Anda di halaman 1dari 23

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA

PEMBAHASAN LUAS BANGUN DATAR UNTUK


MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS V SDN PUTRIDALEM II DENGAN MENGUNAKAN
MEDIA KERTAS KARTON

TAUFIK DAHLAN
836510303
taufikdahlan30@gmail.com

ABSTRAK

Perbaikan pembelajaran ini dilakukan berdasarhan hasil observasi awal yang


pada siswa kelas V SDN Putridalem II Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka
prestasi belajar matematika masih rendah. Dengan nilai KKM 75, hanya 15,79% siswa
yang memperoleh nilai di atas KKM, dan sisanya memperoleh nilai di bawah KKM.
Permasalahan ini dikarenakan kegiatan pembelajaran yang dilaksanan masih terpusat
pada guru sehingga siswa sering bosan dalam belajar dan kurang konsentrasi.
Pemecahan masalah tersebut perbaikan pembelajaran ini menerapkan pendekatan
konstruktivisme dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika serta
aktivitas siswa dalam pembelajaran. Pokok bahasan yang diajarkan adalah Luas
Trapesium dan Layang-layang dengan mengunakan media kartas katon. Hasil penelitian
siklus I memperoleh nilai rata-ratanya yaitu 71 dengan tingkat ketuntasan 68%, siklus II
hasil rata-ratanya yaitu 91 dengan tingkat ketuntasan 95%. Berdasarkan hasil perbaikan
dan pembahasan disimpulkan bahwa dengan meenerapan pendekatan konstruktivisme
menggunakan media kertas katon dapat meningkatkan prestasi belajar.

Kata Kunci: Pendekatan konstruktivisme, Prestasi belajar, Matematika

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1. Identifikasi Masalah
Memperoleh hasil yang baik setelah mekaukan pembelajaran adalah
prestasi belajar yang di capai oleh siswa. Prestasi belajar yang diharapkan setelah
pembelajaran diharapkan mendapatkan hasil yang baik, Namum setelah
diobervasi yang penulis laksanakan di kelas V SDN Putridalem II Kecamatan
Jatitujuh Kabupaten Majalengka pada pembelajaran luas bagun datar, banyak
siswa belum memperoleh hasil yang sesuai dari target KKM. Dalam mengerjakan
soal pelajaran matematika, siwa masih bingung.

1
2. Analisis Masalah
Hasil observasi terlihat dari 19 siswa, hanya ada 3 orang siswa yang
memahami pembelajaran dapat dilihat dari nilai yang dicapai lebih dari atau sama
dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu ≥ 75 atau 15,79%, sedangkan
16 siswa mengalami ketidak pahaman atau 84,21% terlihat dengan nilai di bawah
Kriteria Ketuntasan Minimal. Hal ini diakarenakan dalam penyampaiannya guru
mengunakan metode ceramah, tidak melakukan apersepsi, serta tidak melibatkan
secara katif siswa dalam pembelajaran. Mengakibatkan siswa jadi kurang fokus
ketika belajar, cepat bosan dan bergurau dengan teman-temannya.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut supaya tujuan dapat
bisa tercapai penulis berpendapat yang perlu diperbaiki dalam proses
pembelajaran ini adalah pendekatan pembelajaran serta media yang efektif dalam
pembelajaran bangun datar. Adapun pendekatan pembalajaran yang akan
dilaksanakan adalah pendekatan konstruktivisme. Yaitu pendekatan yang
menekankan pada pembelajaran yang terfokus terhadap siswa, sehingga siswa
menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga diharapkan
meningkatnya prestasi belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, penulis mencoba melakukan
perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas (PTK). dengan judul
“Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Pada Pembahasan Luas Bangun Datar
Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN
Putridalem II Dengan Mengunakan Media Kertas Karton”

B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan Penerapan Pendekatan
Konstruktivisme pada pembahasan Luas Bangun Datar untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar matematika Siswa Kelas V SDN
Putridalem II dengan Mengunakan Media Kertas Katron ?

2
2. Bagaimana peningkatan prestasi belajar dengan Penerapan Pendekatan
Konstruktivisme pada pembahasan Luas Bangun Datar untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar matematika Siswa Kelas V SDN
Putridalem II dengan Mengunakan Media Kertas Katron?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan Penerapan
Pendekatan Konstruktivisme pada pembahasan Luas Bangun Datar untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar matematika Siswa Kelas V SDN
Putridalem II dengan Mengunakan Media Kertas Katron
2. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar dengan Penerapan
Pendekatan Konstruktivisme pada pembahasan Luas Bangun Datar untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar matematika Siswa Kelas V SDN
Putridalem II dengan Mengunakan Media Kertas Katron

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Manfaat dari penulisan ini adalah:
1. Untuk Siswa :
a. Siswa lebih terampil dan memahami pembahasan luas bangun datar.
b. Siswa lebih kreatif dan kritis serta dapat menerapkan perhitungan
luas bangun datar pada kehidupan sehari-hari.
2. Untuk Guru :
a. Dapat membantu memecahkan masalah kesulitan siswa dalam
pepahaman pembahasan luas bangun datar.
b. Menambah pengetahuan serta wawasan bagi guru bahwa dengan
pendekatan kontruktivisme dalam pelajaran matematika tentang luas
bangun datar sehingga siswa lebih paham.

