Anda di halaman 1dari 12

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG

LUAS DAN KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DEDUKTIF DENGAN
PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI KELAS III SDN KLANTINGSARI II

Disusun Oleh :
S U PA AT I
NIM :

UNIVERSITAS TERBUKA
2011

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan hasil pengamatan selama mengajar di Kelas III SDN Klantingsari II
dengan jumlah 29 siswa yang terdiri dari 11 putra dan 18 putri, masih banyak menemukan
kendala, terutama pada pelajaran matematika. Banyak faktor yang menjadi kendala, antara
lain :
1. Siswa beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang menakutkan
(momok siswa) karena didalamnya banyak rumus-rumus dan angka-angka yang
harus dihafalkan.
2. Pembelajaran masih bersifat konvensional. Artinya kelas masih berfokus pada guru
sebagai sumber belajar dan siswa hanya duduk diam, mendengarkan, mencatat dan
menghafalkan.
3. Guru belum mengaitkan dengan dunia nyata.
Dari faktor-faktor kendala tersebut, maka perlu dicari alternatif pemecahan baik dari
segi pembelajaran, media, strategi yang sesuai dengan konsep yang akan diajarkan. Untuk
memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa, maka proses pembelajaran dapat
dilakukan dengan :
1. Memotivasi siswa untuk menghilangkan anggapan bahwa pelajaran matematika
adalah pelajaran yang menakutkan.
2. Menerapkan pembelajaran deduktif.
3. Pembelajaran bersifat konkrit atau pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.
Dengan langkah-langkah pembelajaran tersebut, semoga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dengan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
B. Perumusan dan Pemecahan Masalah
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut di depan, maka
rumusan permasalahan yang diajukan dalam proposal ini adalah :
Apakah melalui penerapan model pembelajaran deduktif dengan pendekatan kontekstual
dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa tentang luas dan keliling persegi dan
persegi panjang di kelas III SDN Klantingsari II ?

2. Pemecahan Masalah
Bangun datar merupakan salah satu materi matematika yang diajarkan pada siswa
kelas III semester genap. Materi ini sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, namun
hampir semua siswa belum menyadari manfaatnya. Bangun datar yang akan dibahas
adalah persegi dan persegi panjang. untuk itu, model pembelajaran yang dipilih dalam
penelitian ini adalah model pembelajaran deduktif dengan pendekatan kontekstual, karena
dalam pembelajaran deduktif dengan pendekatan kontekstual membimbing siswa
menyatakan abstraksi, memberikan ilustrasi, siswa membuat contoh sendiri dan dikaitkan
dengan dunia nyata.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan peneliti yang diharapkan dari penelitian ini menjadi masukan bagi guru dan
siswa untuk meningkatkan belajar melalui penerapan model pembelajaran deduktif
dengan pendekatan kontekstual.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini :
Untuk mengetahui apakah melalui penerapan model pembelajaran deduktif dengan
pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang luas dan
keliling persegi dan persegi panjang bagi siswa kelas III SDN Klantingsari II.
D. Manfaat Hasil Penelitian
a. SDN Klantingsari II
Dengan hasil penelitian ini diharapkan SDN Klantingsari II dapat lebih bermutu dan dapat
diterapkan pada pelajaran lain.
b. Guru
Sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya.
c. Siswa
Sebagai bahan masukan bagi siswa untuk meningkatkan hasil belajar dengan
diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Matematika
Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani Mathematikos secara ilmu pasti
atau Mathesis yang berarti ajaran, pengetahuan abstrak dan deduktif, dimana
kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindahan, tetapi atas kesimpulan yang
ditarik dari kaidah-kaidah tertentu melalui deduksi (Ensiklopedia Indonesia).
2. Belajar
Belajar adalah suatu proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku
yang dapat diambil dalam waktu relative lama disertai usaha dari tidak mampu mengerti
menjadi mampu mengerti (Sardiman, 2001:21). Sedangkan menurut Gagne belajar adalah
seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati
pengolahan informasi, menjadi kapasitas baru (Dimyati, 2002:10).
Belajar dalam penelitian ini diartikan segala usaha yang diberikan oleh guru agar
dapat dan mampu menguasai apa yang telah diterimanya dalam hal ini adalah pelajaran
matematika.
3. Prestasi Belajar
Prestasi belajar berasal dari kata prestasi dan belajar. Prestasi berarti hasil yang
telah dicapai (Depdikbud, 1995:787). Sedangkan pengertian belajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu (Depdikbud, 1995:14). Jadi prestasi belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran.
Caranya ditunjukkan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru.
B. Model Pembelajaran Deduktif
1. Pengertian Model Pembelajaran Deduktif
-

