Anda di halaman 1dari 21

IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran IPA Kelas Rendah yang diampu

oleh Ibu Dra Sri Estu Winahyu, M.Pd. dan Ibu Dr. Aynin Masfufah, S. Pd, M.Pd

Disusun Oleh:

Devintya Dita Sawitri (190151602748)

Dina Silviatuz Zahro (190151602526)

Rumondang Mei Sandora S. (190151602455)

Zhafyra Firdausa Athallah H. (190151602427)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FEBRUARI 2021
KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum Wr.Wb

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga dapat menyelesaikan makalah Pembelajaran IPA Kelas Rendah dengan tepat
waktu. Kami mengucapkan syukur kepada Tuhan atas limpahan nikmat baik berupa sehat
fisik maupun akal pikiran.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca, supaya makalah ini menjadi lebih baik. Kemudian, apabila
terjadi kesalahan kami memohon maaf. Demikian, semoga makalah ini bermanfaat.
Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Februari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...............................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1

1.3 Tujuan...........................................................................................................2

BAB II.....................................................................................................................3

PEMBAHASAN.....................................................................................................3

2.1 Teori Piaget...................................................................................................3

2.1.1 Penerapan Teori Piaget Dalam Pembelajaran IPA............................4

2.2 Teori Bruner.................................................................................................5

2.2.1 Penerapan Teori Bruner Dalam Pembelajaran IPA..........................6

2.3 Teori Gagne..................................................................................................7

2.3.1 Penerapan Teori Gagne Dalam Pembelajaran IPA...........................8

2.4 Teori Ausubel..............................................................................................11

2.4.1 Penerapan Teori Ausubel Dalam Pembelajaran IPA......................14

BAB III..................................................................................................................17

PENUTUP.............................................................................................................17

3.1 Kesimpulan.................................................................................................17

3.2 Saran............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembelajaran IPA merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh siswa
bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa sebagaimana yang dikemukakan
National Science Educational Standart (2003: 20) bahwa “Learning science is
an active process. Learning science is something student to do, not something
that is done to them”. Dengan demikian, dalam pembelajaran IPA siswa
dituntut untuk belajar aktif yang terimplikasikan dalam kegiatan secara fisik
ataupun mental. Selain itu, seorang guru juga harus kreatif, dan inovatif.
Pembelaaran IPA menggunakan pendekatan empiris yang sistematis dalam
mencari penjelasan alami tentang fenomena alam.

Pembelajaran tersebut tidak hanya tentang bagaimana mengajar, namun


diperlukan dasar atau landasan yang akan digunakan untuk mencapai suatu
tujuan pembelajaran. Landasan atau dasar ini adalah teori belajar. Teori
belajar dikembangkan oleh para ahli. Melalui pemahaman tentang teori
pembelajaran mahasiswa calon guru sekolah dasar diharapkan dapat
mengembangkan kompetensi siswa selama proses pembelajarannya yang
disesuaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Teori Piaget?
2. Apa yang dimaksud dengan Teori Bruner?
3. Apa yang dimaksud dengan Teori Gagne?
4. Apa yang dimaksud dengan Teori Ausubel?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Teori Piaget dan penerapannya dalam
pembelajaran IPA
2. Untuk mengetahui pengertian Teori Bruner dan penerapannya dalam
pembelajaran IPA
3. Untuk mengetahui pengertian Teori Gagne dan penerapannya dalam
pembelajaran IPA
4. Untuk mengetahui pengertian Teori Ausubel dan penerapannya dalam
pembelajaran IPA

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Piaget


Menurut Piaget, belajar adalah suatu proses yang aktif, konstruktif,
berorientasi pada tujuan, semuannya bergantung pada aktivitas mental peserta
didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan
eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman
sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari guru sesuai dengan perkembangan
peserta didik. Mengajar adalah memberikan rangsangan kepada peserta didik
agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan
menemukan berbagai hal dari lingkungan.

