Oleh :
NAMA : …
NIM : …
Email : …
Abstrak
Masalah penelitian ini dilatarbelakangi dari pengamatan di kelas yaitu mengenai kurangnya
pemahaman siswa kelas IV SD Negeri … semester II tahun pelajaran 2019/2020 pada
kompetensi dasar mengurangkan bilangan bulat. Penelitian yang dilakukan bertujuan
meningkatkan profesionalitas guru melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam
meningkatkan pemahaman siswa menggunakan media manik-manik melalui pembelajaran
kooperatif dan demonstrasi. Penelitian ini mengungkapkan masalah tentang pemahaman
siswa yang rendah terhadap materi pengurangan bilangan bulat sehingga hasil
pembelajaran materi ini banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM).Peneliti melakukan perbaikan pembelajaran matematika melalui dua siklus.
Pada setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Pada Siklus I siswa memperoleh rata-rata 65 dengan ketuntasan 59 % dan Siklus II
memperoleh rata-rata 72 dengan ketuntasan 89 %.
I. Pendahuluan
1. Identifikasi Masalah
Proses belajar yang tidak berjalan lancar karena anak sibuk bermain sendiri-sendiri,
kesulitan anak dalam mengurangkan bilangan bulat membuat anak tidak menyukai
pembelajaran matematika dan anak kurang percaya diri dalam hal ini pembelajaran
pengurangan bilangan bulat.
Melihat proses pembelajaran di atas dapat ditemukan akar permasalahannya, penulis
menindak lanjuti dengan teman sejawat dan berkonsultasi dengan pembimbing untuk
mengidentifikasi penyebab terjadinya masalah. Penulis kemudian melakukan penelitian
tindakan kelas agar dapat menyelesaikan permasalahananya.
2. Analisis Masalah
Dari identifikasi masalah maka muncul analisis masalah sebagai berikut :
Keaktifan peserta didik masih rendah dikarenakan tidak adanya metode kooperatif yang
dapat meningkatkan keaktifan peserta didik, peserta didik kurang konsentrasi dalam
menerima pembelajaran, guru belum menggunakan media manik-manik dalam
pembelajaran pengurangan bilangan bulat sehingga penjelasan guru masih terlalu abstrak
akibatnya peserta didik merasa sedikit kebingungan dalam menerima pembelajaran dan
perencanaan yang disusun belum menggunakan strategi yang tepat.
B. Rumusan Masalah
Setelah memahami latar belakang tersebut, maka penulis dapat merumuskan masalah
sebagai berikut “ Bagaimanakah penerapan metode demonstrasi manik – manik pada
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas dan pemahaman siswa terhadap
materi pokok operasi hitung pengurangan bilangan bulat ? “
1. Hakikat Belajar
a. Menurut pendapat Bruner (1985) dalam menekankan bahwa setiap individu pada waktu
mengalami atau mengenal peristiwa atau benda di dalam lingkungannya, menemukan cara
untuk menyatakan kembali peristiwa atau benda tersebut dalam pikirannya.
b. Menurut Skinner belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya
menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka responnya menurun.
Jadi menurut pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah
proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kehidupannya.
2. Hakikat Pembelajaran
a. Menurut Hilda Taba dan pandangan Tyler (1985) dalam yang dimaksud pembelajaran
adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk menjalankan kurikulum
yang berisikan tujuan, isi, pola pembelajaran dan evaluasi. Agar pembelajaran dapat
berhasil dengan memuaskan maka guru dituntut untuk dapat menguraikan secara luas
dengan memperhatikan langkah-langkah cara mengembangan kurikulum. Adapun langkah-
langkahnya sebagai berikut : menentukan tujuan, menentukan isi, merumuskan kegiatan
pembelajaran, mengadakan evaluasi.
b. Menurut pandangan Gagne (1985) dalam bahwa pembelajaran merupakan suatu
kumplan proses yang bersifat individual, yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang
ke dalam sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan hasil belajar.
c. Sedangkan menurut Briggs menjelaskan bahwa pembelajaran adalah seperangkat
peristiwa yang mempengaruhi si pebelajar sedemikian rupa sehingga si pebelajar itu
memperoleh kemudahan dalam berinteraksi berikutnya dengan lingkungannya ( Tim
Pengembangan MKDK, 1990 : 10 ).