Model pembelajaran dapat diartikan sebagai pola interaksi siswa dengan guru di
dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran
yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas (MKPBM,
2001:8).

Model pembelajaran deduktif dimulai dengan penyajian definisi, konsep atau


generalisasi, kemudian diikuti dengan contoh-contoh dari siswa dan guru terlibat
secara aktif dalam membimbing siswa untuk belajar.
Dalam pembelajaran deduktif pola pikir sudah terarahkan konsep-konsep umum

sudah diketahui oleh siswa sehingga dengan mudah siswa dapat mengidentifikasi ke halhal yang lebih khusus.
2. Perencanaan Pembelajaran Model Deduktif
Beberapa perencanaan pembelajaran model deduktif yang diperlukan agar kegiatan
belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan dapat mencapai hasil yang
maksimal meliputi :
a. Tujuan Materi
Tujuan materi yang dapat dicapai dengan model deduktif adalah untuk
mempelajari konsep dan generalisasi, yaitu pengidentifikasian sifat-sifat khusus
tentang suatu konsep atau hubungan yang tepat dalam suatu generalisasi, pemilihan
banyak contoh dan kualitas contoh diperlukan untuk menggambarkan suatu konsep
dan generalisasi dalam setiap kejadian khusus bertujuan membantu guru untuk
memilih contoh yang paling efektif sebagai ilustrasi.
b. Keterampilan Berfikir
Keterampilan berfikir merupakan tujuan yang jelas pada model deduktif karena
dalam

pembelajaran

deduktif

siswa

dilatih

untuk

membandingkan

dan

menggeneralisasikan sendiri.
c. Motivasi
Model deduktif lebih bersifat terbuka, memberikan kesempatan lebih banyak
kepada siswa untuk memberikan tanggapan tanpa memastikan untuk memberi
jawaban yang salah dalam membuat suatu contoh. Dalam pembelajaran deduktif, guru
harus menampung semua jawaban dari siswa meskipun jawaban itu salah. Kemudian
melalui ilustrasi, guru mengarahkan siswa untuk memahami konsep yang benar.

3. Pelaksanaan Pembelajaran Model Deduktif


Empat langkah model pembelajaran deduktif.
1. Menyatakan Abstraksi
Menyatakan abstraksi merupakan pendahuluan dari pembelajaran model
deduktif. Pada langkah ini guru menjelaskan materi pelajaran yang akan diajarkan
yaitu mendefinisikan konsep atau menyatakan suatu generalisasi dengan menulis
definisi secara sederhana di papan tulis dan menghubungkan dengan materi yang lalu.
2. Memberi Ilustrasi
Guru memberikan beberapa contoh di papan tulis atau secara lisan sebagai
umpan balik guru dan siswa. Untuk menentukan apakah contoh-contoh tersebut
termasuk dalam konsep bersangkutan atau tidak.
3. Siswa Membuat Contoh
Jika siswa dapat membuat contoh sendiri, ini merupakan sesuatu yang sangat
berharga. Hal ini memberikan kesempatan pada mereka untuk menghubungkan materi
baru dengan dunianya sendiri.
C. Pendekatan Kontekstual
1. Pengertian Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara dunia nyata yang dimilikinya dengan penerapan kehidupan antara
pengetahuan anggota keluarga dan masyarakat. (Nurhadi, 2002:1).
Dengan konsep ini, diharapkan hasil belajar siswa lebih bermakna pada pendekatan
kontekstual proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan kerja
siswa.
2. Komponen Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual (CTL).
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual menempatkan siswa pada suatu
konteks bermakna, dimana siswa membuat hubungan pengetahuan awal siswa dengan
materi yang sedang dipelajari. Adapun tugas guru adalah membantu siswa mencapai
tujuannya, melalui pembelajaran tersebut. Para guru tidak lagi sebagai penyampai
informasi melainkan berganti sebagai moderator atau fasilitator dalam pembelajaran.
Sebuah kelas dikatakan menggunakan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
jika menerapkan tujuh komponen utama dalam pembelajaran yaitu :