Menurut Piaget proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga tahapan yaitu:
a. Asimilasi: proses pengintegrasian informasi baru ke struktur
kognitif yang sudahiada.
b. Akomodasi: proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru.
c. Equilibrasi: penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi.

Piaget juga mengatakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan


tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Oleh karena itu guru
seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya
serta memberikan isi, metode, media pembelajaran yang sesuai dengan
tahapannya. 

Perkembangan kognitif anak terdiri dari beberapa tahapan. Ada empat


tahapan perkembangan kognitif anak secara berurutan. Setiap tahapan ditandai
dengan tingkah laku tertentu serta jalan pikiran dan pemecahan masalah
tertentu pula. Penjabaran ini tentunya akan membantu guru untuk lebih
mengenal siswanya, terutama dalam hal bagaimana struktur kognitif murid
berkembang dan berubah. Adapun empat tahapan perkembangan kognitif anak
secara berurutan, sebagai berikut:

3
Tahap Perkiraan Ciri Khusus
Usia
Sensori Motor 0 - 2 tahun Kecerdasan motorik (gerak) dunia (benda)
yang ada adalah yang tampak tidak ada
bahasa pada tahap awal
Pre- 2 - 7 tahun Berpikir secara egosentris alasan-alasan
Ooperasional didominasi oleh persepsi lebih banyak
intuisi daripada pemikiran logis belum
cepat melakukan konsentrasi
Konkret 7 - 11 tahun Dapat melakukan konservasi logika tentang
Operasional kelas dan hubungan pengetahuan tentang
angka berpikir terkait dengan yang nyata
Formal 11 - 14 atau Pemikiran yang sudah lengkap pemikiran
Operasional 15 tahun yang   proporsional kemampuan untuk
mengatasi hipotesis perkembangan
idealisme yang kuat

2.1.1 Penerapan Teori Piaget Dalam Pembelajaran IPA


Menurut Piaget, ada sedikitnya tiga hal yang perlu diperhatikan oleh guru
dalam merancang pembelajaran di kelas, terutama dalam pembelajaran IPA.
Ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut.

a) Seluruh anak melewati tahapan yang sama secara berurutan


b) Anak mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap suatu benda atau
kejadian
c)  Apabila hanya kegiatan fisik yang diberikan kepada anak, tidaklah cukup
untuk menjamin perkembangan intelektual anak.

Adapun cara pembelajaran IPA di SD berdasarkan Teori Piaget adalah


sebagai berikut.

a) Mulailah dari hal-hal yang konkret yaitu kegiatan aktif yang menggunakan
pancaindra dengan benda nyata atau konkret.

4
b) Penata awal, yaitu suatu informasi umum mengenai apa yang akan
diajarkan, agar murid mempunyai kerangka kerja untuk mengasimilasikan
informasi baru ke dalam struktur kognitifnya.

c)  Gunakanlah kegiatan yang bervariasi karena murid mempunyai tingkat


perkembangan kognitif yang berbeda dan gaya belajar yang berlainan

d)  Guru harus selalu memperhatikan pada setiap siswa apa yang mereka
lakukan, apakah mereka melaksanakan dengan benar, apakah mereka tidak
mendapatkan kesulitan.

e) Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan sendiri


jawabanya, sedangkan guru harus selalu siap dengan alternatif jawaban bila
sewaktu-waktu dibutuhkan

f) Pada akhir pembelajaran, guru mengulas kembali bagaimana siswa dapat


menemukan jawaban yang diinginkan.

Dari pembahasan di atas, terlihat bahwa proses pembelajaran di kelas


menurut Piaget harus meletakkan anak sebagai faktor yang utama. Hal ini
sering disebut sebagai pembelajaran yang berpusat pada anak (child center).

Piaget beranggapan bahwa anak bukan merupakan suatu botol kosong


yang siap untuk diisi, melainkan anak secara aktif akan membangun
pengetahuan dunianya. Selain itu, teori Piaget mengajarkan kita pada suatu
kenyataan. bahwa seluruh anak mengikuti pola perkembangan yang sama
tanpa mempertimbangkan kebudayaan dan kemampuan anak secara umum.
Hanya umur anak di mana konservasi muncul sering berbeda.

