Anda di halaman 1dari 31

PENERAPAN MEDIA BALOK UNTUK MENINGKATKAN

PEMAHAMAN DAN MINAT SISWA PADA MATA


PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS 1 SDN DAWUAN 1

ENENG ANI WILIANI


857452341
enenganiwiliani@gmail.com

ABSTRAK
Inti permasalahan dalam penelitian pada siswa kelas 1 SDN Dawuan 1,
mengenai pemahaman dan minat siswa terhadap mata pelajaran Matematika.
Pada saat siswa diberikan tugas menyelesaikan soal-soal yang dibagikan oleh
guru, dari 22 siswa yang ada di kelas, hanya ada 8 siswa yang dapat
menyelesaikan soal dengan hasil yang lebih atau sama dengan nilai KKM. KKM
yang ditentukan di sekolah SDN Dawuan 1 adalah 70, sedangkan 14 siswa belum
memahami, hal ini ditunjukan oleh nilai yang belum mencapai nilai KKM. Tujuan
dari penelitian ini, untuk mengetahui peningkatan pemahaman dan minat belajar
siswa pada mata pelajaran Matematika siswa kelas 1 SDN Dawuan I dalam
pelaksanaan pembelajaran menggunakan Media Balok. Penelitian ini terdapat
Dua Siklus. Siklus I dilaksanakan pada 20 April 2021, dengan memperoleh
presentase ketuntasan pemahaman siswa hanya 59,09%, ini masih jauh dari yang
diharapkan. Sedangkan di Siklus II dilaksanakan pada 11 Mei 2021 mengalami
peningkatan yang cukup memuaskan, presentase ketuntasan pemahaman siswa
mencapai 86,36%. Dari pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dengan
menerapkan Media Balok dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang
penjumlahan dan pengurangan pada mata pelajaran Matematika di Kelas 1 SDN
Dawuan 1.
Kata Kunci : Media Balok, Pemahaman dan Minat, Mata Pelajaran Matematika.

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan itu pada hakikatnya menjadi tanggung jawab bersama
antara Pemegang Kebijakan, Guru, Orang tua siswa dan juga Masyarakat.
Pendidik memiliki peran yang sangat strategis dalam menentukan
kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan di sekolah. Oleh
karena itu guru harus memikirkan dan membuat perencanaan dengan tepat
dalam meningkatkan kesempatan belajar mengajar bagi siswa-siswinya
dan memperbaiki kualitas dalam mengajarnya. Sejalan dengan

1
perkembangan saat ini lembaga pendidikan yang semakin pesat menuntut
lembaga pendidikan untuk lebih dapat menyesuaikan dengan ilmu
pengetahuan yang sedang berkembang. Banyak perhatian khusus
diarahkan pada perkembangan dan kemajuan pendidikan agar guru
meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan yang di sampaikan
dikelasnya. Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan adalah melalui pembaruan sistem pendidikan yang akan
disajikan atau diajarkan di kelas.
Kualitas proses pembelajaran yang berlangsung juga harus
ditingkatkan agar meningkatkan kualitas hasil pendidikan yang
diharapkan. Dengan penerapan metode pembelajaran yang tepat dan media
pembelajaran yang efektif dikelas, serta lebih menggali dan mendalami
potensi siswa yang ada. Kegiatan pembelajaran yang telah dirancang
dengan sedemikian rupa sesuai dengan kondisi siswa dikelas untuk
memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental serta fisik
dengan interaksi antar siswa, pendidik dengan siswa, serta lingkungan
sekitar dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi
dasar yang telah di sajikan. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat
tercapai atau terwujud melalui penggunaan metode pembelajaran yang
bervariasi, serta berpusat pada siswa (students centered) dan penggunaan
media belajar yang semenarik mungkin untuk mengambil perhatian dan
meningkatkan semangat siswa.
Sebagai ilmu pasti, dalam mata pelajaran matematika tidak pernah
lepas dari kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh manusia, antara lain
dalam perdagangan, pendidikan, perindustrian, perekonomian, bahkan
dalam menentukan jatuhnya suatu hari tertentu dapat dihitung
menggunakan ilmu matematika. Oleh hal ini sangat urgen dalam
memberikan fondasi ataupun dasar-dasar ilmu matematika sejak awal pada
peserta didik, tentang penjumlahan, pengurangan, perkalian, serta
pembagian. Oleh karena itu, diharapkan pada akhirnya dapat membantu
mempermudah peserta didik dalam memecahkan masalah yang berkaitan
dengan matematika di dalam kehidupan sehari-harinya. Ironisnya

2
matematika bagi sebagian siswa Sekolah Dasar menjadi pelajaran yang
menakutkan dan membosankan, sehingga aktifitas belajar di kelas begitu
rendah. Tentu, hal ini berdampak pada hasil belajar yang diperoleh oleh
siswa-siswi yang menganggap pelajaran matematika itu menakutkan dan
membosankan.
Proses pembelajaran di kelas I SDN Dawuan I masih cenderung
berpusat pada guru. Banyak siswa yang pasif dalam mengikuti proses
pembelajaran, seperti: diam, serta tidak mau bertanya ketika mereka belum
paham terhadap suatu materi yang sedang diajarkan. Sehingga hasil
belajarnya masih rendah dan belum mencapai standar KKM. Guru
berkewajiban menyajikan materi pelajaran Matematika dengan memberi
dorongan serta rangsangan kepada siswa, salah satu di antaranya adalah
dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan media yang sesuai
dengan tingkat perkembangan siswa yang sedang dihadapi. Dalam
pembelajaran matematika, salah satu masalah yang begitu menonjol yaitu
tentang pemahaman dan minat siswa terhadap suatu materi. Dalam upaya
meningkatkan pemahaman dan minat siswa, sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar siswa, maka dipilihlah suatu media pembelajaran yaitu
dengan menggunakan Media Balok. Media Balok merupakan potongan
kayu yang memiliki berbagai bentuk, umumnya berbentuk segi empat atau
kubus.
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka peneliti ingin
mengadakan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas I SDN Dawuan I,
dengan judul “Penerapan Media Balok Untuk Meningkatkan
Pemahaman Dan Minat Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Di
Kelas 1 SDN Dawuan 1”.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas
maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:
a. Pembelajaran Matematika dilakukan secara monoton yaitu hanya
dengan metode ceramah.