II. KAJIAN PUSTAKA


A. Hakekat Matematika

3
Membahas mengenai hakekat matematika maskudnya menjelaskan apa itu
matematika sebenarnya. Tujuannya untuk memilih pendekatan dan strategi untuk
mengajar pembelajaran matematika dengan benar.
Menurut James dan James (Kartadinata, 2011: 131) “matematika
merupakan ilmu yang membahas tentang logika mengenai bentuk susunan,
besaran serta kosnep yang saling berhubungan yang mencakup aljabar, analisis,
dan geomeri’.
Menurut Reys (Kartadinata, 2011: 131) mengatakan bahwa : “matematika
adalah ilmu telaah mengenai pola pikir dan hubungan, suatu seni, bahasa dan
suatu alat”.
Dari beberapa pengertian matematika disimpulkan bahwa matematika
merupakan suatu ilmu pengetahuan yang membahas mengenai pola pikir yang
saling berhubungan yang yang mencakup aljabar, analisis dan geometri.

B. Hakekat Belajar dan Pembelajaran


1. Hakekat belajar
Belajar merupakan proses yang terjadi pada perubahan prilaku karena
interaksi antar individu dan lingkungan. Maka perubahan prilaku adalah hasil
belajar, berarti seseorang dikatakan telah belajar jika dapat melakukan sesuatu
yang belum dapat dilakukan sebelumnya. (Sumiati, 2011: 38).
Menurut Sutikno dalam (Fathurrohman, 2010: 5) bahwa “belajar
merupakan usaha untuk memperoleh perubahan yang baru sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Perubahan
disini terjadi secara sadar (disengaja) dan tertuju untuk mendapat sesuatu yang
lebih baik dari sebelumnya”.
Menurut Anitah (2014:2.5) Belajar adalah usaha untuk mendapat suatu
perubahan pada tingkah laku yang baru, secara keseluruhan sebagai pengalaman
dalam berinteraksi dengan lingkunagannya.
Dari berbagai pendapat di atas maka disimpulkan belajar merupakan
perubahan prilaku ke arah yang positif ateu lebih baik setelah melaksanakan
proses tertentu.

4
2. Hakekat Pembelajaran
Thobroni (2011: 18) mendefinisikan kata pembelajaran merupakan asal
kata dari ajar yaitu petunjuk yang disampaikan pada yang lain agar diketahui atau
diturut. sedangkan pembelajaran yaitu proses, cara, perbuatan menjadi orang atau
makhluk hidup belajar. Selain itu joice bruce (Sumiati, 2011: 3) mengemukakan
Pembelajaran merupakan adalah proses komplek yang memiliki maksud yang
sama untuk memberi pengalaman belajar kepada siswa yang sesuai dengan tujuan
yang diharapkan.
Dari uraian tersebut maka disimpulkan pembelajaran yaitu proses belajar
mengajar yang terjadi antara guru dengan siswa sehingga menyebabkan interaksi
agar tujuan dari pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.

C. Pendekatan Konstruktivisme
1. Pengertian Pendekatan Konstruktivisme
Menurut Suherman (2002: 7) Pendekatan pembelajaran yaitu cara guru
dalam menyapaikan materi ajar agar konsep yang sampaikan dapat beradaptasi
dengan siswa.
Menurut Suparno (1997: 18), Konstuktivisme merupakan filsafat
pengatahuan yang memfokuskan bahwa pengetahuan adalah konstruksi (bentukan
kita sendiri). Pernyataan tersebut sependapat dengan Vui (Thobroni, 2011: 108)
mengemukakan bahwa konstruktivisme merupakan suatu filsafat belajar yang
dibangun sendiri dari pengalamannya
Menurut Sumiati (2011: 14) konstruktivisme, yaitu pengembangan
pemikiraan belajar akan lebih berarti apabila siswa bekerja mandiri,
mengkonstruksi dan menemukan sendiri pengetahuan serta keterampilan barunya.
Dari pendapat-pendapat tersebut disimpulkan bawhwa pendekatan
konstuktivisme adalah cara yang digunakan guru dalam proses pembelajaran
yang pelaksanaannya menjadikan siswa aktif mengkonstruksikan sendiri
pengetahuan, keterampilan, atau pengalaman yang dimiliki oleh siswa
sebelumnya untuk memdapat pengetahuan baru.

5
Seorang guru dalam menyampaikan pembelajaran kepada siswa tidak
mudah. Pengetahuan siswa sendirilah yang memahami apa yang sudah dipelajari
dengan menyesuaikan pengalaman sebelumnya. (Suparno, 1997: 19). Ini berarti
dalam peproses belajar mengajar siswa harus aktif mengembangkan
pengetahuannya, yang berlandaskan dari struktur kognitif yang dia miliki.
Pendidik lebih bertindak sebagai fasilitator serta mediator dalam pembelajaran.
Dalam kegiatan pembelajaran yang mengacu pada model konstruktivisme guru
harus memperhatikan adanya konsep awal yang telah siswa miliki melalui
pengalaman sebelumnya, memfokuskan pada kemampuan minds-on dan hands-
on, kegiatan pembelajaran akan terjadi perubahan konseptual, pengetahuan tidak
dapat didapat secara pasif, dan Mengemukakan terjadinya interaksi sosial. (Karli,
2002: 4)