2.2 Teori Bruner


Dalam teori belajarnya Jerome S Bruner berpendapat bahwa kegiatan
belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu
aturan atau kesimpulan tertentu.21 Bruner berpendapat bahwa dalam

proses belajar dapat dibedakan menjadi 3 tahap, yaitu:

5
1. Tahap informasi, bahwa dalam tiap pelajaran kita memperoleh sejumlah
informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada
yang memperhalus dan memperdalamnya, adapula informasi itu yang
bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya.
2. Tahap transformasi, kita menganalisa berbagai informasi yang kita pelajari
itu dan mengubah atau mentransformasikannya kedalam bentuk-bentuk
informasi yang lebih abstrak atau konseptual, agar dapat digunakan untuk
hal-hal yang lebih luas.
3. Tahap evaluasi, kita menilai hingga manakah pengetahuan yang kita
peroleh dan transformasikan itu dapat digunakan untuk memahami
gejalagejala lain atau memecahkan permasalahan yang kita hadapi.

Pandangan Bruner terhadap belajar tersebut disebut belajar kognitif yang


dipandangnya sebagai alat konsepsi (instrumental conception). Pertumbuhan
kognitif atau dapat pula disebut pendewasaan intelektual adalah bertambahnya
respon-respon yang terkarakterisasikan dari hakekat yang terkandung dalam
stimulasi. Pertumbuhan tersebut tergantung kepada kondisi internal dalam system
penyimpanan inormasi atau frame psikologisnya.

Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar


penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama
dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan
penalaran dan kemampuan berpikir secara bebas dan melaih keterampilan-
keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah. Belajar
memecahkan masalah pada dasarnya adlaha belajar menggunakan metode-metode
ilmiah/berpikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya ialah untuk
memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah
serta rasinal, lugas dan tuntas.

2.2.1 Penerapan Teori Bruner Dalam Pembelajaran IPA


` Dikatakan di atas bahwa Bruner mengemukakan model belajar yang
disebut model belajar penemuan. Seiring dengan hal tersebut, dalam
penerapannya di kelas Bruner juga mengemukakan model pembelajaran di kelas

6
yang disebut sebagai model pembelajaran penemuan (discovery teaching). Sesuai
dengan teori belajar penemuan, tujuan pembelajaran penemuan ini bukan hanya
untuk memperoleh pengetahuan saja melainkan untuk memberikan motivasi
kepada siswa, melatih kemampuan berpikir intelektual, dan merangsang
keingintahuan siswa. Bruner mengemukakan bahwa proses pembelajaran di kelas
bukan untuk menghasilkan perpustakaan hidup untuk suatu subjek keilmuan,
tetapi untuk melatih siswa berpikir secara kritis untuk dirinya, mempertimbangkan
hal-hal yang ada di sekelilingnya, dan berpartisipasi aktif di dalam proses
mendapatkan pengetahuan. Di sini jelas bahwa proses pembelajaran yang
dianjurkan oleh Bruner merupakan proses pembelajaran di mana siswa secara
aktif mencari sendiri pengetahuan yang diinginkan. Lalu bagaimana peranan
guru? Satu ciri utama dari proses pembelajaran penemuan ini adalah keterlibatan
guru yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan metode pembelajaran lainnya.
Tetapi hal ini tidak berarti bahwa seorang guru terbebas dari pemberian
bimbingan kepada siswa saat siswa diberikan masalah yang harus dipecahkan.
Secara singkat, Bruner memberikan tiga ciri utama pembelajaran penemuan,
yaitu:
1. Keterlibatan siswa dalam proses belajar.
2. Peran guru adalah sebagai seorang penunjuk (guide) dan pengarah bagi
siswanya yang mencari informasi. Jadi guru bukan sebagai penyampai
informasi.
3. Umumnya dalam proses pembelajaran digunakan barang-barang nyata.

