal Pendidikan Islam 4.1 (2009)

Zuhri, Muhammad.2019.Teori Belajar Behaveorisme.jurnal researchgate.

Amalia, Rizka.2016.Teori Behaveoristik.jurnal Fakultas Agama Islam, Program Studi


Pendidikan Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Rehalat, Aminah. 2014. Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi. Jurnal


Pendidikan Ilmu Sosial. Vol.23(2): 3-10

Khotijah, Septiani, dkk. 2017. Penerapan Model Pemrosesan Informasi Pada


Pembelajaran Membaca Siswa di SMP Negeri 02 Bengkulu Utara. Jurnal
Ilmiah Korpus. Vol.I(II): 204-206

Dahar, R.W. (2011). Teori-teori belajar & pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Ibda, Fatimah. (2015). Perkembangan kognitif: teori Jean Piaget. Intelektualita, 3 (1),
hlm. 32.

Riati, Mimis. Teori belajar dalam pembelajaran IPA SD. [Online]. Diakses dari
https://www.academia.edu/11769485/teori_belajar_ipa_SD.

35
Smith, Mark K, dkk. (2009). Teori pembelajaran & pengajaran. Jogjakarta: Mirza
Media Pustaka.

36

Anda mungkin juga menyukai