MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran IPA Kelas Rendah yang diampu
oleh Ibu Dra Sri Estu Winahyu, M.Pd. dan Ibu Dr. Aynin Masfufah, S. Pd, M.Pd
Disusun Oleh:
FEBRUARI 2021
KATA PENGANTAR
Assalamuallaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga dapat menyelesaikan makalah Pembelajaran IPA Kelas Rendah dengan tepat
waktu. Kami mengucapkan syukur kepada Tuhan atas limpahan nikmat baik berupa sehat
fisik maupun akal pikiran.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca, supaya makalah ini menjadi lebih baik. Kemudian, apabila
terjadi kesalahan kami memohon maaf. Demikian, semoga makalah ini bermanfaat.
Terima kasih.
Februari 2021
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
BAB III..................................................................................................................17
PENUTUP.............................................................................................................17
3.1 Kesimpulan.................................................................................................17
3.2 Saran............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Teori Piaget dan penerapannya dalam
pembelajaran IPA
2. Untuk mengetahui pengertian Teori Bruner dan penerapannya dalam
pembelajaran IPA
3. Untuk mengetahui pengertian Teori Gagne dan penerapannya dalam
pembelajaran IPA
4. Untuk mengetahui pengertian Teori Ausubel dan penerapannya dalam
pembelajaran IPA
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Piaget proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga tahapan yaitu:
a. Asimilasi: proses pengintegrasian informasi baru ke struktur
kognitif yang sudahiada.
b. Akomodasi: proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru.
c. Equilibrasi: penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi.
3
Tahap Perkiraan Ciri Khusus
Usia
Sensori Motor 0 - 2 tahun Kecerdasan motorik (gerak) dunia (benda)
yang ada adalah yang tampak tidak ada
bahasa pada tahap awal
Pre- 2 - 7 tahun Berpikir secara egosentris alasan-alasan
Ooperasional didominasi oleh persepsi lebih banyak
intuisi daripada pemikiran logis belum
cepat melakukan konsentrasi
Konkret 7 - 11 tahun Dapat melakukan konservasi logika tentang
Operasional kelas dan hubungan pengetahuan tentang
angka berpikir terkait dengan yang nyata
Formal 11 - 14 atau Pemikiran yang sudah lengkap pemikiran
Operasional 15 tahun yang proporsional kemampuan untuk
mengatasi hipotesis perkembangan
idealisme yang kuat
a) Mulailah dari hal-hal yang konkret yaitu kegiatan aktif yang menggunakan
pancaindra dengan benda nyata atau konkret.
4
b) Penata awal, yaitu suatu informasi umum mengenai apa yang akan
diajarkan, agar murid mempunyai kerangka kerja untuk mengasimilasikan
informasi baru ke dalam struktur kognitifnya.
d) Guru harus selalu memperhatikan pada setiap siswa apa yang mereka
lakukan, apakah mereka melaksanakan dengan benar, apakah mereka tidak
mendapatkan kesulitan.
5
1. Tahap informasi, bahwa dalam tiap pelajaran kita memperoleh sejumlah
informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada
yang memperhalus dan memperdalamnya, adapula informasi itu yang
bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya.
2. Tahap transformasi, kita menganalisa berbagai informasi yang kita pelajari
itu dan mengubah atau mentransformasikannya kedalam bentuk-bentuk
informasi yang lebih abstrak atau konseptual, agar dapat digunakan untuk
hal-hal yang lebih luas.
3. Tahap evaluasi, kita menilai hingga manakah pengetahuan yang kita
peroleh dan transformasikan itu dapat digunakan untuk memahami
gejalagejala lain atau memecahkan permasalahan yang kita hadapi.
6
yang disebut sebagai model pembelajaran penemuan (discovery teaching). Sesuai
dengan teori belajar penemuan, tujuan pembelajaran penemuan ini bukan hanya
untuk memperoleh pengetahuan saja melainkan untuk memberikan motivasi
kepada siswa, melatih kemampuan berpikir intelektual, dan merangsang
keingintahuan siswa. Bruner mengemukakan bahwa proses pembelajaran di kelas
bukan untuk menghasilkan perpustakaan hidup untuk suatu subjek keilmuan,
tetapi untuk melatih siswa berpikir secara kritis untuk dirinya, mempertimbangkan
hal-hal yang ada di sekelilingnya, dan berpartisipasi aktif di dalam proses
mendapatkan pengetahuan. Di sini jelas bahwa proses pembelajaran yang
dianjurkan oleh Bruner merupakan proses pembelajaran di mana siswa secara
aktif mencari sendiri pengetahuan yang diinginkan. Lalu bagaimana peranan
guru? Satu ciri utama dari proses pembelajaran penemuan ini adalah keterlibatan
guru yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan metode pembelajaran lainnya.