2.3 Teori Gagne


Teori belajar yang dikemukakan Robert M. Gagne merupakan perpaduan
yang seimbang antara behaviorisme dan kognitisme, yang berpangkal pada
teori pemrosesan informasi. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi
antar kondisi internal dengan kondisi eksternal individu. Kondisi internal
adalah keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil
belajar dan proses kognitif yang terjadi di dalam individu. Sedangkan kondisi
eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu

7
dalam proses pembelajaran. Kondisi eksternal ini oleh Gagne disebut sebagai
sembilan peristiwa pembelajaran yang akan dibahas di bagian selanjutnya.

Suyono dan Hariyanto menguraikan bahwa model pengolahan informasi


merupakan model dalam teori belajar yang mencoba menjelaskan kerja
memori manusia yang meliputi tiga macam sistem penyimpanan ingatan,
yaitu:

1) Memori sensori (sensory memory), suatu sistem mengingat stimuli


secara cepat sehingga dapat berlangsung analisi persepsi, disini proses
berlangsung selama 3-5 detik, masukan utamnya dari penglihatan
suara.
2) Memori kerja (working memory), merupakan memori jangka
pendek/short term memory (STM), mampu menyimpan 5-9 informasi
dalam waktu sekitar 15-20 detik, sehingga cukup waktu bagi
pengolahan informasi. Dalam hal ini, informasi yang diberi kode
(decode) serta persepsi setiap individu akan menentukan apa yang
disimpan dalam memori kerja.
3) Memori jangka panjang/longterm memory (LTM). Berfungsi
menyimpan informasi yang sangat besar dalam waktu yang lama.
Informasi yang tersimpan di dalamnya dapat dalam betuk verbal
maupun visual.

Model pemrosesan informasi dapat digambarkan sebagai kumpulan


kotak yang dihubungkan dengan garis-garis. Kotak-kotak itu
menggambarkan fungsi-fungsi atau keadaan sistem, dan garis-garis
menggambarkan transformasi yang terjadi dari suatu keadaan ke keadaan
yang lain.

2.3.1 Penerapan Teori Gagne Dalam Pembelajaran IPA


Model mengajar menurut Gagne disebut kejadian-kejadian
instruksional yang ditujukan pada guru dalam menyajikan suatu pelajaran
pada sekelompok siswa.

1.        Mengaktifkan Motivasi

8
Langkah pertama dalam pembelajaran adalah memotivasi
para siswa untuk belajar. Kerap kali ini dilakukan dengan
membangkitkan perhatian mereka dalam isi pelajaran, dan
mengemukakan kegunaannya.
Expectancy dapat pula dianggap sebagai motivasi khusus
dari pelajar untuk mencapai tujuan belajar. Expectancy dapat
dipengaruhi sehingga dapat mengaktifkan motif-motif belajar siswa,
misalnya motif untuk ingin tahu (curiosity) atau motif untuk
menyelidiki,dan motif untuk ingin mencapainya.

2.        Memberitahu Pelajar Tentang Tujuan-Tujuan Belajar


Kejadian instruksi kedua ini sangat erat kaitannya dengan
kejadian instruksi pertama. Sebagian dari mengaktifkan motivasi
para siswa ialah dengan memberitahu mereka tentang mengapa
mereka belajar, apa yang mereka pelajari, dan apa yang akan mereka
pelajari. Memberi tahu tujuan belajar juga menolong memusatkan
perhatian para siswa terhadap aspek-aspek yang relevan tentang
pelajaran.
Agar seorang siswa secara komprehensif tahu tentang tujuan
instruksional khusus yang akan dicapainya setelah suatu pelajaran
selesai diajarkan/dipelajari atau dalam buku pelajaran sebaginya
dicantumkan tujuan-tujuan khusus yang akan dicapai oleh siswa
setelah mempelajari buku tersebut.