3
b. Pemahaman siswa terhadap materi penjumlahan dan pengurangan
dalam pelajaran Matematika masih kurang.
c. Minat siswa terhadap mata pelajaran Matematika siswa masih
rendah, karena beranggapan mata pelajaran Matematika itu sulit.
d. Penggunaan media pembelajaran masih jarang dilakukan dalam
penyampaian materi pelajaran Matematika.
2. Analisis Masalah
Dengan adanya identifikasi permasalahan maka dapat disimpukan
sebagai berikut:
a. Pemahaman dan minat siswa terhadap mata pelajaran Matematika
siswa masih rendah, karena beranggapan mata pelajaran
Matematika itu menakutkan dan membosankan.
b. Penggunaan media pembelajaran masih jarang dilakukan dalam
penyampaian materi pelajaran Matematika.
3. Alternatif Masalah
Berdasarkan analisis masalah yang telah dikemukakan diatas, jadi
alternatif pemecahan masalah yang dapat dijalankan oleh peneliti yaitu
dengan penerapan media balok agar dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dalam mata pelajaran Matematika di kelas 1 SDN Dawuan I.
B. Rumusan Masalah
Penulis merumuskan identifikasi masalah yang dihadapi dalam mata
pelajaran Matematika yaitu pada pembelajaran di kelas I dengan materi
penjumlahan dan pengurangan, ternyata saat pembelajaran hanya 9 siswa
yang bisa mencapai nilai KKM, dan 13 siswa lainya belum mencapai nilai
KKM.
Berdasarkan temuan permasalahan yang telah dipaparkan, maka dapat
dirumuskan masalah dalam pembelajaran ini sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan media balok dapat meningkatkan pemahaman
siswa pada mata pelajaran Matematika kelas 1 SDN Dawuan I?
2. Bagaimana penerapan media balok dapat meningkatkan minat siswa
pada mata pelajaran Matematika kelas 1 SDN Dawuan I?

4
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman belajar siswa pada mata
pelajaran Matematika siswa kelas 1 SDN Dawuan I dalam pelaksanaan
pembelajaran menggunakan Media Balok.
2. Untuk mengetahui peningkatan minat siswa pada mata pelajaran
Matematika siswa kelas 1 SDN Dawuan I dalam pelaksanaan
pembelajaran menggunakan Media Balok.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangsih
dalam pembelajaran Matematika pada umumnya dan peningkatan
kemampuan penjumlahan dan pengurangan dengan menerapkan Media
Balok.
2. Manfaat Praktisi
a. Bagi Siswa
Dengan penggunaan Media Balok siswa dapat pengalaman belajar
dengan objek konkret, sehingga dapat meningkatkan pemahaman
dan hasil belajar siswa.
b. Bagi Guru
Menambah masukan tentang penggunaan Media Balok dalam
pembelajaran, sehingga dapat meningkatan profesional guru dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
Dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam meningkatkan
kualiatas pembelajaran yang dapat disajikan di dalam kelas.
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Secara harfiah media dapat diartikan sebagai medium atau
perantara yaitu perantara sumber pesan (source) dengan penerima
pesan (reciever). Para ahli dan asosiasi telah mengemukakan
pengertian tentang media pembelajaran antara lain; Miarso dalam Asep

5
Heri Hermawan (2008:11.18) Media Pembelajaran adalah segala
upaya yang dapat digunakan dalam merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemauan anak didik agar dapat mendorong
terlaksananya proses belajar pada diri siswa. Menurut Arif S. Sadiman,
dkk (2011:2), Media adalah alat yang dipergunakan dalam
menyampaikan pesan dari yang mengirimkan kepada yang menerima,
sehingga akhirnya akan mendorong pola pikir, keinginan, konsentrasi,
daya tarik dan minat serta perhatian siswa sedemikian nyata pada agar
proses pembelajaran bisa terlaksana seperti yang telah dirancang.
Dari pendapat-pendapat para ahli yang telah dijelaskan, bisa
disimpulkan bahwa alat pembelajaran ini adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan pembelajaran dari pengirim
yaitu guru, ke penerima yaitu siswa, sehingga dapat mendorong pola
pikir, nurani, bentuk perhatian dan minat siswa sehingga proses belajar
terjadi sesuai dengan apa yang disajikan. Media ajar terdiri dari dua
bagian penting, yaitu unsur peralatan atau perangkat keras (hardware)
dan unsur pesan yang dibawanya (message/software) Susilana&Riyana
(2017). Dengan demikian, media-media pembelajaran memerlukan
peralatan untuk menyajikan pesan, namun yang terpenting bukanlah
peralatan itu, tetapi pesan atau informasi belajar yang dibawakan oleh
media tersebut.
1) Manfaat Media
Susilana & Riyana (2017) mengemukakan manfaat media secara
kegunaanya, yaitu:
a. Memperjelas pesan, sehingga tidak begitu verbalistis.
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indera.
c. Menimbulkan gairah dalam belajar, interaksi secara langsung
antara siswa dengan sumber belajar.
d. Memungkinkan anak belajar secara mandiri sesuai dengan
bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya.
2) Jenis-jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran beraneka ragam dan macamnya, mulai
dari yang sederhana dan murah sampai media yang canggih dan

6
mahal harganya. Udin S. Winata Putra (1998:5.10)
Mengelompokkan media menjadi 3 kelompok yaitu :
a) Media visual
Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat
menggunakan indera penglihatan. Media visual terdiri atas media
yang tidak dapat diarahkan (non-projected visual) dan media yang
dapat diarahkan (projected visual). Media yang tidak dapat
diarahkan ini berupa gambar diam (Still Picture), media garis,
model. Sedangkan media visual yang dapat diarahkan yaitu,
proyeksi apak, proyeksi lintas kepala, slides dan film strip.
b) Media audio
Media audio adalah media yang mempunyai pesan dalam
bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan para siswa untuk
mempelajari bahan ajar. Media audio biasanya untuk melatih
keahlian yang berkaitan dengan aspek keahlian menyimak.
c) Media Audio Visual
Media ini merupakan kolaborasi antara media audio dan visual
atau biasa disebut media penglihatan yang didengar. Dengan media
ini komprehensip dan menyeluruh dalam menyajikan materi.
3) Media Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar
Dengan memperhatikan uraian di atas maka dalam
pembelajaran sangat tepat apabila menggunakan media
pembelajaran, terutama pada pembelajaran Matematika di sekolah
dasar. Media pembelajaran Matematika di sekolah dasar antara
lain: menggunakan media balok, neraca bilangan, tangga garis
bilangan, batang kuisioner, papan paku, pancagram, papan planel,
kartu bilangan,dll.
B. Pembelajaran Matematika di SD
1. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran

7
Proses ajar merupakan aktivitas yang melibatkan seseorang
dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-
nilai positif dengan mengoptimalkan sebagai sumber untuk belajar.
Pembelajaran bisa menghubungkan para pihak diantara peserta
didik sebagai pembelajar dan pendidik sebagai fasilitator. Yang
paling utama dalam aktivitas ini adalah terjadinya proses dalam
kegiatan pembelajaran (learning process). (Susilana&Riyana,
2017)
Seorang anak bisa berhitung tentu tidak diperoleh dalam waktu
yang singkat, tetapi membutuhkan proses yang cukup lama.
Kemampuan berhitung diawali dengan kemampuan mengenal
angka, kemampuan menyebutkan angka, serta penjumlahan dan
pengurangan. Seorang siswa akan lebih cepat memiliki
pengetahuan karena bantuan dari guru, pelatih ataupun instruktur.
Dalam hal ini terjadi komunikasi dua arah antara siswa dan guru
dalam proses belajar mengajar agar mencapai tujuan.
Kaitanya bahwa dalam proses pembelajaran membutuhkan
komunikasi, tentunya hal ini menggambarkan bahwa pembelajaran
interaksi dua arah antara pengirim dan penerima pesan
(guru/pelatih/instruktur) kepada sebagian atau sekelompok siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
b. Matematika
Istilah disiplin ilmu berasal dari bahasa Yunani mathematikos
yang artinya ilmu pasti. Dalam bahasa Belanda matematika di
sebut sebagai wiskunde yang artinya ilmu tentang belajar. Dalam
kamus besar bahasa kita, disiplin ilmu adalah ilmu tentang
bilangan dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya yang
mencakup segala bentuk prosedur operasional yang digunakan
dalam menyelesaikan masalah mengenai bilangan. Menurut Lerner
dikutip Mulyono Abdurrahman (2003:252) Matematika selain
sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang
memungkinkan manusia memikirkan, mencatat dan

8
mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kualitas. Sedangkan
menurut Gail A. William (1983:3) dalam Ike Ligarsari Dewi,
menyatakan Matematics is beautiful and useful creation of the
human mind and spirit. Yang artinya : Matematika adalah sebuah
kreasi yang indah dan berguna dalam pikiran serta jiwa manusia.
Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan tahun 2006
kelas I menyatakan bahwa Matematika merupakan ilmu universal
yang menjadi dasar perkembangan teknologi modern, memiliki
peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir
manusia.
Menurut Rena Kusuma Ningrum (2015) seperti tujuan
pembelajaran matematika yang dibakukan kurikulum 2013. Dalam
kurikulum 2013 dituangkan bahwasannya kompetensi lulusan
dalam bidang studi matematika yaitu mengusung adanya
peningkatan dan keseimbangan mengenai soft skill dan hard skill
yang didalamnya ada aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan dalam bidang matematika. Menurut Permendikbu No.
81 A tahun 2013 dipaparkan bahwa proses belajar mengajar
berdasarkan pendekatan saintifik meliputi didalamnya mengenai
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi
(mengolah informasi) dan mengkomunikasikan. Kemampuan yang
mesti dimiliki peserta didik dalam standar proses pembelajaran
2013 adalah kemampuan komunikasi. Hal ini diperkuat dalam
peraturan kemendikbud No. 64 tahun 2013 yaitu dalam keahlian
mendasar yang dimiliki oleh seorang peserta didik bagaimana dia
mampu menyampaikan pesan ataupun ide matematika dengan
salah satu tujuannya untuk mencapai tujuan pembelajaran melalui
kemampuan peserta didik dalam mengkomunikasikan gagasan
dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain terhadap objek
matematika yang dipelajarinya.
Berdasarkan pendapat paparan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa materi ajar Matematika adalah proses

9
pembelajaran yang dirancang dengan tujuan untuk menciptakan
suasana yang memungkinkan siswa mempelajari hubungan antara
konsep-konsep dan struktur-struktur dalam Matematika. Unsur
pokok dalam pembelajaran Matematika, yaitu: (1) Guru sebagai
salah satu perancang proses, proses yang sengaja dirancang
selanjutnya disebut proses pembelajaran, (2) Siswa sebagai
anggota pelaksana kegiatan belajar, dan (3) Matematika sebagai
objek yang dipelajari.
C. Pemahaman Belajar Siswa
Pemahaman didefinisikan sebagai proses berpikir dan belajar,
dimaknai untuk memberikan arah pemahaman yang diimplementasikan
dalam proses pengembangan pemahaman dan penalaran untuk suatu objek.
Menurut Taksonomi Bloom dikutip Dewi Novitasari (2020:154),
pemahaman adalah kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi dari
pengetahuan. Namun, bukan berarti bahwa ilmu pengetahuan tidak perlu
diragukan untuk kita pahami, perlu terlebih dahulu mengetahui maupun
mengenal. Pemahaman dalam materi ajar sebagai tingkat kemampuan
seseorang dalam memahami makna, keadaan, kejadian yang sudah
diketahuinya, tentu dalam hal ini ia tidak hanya hapal secara verbalitas,
tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan, maka
operasionalnya dapat membedakan, mengubah, mempersiapkan,
menyajikan, mengatur, menginterpretasikan, menjelaskan,
mendemonstrasikan, memberi contoh, memperkirakan, menentukan, dan
mengambil keputusan.
Indikator pemahaman menunjukkan bahwa pemahaman di dalamnya
mencakup makna lebih luas atau bahkan lebih dalam dari pengetahuan.
Dengan pengetahuan, seseorang belum tentu memahami sesuatu yang
dimaksud secara mendalam, bisa saja hanya sekedar mengetahui tanpa
bisa menginterpretasikan yang dia tangkap. Sedangkan dengan
pemahaman, seseorang tidak hanya bisa menghapal sesuatu yang dapat ia
dipelajari, tetapi juga terdapat kemampuan untuk menyerap makna dari

10
apa yang dipelajarinya, serta dapat memahami konsep dari pelajaran
tersebut.
Dan pemahaman ini dapat dibagi 3 kategori yaitu: 

1. Tingkat Rendah:  Pemahaman terjemah mulai dari terjemahan


dalam arti sebenarnya semisal,  Bahasa asing dan bahasa
Indonesia.  
2. Tingkat Menangah:  Pemahaman yang memiliki penafsiran, yakni
menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan diketahui
beberapa bagian dari grafik dengan kejadian atau peristiwa. 
3. Tingkat Tinggi:  Pemahaman ekstrapolasi, dengan ekstrapolasi
yang diharapkan seseorang mampu melihat di balik, yang tertulis
dapat membuat ramalan konsekuensi atau dapat memperluas
resepsi dalam arti waktu atau masalahnya.
D. Minat Belajar Siswa
Menurut Kartono (1995) dalam Faruqi Zarkasi, minat merupakan
momen-momen dari kecenderungan jiwa yang terarah secara intensif
kepada suatu obyek yang dianggap paling efektif (perasaan, emosional)
yang didalamnya terdapat elemen-elemen efektif (emosi) yang kuat.
Menurut Buchori (1985), minat juga berkaitan dengan kepribadian. Jadi
pada minat terdapat unsur-unsur pengenalan (kognitif), emosi (afektif),
dan kemampuan (konatif) untuk mencapai suatu objek, seseorang suatu
soal atau suatu situasi yang bersangkutan dengan diri pribadi.
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar, siswa yang
berminat terhadap matematika akan mempelajari matematika dengan 
sungguh-sungguh dan penuh rasa senang dalam mempelajarinya, dan
bahkan jika siswa menemukan kesulitan–kesulitan dalam belajar, maka
beliau akan tetap menyelesaikan soal-soal latihan karena adanya daya tarik
dan rasa puas yang diperoleh dengan memecahkan kesulitan-kesulitan
dalam pembelajaran Matematika. Minat berhubungan erat dengan
motivasi, motivasi muncul karena adanya kebutuhan, sehingga tepatlah
bila minat merupakan salah satu alat motivasi. Proses pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar apabila disertai minat siswa yang tinggi, maka dari

11
itu guru harus membangkitkan motivasi belajar siswa supaya minat belajar
siswa akan mata pelajaran Matematika meningkat.
Minat belajar dapat ditingatkan dengan cara latihan konsentrasi para
siswa. Konsentrasi merupakan aktifitas jiwa dalam memperhatikan suatu
objek dengan mendalam. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa
konsentrasi akan terbangun apabila seseorang menanamkan minat pada
suatu objek, begitu juga sebaliknya merupakan kondisi psikologis yang
sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kondisi ini
sangat penting sehingga memfokuskan kajian yang sesuai akan
menciptakan sikap pemusatan perhatian yang tinggi akan objek yang
sedang dipelajari. Minat merupakan salah satu aspek psikologis
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang sifatnya dari dalam (internal)
maupun dari luar (eksternal) peserta didik. Dilihat dari dalam diri peserta
didik, minat dipengaruhi oleh cita-cita, kepuasan, kebutuhan, bakat dan
kebiasaan. Akan tetapi bila ditinjau dari faktor luar peserta didik, minat
sifatnya tidak menetap melainkan dapat berubah sesuai dengan kondisi
lingkungan.
Jadi dari pengertian tentang minat siswa diatas dapat disimpulkan,
bahwasannya setiap siswa mengerti bahkan mampu untuk menjabarkan
kembali dengan bahasanya sendiri mengenai materi pelajaran yang telah
dijelaskan oleh guru, begitu pula dapat menerapkan kedalam konsep-
konsep lain dalam standarisasi master learning. Pengertian tentang Master
Learning, adalah pemahaman secara keseluruhan bahan yang dipelajari
(yang diberikan guru) untuk peserta didik, ini yang sering disebut juga
dengan ”Belajar Tuntas”.
III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan pada siswa kelas I SDN Dawuan I, Desa Cipaku,
Kec. Dawuan Kab. Majalengka yang berjumlah 22 siswa, yang terdiri dari 12
siswa yang berjenis kelamin perempuan, dan 10 siswa berjenis kelamin laki-
laki.
B. Deskripsi Per Siklus

12
Prosedur perbaikan pembelajaran didesain dalam sebuah penelitian.
Penelitian merupakan cara untuk mendapatkan jawaban atas sesuatu hal yang
ingin kita ketahui. Untuk itu, dalam sebuah penelitian membutuhkan suatu
metode. Metode itu menjadi sebuah landasan untuk kita ikuti supaya
mendapatkan jawaban yang kita inginkan. Maka dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitain tindakan kelas merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang
mengaplikasikan refleksi diri sebagai metode utama, dijalankan oleh orang
yang terlibat didalamnya, dan juga bermaksud untuk melaksanakan perbaikan
dalam berbagai macam aspek. PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh
guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi
meningkat (Wardhani&Wihardit 2017:4). Menurut Bahri (2012:8), Penelitian
Tindakan Kelas merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mengamati
kejadian-kejadian dalam kelas untuk  memperbaiki praktek dalam
pembelajaran sehingga lebih berkualitas dalam proses belajar mengajar agar
hasil belajarpun menjadi lebih baik.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpukan bahwa penelitian
tindakan kelas adalah  penelitian praktis yang dimaksudkan untuk
memperbaiki pembelajaran di kelas. Penelitian ini adalah salah satu upaya
guru dalam bentuk berbagai proses yang dijalankan agar dapat memperbaiki
dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.
Menurut Ibnu (dalam Aqib,2009:16) menjelaskan bahwa PTK memiliki
karakteristik dasar diantaranya adalah:
1. Dalam pelaksanaan tindakan berdasarkan masalah yang ditemukan oleh
guru,
2. Adanya perpaduan dalam pelaksanaanya,
3. Peneliti sebagai media yang melakukan refleksi,
4. Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik
instruksional,
5. Dalam pelaksanaannya terbagi beberapa siklus atau periode.
Manfaat dari penelitian tindakan kelas diantaranya:

13
a. PTK dapat dimanfaatkan oleh guru umtuk memperbaiki pembelajaran
yang dikelolanya.
b. Guru dapat berkembang secara profesional.
c. Membuat guru lebih percaya diri.
d. Guru berkesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan
dan keterampilan sendiri.
Model PTK yang sering digunakan di dalam dunia pendidikan, di
antaranya: 
1. Model Kurt Lewin menyatakan bahwa PTK terdiri atas beberapa siklus,
setiap siklus terdiri atas empat langkah, yaitu: (1) Perencanaan, (2) Aksi
atau Tindakan, (3) Observasi, dan (4) Refleksi.
2. Model PTK yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart adalah
merupakan model pengembangan dari model Kurt Lewin. Penelitian
tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi
yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya. 
3. Model Cohen dkk. Saat melaksanakan PTK, peneliti harus mengikuti
langkah-langkah tertentu agar proses yang ditempuh tepat, sehingga
hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
4. Model John Elliot ini lebih rinci jika dibandingkan dengan model Kurt
Lewin dan model Kemmis-Mc Taggart. Dikatakannya demikian, karena di
dalam setiap siklus terdiri dari beberapa aksi, yaitu antara tiga sampai lima
aksi (tindakan). Sementara itu, setiap tindakan kemungkinan terdiri dari
beberapa langkah yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar.
5. Model Dave Ebbutt yang setuju dengan gagasan-gagasan Kemmis dan
Elliot.
Dalam penelitian ini yang akan digunakan adalah model Kemmis dan Mc
Teggart, dimana model ini dikembangkan oleh Stepan Kemmis dan Robbin
Mc teggart yang merupakan perkembangan dari model Kurt Lewin. Lebih
sederhananya PTK ini dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart dapat
digambarkan dengan diagram alur berikut ini.

14
Gambar 1
Alur Penelitian Tindakan Kelas

Prosedur penelitian adalah langkah-langkah atau cara yang harus


dilakukan secara teratur dan sistematis oleh peneliti untuk mencapai
tujuan-tujuan penelitiannya. Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam
model siklus yang berulang di dalamnya terdapat empat tahapan utama
yaitu: (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi.
Perencanaan yaitu proses yang dilakukan agar membuat rencana
untuk dijadikan suatu acuan dalam melakukan tindakan. Pelaksanaan
tindakan yaitu kegiatan yang dilaksanakan oleh guru berdasarkan atas
perencanaan yang sudah disusun. Pengamatan yaitu tindakan yang
dilaksanakan guru untuk mengamati serta menulis hal-hal apa saja yang
diperlukan serta terjadi dalam proses pelaksanaan tindakan berlangsung.
Refleksi yaitu pandangan untuk melihat ataupun mengulas kembali
tentang bagaimana perubahan yang terlaksana dalam proses tindakan yang
telah dilaksanakan.
Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam proses penelitian:
1. Perencanaan
Adapun perencanaan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai
berikut:
a. Permohonan ijin kepada Kepala Sekola SDN Dawuan I untuk
melakukan penelitian,

15
b. Observasi terhadap siswa kelas I SDN Dawuan I yang menjadi
subjek penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah
dalam proses pembelajaran.
c. Membuat RPP Siklus 1 dan Siklus II
d. Membuat lembar observasi
e. Menyediakan media pembelajaran
f. Membuat alat evaluasi
2. Pelaksanaan Tindakan
A. Siklus I
1. Perencanaan
Untuk pelaksanaan tindakan bisa berjalan dengan lancar
dan juga perubahan akibat tindakan dapat disusun dengan baik,
sehingga dalam perencanaan ini harus disiapkan dengan
lengkap serta runtut. Pelaksanaan tindakan yang dilakukan
dalam penelitian ini antara lain:
a. Merancang program pelaksanaan pembelajaran yang
konsisten dengan metode atau model yang akan diterapkan
(RPP).
b. Menyusun lembar observasi aktifitas siswa.
c. Merancang dan menyiapkan media atau alat peraga
pelajaran yang akan digunakan.
d. Menyusun instrumen evaluasi dan uji instrumen.
2. Pelaksanaan
Pada tahapan ini rancangan langkah-langkah serta skenario
penerapan pembelajaran akan dilaksanakan. Kegiatan yang
dilaksanakan adalah dengan mengaplikasikan RPP yang telah
disusun.
3. Pengamatan
Tahapan pengamatan ini berhubungan dengan pelaksanaan
tindakan kelas. Proses pengamatan ini dengan
mengaplikasikan lembar observasi yang meliputi apa saja
aktifitas siswa begitu juga dengan hasil belajarnya.

16
4. Refleksi
Proses refleksi ini ditujukan agar mengkaji secara
keseluruhan tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus 1
ini, berdasar data yang telah dikumpulkan, dan kemudian
melaksanakan evaluasi untuk menyempurnakan tindakan yang
berikutnya agar lebih maksimal. Kegiatan yang dilakukan yaitu
dengan analisis serta penilaian terhadap hasil pengamatan atas
tindakan yang telah dilaksanakan. Hasil refleksi diaplikasikan
sebagai dasar perbaikan dalam menyusun perencanaan pada
siklus berikutnya.
B. Siklus 2
1. Perencanaan
Untuk pelaksanaan tindakan bisa berjalan dengan lancar
dan juga perubahan akibat tindakan dapat disusun dengan baik,
sehingga dalam perencanaan ini harus disiapkan dengan
lengkap serta runtut. Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Merancang program pelaksanaan pembelajaran yang
konsisten dengan metode atau model yang akan dilakukan
(RPP).
b. Menyusun lembar observasi akifitas siswa.
c. Merancang dan menyiapkan media atau alat pelajaran
yang akan digunakan.
d. Menyusun instrumen evaluasi dan uji instrumen.
2. Pelaksanaan
Pada tahapan ini rancangan langkah-langkah serta skenario
penerapan pembelajaran akan dilaksanakan. Kegiatan yang
dilaksanakan adalah dengan mengaplikasikan RPP yang telah
disusun.
3. Pengamatan

17
Tahapan ini terkait dengan pelaksanaan tindakan kelas.
Kegiatan ini dengan menggunakan lembar observasi yang
meliputi aktifitas siswa dan hasil belajar siswa.
4. Refleksi
Proses refleksi ini ditujukan agar mengkaji secara
keseluruhan tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus II
ini, berdasar data yang telah dikumpulkan, dan kemudian
melaksanakan evaluasi untuk menyempurnakan tindakan yang
berikutnya agar lebih maksimal. Kegiatan yang dilakukan yaitu
dengan analisis serta penilaian terhadap hasil pengamatan atas
tindakan yang telah dilaksanakan. Hasil refleksi diaplikasikan
sebagai dasar perbaikan dalam menyusun perencanaan pada
siklus berikutnya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Siklus
1. Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan yang dilakukan dalam penelitian siklus
1 ini yaitu dengan mengikuti kurikulum yang digunakan sekolah
mengacu pada Kurikulum 2013 (K13), Kompetensi Dasar (KD) dan
indikator pada mata pelajaran matematika kelas I SDN Dawuan I,
materi yang digunakan yaitu menjumlahkan dan mengurangi bilangan.
Kemudian menyusun rencana perbaikan pembelajaran yang akan
diterapkan pada siklus I yaitu dengan menggunakan media
pembelajaran berupa media balok. Rencana perbaikan pembelajaran
juga dilengkapi dengan lembar kinerja yang digunakan dalam
penerapan media pembelajaran dan dikerjakan siswa secara individu,
menyusun soal sebagai penilaian dari hasil belajar siswa. Soal yang
diberikan berupa soal isian yang terdiri dari 10 butir soal yang harus
dijawab oleh siswa. Penyusunan instrumen observasi juga dibuat
untuk mengetahui minat siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
dengan pembelajaran menggunakan media balok. Penyusunan

18
instrumen yang digunakan yaitu lembar instrumen observasi guru dan
lembar instrumen observasi siswa. Tahap terakhir dalam perencanaan
ini adalah dengan membakukan kriteria keberhasilan pembelajaran.
Dalam penelitian ini siswa dapat dikatakan berhasil, jika nilai siswa
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan
sekolah dengan nilai 70.
b. Pelaksanaan
Setelah memaparkan perencanaan maka peneliti siap
melaksanakan penelitian dengan rencana perbaikan pembelajaran
yang telah disusun. Penelitian siklus I ini dilakukan pada siswa kelas 1
SDN Dawuan 1, yang berjumlah 22 siswa, yang terdiri dari 12 siswa
yang berjenis kelamin perempuan, dan 10 siswa berjenis kelamin laki-
laki, dimana penelitian siklus 1 ini dilakukan pada hari Selasa, tanggal
20 April 2021 pada jam pelajaran ketiga pada pukul 09.40 -10.50 WIB
dengan alokasi waktu 1 x 35 menit.
Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti bertindak sebagai
guru dan diamati oleh bapak Idrus, S.Pd. selaku supervisor dengan
membawa serta mengisi lembar observasi yang telah dibuat.
Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus 1 ini
sebanyak 1 kali pertemuan. Proses pembelajaran yang dilaksanakan
oleh peneliti yaitu dengan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
perangkat pembelajaran. Proses pembelajaran yang diterapkan guru
dibagi menjadi 3 tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan
penutup.
Langkah-langkah proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh
peneliti dalam kegiatan awal pada proses pembelajaran yaitu guru
mengucapkan salam, saat guru mengucapkan salam siswa menjawab
dengan serentak, dan guru mengajak semua siswa untuk berdo’a siswa
melakukan dengan sungguh-sungguh, lalu guru melakukan
komunikasi dengan mengabsen kehadiran siswa. Agar dapat
mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari siswa sebelumnya,
guru menyampaikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa, serta siswa

19
menjawab dengan serentak tetapi ketika guru meminta beberapa siswa
untuk menjumlahkan bilangan ada beberapa siswa yang kurang ingat
bahkan ada yang sampai bingung untuk menjawabnya.
Langkah berikutnya guru mengemukakan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai pada materi yang hendak diajarkan serta dipelajari.
Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang dikemukakan oleh guru.
Pada kegiatan inti langkah pembelajaran yang dilakukan sebelum
membuka materi, guru mengingatkan agar anak selalu mematuhi
protokol kesehatan, dengan memakai masker, menjaga jarak aman dan
hindari kerumunan, lalu guru bertanya kembali kepada siswa “apa
yang dimaksud dengan penjumlahan bilangan?”, ada beberapa siswa
yang menjawab pertanyaan dan ada pula siswa yang diam saja.
Setelah itu, guru menjelaskan materi secara singkat. Pada saat guru
menjelaskan sebagian besar siswa memperhatikan dengan seksama
tetapi beberapa lama kemudian ada beberapa siswa yang kurang fokus
dan kurang memperhatikan penjelasan guru, dan ada juga siswa yang
gaduh sehingga konsentrasi siswa lain menjadi terganggu.
Langkah selanjutnya guru memberikan pembelajaran
menggunakan media pembelajaran yaitu dengan menggunakan media
balok. Guru menjelaskan kepada siswa langkah-langkahnya: 1) Guru
mengeluarkan media balok. 2) Guru mengeluarkan balok sebagai
media pembelajaran. 3) Guru menjelaskan kepada siswa kegunaan
media balok dalam materi penjumlahan. 4) Guru mendemontrasikan
penggunaan media balok dalam memecahkan permasalahan
penjumlahan. 5) Siswa diminta untuk mengambil 10 balok yang
disediakan guru. 6) Siswa mencoba mempraktikan memecahkan
permasalahan penjumlahan menggunakan balok. 7) Guru meminta
siswa mencoba mengerjakan kegiatan penjumlahan dengan
menggunakan media balok. Pada saat mengerjakan soal siswa
kelihatan antusias.
Langkah akhir yang dilakukan pada kegiatan penutup yaitu guru
mengajak siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang telah

20
dipelajari. Lalu guru bertanya kepada siswa tentang hal-hal yang
belum diketahui, tetapi tidak ada yang bertanya. Pada akhir kegiatan
guru mengajak siswa untuk berdo’a supaya yang telah dipelajari
bermanfaat. Guru mengucapkkan salam dan siswa menjawab dengan
serentak.
Bahwa dengan pembelajaran menggunakan media balok tentang
penjumlahan bilangan pada mata pelajaran matematika di kelas I SDN
Dawuan I pada siklus I diperoleh nilai rata-rata dari seluruh siswa
yaitu 73,04. Dari 22 siswa, sebanyak 9 siswa yang tidak tuntas karena
nilai yang diperoleh belum mencapai KKM. Nilai KKM yang
ditentukan sekolah yaitu 70 sehingga prosentase ketuntasan siswa
yang diperoleh hanya sebesar 59,09% hal ini masih kurang dari
kriteria yang diharapkan.
c. Refleksi
Berdasarkan penelitian di siklus I, sudah dapat diketahui di
atas ketuntasan hasil belajar siswa masih jauh dari KKM yakni 70.
Nilai rata-rata yang didapat pada siklus I adalah 73,04, siswa yang
tuntas hanya 13 siswa dari 22 siswa dan siswa yang tidak tuntas
berjumlah 9 siswa, sehingga prosentase siswa yang tuntas adalah
sebesar 59,09%. Dari hasil refleksi yang diperoleh dapat diuraikan
sebagai berikut:
 Selama proses pembelajaran berlangsung, guru telah
melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada
beberapa aspek yang belum sempurna yakni guru kurang optimal
mempersiapkan media pembelajaran dan guru kurang bisa
mengefektifitaskan waktu.
 Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa siswa kurang
antusias pada pembelajaran matematika, sehingga siswa kurang
bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru dan siswa kurang
aktif dalam bertanya tentang hal-hal yang belum dikuasainya.
Langkah selanjutnya yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu
memberikan pembelajaran lebih menarik lagi, agar suasana makin

21
hidup dan siswa menjadi lebih aktif dan antusias terhadap pelajaran
Matematika, dan memberikan reward kepada siswa yang aktif
dalam mempresentasikan hasil diskusinya agar siswa lebih
berkonsentrasi dan lebih aktif selama proses pembelajaran
berlangsung. Oleh karena itu akan dilakukan penelitian pada siklus
berikutnya yaitu penelitian siklus II.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Setelah melakukan refleksi dan hasil analisis yang telah
dilakukan pada penelitian siklus I, maka disusun penelitian siklus II
dengan tahap perencanaan yaitu menyusun rencana perbaikan
pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus II dengan
memperhatikan kekurangan yang terjadi pada penelitian siklus I agar
di penelitian siklus II pembelajaran dalam mata pelajaran Matematika
menjadi lebih efektif dengan menggunakan pembelajaran media
balok. Peneliti juga menyusun soal uji kompetensi dengan indikator
kompetensi yang sama pada siklus sebelumnya sebagai penilaian dari
hasil belajar siswa selama proses pembelajaran. Soal uji kompetensi
berupa soal isian yang terdiri dari 10 soal yang harus dijawab oleh
siswa. Serta penyusunan instrument observasi juga dibuat untuk
mengetahui keaktifan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dengan
pembelajaran menggunakan media balok. Penyusunan instrument
yang digunakan pada siklus II yaitu lembar instrument observasi guru
dan lembar instrument observasi siswa.
Tahap akhir dalam perencanaan penelitian siklus II ini yaitu
menetapkan kriteria keberhasilan pembelajaran. Dalam penelitian ini
siswa dikatakan berhasil apabila nilai siswa mencapai kriteria
ketuntasan minimal yang telah ditentukan sekolah yaitu dengan nilai
70.
b. Pelaksanaan
Setelah mengembangkan perencanaan pembelajaran maka
peneliti siap melaksanakan tindakan perbaikan di kelas sesuai dengan

22
tahap perencanaan yang telah disusun. Penelitian siklus II
dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 11 Mei 2021 di kelas 1 SDN
Dawuan I, yang berjumlah 22 siswa, yang terdiri dari 12 siswa yang
berjenis kelamin perempuan, dan 10 siswa berjenis kelamin laki-laki,
pada jam 09.40-10.50 WIB dengan alokasi waktu 1 x 35 menit.
Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti bertindak sebagai guru
dan bapak Idrus, S.Pd. selaku supervisor untuk mengamati dan
menilai aktifitas guru dan aktifitas siswa dengan menggunakan lembar
observasi yang telah dibuat dan disusun. Kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh peneliti adalah melakukan pembelajaran sesuai dengan
perangkat pembelajaran yang telah disusun dan direncanakan.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dibagi menjadi 3 tahap
yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
peneliti dalam kegiatan awal pada proses pembelajaran yaitu guru
mengkondisikan kelas, dengan menyapa siswa, setelah siswa dapat
dikondisikan guru mengucapkan salam dan mengajak siswa untuk
berdo’a dan selanjutnya guru melakukan komunikasi tentang
kehadiran siswa, pada saat guru menanyakan kehadiran siswa tidak
ada siswa yang absen, dan tak lupa guru juga mengingatkan siswa
untuk selalu menggunakan masker, rajin cuci tangan, merjaga jarak
aman serta hindari kerumunan.
Guru mengingatkan kembali materi sebelumnya, untuk
mengingatkan kembali materi yang telah disampaikan sebelumnya
guru memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang telah
disampaikan sebelumnya yaitu tentang penjumlahan. Ketika guru
mengajukan pertanyaan tentang materi yang telah disampaikan
sebelumnya siswa banyak yang mengacungkan tangan dan saling
berebut untuk menjawabnya.
Langkah selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai pada materi yang akan dipelajari. Siswa
memperhatikan dan mendengarkan tujuan pembelajaran yang

23
disampaikan oleh guru. Pada kegiatan inti langkah pembelajaran yang
dilakukan sebelum membuka materi, guru mengingatkan tentang arti
penjumlahan, serta guru menggali pengetahuan awal siswa dengan
mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan pengurangan,
bagaimana cara pengurangan bilangan?, semua siswa menjawab
dengan serentak dengan jawabannya masing-masing. Setelah itu siswa
diminta guru untuk mencermati pengurangan bilangan. Siswa
mencermati dengan tenang. Setelah itu guru menjelaskan materi yang
akan dipelajari secara singkat yaitu tentang penjumlahan dan
pengurangan, pada saat guru menjelaskan materi kepada siswa, siswa
memperhatikan dan mendengarkan dengan baik.
Langkah selanjutnya guru memberikan pembelajaran dengan
menggunakan media pembelajaran yaitu media balok, guru
menjelaskan pada siswa langkah-langkahnya yaitu: 1) Guru
mengeluarkan balok sebagai media pembelajaran. 2) Guru
menjelaskan kepada siswa kegunaan media balok dalam materi
penjumlahan dan pengurangan. 3) Guru mendemontrasikan
penggunaan media balok dalam memecahkan permasalahan
penjumlahan dan pengurangan. 4) Siswa diminta untuk mengambil 10
balok yang disediakan guru. 5) Siswa mencoba mempraktikan
memecahkan permasalahan penjumlahan dan pengurangan
menggunakan balok. 6) Guru meminta siswa mencoba mengerjakan
kegiatan penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan media
balok. 7) Siswa diminta berlatih melakukan penjumlahan dan
pengurangan, bila ada siswa yang berani maju kedepan menuliskan
hasilnya maka akan di berikan reward. Ketika guru menjelaskan
langkah-langkah pembelajaran menggunakan media balok siswa
terlihat antusias. Siswa juga mulai bersemangat karena siswa akan
diberi reward oleh guru apabila berani maju kedepan menuliskan
hasilnya dengan baik.
Langkah akhir yang dilakukan pada kegiatan penutup yaitu guru
mengajak siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang telah

24
dipelajari. Lalu guru bertanya kepada siswa tentang hal-hal yang
belum diketahui, tetapi tidak ada siswa yang bertanya. Pada akhir
kegiatan guru mengajak siswa untuk berdo’a supaya yang telah
dipelajari bermanfaat. Guru mengucapkkan salam dan siswa
menjawab dengan serentak.
Dari hasil pelaksanaan siklus II pembelajaran dengan
menggunakan media balok tentang penjumlahan dan pengurangan
bilangan pada mata pelajaran Matematika di kelas 1 SDN Dawuan I
diperoleh hasil penilaian tes dari hasil belajar yang telah dilakukan.
Hasil yang didapatkan siswa mengalami peningkatan yang cukup
memuaskan dibandingkan dengan hasil pada penelitian siklus I.
Bahwa dengan pembelajaran menggunakan media balok tentang
penjumlahan dan pengurangan bilangan pada mata pelajaran
Matematika di kelas I SDN Dawuan I pada penelitian siklus II ini
diperoleh nilai rata-rata siswa yaitu 81,5. Dari 22 siswa, sebanyak 3
siswa yang tidak tuntas karena nilai yang diperoleh belum mencapai
KKM yang diharapkan. Nilai KKM yang ditentukan sekolah adalah
70 sehingga prosentase ketuntasan siswa yang diperoleh hanya sebesar
86,36%.
Bahwa dengan pembelajaran menggunakan media balok tentang
penjumlahan dan pengurangan bilangan pada mata pelajaran
Matematika di kelas 1 SDN Dawuan I pada penelitian siklus II ini
diperoleh nilai rata-rata siswa yaitu 81,5. Dari 22 siswa, sebanyak 3
siswa yang tidak tuntas karena nilai yang diperoleh belum mencapai
KKM yang ditentukan sekolah. Nilai KKM yang ditentukan sekolah
yaitu 70 sehingga prosentase ketuntasan siswa yang diperoleh hanya
sebesar 86,36%, jadi dapat diketahui dari hasil tiap siswa sudah
banyak mengalami ketuntasan sesuai dengan KKM yang telah
ditetapkan sekolah.
c. Refleksi
Pada refleksi penelitian siklus II ini, akan dikaji apa yang telah
terlaksana dengan baik maupun yang mana masih kurang baik selama

25
proses pembelajaran dengan menggunakan media balok. Dari
prosentase hasil selama proses belajar mengajar, guru telah
melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada
beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi prosentase
pelaksanaannya untuk masing – masing aspek sudah mencapai kriteria
baik yaitu 86,36% pada penelitian siklus II ini lebih baik dari siklus I
dengan prosentase 59,09%. Kemudian berdasarkan data hasil
pengamatan diketahui bahwa siswa aktif dan antusias selama proses
belajar berlangsung dan kekurangan pada siklus sebelumnya sudah
mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga mencapai sangat baik
dengan perolehan prosentase pada penelitian siklus II lebih baik dari
pada penelitian siklus I.
Dari data di atas menunjukkan nilai rata-rata kelas pada penelitian
siklus II sebesar 81,5 lebih besar dari penelitian siklus I yang hanya
73,4 hal ini dapat diketahui dari hasil nilai tiap siswa mengalami
ketuntasan sesuai dengan KKM yang telah ditentukan sekolah yaitu 70
dan juga prosentase ketuntasan belajar siswa pada penelitian siklus II
sebesar 86,36% lebih besar dari penelitian siklus I yang hanya 59,09%,
jadi penelitian yang dilakukan pada siklus II ini mengalami
keberhasilan. Peneliti dan supervisor memandang tidak perlu lagi
melakukan penelitian ke siklus berikutnya.
B. Pembahasan dari Setiap Siklus

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan,


menunjukan bahwa pemahaman belajar pada mata pelajaran matematika
dengan menggunakan media pembelajaran yaitu media balok. Mulai dari
siklus I sampai dengan siklus II terlihat ada peningkatan dalam hasil
belajar siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dikelas
1 SDN Dawuan I yang cukup memuaskan, karena siswa juga menjadi
lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. Sehingga
dapat meningkatkan minat dan pemahaman siswa dalam mata pelajaran
Matematika.

26
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan dari setiap siklusnya
karena ketuntasan nilai yang di tentukan dari sekolah itu 70, maka target
sudah tercapai dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika
juga meningkat. Pada setiap siklus peneliti sudah berusaha menggunakan
media pembelajarn balok, pembelajaran lebih difokuskan untuk
meningkatkan minat dan pemahaman siswa agar hasil belajar siswa
meningkatkan, dengan pemahaman terhadap penjumlahan dan
pengurangan. Dengan menggunakan media pembelajaran balok, siswa
lebih mudah memahami terhadap materi yang diajarkan dan siswapun
terlihat antusias saat pembelajaran berlangsung sehingga terjadi interaksi
bersama guru maupun antar siswa berjalan dengan semestinya, sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Penelitian dilakukan hanya dalam dua siklus, pada siklus I terlihat
bahwa persentase skor tes siswa hanya mencapai 59,09% hal ini
menunjukan bahwa siswa belum sepenuhnya mencapai ketuntasan belajar,
minat dan antusias terhadap pembelajaran matematika masih kurang.
Sedangkan pada siklus II telah mengalami peningkatan persentase tes
siswa yang cukup baik yaitu mencapai 86,36%, hal ini menunjukan ada
peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa yang cukup memuaskan
pada siklus II. Karena adanya peningkatan minat dan pemahaman siswa
dalam belajar sehingga mereka antusias dalam proses belajar mengajar.
Peningkatan tersebut menandakan adanya peningkatan hasil belajar pada
materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada mata pelajaran
Matematika. Meskipun pada dasarnya penggunaan media balok bukan satu
satunya media yang bisa di gunakan pada mata pelajaran matematika, akan
tetapi pada hal ini kenyataannya dapat membantu siswa dalam memahami
mata pelajaran matematika sehingga mereka berantusias dan berperan aktif
dalam pembelajaran, namun hal tersebut juga perlu didukung siswa dan
guru, siswa harus terus semangat dan berperan aktif agar minat dan

27
pemahaman siswa tentang materi yang di pelajari lebih dalam lagi,
diharapkan juga siswa dapat diaplikasikan pemahamannya dalam
kehidupan sehari hari. Dari guru juga perlu dukungan, agar dapat
mengaplikasikan berbagai media pembelajaran agar semakin
membangkitkan semangat belajar siswa, sehingga tidak monoton dan
menjenuhkan siswa.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di
bab sebelumnya, pembelajaran matematika dengan mengunakan media
pembelajaran balok dapat meningkatkan minat dan pemahaman siswa
terhadap materi penjumlahan dan pengurangan pada mata pelajaran
Matematika dikelas 1 SDN Dawuan I. Ini dapat dilihat dari hasil tes tiap
siklus yang mengalami peningkatan yang cukup memuaskan. Rata-rata
nilai pada penelitian siklus I setelah pembelajaran menggunakan media
balok yaitu rata-rata nilainya adalah 73,4 dan pada siklus II mengalami
peningkatan yang cukup memuaskan yaitu rata-rata nilai siswa mencapai
81,5 dari rata-rata nilai tersebut maka prosentase pemahaman dan minat
juga meningkat.
Meskipun media balok bukan satu-satunya media yang dapat di
aplikasikan dalam mata pelajaran matematika, tetapi dengan menggunakan
media balok dalam pembelajaran matematika, dapat meningkatkan
semangat dan antusias siswa dalam proses belajar mengajar yang cukup
memuaskan.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang sudah dilaksanakan, minat dan
pemahaman belajar siswa kelas 1 SDN Dawuan I dalam pembelajaran
matematika setelah diterapkan dengan penggunaan media pembelajaran
balok, maka peneliti akan memberikan saran:
1. Bagi Guru

28
a. Dalam pembelajaran matematika di kelas hendaknya dapat
dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran, salah satu
contohnya media pembelajaran menggunakan media balok,
sebagai upaya untuk dapat meningkatkan pemahaman dan minat
siswa agar lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran dikelas.
b. Dalam memberikan materi pembelajaran matematika dengan
media balok, hendaknya guru mampu menggunakan metode yang
sesuai dengan karakteristik siswa, sehingga dapat mencapai
tujuan belajar yang diharapkan.
2. Bagi Pihak Sekolah
a. Perlu memperhatikan hambatan yang dialami oleh guru dan siswa
dalam penerapan media pembelajaran, contohnya dalam
menggunakan media balok pada pembelajaran matematika,
sehingga selalu ada perbaikan terhadap metode-metode yang
digunakan untuk meningkatkan kualitas guru dan siswa.
b. Perlu adanya pembinaan kepada guru mata pelajaran matematika
dalam menggunakan berbagai media pembelajaran. Agar proses
pembelajaran mata pelajaran matematika menjadi menyenangkan
dan tidak monoton.
c. Perlu adanya sarana dan prasarana berbagai macam media
pembelajaran untuk diaplikasikan.
3. Bagi Peneliti Lain
Dalam proses pembelajaran matematika dengan menerapkan media
pembelajaran menggunakan media balok dapat digunakan sebagai
salah satu alternatif, upaya untuk meningkatkan minat dan pemahaman
siswa dalam mata pelajaran matematika. Untuk penelitian-penelitian
berikutnya, hendaknya menggunakan media pembelajaran yang tepat
sesuai karateristik siswa yang dihadapi, sehingga dapat dikembangkan
kembali dan hasilnya lebih memuaskan.

DAFTAR PUSTAKA

29
Abdurrahman, Mulyono. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta.

Arif S. Sadiman, dkk. (2011). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan,


Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perdasa.

Buchori. (1985). Pengertian Minat Belajar. Diakses pada 10 April 2021, Pukul
08.00. dari
http://bukutembaga.blogspot.com/2016/06/pengertian-minat-belajar_29.html?
m=1

Buku Guru: Hendrifiana, Yusfina.,dkk. (2017).Tema 1 Diriku: Buku Tematik


Terpadu Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Buku Siswa: Hendrifiana, Yusfina.,dkk. (2017).Tema 1 Diriku: Buku Tematik


Terpadu Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Dewi, Ligasari, Ike. (2011). Tujuan Belajar Matematika Pengertian Berhitung.


Diakses pada 11 April 2021, Pukul 10.00. dari
https://text-id.123dok.com/document/1y95xmpwz-tujuan-belajar-matematika-
pengertian-berhitung.html

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum


Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: BSNP.

Hermawan, Heri, Asep. (2008). Pengertian Media Pembelajaran. Diakses pada


10 April 2021, Pukul 15.00. dari
https://123dok.com/document/yne6pwly-pengertian-media-
pembelajaran.html

Malik, R, dkk. (1986). Jenis Alat Peraga/Alat Permainan dan Teknik


Penggunaannya. Jakarta: Kasturi.

Ningrum, Kusuma, Rena. (2015). Analisis Kemampuan Komunikasi. Diakses pada


11 April 2021, Pukul 14.00. dari
https://studylibid.com/doc/861356/bab-i-pendahuluan-a.-latar-belakang-
matematika-merupakan

30
Novitasari, Dewi. (2020). Analisis Pemahaman Konsep Mahasiswa pada Materi
Anak Real Berdasarkan Taksonomi Bloom ditinjau dari Ranah Kognitif.
Diakses pada 11 April 2021, Pukul 19.20. dari
https://ejournal.stkipbbm.ac.id/index.php/mtk/article/view/515/456

Septiasari, A. (2017). Ensiklopedia Matematika. Bandung: Indahjaya Adipratama.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya.

Susilana, R & Riyana, C. (2017). Media Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana


Prima.

Suyono, & Haiyanto. (2017). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Syahid, Nurus. (2017). “Penggunaan Media Balok Angka dalam Meningkatkan


Kemampuan Berhitung pada Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak Tunas
Harapan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka”,
https://nurussyahid.blogspot.com/2017/01/model-ptk-dalam-abstrak-
penggunaan_30.html . Diakses pada 11 April 2021, Pukul 16.40.

Trianto. (2011). Model Pembelajaran Terpadu. Surabaya: PT. Bumi Aksara.

Winataputra, Udin, S. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:


Universitas Terbuka.

Wiriatmadja. Rochiati. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.

Zarkasi, Faruqi. (2017). Pengaruh Permainan Matematika Terhadap Minat


Belajar Siswa Pada Matapelajaran Matematika. Diakses pada 11 April 2021,
Pukul 10.22.
https://conferences.uin.malang.ac.id

31

Anda mungkin juga menyukai