2. Implikasi Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran


Matematika
Implikasi dari pendekatan konstruktivisme pada kegiatan beljar-mengajar
terdiri atas empat tahapan (Karli, 2002: 5), yaitu tahap apersepsi (mengungkap
pengetahuan awal yang siswa miliki dan membangkitkan motivasi), eksplorasi,
diskusi, penjelasan dan pembahasan konsep serta pengembangan konsep dan
aplikasi.
Tahap pertama, siswa menyampaikan pengetahuan awalnya sebagai
konsep yang akan dipelajari. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai
masalah yang dialami siswa dengan lingkungan di sekitarnya. siswa mencoba
untuk mengkomunikasikan, mengilustrasikan kemampuannya tentang konsep
tersebut. Di samping itu, guru memberikan memotivasi pada siswa dalam
melaksanakan pembelajaran.
Tahap kedua, pada tahap ini siswa mencoba untuk menemukan konsep
daengan pengumpulan, membangun, dan penginterpretasian data dalam suatu
kegiatan yang sudah disiapkan oleh guru dalam bentuk Lembar Kerja Siswa
(LKS), kemudian secara berkelompok siswa mendiskusikannya tahap ini akan
memenuhi rasa penasaran terhadap siswa.

6
Tahap ketiga, pada tahap ini siswa menjelaskan hasil kerja dari hasil
observasi atau kerja kelompoknya dan ditambah penegasan dari guru, maka siswa
memperoleh pemahaman baru yang dipelajari tentang suatu kosnep. Sehingga
siswa tidak mengalami keraguan dari kosep yang dipelajarinya.
Tahap keempat, tahap ini guru berusaha menciptakan suasana
pembelajaran yang menjadikan siswa dapat mengaplikasikan pengetahuan
pemahaman konseptualnya, baik kegiatan atau pemecahan masalah-masalah yang
berkaitan dengan sehari-hari atau lingkungannya.
Berdasarkan tahapan ke empat tahapan itu dapat dikatakan bahwa dengan
pendekatan konstruktivisme dalam suatu belajar mengajar, siswa akan aktif dalam
pembelajaran membangun pengetahuannya dari struktur kognitif yang
dimilikinya. Guru sebagai fasilitator, mediator serta pembimbing ketika proses
pembelajaran.

D. Prestasi Belajar
1. Hakekat Prestasi Belajar
Prestasi belajar yaitu penguasaan siswa terhadap keterampilan maupun
kemampuan yang dikembangkan dalam mata pelajaran yang terlihat dari nilai tes
atau angka yang diberikan guru kepada siswa.
Dari pengertian tersebut, prestasi belajar matematika siswa adalah hasil
yang di peroleh siswa sebagai gambaran penguasaan kemampuan pengetahuan
serta keterampilan yang dicapai siswa setelah belajar matematika yang berupa
nilai setelah dilakukan tes oleh guru.

E. Bangun Datar
Pengertian Bangun datar adalah sebuah bagian yang berbentuk bidang datar
yang dibatasi oleh garis-garis lurus atau lengkung. Bangun datar yang di bahas
disini adalah bangun datar Trapesium dan Layang-layang dengan mencari Luas
dari masing-masing bangun tersebut.

7
luas trapesium
a

1
L= (a + b) ×t
t 2
b

dengan: t = tinggi trapesium


a dan b merupakan sisi-sisi yang sejajar
Luas Layang-layang
1
L= × d1×d2
2

d1
dengan: d 1= diagonal Pendek
d2
d 2= diagonal Panjang

III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu
1. Subjek
Penentuan subyek penelitian bertujuan guna memperoleh data yang
benar dan relevan dengan masalah yang diteliti. Adapun subyek penelitiannya
adalah siswa di kelas V SDN Putridalem II tahun pelajaran 2017/2018 yang
berjumlah 19 orang, yaitu 10 orang laki-laki, 9 orang perempuan
2. Tempat
Penelitian dilakukan pada siswa kelas V tahun pelajaran 2017/2018
di SDN Putridalem II Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka.
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret tahun 2018.
Pelaksanaan perbaikan siklus I pada tanggal 12 Maret Tahun 2018 dan
pelaksanaan perbaikan pada silus II dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2018.
4. Pihak yang membantu
Dalam perbaikan pembelajaran dibantu oleh:
a. Ibu Dr. Emah Khuzaemah, M.Pd, Sebagai tutor segaligus sebagai
Suvervisor I, yang mengarahkan dan membimbing dalam perbaikan
pembelajaran.

8
b. Bp. H. Arsad Sudarso, S.IP, sebagai Supervisor II sekaligus sebagai
Penilai I yang membantu dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran
yang dilaksanakan.
c. Ibu Suwarnika Megahartini, S.Pd.SD, sebagai penilai II yang
membantu dalam perbaikan pembelajaran yang dilakukan.
d. Wasma, S.Pd, Sebagai Kepala SD Negeri Putridalm II yang telah
membantu dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang
dilaksanakan

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Dalam perbaikan pembelajaran yang dilakukan mengunakan proses
penelitian tindakan kelas(class action research) . Kegiatan ini meliputi 4 tahapan
kegiatan, yaitu
1. Perencanaan (planning), yaitu rencana tindakan yang akan dilaksanakan
untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku atau sikap
sosial sebagai solusi. Dalam tahap perencanaan dilakukan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), perangkat tes dan pedoman
observasi, serta membuat kelompok.
2. Pelaksanaan (action), yaitu dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
agar perbaikan peningkaran, peningkatan dan perubahan seseuai dengan
yang diinginkan. Adapun pelaksanaan meliputi:
a) Melaksanakan pembelajaran sesuai yang direncanakan yaitu
dengan penerapan prndekatan konstruktivisme
b) Selama pembelajaran berlangsung, mengobservasi aktivitas siswa
c) Mengadakan tes selesai pembelajaran
3. Observasi (observation), yaitu mengamati siswa atas hasil serta
dampak dari tindakan yang dilakukan. Observasi sebagai dasar bagi
kegiatan refleksi pada saat siklus tindakan sedang berjalan. Dengan
demikian, observasi dapat memberi sumbangan yang bermakna bagi
perbaikan praktik pembelajaran.

9
4. Refleksi (reflection), merupakan kegiatan akhir dalam perbaikan
pembelajaran mengkaji, dan mempertimbangkan hasil pelaksanaan
tindakan untuk direvisi atau diperbaiki agar kesalahan-kesalahan yang
sebelumnya telah dilakukan tidak diulangi pada tahapan berikutnya.
Adapun kegiatan refleksi perbaikan ini meliputi:
a. Memeriksa kelengkapan data yang telah dilaksanakan selama
proses pembelajaran. yaitu lembar pengamatan observasi kinerja
guru serta aktivitas pembelajaran siswa dan tes hasil belajar.
b. Mendiskusikan hasil pengumpulan data hasil pengamatan berupan
nilai siswa.
c. Penyusunan kembali rencana tindakan yang direncanakan dalam
pembelajaran dengan mengacu pada hasil analisis data proses
tindakan sebelumnya. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Pada tiap
siklus memuat beberapa indikator pembelajaran yang harus
dikuasai oleh siswa yang sesuai dengan indikator target pencapaian
pada instrumen penelitian.
Tahapan ini dilakukan secara berulang dan berkelanjutan, sehingga
setiap siklus yang akan berlangsung lebih dari satu siklus bergantung dari tingkat
keberhasilan dari target yang akan dicapai.

C. Teknik Analisis Data


1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam perbaikan pembelajaran ini
berfungsi sebagai alat untuk mengevaluasi data yang telah didapat untuk diolah
supaya hasilnya baik. Adapun instrumen perbaikan adalah sebagai berikut :
a. Tes Prestasi Belajar Matematika
Menurut Azwar (2011:9) Tes prestasi belajar yaitu tes yang disusun
secara terencana untuk mengetahui performansi maksimal subjek dalam
menguasai materi yang telah diajarkan.

10
Tes dalam perbaikan merupakan tes prestasi belajar matematika.
Bentuk soal adalah berupa uraian sebanyak 4 buah soal. Soal ini diberikan kepada
siswa setelah melakukan pembelajaran pada setiap siklus.
b. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk memudahkan siswa dalam
pemahaman materi luas trapesium dan layang-layang yang diberikan pada saat
pembelajaran berlangsung. LKS diberikan pada setiap siklus tindakan.
c. Lembar Observasi
Lembar observasi berupa daftar isian yang diisi oleh pengamat
bertujuan untuk megetahui infomasi kegiatan pembelajaran dikelas, baik tentang
tindakan yang dilaksanakan guru, sikap dan kepribadian siswa sehingga diketahui
tentang situasi, kondisi serta aktivitas pembelajaran. Sehingga dapat dilakukan
perbaikan-perbaikan untuk pertemuan selanjutnya.
2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dianalisis yaitu:
a. Tes
Tes dimaksudkan untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Tes dilakukan
di kegiatan akhir pembelajaran setelah diberikannya perlakuan dengan pendekatan
konstruktivisme.
b. Lembar Obsevasi
Observasi dimaksudkan untuk mengetahui aktivitas serta kegiatan siswa
serta selama proses pembelajaran sehingga dapat diketahui tentang situasi dan
kondisi pembelajaran. Dengan demikian dapat dilakukan perbaikan-perbaikan
untuk pertemuan selanjutnya
3. Teknik Analisis Data
Setelah memperoleh data dari hasil perbaikan yaitu hasil tes dan observasi,
kemudian dianalisis dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Tes
Data tes hasil belajar diperoleh dari instrumen evaluasi berupa soal
uraian yang berdasarkan pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Adapun
KKM di SDN Putridalem II adalah 75, ini berarti Siswa yang mendapat nilai ≥ 75

11
dinyatakan tuntas belajar dan siswa yang mendapat nilai ¿ 75 dinyatakan tidak
tuntas.
Setelah data hasil tes terkumpul, selanjutnya data diolah dan dianalisis
dengan menggunakan ketercapaian dan ketuntasan hasil tes melalui perhitungan
presentase ketuntasan sebagaimana menurut (Depdikbud) yang terdapat dalam
kutipan (Trianto, 2009: 241) dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
T
KB = T t × 100
% KB = Ketuntasan Belajar
T = Jumlah skor yang diperoleh siswa
Tt = Jumlah skor total
Sebagaimana menurut Depdikbud yang tercantum dalam kutipan Trianto
(2009: 241) mengatakan bahwa “Setiap siswa mengalami ketuntasan individu jika
proporsi jawaban benar siswa ≥ 65%, dan suatu kelas dikatakan telah memenuhi
ketuntasan klasikal jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang telah
tuntas belajarnya. Tapi berdasarkan ketentuan KTSP, penentuan ketuntasan
belajar ditentukan oleh guru berdasarkan sekolah masing-masing yang dikenal
dengan istilah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
b. Lembar Observasi
Lembar observasi diolah dengan menggunakan persentase dengan rumus
sebagai berikut:
f
p= x 100 %
n
Keterangan :
p = persentase jawaban
f = frekuensi jawaban
n = banyaknya responden
Setelah dilakukan pengolahan data dilakukan interpretasi dengan
menggunakan katagori presentase berdasarkan kriteria kuncoroningrat sebagai
berikut.

12
Tabel 3.2
Kriteria Persentase
Persentase Jawaban (p) Kriteria
P=0% Tidak ada
0,1% < P < 25% Sebagian kecil
26% < P < 49% Hampir setengahnya
P = 50% Setengahnya
51% < P < 75% Sebagian besar
76% < P < 99% Pada umumnya
P = 100% Seluruhnya

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Kegiatan Pratindakan
Pada Tahap Pratindakan melakukan kegiatan Membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Membuat pedoman observasi dan untuk
mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru, menyiapkan LKS dan tes akhir
pembelajaran, Menyiapkan alat peraga yang diperlukan dalam pembelajaran,
Pembentukan kelompok siswa berdasarkan prestasi akademik dan jenis kelamin.
agar terjadi pemerataan tingkat intelektual siswa dan jenis kelamin disetiap
kelompoknya;
1. Tindakan
a. Analisis Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada tanggal 12 Maret
tahun 2018. Pelaksanaan tindakan siklus I diikuti oleh 19 orang siswa. Adapun
paparan data yang didapat selama pelaksanaan tindakan siklus I adalah sebagai
berikut :
1) Kegiatan Awal

13
Pada awal kegiatan siswa bersama guru berdo’a yang dipimpin oleh
salah seorang siswa. Setelah itu guru memeriksa kehadiran siswa. Guru
menyampaikan tujuan serta manfaat mempelajarai luas bangun datar. Guru
memberikan motivasi kepada siswa dengan bertanya jawab materi luas bangun
datar dalam kehidupan sehari-hairi sebagai konsep awal siswa yang dilaukukan
pada tahap Apersepsi.
2) Kegiatan Inti
Secara berkelompok (4-5 Orang) siswa mendiskusikan lembar kerja
siswa (LKS) yang dibagikan oleh guru siswa mencari jawaban dengan berdiskusi
untuk menemukan rumus luas terapesium dan layang-layang dengan mengunakan
alat bantu kertas karton dan contoh model bangun datar. siswa setelah selesai
perwakilan kelompok melaporkan hasil kerja kelompoknya, kelompok lain
menaggapi. Guru memberikan penjelasan konsep kepada siswa tentang hasil
diskusi yang dilakukan sehingga siswa tidak ragu dengan konsepnya. Kemudian
siswa mengaplikasikan konsepnya dengan mengerjakan tugas mengenai luas
terapesium dan layang-layang dan dikumpulkan.
3) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir, guru kembali mengulang kesimpulan yang
didapatkan pada saat diskusi kelas, guru memberikan penghargaan pada kelompok
terbaik memberikan tugas pekerjaan rumah dan menyampaikan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan berikutnya.
Pelaksanaan tindakan siklus I diperoleh data proses pengerjaan LKS
pada umumnya siswa sudah memahami pembelajaran. Hal ini ditunjukan dengan
nilai rata-rata yang di atas KKM yaitu 80. Namun secara individual, aktivitas
siswa kurang begitu baik. Hal ini dikarenakan dari keempat kelompok tersebut
hanya dua kelompok yang benar-benar setiap anggotanya bekerjasama, aktif
memberi masukan kepada kelompoknya dan aktif melakukan tanya jawab.
Sedangkan dua kelompok didominasi oleh orang yang pintar atau mengandalkan
ketua kelompoknya.
Sedangkan untuk hasil tes yang dilaksanakan pada kegiatan akhir
pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan konstruktivisme pada

14
materi luas terapesium dan layang-layang dengan mengunakan media kertas karon
dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh dari hasil tes akhir
pembelajaran Siklus I pada materi luas terapesium dan layang-layang adalah 71
hal ini menunjukan telah mencapai peningkatan dari pratindakan, Kemudian
dilihat dari siswa yang tuntas/lulus 13 orang siswa atau 68% yang mencapai
ketuntasan. Jika dilihat dari yang belum tuntas ada 6 orang atau 32%. Dari hasil
ini mesti ada perbaikan kembali pada siklus yang ke II.
Dari hasil observasi terhadap proses kinerja guru ketika pelaksanaan
tindakan, diperoleh gambaran bahwa secara keseluruhan aktivitas guru sudah
baik, ditunjukan dengan persentase 86%, Ada 3 poin yang tidak ada yaitu poin
guru mengkondisikan kelas, tanggapan dari kelompok lain dan waktu sesuai
alokasi. Hal ini tentu harus diperbaiki, guru tidak mengkondisikan kelas
berpengaruh pada siswa, karena dengan mengkondisikan guru dapat melihat
kesiapan siswa dalam belajar. Dalam pengerjaan kelompok siswa masih terbiasa
dengan belajar seprti biasa sehingga tidak adanya tanggapan dari kelompok lain
ketika mengerjakan pengerjaan LKS siswa sangat lama sehingga alokasi waktu
tidak sesuai dengan RPP.
Diperoleh data bahwa aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran
baik kerjasama, keaktifan memberi masukan, dan keaktifan tanya jawab masing-
masing hanya mencapai 74%. Sedangkan lebih rincinya aktivitas siswa baru
menunjukkan kriteria baik 36%, kriteria cukup 44% dan kriteria kurang 28%. Itu
berarti dalam setiap aspek yang diamati dalam aktivitas siswa belum mencapai
angka keberhasilan.
Proses pembelajaran dilihat dari aktivitas siswa dan kinerja guru dan hasil
pembelajaran. Analisis dan refleksi ini melihat dari data observasi, tes proses
pembelajaran siswa yang berupa LKS, dan tes belajar siswa atau akhir
pembelajaran berupa lembar tes formatif. Dan hasil yang diperolehnya adalah
sebagai berikut:
1) Tujuan pembelajaran belum tercapai. Hal ini terilihat dari hasil tes akhir
pembelajaran yang berada di bawah rata-rata batas ketunasan;

15
2) Guru kurang memberikan penguatan kepada siswa, sehingga siswa kurang
semangat dalam memberikan jawaban atas pertanyaan guru. Hal ini perlu
diperbaiki agar guru memberikan penguatan baik jawaban salah maupun
jawaban benar dari siswa agar siswa semangat dalam memberikan jawaban
atas semua pertanyaan guru dalam pembelajaran.
3) Siswa masih terbiasa belajar yang didominasi dengan metode ceramah,
dan latihan. Hal tersebut menimbulkan suasana belajar yang kurang
menyenangkan walaupun pada awalnya siswa terlihat antusias. Siswa
terlihat tegang, kaku, dan belum memiliki kesiapan belajar dengan
pendekatan baru. Untuk itulah perlu kemampuan guru untuk membuat
suasana belajar yang menyenangkan dan menarik bagi siswa.
4) Guru perlu memberikan penjelasan lagi kepada siswa dalam kelompok
agar semua siswa bekerjasama, jangan hanya mengandalkan salah seorang
saja sehingga hasil kerja kelompokpun akan lebih baik.
5) Sebaiknya guru membahas LKS setelah LKS tersebut dikumpulkan agar
siswa mengetahui mana saja yang salah dan harus diperbaiki serta dapat
mengetahui gambaran cara menyelesaikan soal pada lembar Tes Formatif.
Bila perlu memberikan contoh lain dan cara menyelesaikannya.

3. Analisis Tindakan Siklus II


Pelaksanaan siklus II selama dua jam pelajaran, yaitu pada hari senin
19 Maret 2019. Pelaksanaan tindakan siklus II diikuti oleh 19 orang siswa.
Adapun paparan data selama pelaksanaan perbaikan pada siklus II ini adalah
sebagai berikut :
1) Kegiatan Awal
Pada awal kegiatan siswa bersama guru berdo’a yang dipimpin oleh
salah seorang siswa. Setelah itu guru memeriksa kehadiran siswa, dan
menanyakan pekerjaan rumah. Kemudian guru menyampaikan tujuan serta
manfaat mempelajari materi luas trapesium dan layang-layang dengan media
kertas karton. Guru Selanjutnya melakukan apersepsi dengan bertanya jawab

16
materi sebelumnya sebagai konsep awal siswa dan mengkaitkan kemateri yang
akan dipelajari.

2) Kegiatan Inti
Guru menyampaikan materi yang akan disajikan. Setelah itu guru
membentuk kelompok-kelompok dan membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS),
siswa mendiskusikan LKS. Setelah selesai perwakilan kelompok melaporkan hasil
kerja kelompoknya, kelompok lain menaggapi. Guru memberikan penjelasan
konsep kepada siswa tentang hasil diskusi yang dilakukan sehingga siswa tidak
ragu dengan konsepnya. Kemudian siswa mengaplikasikan konsepnya dengan
mengerjakan tugas mengenai luas terapesium dan layang-layang dan
dikumpulkan.
3) Kegiatan Akhir
Yang dilakukan pada kegiatan akhir, guru mengulang kesimpulan
yang telah didapatkan pada saat diskusi, selanjutnya guru memberikan pekerjaan
rumah dan menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
Pelaksanaan tindakan siklus II pengerjaan LKS gambaran proses
pembelajaran luas terapesium dan layang-layang dengan mengunakan media
kertas karton siswa sudah memahami pembelajaran, ini ditunjukan dengan nilai
rata-rata 100. Hal tersebut menunjukkan bahwa semua kelompok dapat
mengerjakkan LKS dengan sangat baik, sehingga nilainya pun sempurna.
Selain itu secara individual, aktivitas siswa sudah baik. Hal ini
dikarenakan dari kelima kelompok tersebut setiap anggotanya sudah menunjukan
adanya kerjasama, aktif memberi masukan kepada kelompoknya dan aktif
melakukan tanya jawab, sehingga hasilnya pun cukup baik.
Untuk hasil tes yang dilaksanakan pada kegiatan akhir pembelajaran
matematika dengan pendekatan konstruktivisme pada pembahasan luas
terapesium dan layang-layang dengan memakai media kertas karton siswa
mengalami pendingkatan, dalam hasil akhir banyak yang memper oleh nilai diatas
KKM atau mencapai batas tuntas. terlihat dari hasil rata-rata yang didapat dari

17
hasil tes akhir pembelajaran Siklus II adalah 91. Ini berarti ada kenaikan 20 dari
nilai rata-rata pada siklus I yaitu 71, dilihat dari siswa yang lulus/tuntas pada
siklus I hanya 13 orang siswa atau 68%, dan pada Siklus II naik menjadi 18
orang atau 95%, hanya 1 orang yang belum mencapai lulus/tuntas.
Dari hasil observasi terhadap proses kinerja guru ketika pelaksanaan
tindakan, diperoleh data bahwa secara keseluruhan aktivitas guru sudah baik,
ditunjukan dengan persentase mencapai 100%.
Hasil observasi terhadap aktivitas siswa ketika pelaksanaan tindakan,
diperoleh diperoleh data bahwa aktivitas dan kegiatan siswa selama kegiatan
belajar mengajar baik kerjasama, keaktifan memberi masukan, dan keaktifan
tanya jawab masing-masing mencapai 98%, ini berarti terjadi peningkatan 24%
dari siklus I. Sedangkan lebih rincinya aktivitas siswa menunjukkan kriteria baik
95%, kriteria cukup 5% dan tidak ada (0%) kriteria kurang.
Hasil analisis mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan pada Siklus
II terhadap proses dan hasil pembelajaran. Proses pembelajaran dilihat dari
aktivitas siswa dan kinerja guru dan hasil pembelajaran. Analisis serta refleksi ini
melihat dari data observasi, tes kegiatan pembelajaran siswa yang berupa LKS,
tes belajar siswa atau akhir pembelajaran berupa tes formatif. Dan hasil yang
diperolehnya adalah sebagai berikut:
1) Tujuan pembelajaran sudah tercapai karena lebih dari 85% siswa sudah
mendapatkan nilai diatas batas kelulusan tepatnya 95%;
2) Guru sudah dapat memberikan penguatan kepada siswa, sehingga siswa
semangat dalam memberikan jawaban atas pertanyaan guru. Sehingga
pembelajaran yang dilakukanpun terlihat lebih hidup;
3) Siswa mulai terbiasa belajar dengan berkelompok dan menggunakan
pendekaatan konstruktivisme. Hal tersebut menimbulkan keadaan belajar
yang menyenangkan dan siswapun lebih terlihat semangat dalam
mengikuti pembelajaran. Siswa sudah tak terlihat tegang dan kaku lagi.
Guru sudah dapat membuat suasana belajar yang menyenangkan dan
menarik bagi siswa;

18
4) Semua siswa dalam kelompok sudah mampu bekerjasama, sehingga
instruksi dari guru pun cepat terselesaikan;
5) Perlu adanya bimbingan kepada siswa bernomor 15 karena tidak
mencapai batas lulus/ belum tuntas.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Setelah selesai melaksanakan tindakan dari tiap siklus, kemudian peneliti
melakukan analisis data dari semua siklus. Hal ini untuk mengetahui gambaran
peningkatan hasil dari penggunaan pendekatan konstruktivisme pada materi luas
bangun datar dengan menggunakan media kertas karton. Gambaran analisis data
ini meliputi gambaran analisis data proses dan hasil. Gambaran data proses berupa
hasil dari analisis data aktivitas siswa dalam kelompok dan pengerjaan LKS, serta
kinerja guru selama pembelajaran berlangsung, sedangkan data hasil diperoleh
dari data hasil tes akhir belajar siswa.
Gambaran hasil analisis data terhadap aktivitas siswa dari Siklus I sampai
Siklus II, yang meliputi aspek kerjasama, aktif memberi masukan kepada
kelompoknya dan aktif melakukan tanya jawab tentang luas trapesium dan
layang-layang dengan mengunakan media kertas karton menggambarkan
peningkatan. Hal ini terlihat sebagai berikut: aspek kerjasama, pada Siklus I dan II
sudah mencapai 100%.
Aspek aktif memberi masukan, pada Siklus I sebagian besar siswa sudah
dapat aktif memberi masukan dengan baik yaitu 79%. Pada Siklus II aspek
tersebut meningkat, yaitu mencapai 100% siswa sudah dapat aktif memberi
masukan kepada kelompoknya dengan baik. Hal tersebut menggambarkan bahwa
siswa sudah dapat aktif memberi masukan dengan baik.
Aspek tanya jawab, pada pelaksanaan Siklus I sebagian kecil siswa sudah
dapat melakukan tanya jawab dengan baik yaitu 42%. Pada Siklus II aspek
tersebut meningkat, yaitu sebesar 95% siswa sudah dapat memaparkan hasil
temuannya dengan baik. Hal tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar
siswa sudah dapat melakukan tanya jawab dengan baik