3.        Mengarahkan Perhatian
Gagne mengemukakan dua bentuk perhatian, diantaranya:
1)   Perhatikan yang pertama berfungsi untuk membuat siswa
atau pelajar siap menerima stimulus atau rangsangan belajar.
2)   Bentuk kedua dari perhatian disebut persepsi selektif.
Dengan cara ini siswa memilih informasi yang akan
diteruskan ke memori jangka pendek, cara ini dapat ditolong dengan
cara mengeraskan suara pada suatu kata atau menggaris bawah suatu
kata atau beberapa kata dalam satu kalimat. 

9
4.        Merangsang Ingatan
Menurut Gagne bagian yang paling kritis dalam proses
belajar adalah pemberian kode pada informasi yang berasal
dari memori jangka pendek yang disimpan dalam memori jangka
panjang. Guru dapat berusaha untuk menolong siswa-siswa dalam
mengingat atau mengeluarkan pengetahuan yang disimpan dalam
memori jangka panjang itu. Cara menolong ini dapat dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada siswa, yang
merupakan suatu cara pengulangan. Adapun cara yang dilakukan
guru untuk merangsang ingatan siswa, yaitu:
a.       Guru dapat berusaha menolong siswa dalam mengingat atau
memanggil kembali pengetahuan yang disimpan dalam
memori jangka panjang. Cara ini dapat dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan pada siswa.
b.      Bila ternyata siswa tidak dapat juga ingat akan pengetahuan
yang diinginkan guru, karena sudah lama dipelajarannya,
maka sebaiknya guru dapat menggunakan teknik bertanya
dengan jalan membimbing.

5.        Menyediakan Bimbingan Belajar
Untuk memperlancar masuknya infomasi ke memori jangka
panjang, diperlukan bimbingan langsung dalam pemberian kode
pada informasi. Untuk mempelajari informasi verbal, bimbingan itu
dapat diberikan dengan cara mengkaitkan informasi baru itu dengan
pengalaman siswa. Untuk mempelajari informasi verbal, bimbingan
itu dapat diberikan dengn cara mengaitkan informasi baru itu dengan
pengalaman siswa. Bimbingan yang diberikan guru dapat berupa
pertanyaan juga dapat berupa gambar-gambar atau ilustrasi.

6.        Meningkatkan Retensi
Retensi atau bertahannya materi yang dipelajari dapat
diusahakan baik oleh guru atau pun oleh siswa. Usaha yang dapat

10
diusahakan agar materi yang diajarkan dapat bertahan lama adalah
dengan cara:
a.       Mengulang pelajaran yang sama berulang kali.
b.      Dengan memberi berbagai contoh atau ilustrasi yang sederhana
dan dapat dicerna oleh siswa, seperti menggunakan tabel-tabel
grafik, dan gambar.

7.        Membantu Transfer Belajar
Tujuan transfer belajar ialah menerapkan apa yang telah
dipelajari pada situasi yang baru. Untuk dapat melaksanakan ini para
siswa tentu diharapkan telah menguasai fakta-fakta, konsep-konsep,
dan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan. Melalui tugas
pemecahan masalah dan diskusi kelompok guru dapat membantu
transfer balajar kepada para siswa.

8.        Memperlihatkan / Perbuatan dan Memberikan Umpan Balik


Hasil belajar perlu diperlihatkan melalui suatu cara, agar
guru dan siswa itu sendiri mengetahui apakah tujuan belajar telah
tercapai. Untuk itu sebaiknya guru tidak menunggu hingga seluruh
pelajaran selesai. Sebaiknya guru memberikan kesempatan sedini
mungkin pada siswa untuk memperlihatkan hasil belajar mereka,
agar dapat diberi umpan balik, sehingga pelajaran selanjutnya
berjalan dengan lancar. Cara-cara yang dilakukan adalah pemberian
tes atau mengamati prilaku siswa umpan balik bila bersifa positif
menjadi pertanda bagi siswa bahwa ia telah mencapai tujuan belajar.

2.4 Teori Ausubel


Teori Ausubel ditemukan oleh seorang ahli psikologi pendidikan yang
bernama David Ausubel. Psikologi pendidikan yang diterapkan oleh Ausubel
adalah bekerja untuk mencari hukum belajar yang bermakna, berikut ini
konsep belajar bermakna David Ausubel. Menurut Ausubel ada dua jenis
belajar : (1) Belajar bermakna (meaningful learning) dan (2) Belajar

11
menghafal (rote learning). Belajar bermakna adalah suatu proses belajar di
mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah
dipunyai seseorang yang sedang belajar. Sedangkan belajar menghafal adalah
siswa berusaha menerima dan menguasai bahan yang diberikan oleh guru atau
yang dibaca tanpa makna.
Ausubel menaruh perhatian besar pada siswa di sekolah, dengan
memperhatikan/memberikan tekanan-tekanan pada unsur kebermaknaan
dalam belajar melalui bahasa (meaningful verbal learning). Kebermaknaan
diartikan sebagai kombinasi dari informasi verbal, konsep, kaidah dan prinsip,
bila ditinjau bersama-sama. Oleh karena itu belajar dengan prestasi hafalan
saja tidak dianggap sebagai belajar bermakna. Maka, menurut Ausubel supaya
proses belajar siswa menghasilkan sesuatu yang bermakna, tidak harus siswa
menemukan sendiri semuanya.
Pemerolehan informasi merupakan tujuan pembelajaran yang penting dan
dalam hal-hal tertentu dapat mengarahkan guru untuk menyampaikan
informasi kepada siswa. Dalam hal ini guru bertanggung jawab untuk
mengorganisasikan dan mempresentasikan apa yang perlu dipelajari oleh
siswa, sedangkan peran siswa di sini adalah menguasai yang disampaikan
gurunya. Belajar dikatakan menjadi bermakna (meaningful learning) yang
dikemukakan oleh Ausubel adalah bila informasi yang akan dipelajari peserta
didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik itu
sehingga peserta didik itu mampu mengaitkan informasi barunya dengan
struktur kognitif yang dimilikinya.
Dua syarat untuk materi yang dipelajari di asimilasikan dan dihubungkan
dengan pengetahuan yang telah dipunyai sebelumnya.

a. Materi yang secara potensial bermakna dan dipilih oleh guru dan harus
sesuai dengan tingkat perkembangan dan pengetahuan masa lalu
peserta didik.
b. Diberikan dalam situasi belajar yang bermakna, faktor motivasional
memegang peranan penting dalam hal ini, sebab peserta didik tidak akan
mengasimilasikan materi baru tersebut apabila mereka tidak mempunyai

12
keinginan dan pengetahuan bagaimana melakukannya. Sehingga hal ini
perlu diatur oleh guru, agar materi tidak dipelajari secara hafalan.

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut


Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan
pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu.
Seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam skema
yang telah ia punya. Dalam prosesnya siswa mengkonstruksi apa yang ia
pelajari dan ditekankan pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan
fakta-fakta baru kedalam system pengertian yang telah dipunyainya.
Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi
kognitif siswa melalui proses belajar bermakna. Mereka yang berada pada
tingkat pendidikan dasar, akan lebih bermanfaat jika siswa diajak beraktivitas,
dilibatkan langsung dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan pada tingkat
pendidikan yang lebih tinggi, akan lebih efektif jika menggunakan penjelasan,
peta konsep, demonstrasi, diagram dan ilustrasi.
Empat tipe belajar menurut Ausubel, yaitu:

1. Belajar dengan penemuan yang bermakna, yaitu mengaitkan pengetahuan


yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajarinya atau
siswa menemukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian
pengetahuan baru itu ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
2. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna, yaitu pelajaran yang
dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan
yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
3. Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna, materi pelajaran yang
telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir,
kemudia pengetahuan yang baru itu dikaitkan dengan pengetahuan yang ia
miliki.
4. Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna, yaitu materi
pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa
sampai bentuk akhir, kemudia pengetahuan yang baru itu dihafalkan tanpa
mengaitkannya dengan pengetahuan yang ia miliki.