Tetapi hal ini tidak berarti bahwa seorang guru terbebas dari pemberian
bimbingan kepada siswa saat siswa diberikan masalah yang harus dipecahkan.
Secara singkat, Bruner memberikan tiga ciri utama pembelajaran penemuan,
yaitu:
1. Keterlibatan siswa dalam proses belajar.
2. Peran guru adalah sebagai seorang penunjuk (guide) dan pengarah bagi
siswanya yang mencari informasi. Jadi guru bukan sebagai penyampai
informasi.
3. Umumnya dalam proses pembelajaran digunakan barang-barang nyata.
7
dalam proses pembelajaran. Kondisi eksternal ini oleh Gagne disebut sebagai
sembilan peristiwa pembelajaran yang akan dibahas di bagian selanjutnya.
1. Mengaktifkan Motivasi
8
Langkah pertama dalam pembelajaran adalah memotivasi
para siswa untuk belajar. Kerap kali ini dilakukan dengan
membangkitkan perhatian mereka dalam isi pelajaran, dan
mengemukakan kegunaannya.
Expectancy dapat pula dianggap sebagai motivasi khusus
dari pelajar untuk mencapai tujuan belajar. Expectancy dapat
dipengaruhi sehingga dapat mengaktifkan motif-motif belajar siswa,
misalnya motif untuk ingin tahu (curiosity) atau motif untuk
menyelidiki,dan motif untuk ingin mencapainya.
3. Mengarahkan Perhatian
Gagne mengemukakan dua bentuk perhatian, diantaranya:
1) Perhatikan yang pertama berfungsi untuk membuat siswa
atau pelajar siap menerima stimulus atau rangsangan belajar.
2) Bentuk kedua dari perhatian disebut persepsi selektif.
Dengan cara ini siswa memilih informasi yang akan
diteruskan ke memori jangka pendek, cara ini dapat ditolong dengan
cara mengeraskan suara pada suatu kata atau menggaris bawah suatu
kata atau beberapa kata dalam satu kalimat.
9
4. Merangsang Ingatan
Menurut Gagne bagian yang paling kritis dalam proses
belajar adalah pemberian kode pada informasi yang berasal
dari memori jangka pendek yang disimpan dalam memori jangka
panjang. Guru dapat berusaha untuk menolong siswa-siswa dalam
mengingat atau mengeluarkan pengetahuan yang disimpan dalam
memori jangka panjang itu. Cara menolong ini dapat dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada siswa, yang
merupakan suatu cara pengulangan. Adapun cara yang dilakukan
guru untuk merangsang ingatan siswa, yaitu:
a. Guru dapat berusaha menolong siswa dalam mengingat atau
memanggil kembali pengetahuan yang disimpan dalam
memori jangka panjang. Cara ini dapat dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan pada siswa.
b. Bila ternyata siswa tidak dapat juga ingat akan pengetahuan
yang diinginkan guru, karena sudah lama dipelajarannya,
maka sebaiknya guru dapat menggunakan teknik bertanya
dengan jalan membimbing.
5. Menyediakan Bimbingan Belajar
Untuk memperlancar masuknya infomasi ke memori jangka
panjang, diperlukan bimbingan langsung dalam pemberian kode
pada informasi. Untuk mempelajari informasi verbal, bimbingan itu
dapat diberikan dengan cara mengkaitkan informasi baru itu dengan
pengalaman siswa. Untuk mempelajari informasi verbal, bimbingan
itu dapat diberikan dengn cara mengaitkan informasi baru itu dengan
pengalaman siswa. Bimbingan yang diberikan guru dapat berupa
pertanyaan juga dapat berupa gambar-gambar atau ilustrasi.