Jadi menurut pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran merupakan suatu
proses yang bersifat timbal balik antara guru dengan siswa, maupun antar siswa, maupun
siswa dengan lingkungan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau diharapkan.
3. Media Pembelajaran
a. Media Gambar
Di antara media pembelajaran, media gambar adalah media yang paling sering dipakai. Hal
ini dikarenakan siswa lebih menyukai gambar daripada tulisan, apalagi jika gambarnya
dibuat dan disajikan sesuai dengan persyaratan gambar yang baik, sudah barang tentu
akan menambah semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
b. Media Garis Bilangan Bulat
Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa
pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah saran fisik
untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran.
Sedangkan, National Education Association (1969) mengungkapkan bahwa media
pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang, dengar
termasuk teknologi perangkat keras.
Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran.
Dalam topik pembahasan matematika, terdapat satu topik yang paling mendasar, yaitu
bilangan bulat. Bilangan bulat adalah bilangan yang tidak mempunyai pecahan desimal,
misalnya 1, 2, 3, 0, -1, -2, -3 dan yang lainnya. Bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat
positif dan bilangan bulat negatif. Bilangan bulat positif yaitu bilangan bulat yang nilainya
lebih besar dari pada 0 (nol), sedangkan bilangan bulat negatif adalah bilangan bulat yang
nilainya lebih kecil dari pada 0 (nol).
Untuk mempermudah dalam proses pembelajaran pengurangan bilangan bulat negatif dan
positif maka digunakanlah Garis bilangan. Garis bilangan adalah garis yang diberi titik-titik
dengan jarak yang sama. Titik-titik itu dikorespondesikan satu demi satu dengan bilangan.
Bilangan-bilangannya diurutkan dari kiri ke kanan sehingga diperoleh urutan bilangan yang
semakin ke kanan semakin besar.
c. Media manik-manik
Secara umum media adalah semua bentuk perantara atau pengantar untuk menyampaikan
suatu pesan atau gagasan kepada penerima. Gagne dan Briggs (Azhar Arsyad, 2002 :4).
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa media adalah suatu perantara untuk menyampaikan
pesan maka peneliti menggunakan media manik-manik yang pendekatannya menggunakan
proses himpunan. Seperti kita ketahui bahwa pada himpunan kita dapat memisahkan dan
menggabungkan dua himpunan yang ada dalam hal ini anggotanya berbentuk manik-
manik. Bentuk media ini dapat berupa bulatan-bulatan setengah lingkaran yang apabila sisi
diameternya digabungkan akan membentuk lingkaran penuh. Alat ini terdiri dari 2 warna
satu warna menandakan bilangan positif dan satu warna lainnya menandakan bilangan
negatif.
B. Metode Pembelajaran
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam
pembelajaran. Metode pembelajaran adalah cara atau teknik yang dilakukan guru dalam
melakukan interaksi dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Sumber : http://liputaninfo.blogspot.com/2012/10/strategi-belajar-mengajar.html
2. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang paling populer dan banyak dilakukan oleh guru,
selain mudah penyajian juga tidak banyak memerlukan media (Sumantri M dkk, 2000:136).
Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan menganggap bahwa
metode ceramah itu mudah dalam penggunaannya dalam proses kegiatan
pembelajaran di kelas.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Ceramah :
1) Kelebihan Metode Ceramah
Ø Suasana kelas berjalan dengan tenang karena melakukan aktivitas yang sama, sehingga
dapat mengawasi murid sekaligus secara komfrehensif.
Ø Tidak membutuhkan tanaga yang banyak dan waktu yang lama dengan waktu yang
singkat dan murid dapat menerima pelajaran pelajaran sekaligus secara bersamaan.
Ø Pelajaran bisa dilaksanakan dengan cepat karena dalam waktu yang sedikit dapat
diuraikan bahan yang banyak.