1. Konstruktivisme (Constructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan CTL, bahwa
pengetahuan di bangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan
bukan seperangkat fakta, konsep, atau kaidah yang hanya diambil dan diingat, lebih
dari itu siswa harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata.
Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka
melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat
kegiatan bukan guru, tugas guru hanya memfasilitasi proses tersebut dengan :
a. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.
b. Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri.
c. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
2. Menemukan (Inquiry)
Menemukan (Inquiry) merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis CTL, karena bagian ini diterapkan hampir menyeluruh dalam suatu
pembelajaran. Inquiry dalam pembelajaran kontekstual merupakan suatu kegiatan
yang mengalami suatu siklus. Siklus Inkuiri meliputi, observasi, bertanya,
mengajukan dugaan, pengumpulan data, dan penyimpulan.
3. Bertanya (Questioning)
Bertanya

merupakan

strategi

utama

pembelajaran

berbasis

CTL dan

pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan


menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian
penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry yaitu menggali
informasi, mengkonfirmasikan apa yang belum diketahuinya.
Hampir pada semua aktivitas belajar, bertanya dapat ditemukan antara siswa
dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan orang lain. Selain itu
ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok bertanya dapat
memupuk keberanian siswa dalam mengambil keputusan.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Bekerjasama dengan orang lain dapat menciptakan pembelajaran yang lebih baik
dibandingkan dengan belajar sendiri. Dalam pembelajaran yang menggunakan

pendekatan kontekstual guru disarankan untuk melaksanakan pembelajaran dengan


membentuk kelompok-kelompok belajar yang anggotanya heterogen, baik kelompok
kecil maupun kelompok besar. Metode pembelajaran dengan cara tersebut sangat
membantu proses pembelajaran di kelas.
Dengan adanya komponen masyarakat belajar siswa dapat berinteraksi antar
teman yang diwujudkan dalam bentuk kelompok-kelompok belajar dengan
kemampuan yang heterogen sehingga mereka dapat berbagi sesama teman.
5. Pemodelan (Modelling)
Pemodelan maksudnya dalam sebuah pembelajaran harus ada model yang bisa
ditiru. Dalam pendekatan CTL guru bukan satu-satunya model. Model dirancang
dengan melibatkan siswa, tetapi juga dapat didatangkan dari luar. Pemodelan lebih
baik dilangsungkan sebelum siswa melaksanakan tugas, dengan tujuan agar siswa
mendapatkan gambaran tentang aktivitas yang akan dikerjakan selama berada dalam
tugas.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke
belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Dalam penerapannya
refleksi dilakukan guru di akhir pembelajaran. Refleksi dapat dilakukan dengan
banyak cara antara lain berupa :
a. Pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu.
b. Catatan di buku siswa.
c. Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari ini.
d. Diskusi
e. Hasil karya
7. Penilaian Sebenarnya
Penilaian sebenarnya adalah suatu prosedur penilaian yang dilakukan untuk
memperoleh informasi tentang kemampuan siswa untuk mengikuti suatu pelajaran
melalui berbagai aktivitas yang ditampilkan baik secara lisan maupun tulis.
D. Materi Pelajaran
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi pokok menghitung luas dan
keliling persegi dan persegi panjang yang diajarkan kepada siswa kelas III semester 2 dari
SDN Klantingsari II Kecamatan Tarik Kabupaten Sidoarjo sesuai dengan kurikulum KTSP.