6. Meningkatkan Retensi
Retensi atau bertahannya materi yang dipelajari dapat
diusahakan baik oleh guru atau pun oleh siswa. Usaha yang dapat
10
diusahakan agar materi yang diajarkan dapat bertahan lama adalah
dengan cara:
a. Mengulang pelajaran yang sama berulang kali.
b. Dengan memberi berbagai contoh atau ilustrasi yang sederhana
dan dapat dicerna oleh siswa, seperti menggunakan tabel-tabel
grafik, dan gambar.
7. Membantu Transfer Belajar
Tujuan transfer belajar ialah menerapkan apa yang telah
dipelajari pada situasi yang baru. Untuk dapat melaksanakan ini para
siswa tentu diharapkan telah menguasai fakta-fakta, konsep-konsep,
dan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan. Melalui tugas
pemecahan masalah dan diskusi kelompok guru dapat membantu
transfer balajar kepada para siswa.
11
menghafal (rote learning). Belajar bermakna adalah suatu proses belajar di
mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah
dipunyai seseorang yang sedang belajar. Sedangkan belajar menghafal adalah
siswa berusaha menerima dan menguasai bahan yang diberikan oleh guru atau
yang dibaca tanpa makna.
Ausubel menaruh perhatian besar pada siswa di sekolah, dengan
memperhatikan/memberikan tekanan-tekanan pada unsur kebermaknaan
dalam belajar melalui bahasa (meaningful verbal learning). Kebermaknaan
diartikan sebagai kombinasi dari informasi verbal, konsep, kaidah dan prinsip,
bila ditinjau bersama-sama. Oleh karena itu belajar dengan prestasi hafalan
saja tidak dianggap sebagai belajar bermakna. Maka, menurut Ausubel supaya
proses belajar siswa menghasilkan sesuatu yang bermakna, tidak harus siswa
menemukan sendiri semuanya.
Pemerolehan informasi merupakan tujuan pembelajaran yang penting dan
dalam hal-hal tertentu dapat mengarahkan guru untuk menyampaikan
informasi kepada siswa. Dalam hal ini guru bertanggung jawab untuk
mengorganisasikan dan mempresentasikan apa yang perlu dipelajari oleh
siswa, sedangkan peran siswa di sini adalah menguasai yang disampaikan
gurunya. Belajar dikatakan menjadi bermakna (meaningful learning) yang
dikemukakan oleh Ausubel adalah bila informasi yang akan dipelajari peserta
didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik itu
sehingga peserta didik itu mampu mengaitkan informasi barunya dengan
struktur kognitif yang dimilikinya.
Dua syarat untuk materi yang dipelajari di asimilasikan dan dihubungkan
dengan pengetahuan yang telah dipunyai sebelumnya.
a. Materi yang secara potensial bermakna dan dipilih oleh guru dan harus
sesuai dengan tingkat perkembangan dan pengetahuan masa lalu
peserta didik.
b. Diberikan dalam situasi belajar yang bermakna, faktor motivasional
memegang peranan penting dalam hal ini, sebab peserta didik tidak akan
mengasimilasikan materi baru tersebut apabila mereka tidak mempunyai
12
keinginan dan pengetahuan bagaimana melakukannya. Sehingga hal ini
perlu diatur oleh guru, agar materi tidak dipelajari secara hafalan.
13
Berdasarkan uraian di atas maka, belajar bermakna menurut Ausubel
adalah suatu proses belajar di mana peserta didik dapat menghubungkan
informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dan agar
pembelajaran bermakna, diperlukan 2 hal yakni pilihan materi yang bermakna
sesuai tingkat pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki siswa dan situasi
belajar yang bermakna yang dipengaruhi oleh motivasi.
Dengan demikian kunci keberhasilan belajar terletak pada kebermaknaan
bahan ajar yang diterima atau yang dipelajari oleh siswa. Ausubel tidak setuju
dengan pendapat bahwa kegiatan belajar penemuan (discovery learning) lebih
bermakna daripada kegiatan belajar penerimaan (reception learning). Sehingga
dengan ceramahpun, asalkan informasinya bermakna bagi peserta didik,
apalagi penyajiannya sistematis, akan dihasilkan belajar yang baik.
14
menghubungkan materi yang telah dimiliki siswa dengan materi
pelajaran yang baru. Misalnya dalam pembelajaran IPA di SD, guru
mengajarkan tentang bagian-bagian tumbuhan yang terdiri dari akar,
daun, batang, bunga, buah, dan biji. Maka guru dapat bertanya kepada
siswa dengan beberapa pertanyaan, misalnya: apakah kalian tahu daun?
Apa warna daun itu? Daun pada tumbuhan berguna untuk apa?. Jadi
pada pengaturan awal ini dapat mengaitkan antara konsep lama siswa
yang sudah tahu warna daun kemudian dihubungkan dengan konsep baru
yaitu kegunaan dari daun.
b. Diferensiasi Progresif
Diferensiasi progresif adalah suatu proses menguraikan masalah
pokok menjadi bagian-bagian yang lebih rinci dan khusus. Proses
penyusunan pelajaran yang mengenalkan pada siswa dari konsep yang
umum atau inklusif kemudian menuju ke konsep yang khusus. Sehingga
pelajaran dimulai dari yang umum menuju ke yang khusus. Misalnya
dalam pembelajaran IPA di SD, guru memberikan materi mengenai jenis
hewan berkaki empat, kemudian guru dapat mengajukan pertanyaan
yaitu hewan apa saja yang berkaki empat?, diantara hewan berkaki
empat, hewan apa sajakah yang pemakan rumput dan pemakan daging?.
Dari pertanyaan guru tersebut maka siswa dapat mengetahui bahwa
hewan berkaki empat itu ada yang pemakan rumput dan ada juga yang
pemakan daging. Sehingga pelajaran dari umum-khusus.
c. Consolidasi (belajar subordinatif)
Dalam konsilidasi (consolidation) guru memberikan pemantapan atas
materi pelajaran yang telah diberikan untuk memudahkan siswa
memahami dan mempelajari selanjutnya. Dalam hal ini guru dapat
memberikan pertanyaan kepada siswa, misalnya dalam materi tumbuhan.
Guru dapat menanyakan pada siswa tentang bagian-bagian dari
tumbuhan serta fungsi dari bagian tumbuhan tersebut. Belajar
superordinat adalah proses struktur kognitif yang mengalami
pertumbuhan ke arah diferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan
diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif tersebut. Proses
15
belajar tersebut akan terus berlangsung hingga pada suatu saat
ditemukan hal-hal baru. Belajar superordinat akan terjadi pada konsep-
konsep yang lebih luas dan inklusif.
d. Rekonsiliasi Integratif
Menurut konsep rekonsiliasi integratif dalam mengajar, konsep-
konsep perlu diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang
telah dipelajari sebelumnya. Dengan kata lain guru hendaknya
menunjukkan pada siswa bagaimana konsep dan prinsip tersebut saling
berkaitan. Guru menjelaskan dan menunjukkan secara jelas perbedaan
dan persamaan materi yang baru dengan materi yang telah dijelaskan
terlebih dahulu yang telah dikuasai siswa. Dengan demikian siswa akan
mengetahui alasan dan manfaat materi yang akan dijelaskan tersebut.
Contoh dalam pembelajaran, misal mempelajari materi tentang bagian
tumbuhan yaitu daun. Siswa pada kelas sebelumnya telah mempelajari
tentang daun, tetapi hanya sebatas mengetahui tentang apa itu fungsi
daun. Dan pada kelas berikutnya siswa kembali mempelajari tentang
daun, akan tetapi dalam materi ini siswa akan lebih mendalami tidak
hanya sebatas pada fungsi daun saja melainkan macam-macam tulang
daun.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan makalah di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari
teori belajar dan penerapan pembelajaran IPA Sekolah Dasar memiliki banyak
kajian yang berbeda berdasarkan teori-teori yang telah dikembangkan oleh
para ahli. Teori pembelajaran adalah teori yang harus mampu menghubungkan
antara hal yang ada sekarang dengan bagaimana menghasilkan hal tersebut.
Teori belajar adalah teori yang menjelaskan dengan pasti apa yang terjadi,
namun teori pembelajaran ’hanya’ membimbing apa yang harus dilakukan
untuk menghasilkan hal tersebut.
3.2 Saran
Dari uraian pembahasan yang telah disebutkan, penulis menyarankan
kepada pembaca agar dapat mengetahui dan memahami implementasi teori
belajar Piaget, Bruner, Gagne, dan Ausubel beserta penerapannya dalam
pembelajaran IPA.
17
DAFTAR PUSTAKA
18