2) Kekurangan Metode Ceramah
Ø Interaksi cenderung bersifat centered (berpusat pada guru)
Ø Guru kurang dapat mengetahui dengan pasti sejauh mana siswa telah
menguasai bahan ceramah.
Ø Mungkin saja siswa memperoleh konsep-konsep lain yang berbeda dengan apa yang
dimaksudkan guru
Ø Siswa kurang menangkap apa yang dimaksudkan oleh guru, jika ceramah berisi istilah-
istilah yang kurang dimengerti oleh siswa dan akhirnya mengarah kepada verbalisme.
Ø Tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah karena siswa
hanya diarahkan untuk mengikuti pikiran guru
Ø Kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kecakapan dan
kesempatan mengeluarkan pendapat.
Ø Guru lebih aktif sedangkan murid bersikap pasif,
Dari beberapa kekurangan dalam penggunaan metode ceramah, maka peneliti
kemenambahkan beberapa metode diantaranya metode demonstrasi.
3. Metode Demonstrasi
Cardille (1986) mengemukakan bahwa demonstrasi adalah suatu penyajian yang
dipersiapkan secara teliti untuk mempertontonkan sebuah tindakan atau prosedur yang
digunakan.
Metode demonstrasi adalah adanya seorang guru, orang luar yang diminta atau siswa
memperlihatkan suatu proses kepada seluruh kelas ( Winarno, 1980 : 87 ).
Dengan mempedulikan batasan metode demonstrasi seperti dikemukakan oleh Cardille dan
Winarno, maka dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi merupakan format interaksi
belajar mengajar yang sengaja mempertunjukan atau memeragakan tindakan, proses atau
prosedur yang dilakukan oleh guru atau orang lain kepada seluruh siswa atau sebagian
siswa.
C. Model Pembelajaran
Dalam hal ini peneliti menggunakan metode kooperatif, yaitu : Pembelajaran yang berfokus
pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama saling menciptakan asah asih
dan asuh dalam memaksimalkan kondisi belajar. (Sugiyanto.2010 .Model-model
Pembelajaran Inovatif).
D. Materi Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
1. Pengertian Matematika
Matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein atau manthenein yang berarti
mempelajari. (Sri Subarinah,2006:1)
Ebbutt dan Straker (Marsigit, 2003: 2-3) memberikan definisi Matematika
sekolah yang selanjutnya disebut Matematika sebagai berikut :
a) Matematika merupakan kegiatan penelusuran pola dan hubungan.
b) Matematika merupakan kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi,
dan penemuan.
c) Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah (problem solving).
d) Matematika sebagai alat berkomunikasi.
2. Tujuan Matematika Sekolah Dasar
Tujuan Matematika yang tercantum dalam pedoman penyusunan KTSP di SD/ MI (2008: 44
– 45) adalah agar peserta didik mempunyai kemampuan sebagai
berikut :
a) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat dalam pemecahan masalah.
b) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
Menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika.
c) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model Matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang
diperoleh.
d) Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
Matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
2. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di SD Negeri … yang beralamat di Jalan …
Tempat tersebut dipilih sebagai tempat penelitian karena peneliti sebagai salah satu tenaga
pendidik di sekolah itu. Sehingga peneliti dapat melakukan penelitian dengan efisien baik
tenaga, dana, maupun waktu agar penelitian dapat terlaksana secara efektif dan efisien.
Siklus I
Sabtu,
15 Februari 2014
07.15 – 09.15
Perbaikan Pembelajaran ke-1.
3.
Siklus II
Sabtu,
1 Maret 2014
07.15 – 09.15
Perbaikan Pembelajaran ke-2.
4. Pihak yang Membantu Penelitian
Laporan ini dapat tersusun, atas bimbingan dan dukungan dari semua pihak, sehingga
penulis terketuk hati untuk mengucapkan syukur dan terimakasih yang sebanyak-
banyaknya kepada :
1. ..
2. … Selaku dosen pembimbing / supervisor I.
3. Pengawas TK/SD …
4. …. selaku Kepala SD Negeri …
5. Guru dan teman sejawat SD Negeri .., Kecamatan .., Kabupaten .., yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
6. … yang telah memberikan dorongan dan semangat.
7. Siswa siswi kelas IV SD Negeri …
Semoga Allah SWT akan memberikan balasan yang setimpal atas segala amal dan
perbuatan mereka.
2. Data Kuantitatif
Dianalisis secara kuantitatif dengan rumus teknik Uji T atau Uji Parsial.
1. Pra Siklus
Hasil tes formatif pada pra siklus penulis sajikan dari hasil tes ulangan harian data awal
sebelum perbaikan, sebagai berikut :
a. Siswa yang sudah tuntas sebanyak 11 siswa atau 40 % dari 27 siswa,
b. Siswa yang belum tuntas sebanyak 16 siswa atau 60 % dari 27 siswa,
c. Nilai tertinggi 80, sedangkan nilai terendah 40
d. Nilai rata-rata mencapai 61,74
Lembar Pengamatan.
Setelah selesai melaksanakan pembelajaran pada pra siklus, maka ditemukan hasil
kegiatan pengembangan sesuai dengan pengamatan teman sejawat sebagai berikut :
1. Dari hasil pengamatan pada kegiatan inti pembelajaran yaitu peserta didik masih merasa
bingung mengenai materi pengurangan bilangan bulat.
2. Peserta didik tidak terlihat aktif dan tidak tertarik dengan pembelajaran.
3. Penggunaan metode yang kurang bervariasi.
Lembar Refleksi
Setelah penulis bersama teman sejawat melaksanakan pengamatan, emudian peneliti
melaksanakan hasil refleksi pada pelaksanaan kegiatan pembelajaaran pengurangan
bilangan bulat hasilnya tidak memuaskan sehingga perlu diadakan perbaikan
pembelajaran.
2. Siklus I
Penelitian tindakan kelas untuk siklus I. Kegiatan yang dilaksanakan adalah membahas
tentang operasi hitung pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan media manik-
manik. Hal ini siswa dilatih secara mandiri untuk menemukan hasil pengurangan bilangan
bulat dengan menggunakan media manik-manik.
Dari hasil tes formatif siklus I diperoleh data sebagai berikut :
a. Siswa yang sudah tuntas pada perbaikan pembelajaran siklus I sebanyak 16 siswa atau
59 % dari 27 siswa,
b. Siswa yang belum tuntas pada perbaikan pembelajaran siklus I sebanyak 11 siswa atau
41 % dari 27 siswa,
c. Nilai tertinggi 90, sedangkan nilai terendah 40,
d. Nilai rata-rata mencapai 65
Lembar Pengamatan.Siklus I
Setelah selesai melaksanakan pembelajaran pada siklus I, maka ditemukan hasil kegiatan
pengembangan sesuai dengan pengamatan teman sejawat sebagai berikut :
1. Dari hasil pengamatan pada kegiatan inti pembelajaran yaitu peserta didik
Sudah sedikit memahami mengenai materi pengurangan bilangan bulat.
2. Peserta didik lebih aktif daripada kegiatan pra siklus dan merasa tertarik dengan
pembelajaran karena guru menggunakan metode demonstrasi dan model kooperatif.
3. Keaktifan siswa belum maksimal karena kelompok yang dibentuk oleh guru terlalu besar
anggotanya.
Lembar Pengamatan.Siklus II
Setelah selesai melaksanakan pembelajaran pada Siklus II, maka ditemukan hasil kegiatan
pengembangan sesuai dengan pengamatan teman sejawat sebagai berikut :
1. Dari hasil pengamatan pada kegiatan inti pembelajaran yaitu peserta didik
Sudah banyak memahami mengenai materi pengurangan bilangan bulat.
2. Peserta didik lebih aktif daripada kegiatan siklus dan merasa tertarik dengan
pembelajaran karena guru menggunakan metode demonstrasi dan model kooperatif.
3. Keaktifan siswa terlihat maksimal karena kelompok yang dibentuk oleh guru sudah
sesuai anggotanya.
4. Deskripsi Temuan
Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II
ternyata terjadi kenaikan aktifitas dan hasil belajar siswa pada setiap sikluanya.
Keberhasilan proses perbaikan pembelajaran pada setiap siklus penulis dalam mengajar
menggunakan metode demonstrasi dan metode drill / latihan serta media manik-manik
pada materi pembelajaran operasi hitung pengurangan bilangan bulat.
Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam
pembelajaran. Metode pembelajaran adalah cara atau teknik yang dilakukan guru dalam
melakukan interaksi dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Cardille (1986) mengemukakan bahwa demonstrasi adalah suatu penyajian yang
dipersiapkan secara teliti untuk mempertontonkan sebuah tindakan atau prosedur yang
digunakan. Metode ini disertai dengan penjelasan, ilustrasi dan pernyataan lisan atau
peragaan secara tepat (Canei, 1986 : 38). Dari batasan ini, nampak bahwa metode ini
ditandai dengan adanya tindakan dan prosedur yang disertai dengan penjelasan, ilustrasi
atau pernyataan secara lisan maupun visual. Winarno mengemukakan bahwa metode
demonstrasi adalah adanya seorang guru, orang luar yang diminta atau siswa
memperlihatkan suatu proses kepada seluruh kelas ( Winarno, 1980 : 87 ).
Dengan mempedulikan batasan metode demonstrasi seperti dikemukakan oleh Cardille dan
Winarno, maka dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi merupakan format interaksi
belajar mengajar yang sengaja mempertunjukan atau memeragakan tindakan, proses atau
prosedur yang dilakukan oleh guru atau orang lain kepada seluruh siswa atau sebagian
siswa.
Latihan adalah suatu teknik yang mengajar serta mendorong siswa untuk melaksanakan
kegiatan latihan agar memiliki kemampuan dan keterampilan lebih tinggi dari apa yang
telah dipelajari. Dalam metode ini sering digunakan oleh guru kepada siswa untuk
mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan materi.
B. Saran
Berdasarkan simpulan tersebut ada beberapa hal yang perlu dilakukan guru didalam
meningkatkan kualitas pembelajaran antara lain :
1. Sebelum melaksanakan proses pembelajaran hendaknya guru mempersiapkan segala
sesuatu yang diperlukan seperti membuat RPP, menyediakan alat Bantu mengajar ( alat
peraga ) sehingga akan lebih mudah dalam menstransfer materi saat proses belajar
mengajar berlangsung.
2. Guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan.
3. Dalam proses pembelajaran guru dituntut kreatif, inovatif dalam menyusun strategi dan
model pembelajaran.
4. Dalam proses pembelajaran siswa harus dilibatkan dan diberi kesempatan lebih banyak
untuk berlatih.
5. Disamping itu berdasarkan pengalaman melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui
PTK, guru hendaknya selalu aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan seperti KKG, sehingga
bilamana menemui kesulitan dalam proses pembelajaran dapat dicari solusinya bersama
teman-teman sejawat.
DAFTAR PUSTAKA
Kariadinata (2009: 1). Pengertian PAIKEM. Di unduh 2 Februari 2014 jam 08.00
dari http://duniagil.wordpress.com/2011/03/07/38/
________. Pengertian Metode Pembelajaran. Di unduh 2 Februari 2014 jam
08.00 WIB dari http://liputaninfo.blogspot.com/2012/10/strategi-belajar-mengajar.html
Darhim. (1993). Workshop Matematika. Jakarta : Ditjen Dikdasmen Depdikbud –
Karunia UT.
Didi Suryadi (1997). Alat Peraga dan Media Pengajaran Matematika. Jakarta :
Ditjen Dikdasmen Depdikbud – Karunia UT.
Ahmad D. 1994. Pengelolaan Kelas di SD. Jakarta : Depdikbud.
Andayani, dkk. 2009. Pemantapan kemampuan Profesional. Jakarta : Universitas
Terbuka.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud.
Hidayat, Taofik. 2004. Titian Mahir Matematika Kelas IV. Jakarta : Visindo
Media Persada.
Muhsetyo, Gatot, dkk. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
Suciati, dkk. 2004. Belajar dan Pembelajaran 2. Jakarta : Universitas Terbuka.
Tim Fokus. 2011. Lembar Kerja Siswa Matematika SD. Solo : CV. Sindunata.
Winataputra, Udin S, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :
Universitas Terbuka