E. Penerapan Model Pembelajaran Deduktif dengan Pendekatan Kontekstual dalam


Pembelajaran Matematika
Dalam kehidupan sehari-hari matematika banyak sekali digunakan untuk memecahkan
masalah yang ada, meskipun seringkali kita tidak menyadari kalau kita sudah menggunakan
matematika. Disisi lain, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki obyek
yang bersifat abstrak. Oleh karena itu dalam pembelajaran matematika untuk siswa tingkat
dasar, tingkat menengah maupun tingkat atas akan mengalami kesulitan dalam memahami
konsep yang akan dipelajari jika tidak dikaitkan dengan contoh-contoh sesuai dengan
pengalaman mereka dalam kehidupan sehari-hari atau bersifat konkrit.
Pembelajaran yang dekat dengan kehidupan nyata siswa adalah pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual dan salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa
selama pembelajaran adalah model pembelajaran deduktif. Tidak semua materi matematika
dapat diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran deduktif dengan pendepatakn
kontekstual. Materi yang dapat diajukan menggunakan model ini memiliki ciri-ciri yang
meliputi materi memiliki tujuan yang

mempelajari konsep / generalisasi yaitu

pengidentifikasian sifat-sifat khusus dalam suatu generalisasi, motivasi yang tidak terlalu
banyak, waktu yang efisien, dan memerlukan suatu keterampilan berfikir.
Secara garis besar langkah-langkah dalam penerapan model pembelajaran deduktif yang
dilakukan guru adalah pada tahap abstraksi guru mengidentifikasi konsep, menghubungkan
materi yang telah diajarkan menjelaskan tujuan pembelajaran.
Pada model pembelajaran deduktif, konstruktif digunakan pada saat tahap abstraksi
yaitu ketika siswa bekerja dalam kelompok, dan juga digunakan pada tahap siswa membuat
contoh sendiri. Sedang penerapan paling menonjol untuk komponen bertanya yaitu pada saat
abstraksi tepatnya pada saat berkelompok. Demikian juga untuk masyarakat belajar, yaitu
digunakan pada saat siswa bekerja dalam kelompok-kelompok. Untuk komponen pemodelan
digunakan guru ketika siswa diminta untuk menemukan bangun datar, hal ini digunakan
untuk mencari rumus luas dan keliling bangun datar.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SDN Klantingsari II Kecamatan Tarik
semester II tahun ajaran 2009-2010, dengan materi menghitung luas dan keliling persegi dan
persegi panjang. Penelitian diadakan di kelas III SDN Klantingsari II karena peneliti bertugas
di kelas III SDN Klantingsari II Kecamatan Tarik Kemampuan siswa dalam kelas III ini
adalah heterogen, karena tidak ada pengelompokkan siswa ke dalam kelas dan terdiri dari
siswa perempuan dan laki-laki. Jumlahnya sebanyak 29 siswa.
B. Faktor yang Diteliti
Dalam rangka mencari jawaban dari permasalahan yang diajukan, maka ada beberapa
faktor yang ingin diselidiki yakni faktor siswa dan faktor guru. Faktor siswa yang diselidiki
meliputi kemampuan siswa dalam memahami materi menghitung luas dan keliling persegi
dan persegi panjang dengan menggunakan tes lisan dan tes kinerja. Selama pembelajaran juga
dilihat bagaimana aktivitas siswa dan pada akhir pembelajaran siswa diberi angket tentang
respon siswa terhadap pembelajaran. Faktor guru dilihat tentang bagaimana guru
melaksanakan model pembelajaran kontekstual di kelas, apakah sesuai dengan sekenario yang
direncanakan atau tidak.
C. Rancangan Penelitian
1. Rencana Tindakan
a. Membuat kesepakatan dengan guru kolaborator, meliputi :
i. Waktu yang digunakan dalam penelitian yaitu 12 jam pelajaran atau 6 kali
pertemuan.
ii. Materi yang diteliti yaitu menghitung luas dan keliling persegi dan persegi
panjang.
iii. Peneliti bertindak sebagai guru matematika dan yang menjadi pengamat dalam
proses pembelajaran adalah guru kolaborator (guru kelas III).
iv. Menentukan pengamat lain yaitu dari dua orang yaitu guru kelas IV dan V.