13
Berdasarkan uraian di atas maka, belajar bermakna menurut Ausubel
adalah suatu proses belajar di mana peserta didik dapat menghubungkan
informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dan agar
pembelajaran bermakna, diperlukan 2 hal yakni pilihan materi yang bermakna
sesuai tingkat pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki siswa dan situasi
belajar yang bermakna yang dipengaruhi oleh motivasi.
Dengan demikian kunci keberhasilan belajar terletak pada kebermaknaan
bahan ajar yang diterima atau yang dipelajari oleh siswa. Ausubel tidak setuju
dengan pendapat bahwa kegiatan belajar penemuan (discovery learning) lebih
bermakna daripada kegiatan belajar penerimaan (reception learning). Sehingga
dengan ceramahpun, asalkan informasinya bermakna bagi peserta didik,
apalagi penyajiannya sistematis, akan dihasilkan belajar yang baik.

2.4.1 Penerapan Teori Ausubel Dalam Pembelajaran IPA


Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang
telah diketahui oleh siswa. Informasi yang baru diterima akan disimpan di
daerah tertentu dalam otak. Banyak sel otak yang terlibat dalam
penyimpanan pengetahuan tersebut.
David P. Ausubel menyebutkan bahwa pengajaran secara verbal adalah
lebih efisien dari segi waktu yang diperlukan untuk menyajikan pelajaran
dan menyajikan bahwa pembelajar dapat mempelajari materi pelajaran
dalam jumlah yang lebih banyak.
Dalam penerapan di IPA SD, Ausubel membuat peta hirarki konsep-
konsep atau tahapan-tahapan dimana konsep-konsep yang bersifat umum
berada di puncak hirarki dan semakin ke bawah konsep-konsep atau
tahapan-tahapan diurutkan lebih khusus. Hal tersebut didasarkan pada
prinsip-prinsip atau tahap-tahap yang dikemukakan oleh Ausubel yaitu:
a. Pengaturan Awal (Advance Organizer)
Pengaturan awal atau dapat disebut juga sebagai bahan pengait maka
dapat mengaitkan aatara konsep lama yang telah dimiliki siswa dengan
konsep baru yang maknanya jauh lebih tinggi. Pengaturan awal ini dapat
kita lihat pada RPP pada kegaiatan awal bagian apersepsi, dimana guru

14
menghubungkan materi yang telah dimiliki siswa dengan materi
pelajaran yang baru. Misalnya dalam pembelajaran IPA di SD, guru
mengajarkan tentang bagian-bagian tumbuhan yang terdiri dari akar,
daun, batang, bunga, buah, dan biji. Maka guru dapat bertanya kepada
siswa dengan beberapa pertanyaan, misalnya: apakah kalian tahu daun?
Apa warna daun itu? Daun pada tumbuhan berguna untuk apa?. Jadi
pada pengaturan awal ini dapat mengaitkan antara konsep lama siswa
yang sudah tahu warna daun kemudian dihubungkan dengan konsep baru
yaitu kegunaan dari daun.
b. Diferensiasi Progresif
Diferensiasi progresif adalah suatu proses menguraikan masalah
pokok menjadi bagian-bagian yang lebih rinci dan khusus. Proses
penyusunan pelajaran yang mengenalkan pada siswa dari konsep yang
umum atau inklusif kemudian menuju ke konsep yang khusus. Sehingga
pelajaran dimulai dari yang umum menuju ke yang khusus. Misalnya
dalam pembelajaran IPA di SD, guru memberikan materi mengenai jenis
hewan berkaki empat, kemudian guru dapat mengajukan pertanyaan
yaitu hewan apa saja yang berkaki empat?, diantara hewan berkaki
empat, hewan apa sajakah yang pemakan rumput dan pemakan daging?.
Dari pertanyaan guru tersebut maka siswa dapat mengetahui bahwa
hewan berkaki empat itu ada yang pemakan rumput dan ada juga yang
pemakan daging. Sehingga pelajaran dari umum-khusus.
c. Consolidasi (belajar subordinatif)
Dalam konsilidasi (consolidation) guru memberikan pemantapan atas
materi pelajaran yang telah diberikan untuk memudahkan siswa
memahami dan mempelajari selanjutnya. Dalam hal ini guru dapat
memberikan pertanyaan kepada siswa, misalnya dalam materi tumbuhan.
Guru dapat menanyakan pada siswa tentang bagian-bagian dari
tumbuhan serta fungsi dari bagian tumbuhan tersebut. Belajar
superordinat adalah proses struktur kognitif yang mengalami
pertumbuhan ke arah diferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan
diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif tersebut. Proses

15
belajar tersebut akan terus berlangsung hingga pada suatu saat
ditemukan hal-hal baru. Belajar superordinat akan terjadi pada konsep-
konsep yang lebih luas dan inklusif.
d. Rekonsiliasi Integratif
Menurut konsep rekonsiliasi integratif dalam mengajar, konsep-
konsep perlu diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang
telah dipelajari sebelumnya. Dengan kata lain guru hendaknya
menunjukkan pada siswa bagaimana konsep dan prinsip tersebut saling
berkaitan. Guru menjelaskan dan menunjukkan secara jelas perbedaan
dan persamaan materi yang baru dengan materi yang telah dijelaskan
terlebih dahulu yang telah dikuasai siswa. Dengan demikian siswa akan
mengetahui alasan dan manfaat materi yang akan dijelaskan tersebut.
Contoh dalam pembelajaran, misal mempelajari materi tentang bagian
tumbuhan yaitu daun. Siswa pada kelas sebelumnya telah mempelajari
tentang daun, tetapi hanya sebatas mengetahui tentang apa itu fungsi
daun. Dan pada kelas berikutnya siswa kembali mempelajari tentang
daun, akan tetapi dalam materi ini siswa akan lebih mendalami tidak
hanya sebatas pada fungsi daun saja melainkan macam-macam tulang
daun.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan makalah di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari
teori belajar dan penerapan pembelajaran IPA Sekolah Dasar memiliki banyak
kajian yang berbeda berdasarkan teori-teori yang telah dikembangkan oleh
para ahli. Teori pembelajaran adalah teori yang harus mampu menghubungkan
antara hal yang ada sekarang dengan bagaimana menghasilkan hal tersebut.
Teori belajar adalah teori yang menjelaskan dengan pasti apa yang terjadi,
namun teori pembelajaran ’hanya’ membimbing apa yang harus dilakukan
untuk menghasilkan hal tersebut.

3.2 Saran
Dari uraian pembahasan yang telah disebutkan, penulis menyarankan
kepada pembaca agar dapat mengetahui dan memahami implementasi teori
belajar Piaget, Bruner, Gagne, dan Ausubel beserta penerapannya dalam
pembelajaran IPA.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. http://repository.ut.ac.id/4021/2/PDGK4202-M1.pdf (diakses pada tanggal


20 Februari 2021)
2. http://erislibra17oktaria.blogspot.com/2016/05/teori-belajar-dalam-
pembelajaran-ipa-di.html (diakses pada tanggal 20 Februari 2021)
3. https://www.google.com/search?client=firefox-b-
d&q=Penerapan+Teori+Bruner+Dalam+Pembelajaran+IPA (diakses pada
tanggal 21 Februari 2021)
4. http://physickasyik.blogspot.com/2012/11/teori-belajar-ausubel_28.html
(diakses pada tanggal 24 Februari 2021)
5. http://cahyanirahmatika.blogspot.com/2017/12/makalah-teori-belajar-
ausubel-dalam.html?m=1 (diakses pada tanggal 24 Februari 2021)

18

Anda mungkin juga menyukai