19
Gambaran hasil analisis data terhadap kinerja guru mengalami
peningkatan pada Siklus I mencapai 86% sedangkan siklus II mencapai 100%.
Hal ini menunjukan bahwa guru sudah paham betul bagaimana menerapkan
pendekatan konstuktivisme dalam pembelajaran luas trapesium dan layang-layang
dengan menggunakan media kertas karton
Adapun gambaran analisis data hasil pengerjaan LKS menunjukkan
adanya peningkatan dari Siklus I sampai Siklus II. Pada Siklus I nilai rata-rata
kelompok dalam mengerjakan LKS, yaitu 80. Pada Siklus II rata-ratanya naik
menjadi 100.
Sedangkan gambaran data hasil tes belajar siswa dari 4 soal mengalami
peningkatan rata-rata dari sebelum pelaksanaan tindakan sampai Siklus II, hal ini
sesuai dengan harapan.
Siklus I sebanyak 13 siswa yang mencapai batas tuntas dari 19 siswa atau
68%. Kemudian pada Siklus II meningkat kembali menjadi 95% atau 18 siswa
yang tuntas pembelajaran dari 19siswa.
Berdasarkan uraian hasil analisis data di atas, dapat diperoleh gambaran
bahwa melaui penerapan pendekatan konstruktivisme pada luas bangun datar
dengan mengunakan media kertas karton dapat berdampak positif. Ditinjau dari
proses, terdapat peningkatan aktivitas siswa dan kinerja guru. Begiti pula bila
dilihat dari hasilnya terdapat peningkatan jumlah siswa yang mencapai batas
tuntas dalam pembelajaran luas trapesium dan layang-layang dengan
menggunakan media kertas karton. Pada saat pelaksanaan pembelajaran siswa
terlihat begitu semangat mengikuti pembelajaran. Keadaan ini berbeda jauh
sebelum menggunakan pendekatan konstruktivisme, yakni siswa masih terlihat
pasif dalam pembelajaran.

V. SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN Putridalem II Kecamatan
Jatitujuh Kabupaten Majalengka. pada penelitian ini dideskripsikan proses
pembelajaran luas bangun datar dengan menerapkan pendekatan konstruktivisme

20
dengan menggunakan media kertas katon. Sasaran kegiatan ini adalah perbaikan
proses pembelajaran yang dilihat dari aktivitas siswa dan kinerja guru serta
perbaikan hasil belajar siswa yang ditunjukan oleh tes hasil belajar siswa.
Penerapan pendekatan konstruktivisme pada pembelajaran bangun datar
dikemas dalam pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Kesimpulan yang
diperoleh adalah Prestasi belajar meningkat Hal ini terlihat dari setiap siklusnya
pada Siklus I sebanyak 13 siswa yang mencapai batas tuntas dari 19 siswa atau
68%. Kemudian pada Siklus II meningkat kembali menjadi 95% atau 18 siswa
yang tuntas pembelajaran dari 19 siswa. Hal ini mennjukan bahwa penggunaan
penerapan pendekatan kosntrutivisme pada materi luas bangun datar dengan
menggunakan media kertas karton dapat meningkatkan prestasi siswa.

B. Saran
Berdasarkan dari kesimpulan di atas, peneliti ingin memberikan saran-
saran sebagai berikut:
1. Guru harus lebih kreatif dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran
di kelas. Hasil pembelajaran tidak mudah dilupakan siswa, maka
pembelajaran harus melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam setiap
kegiatan pembelajaran yang dapat menambah pengalaman belajar siswa.
2. Pembelajaran yang dilaksanakan tentunya harus menggunakan berbagai
pendekatan, strategi, metode, media, dan alat bantu yang sesuai dengan
pembelajaran.
3. Kerjasama seluruh pihak sekolah sangat diperlukan. Hal ini dimaksudkan agar
setiap masalah yang terkait dalam memberikan pembelajaran dapat menjadi
bahan diskusi untuk memperoleh masukan dalam menylesaikan masalah
tersebut. Sehingga setiap masalah dalam pembelajaran dapat dicarikan solusi
yang terbaik.

DAFTAR PUSTAKA

21
Anitah, Sri dkk. (2014).Strategi Pembelajaran di SD. Tanggerang Selatan:
Universitas Terbuka.

Azwar, Saifuddin. (2011). Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fathurrohman, pupuh dan Sutikno Sobry. (2010). Strategi Belajar Mengajar.


Bandung: PT. Refika Aditama.

Hakim, Lukmanul. (2011). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana


Prima.

Karli, Hilda dan Margaretha. (2003). Implementasi Kurikulum Berbasis


Kompetensi I. Bandung: Bina Media Informasi.

Kartadinata, Sunaryo. (2011). Bahan Ajar Matematika SD/MI. Bandung: Tidak


Diterbitkan.

Marlina. (2011). Prestasi Belajar. Tersedia:


http://marlina2.wordpress.com/2011/03/31/indikator-prestasi-belajar/.
[08 April 2018]

Suherman, Erman. (2002). Common Textbook Strategi Pembelajaran Matematika


Kontemporer. Bandung: JIKA UPI.

Suherman, Erman. (2008). Modul Belajar dan Pembelajaran Matematika.


Bandung: UPI Bandung.

Sumiati, dan Asra. (2011). Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Suparno, Paul. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:


Kanisius.

22
Suprijono, Agus. (2012). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. (2011). Belajar dan Pembelajaran.


Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta:


Kencana.
Trianto. (2011). Model Pembelajaran Terpadu. Surabaya: PT Bumi Aksara.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya

23

Anda mungkin juga menyukai