b. Menyiapkan atau mengembangkan instrumen penelitian. Menyiapkan lembar


pengamatan, yang terdiri atas :
i. Lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran deduktif dengan menggunakan
pendekatan kontekstual.
ii. Lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran deduktif
dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
iii. Menyiapkan soal tes hasil belajar yang diberikan setelah pembelajaran selesai.
c. Menyiapkan perangkat pembelajaran.
Perangkat pembelajaran yang disiapkan peneliti adalah Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan LKS I dan II.
d. Pembentukan Kelompok
Dalam pembentukan kelompok, guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok, tiap kelompok terdiri atas 4-5 siswa. Masing-masing kelompok
beranggotakan siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah terdiri siswa
perempuan dan laki-laki. Data kemampuan akademik siswa, diperoleh dari guru
kolaborator. Kelompok yang diamati dalam penelitian ini ada 2 kelompok yang
penentuannya dilakukan secara acak.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah sebagai
berikut :
a) Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran berlangsung selama 6 kali tatap muka atau 12 jam pelajaran,
sedangkan 1 kali tatap muka atau 2 jam pelajaran digunakan untuk mengerjakan tes
hasil belajar materi menghitung luas dan keliling persegi dan persegi panjang terdiri
dari :
- Merumuskan menghitung luas persegi dan persegi panjang.
- Merumuskan menghitung keliling persegi dan persegi panjang.
- Menyelesaikan soal-soal tentang luas dan keliling persegi dan persegi panjang.
- Menyelesaikan soal cerita yang berhubungan dengan luas dan keliling persegi dan
persegi panjang.
- Menyelesaikan soal dengan mengkaitkan dunia nyata tentang matematika yang
berhubungan dengan luas dan keliling persegi dan persegi panjang.
b) Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar dilaksanakan pada akhir pembelajaran dan digunakan untuk
mengetahui apakah dengan pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Observasi
Observasi dilaksanakan oleh peneliti dibantu guru kolaborator, semua temuan
dicatat dan direkam, baik oleh peneliti maupun oleh guru kolaborator, untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam melakukan menghitung luas dan keliling persegi dan persegi
panjang di kelas III SDN Klantingsari II.
4. Refleksi
Pada akhir siklus diadakan refleksi terhadap hasil-hasil yang diperoleh baik dari
catatan guru, pengamatan, dan tes hasil belajar siswa. Disini diketahui kemampuan siswa
dalam menghitung luas dan keliling persegi dan persegi panjang di kelas SDN
Klantingsari II, Kec. Tarik.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah alat-alat yang digunakan untuk memperoleh data selama
penelitian. Adapun instrumen tersebut terdiri dari :
1. Lembar pengamatan pengelolaan kelas model pembelajaran deduktif dengan
pendekatan kontekstual.
2. Lembar pengamatan aktivitas siswa dan guru dalam model pembelajaran deduktif
dengan pendekatan kontekstual.
3. Soal tes hasil belajar siswa.
E. Analisis Data
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh terdiri atas data kuantitatif dan data kualitatif.
Data yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan dianalisis. Pembelajaran kontekstual ini
dikatakan berhasil mengatasi kesulitan siswa dalam memahami materi menghitung luas dan
keliling persegi dan persegi panjang. Jika terdapat 85% siswa mengalami tuntas belajar,
aktivitas berpusat pada siswa dan guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan sekenario
rencana pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai