Anda di halaman 1dari 29

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR

PADA PERMAINAN MENYUSUN BALOK


DI TAMAN KANAK-KANAK BABUSSALAM KABUPATEN
MAJALENGKA

NAMA : ERNI MULYANI


NIM : 835645039
EMAIL : erniyani694@gmail.com

ABSTRAK

Upaya Meningkatkan Kemampuan Berfikir Pada Permainan Menyusun Balok di


Taman Kanak-Kanak Babussalam Majalengka. Permainan Menyusun Balok peranan
yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan penciptaan proses dan pencapaian
hasil belajar. Untuk memotivasi anak mengembangkan kemampuan yang dimilikinya,
Pendidik perlu melakukan kreativitas dalam pengajarannya. Tujuan yang diharapkan
dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan Berfikir Pada Permainan
Menyusun Balok pada AUD. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan
Kelas melalui dua siklus. Deskripsi siklus melalui empat langkah perencanaan, tindakan,
observasi, refleksi. Hasil penelitian bahwa Kemampuan Berfikir di Taman Kanak-Kanak
Babussalam dalam mengenal bentuk bangunan setelah menggunakan Permainan
Menyusun Balok menjadi meningkat dan berkembang, hal ini di tandai pada siklus I,
anak yang sudah berkembang sangat baik 7 anak, anak sudah berkembang sesuai dengan
harapan dalam mengenal bentuk bangunan sebanyak 5 anak, yang mulai berkembang
dalam mengenal bentuk bangunan sebanyak 4 anak, dan sementara yang belum
berkembang dalam mengenal bentuk-bentuk geometri sebanyak 0 anak. Kemudian pada
siklus II anak yang berkembang sangat baik 12 anak, anak yang sudah berkembang
sesuai harapan dalam mengenal bentuk bangunan sebanyak 4 anak, yang mulai
berkembang dalam mengenal bentuk bangunan 0 anak dan sementara yang belum
berkembang dalam mengenal bentuk-bentuk geometri sebanyak 0 anak.

Kata Kunci : Permainan, Menyusun Balok, Kemampuan Berpikir

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah upaya kesadaran untuk menumbuh kembangkan potensi
yang dimiliki manusia. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 BAB 1 pasal 1 ayat I
tentang sistem pendidikan nasional, dinyatakan bahwa pendidikan adalah upaya
kesadaran dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

1
sehingga memiliki kekuatan semangat keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (Hasbullah :2011: 4).
Dengan keluarnya Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas), keberadaan pendidikan usia dini diakui secara
sah. Hal itu tercantum dalam bagian tujuh, pasal 28 ayat 1s/d 6, di mana
pendidikan anak usia dini diarahkan pada pendidikan pra-sekolah yaitu anak usia
0 s/d 6 tahun. Dalam penjabaran pengertian, UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas menyatakan bahwa: Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak 0 tahun sampai dengan 6 tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
mental dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Kajian mengenai keberadaan PAUD dalam sistem pendidikan nasional perlu
banyak dilakukan, baik pembahasan terhadap aspek-aspek filosofisnya maupun
aspek-aspek teknis, berupa kuirkulum maupun proses pembelajaran PAUD di
lapangan. demi menunjang tercapainya tujuan pendidikan, yakni mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan berbangsa, bertujuan untuk
pengembangan daya pikir peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Alloh SWT, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri,Cerdas dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. (Depdiknas, 2007).

1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pembahasan di atas, maka penulis menilai penelitian terhadap
masalah rencana kegiatan pendidikan anak usia dini perlu dilakukan berdasarkan
kajian kepustakaan maupun pengalaman penulis dalam mengelola kegiatan
pendidikan anak usia dini.
Taman Kanak-Kanak merupakan lembaga pendidikan formal sebelum anak
memasuki sekolah dasar (SD), lembaga ini dianggap penting karena bagi anak

2
usia ini merupakan usia cemerlang yang didalamnya terdapat “masa peka” yang
hanya datang sekali.
Upaya pengembangan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara termasuk
pada permainan menyusun balok. Permainan mengenal bentuk bangunan di
Taman Kanak-Kanak tidak hanya terkait dengan kemampuan kognitif/berpikir
saja, tetapi juga kesiapan mental sosial dan emosional, oleh sebab itu dalam
pelaksanaannya harus dilakukan secara menarik minat, bervariasi dan
menyenangkan.
Berdasarkan pengamatan di Taman Kanak-Kanak Babussalam penulis
menemukan adanya kendala yaitu rendahnya minat anak didik dalam belajar
berpikir dengan benda – benda yang ada di lingkungan sekitarnya, lebih merespon
pembelajaran mewarnai, motorik halus dan bermain di luar.
Dengan memberikan dorongan semangat kepada anak karena motivasi
merupakan proses internal yang mengaktifkan, memandu dan memelihara
perilaku anak secara terus menerus. Contoh dorongan semangat bagi anak adalah
rasa keingintahuan anak untuk berpikir dan menyebutkan benda yang ada di
sekitarnya, sehingga anak mau mengulangi apa yang sudah dipelajari.

2. Analisis Masalah
Di Taman Kanak-Kanak pembelajaran mengenal bentuk bangunan dengan
benda–benda, menggunakan alat yang sederhana. Para pendidik menggunakan
media yang ada di dalam lingkungan sekolah misalnya pensil, penghapus, buku
gambar, gunting. Hal ini membuat anak didik merasa jenuh.
Di dalam persiapan perencanaan menyusun model pembelajaran mengenal
bentuk bangunan ini disesuaikan dengan karakteristik/watak anak, perkembangan
fisik dan kejiwaan anak Taman Kanak-Kanak, keadaan lingkungan sekitar dan
ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan sangat mendukung proses
keberhasilan pembelajaran. Kegiatan daya pikir ini untuk meningkatkan anak
Taman Kanak-Kanak kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap
perkembangannya.
Permainan menyusun balok ini merupakan bagian dari ilmu hitung,
diperlukan untuk menumbuh kembangkan keterampilan daya pikir yang sangat

3
diperlukan dalam kehidupan sehari– hari, terutama konsep bilangan yang
merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan ilmu hitung maupun kesiapan
untuk mengikuti pendidikan dasar.
Dari ketidak berhasilan tersebut Pendidik berupaya untuk menuntaskan
pembelajaran dalam berpikir (Kognitif) dengan melakukan Pemantapan
Kemampuan Profesional yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Pada Permainan Menyusun Balok Di Taman Kanak-Kanak
BABUSSALAM Kecamatan Cingambul Kabupaten Majalengka” sebagai upaya
meningkatkan keaktifan peserta didik, yang berdampak positif terhadap
peningkatan hasil belajar peserta didik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana seharusnya upaya meningkatkan kemampuan berpikir pada
permainan menyusun balok yang digunakan, apakah sudah sesuai dengan
tingkat perkembangan anak?
2. Apakah Pendidik sudah menggunakan permainan menyusun balok dengan
baik sesuai dengan minat anak?
3. Bagaimana hasil penggunaan permainan menyusun balok dalam
meningkatkan kemampuan berpikir anak?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pengembangan


Tujuan yang diharapkan penulis dalam Penelitian Perbaikan Pengembangan
adalah :
1. Meningkatkan kemampuan dan perkembangan anak dalam berpikir pada
permainan menyusun balok.
2. Anak dapat berfikir logis dan sistematis.
3.  Memotivasi anak untuk mengenal konsep bilangan dengan benar.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pengembangan


Dengan adanya Penelitian Perbaikan Pengembangan, banyak sekali
manfaatnya bagi anak Taman Kanak-Kanak, Pendidik dan sekolah.

4
1) Bagi anak Taman Kanak-Kanak:
a. Dapat belajar mendikte hitungan pemulaan dari berbagai media atau
alat peraga.
b. Meningkatkan inisiatif daya piker anak untuk belajar berhitung
permulaan melalui kegiatan bermain sambil belajar.
c. Meningkatkan kemampuan anak dalam menyusun dan menata benda-
benda dengan lambang bilangannya.
2) Bagi Pendidik:
a. Menambah wawasan intelektual tentang rangsangan yang sesuai dan
tepat dalam meningkatkan kemampuan berhitung permulaan.
b. Menambah pengetahuan dalam memilih dan memilah serta
menggunakan alternative/pilihan pengembangan pembelajaran yang
tepat dalam menyampaikan materi berhitung.
c. Mampu melakukan persiapan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
kemampuan peserta didik.
3) Bagi sekolah:
a. Dapat menambah wawasan keilmuan bagaimana memfasilitasi dan
mempersiapkan anak yang ada hubungannya dengan kemampuan
berpikir anak usia Taman Kanak-Kanak.
b. Memberikan kesempatan bagi Pendidik untuk berkembang membuat
inovasi baru.
c. Masyarakat akan lebih percaya dan mendukung sekolah karena
mutunya sangat bagus.

KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan berpikir (Kognitif)
Beberapa teori yang mendasari landasan berpikir di Taman Kanak-Kanak
adalah sebagai berikut:
1) Tingkat Perkembangan Mental Anak.
Ingatan, pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan masalah. Selain itu
kegiatan belajar pada anak harus disesuaikan dengan tahapan-tahapan
perkembangan mental anak, karena belajar bagi anak harus keluar dari anak itu

5
sendiri. Anak usia Taman Kanak-Kanak berada pada tahapan pra-operasional
kongkret dan berfikir intuitif dimana anak dapat mempertimbangkan tentang
besar, bentuk dan benda – benda didasarkan pada cara pandang dan
pengalamannya ( persepsi sendiri).
2) Masa Peka berpikir Pada Anak.
Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan daya pikir dan belajar.
Apabila anak sudah menunjukkan masa peka ( kematangan ) untuk berpikir, maka
orang tua dan Pendidik di Taman Kanak-Kanak harus responsif, untuk segera
memberikan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan dasar anak dapat
terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan
kemampuan berpikir yang optimal.

B. Bermain Dan Alat Permainan Balok


a. Pengertian bermain
Prinsip bermain di Taman Kanak-Kanak adalah bermain sambil belajar.
Ketika bermain anak mengekspresikan diri dan mengeksplorasi dengan bebas
tanpa merasakan paksaan. Mayke ( 1993 ) menyatakan bahawa belajar sambil
bermain, memberikan kesempatan kepada anak untuk memanipulasi,
mempraktekkan konsep serta pengertian yang tidak terkira banyaknya. Menurut
Smith dan Pelegrini (2008) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
kepentingan diri sendiri, dilakukan dengan cara-cara menyenangkan , tidak
diorentasikan pada hasil akhir, fleksibel, aktif, dan positif.
Dalam kegiatan bermain anak harus focus menggunakan seluruh panca
indranya, penglihatan, suara, rasa dan nalarnya yang akan mempercepat kualitas
hubungan anak. Karena anak usia Taman Kanak-Kanak belajar dalam keadaan
situasi holistic dan terkait dengan kehidupan sehari-hari, maka jenis, bentuk,
ukuran serta kepentingan kegiatan pengembangan pendidikan bagi anak. Ini
berarti dalam memilih alat-alat peraga bermain harus disesuaikan dengan usia,
minat serta taraf perkembangan fisik dan psikis anak didik. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam memilih alat peraga edukatif adalah:

6
a. Alat peraga bermain hendaknya multiguna dengan pengertian lain alat
tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan yang
lain.
b. Alat peraga bermain dapat menimbulkan dan menumbuhkan kreatifitas,
daya imajinasi dan daya khayal.
c. Alat peraga bermain disesuaikan dengan tingkat usia perkembangan
anak.
Beberapa ahli peneliti pendidikan anak usia dini memberi batasan arti
bermain dengan memisahkan aspek – aspek tingkah laku yang berbeda dalam
bermain. Dikemukakan sedikitnya ada lima katagori dalam bermain ( Dworetzky,
1990 : 395 – 396 ) yaitu :
a. Motivasi intrinsik. Tingkah laku bermain di motivasi dari dalam diri
anak. Pengaruh positif tingkah laku itu menyenangkan untuk dilakukan.
b. Bukan dikerjakan sambil lalu. Oleh sebab itu tidak mengikuti pola atau
urutan yang sebenarnya, melainkan lebih bersifat pura-pura.
c. Cara / tujuan. Cara bermain lebih diutamakan dari pada tujuannya.
d.  Kelenturan. Bermain itu diperlukan kelenturan. Kelenturan di
tunjukkan baik dalam bentuk maupun dalam hubungan serta berlaku
dalam setiap situasi dan kondisi.
b. Fungsi bermain
Memberikan kesempatan proses berasosiasi kepada anak untuk
mendapatkan dan memperkaya pengetahuan dengan menggunakan berbagai alat
peraga, buku pedoman, nara sumber, atau tempat. Pengunaa sumber bahan belajar
disesuaikan dengan kebutuhan anak didik, contohnya ada seorang anak yang
hanya menghendaki bahan belajar dari sumber belajar yang sama. Hal ini
dikarenakan adanya kebutuhan anak akan pengulangan-pengulangan untuk
menguasai kemampuan maupun keterampilan tertentu.
Fungsi bermain yang lain adalah meningkatkan perkembangan anak dalam
berbahasa melalui berkomunikasi dengan mereka tentang hal-hal yang
berhubungan dengan sumber bahan belajar atau hal lain. Sebisa mungkin anak
dilatih untuk bercerita tentang kejadian yang dia lihat, dengar, atau hal-hal lain
yang dia rasakan.

7
Dunia anak adalah dunia bermain, jadi jangan memaksakan anak untuk
terus belajar dan melakukan latihan banyak soal setiap harinya. Biarkan anak
bermain sesuai keinginannya karena fungsi bermain bagi anak begitu banyak
seperti yang akan dijelaskan berikut ini.
 Melatih perkembangan sensorik serta motorik: Melalui permainan, anak
akan menjadi terlatih ketika melakukan beragam aktivitas sensorik serta
motorik.
 Mengasah memori otak: Anak kecil mempunyai organ memori yang
belum banyak terisi oleh bebagai hal. Oleh karena itu, melalui bermain
anak bisa mengembangkan kemampuan memori yang ia miliki.
 Meningkatkan kreativitas anak: di dalam melakukan aktifitas permainan,
anak-anak dapat mengeksplorasi dan menerapkan banyak ide yang terkait
dengan pola permainan.

c. Pengertian Alat Permainan Balok


Mitchell dalam Nento, mengungkapkan bahwa “ Balok adalah potongan-
potongan kayu yang polos (tanpa cat), sama lebar dan tebalnya dengan panjang
dua kali atau empat kali sama besarnya dengan satu unit balok.” Menurut Mulyadi
dalam Nento menjelaskan bermain balok adalah jenis kegiatan yang sifatnya
konstruktif, dimana anak mampu membangun sesuatu dengan menggunakan
balok-balok yang sudah disediakan.
Permainan balok adalah permainan yang memiliki unsur mendidik yang
didapaTaman Kanak-Kanakan dari sesuatu yang ada dan melekat serta menjadi
bagian dari permainan balok itu sendiri. Selain itu, permainan balok juga memberi
rangsangan atau respons positif terhadap indra pemainnya. Indra yang dimaksud
antara lain menulis, daya pikir, keseimbangan kognitif, motorik (keseimbangan
gerak, daya tahan, kekuatan, keterampilan, dan ketangkasan), pendengaran,
penglihatan, suara (berbicara, komunikasi), afeksi, serta kekayaan sosial dan
spritual ( budi pekerti luhur, cinta, kasih sayang, etika, kejujuran, tata krama dan
sopan santun, persaingan sehat, serta pengorbanan).
Kunci pertama dalam suatu permainan dapat dikatakan edukatif adalah
permainan itu memiliki nilai guna, efektivitas, dan evisiensi yang mengarahkan

8
proses mendidik secara positif. Hal ini dapat terjadi jika suatu permainan dapat
dikontrol dan digunakan dengan tepat. Sebab, permainan dapat berdampak atau
memberikan pengaruh negatif apabila tidak ada latar belakang “mendidik” atau
mengajak dan mengarahkan peserta didik menuju kehidupannya yang lebih baik.
demikianlah konteks dan inti permainan yang sebenarnya, yakni sebagai media
atau objek yang memberikan efek kesenangan dan mendukung terwujutnya
motivasi positif pada peserta didik. Dengan kata lain, permainan sebagai upaya
mempengaruhi psikologis/kejiwaan peserta didik.
d. Jenis Media Balok
Balok yang digunakan dalam proses pengembangn pembelajaran anak
memiliki beberapa jenis. Menurut peneliti Dodge et al dalam Masnipal terdapat
dua jenis balok yaitu :
a. Balok unit (unit blocks) Balok unit potongan-potongan terbuat dari
kayu keras atau plastik dengan berbagai ukuran dan bentuk, antara lain
berupa balok berbentuk kubus, persegi empat, tiang/setengah tiang,
segitiga, silinder.
b. Balok hollow (Hollow blocks) Balok hollow adalah suatu jenis
permainan yang juga terbuat dari kayu tetapi telah diolah sedemikian
rupa menjadi kotak-kotak kayu besar berbentuk persegi empat atau
segitiga.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas maka peneliti akan menggunakan
balok unit sebagai media yang digunakan dalam penelitian karena dalam
penelitian ini peneliti membutuhkan media balok dengan berbagai bentuk dan
ukuran agar anak dapat dengan leluasa memilih dan membangun berbagai macam
bentuk bangunan.
e. Tahap Bermain Balok
Bermain Balok Memiliki beberapa tahapan yang tahap demi tahapnya
menunjukkan perkembangan anak. Secara bertahap anak akan menunjukkan
perkembangan baik itu meningkat atau tidak dalam penggunaan balok. Menurut
Asmawati Ada empat tahap perkembangan anak dalam penggunaan bermain
balok, yaitu:

9
Tahap 1: Membawa balok (bermain fungsional). Anak kecil yang belum pernah
bermain balok sebelumnya, akan membawa balok berkeliling atau
memuatnya ke dalam truk (mainan) dan membawanya serta ditarik
kesana-kemari dengan truk. Sekarang ini, anak sangat tertarik untuk
belajar tentang balok, seberapa berat balok- balok tersebut, bagaimana
rasanya, dan seberapa banyak balok-balok dapat dibawa sekali angkat.
Tahap II: Menyusun balok dan menyimpannya di lantai. Menyusun atau mengatur
balok di lantai adalah tahap berikutnya. Pada tahap II anak masih
meneruskan bermain tentang sifat-sifat balok. Mereka menemukan
bagaimana caranya membuat bangunan dengan menyusun balok dan
bagaimana kelihatannya jika disusun di lantai.
Tahap III: Mennyambungkan balok dengan balok lainnya untuk membentuk
bangunan utuh. Penggunaan jalan pada Tahap II menandakan transisi
daya piker dari hanya menyusun balok, kepada membuat bangunan
yang utuh. Anak yang telah terbiasa dengan bentuk bangunan jalan
menemukan bahwa mereka dapat menggunakan jalan untuk
menghubungkan satu bangunan ke bangunan lainnya. Penemuan ini
bagi anak membawa anak kepada tahap percobaan aktif ketika anak
menerapkan konsep kemampuan memecahkan masalah.
Tahap IV: Membuat bangunan yang jelas terlihat. Anak yang berpengalaman
dengan balok dapat meletakkan balok dengan menggunakan
keterampilan dan ketelitian. Anak belajar beradaptasi pada bangunan
mereka dengan membuat struktur dan desain dengan membentuk
bangunan balok ke atas, ke samping, ke sekeliling atau di atas
penghalang.
f. Fungsi Alat Permainan Balok.
Alat-alat permainan yang dikembangkan memiliki berbagai fungsi dalam
mendukung proses pengembangan belajar anak sehingga kegiatan dapat
berlangsung dengan baik dan bermakna serta menyenangkan bagi anak. Fungsi-
fungsi tersebut adalah:
 Menciptakan situasi bermain sambil belajar yang menyenangkan bagi
anak dalam proses pemberian rangsangan kemampuan anak.

10
 Menumbuhkan rasa kebanggaan diri dan membentuk kepercayaan diri
anak yang positif.
 Memberikan stimulus dalam pembentukan perilaku dan
pengembangan kemampuan dasar.
 Memberikan kesempatan anak beradaftasi, bersosialisasi,
berkomunikasi dengan teman sebaya. Alat permainan edukatif
berfungsi memfasilitasi anak-anak mengembangkan hubungan yang
harmonis dan komunikatif dengan lingkungan di sekitar.
 Ada dua hal yang menjadi perhatian ketika anak bermain, Pertama,
bermain hendaknya tidak menimbulkan efek kelelahan yang
berlebihan, Sebab, dalam aktifitas seperti itu terdapat bahaya bagi
kejiwaan dan melemahkan jasmani.

C. Pengaruh Penggunaan Media Balok Terhadap Kreativitas AUD


Anak usia dini pada dasarnya memiliki potensi kreatif dalam dirinya,
namun demikian potensi ini perlu dikembangkan. Kreativitas anak harus di
rangsang sejak dini karena pada usia seperti ini merupakan awal dari kehidupan
dan pada usia dini juga individu sedang menjalani suatu proses pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat.
Pengembangan kreativitas anak dapat dilakukan dengan berbagai macam
cara salah satunya adalah dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat.
Media pembelajaran ini akan mempermudah anak dalam memahami pengetahuan
yang diberikan oleh pendidik. Media pembelajaran juga dapat dikreasikan oleh
pendidik sesuai dengan pengetahuan apa yang akan diberikan pada anak.
Selaras dengan pendapat di atas menurut Hildayani dkk (2005:4.24)
kegiatan bermain balok merangsang kecakapan serta daya hayal anak, ia harus
dapat menggambarkan bentuk yang akan di buat, cita rasa seni pun dibutuhkan
sehingga hasilnya enak dilihat.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
balok memiliki pengaruh terhadap kreativitas anak dimana dengan bermain balok
anak dirangsang untuk menggunakan daya imajinasinya. Pada penelitian ini anak

11
usia dini diharapkan dapat membuat bentuk dari balok, misalnya bentuk rumah,
pagar dan halaman dengan menggunakan imajinasinya.

D. Pendidikan Anak Usia Dini


1. Karakter anak usia dini
Menurut ( Hartati, 2005 ) untuk menunjang perkembangan anak harus
diketahui berbagai ciri khas atau karakter anak didik tersebut
yaitu:                           
a. Memiliki Rasa Keingin Tahuan Yang Besar.
Anak usia dini sangat tertarik dengan dunia sekelilingnya. Dia ingin
mengetahui segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Anak di usia 3 s/d 4
tahun akan sering membongkar pasang segala sesuatu untuk memenuhi rasa 
keingintahuannya.
b. Merupakan Pribadi Yang Unik.
Setiap anak walaupun kembar memiliki keunikan masing-masing.
Misalnya dalam model gaya belajar, minat dan latar belakang keluarga.
c. Berpikir Konkrit.
Yang dimaksudkan adalah berpikir berdasarkan pada makna
sesungguhnya, yang terkadang berpikir secara abstrak.bagi anak-anak usia
dini, segala hal yang mereka lihat dan ketahui akan terlihat asli.
d. Suka Berfantasi Dan Berimajinasi.
Fantasi adalah kemampuan dalam membentuk tanggapan baru dengan
dukungan tanggapan yang sudah ada dari dalam dirinya. Imajinasi adalah
kemampuan anak untuk menciptakan suatu objek atau kejadian tanpa
didukung adanya data yang nyata ( ayah bunda, 1992). Salah satu imajinasi
anak dalam pikirannya dapat berupa manusia, binatang, atau benda yang
diciptakan dalam hayalan untuk berperan sebagai seorang teman
(harlock,1993).
e. Masa Paling Cemerlang Untuk Belajar.
Anak usia dini mengalami masa tumbuh kembang yang   pesat pada
berbagai aspek serta menjadi masa yang paling peka dan potensial bagi anak
untuk mempelajari sesuatu.

12
f. Menunjukkan Sikap Egosentris.
Karakteristik ini tentu dimiliki setiap anak, hal ini bisa dilihat dan
dibuktikan dengan sikap dan prilaku anak yang cenderung memperhatikan
serta memahami sesuatu dari sudut pandangnya sendiri. Hal ini dapat dilihat
dari prilakunya yang sering kali memperebutkan sesuatu, sangat marah atau
menangis bila harapannya tidak dikehendaki dan memaksakan kehendak.
g. Berjiwa Petualang
Karena anak memiliki rasa keingintahuan yang besar dan kuat. Rasa
keingintahuan ini biasanya akan disertai dengan mengeksplorasi sesuatu hal
serta memiliki jiwa petualang. Contohnya saja, anak-anak senang sekali
berjalan mondar-mandir, pasang bongkar hal-hal di sekitarnya, mencorat
coret dinding, dan lainnya.
h. Belajar Berbagai Hal Menggunakan Tubuh
Anak anak usia dini memang menjadi usia dimana dirinya senang
mempelajari hal-hal baru mereka akan mulai banyak belajar dengan
menggunakn seluruh anggota tubuh mereka, mulai dari mengamati, mengira-
ngira, merasakan, bergerak, menyentuh, menjelajah, dan lainnya.
i. Bagian Dari Makhluk Social
Anak akan senang jika bisa diterima serta berada didalam lingkungan
teman-teman sebayanya. Mereka senang melakukan kerjasama serta saling
memberikan semangat pada teman-teman lainnya.
j. Spontan
Karakteristik lainnya yang dimiliki anak anak usia dini adalah sipat
yang spontan. Perilaku serta sikap yang biasanya dilakukan pada anak-anak
umumnya merupakan sikap asli yang dimiliki mereka tanpa adanya rekayasa.
k. Mempunyai Semangat Belajar Yang Tinggi
Ketika anak-anak memiliki keinginan yang menyenangkan serta
menarik perhatian mereka tentu saja membuat anak-anak berusaha untuk
terus menerus mencari cara agar dapat memahami hal-hal yang mereka sangat
inginkan.
l. Kurangnya Pertimbangan

13
Anak- anak pada usia dini biasanya kurang dalam mempertimbangkan
hal-hal yang akan terjadi pada mereka kedepannya. Mereka belum memahami
apakah hal yang dilakukannya berdampak bahaya atau tidak bagi dirinya.

m. Periode Belajar Yang Potensial


NAEYC Menjelaskan jika periode awal kehidupan dikatakan sebagai
periode pembelajaran dengan slogan Early Years are Learning Years. Hal
seperti inilah yang kemudian menyebabkan selama dalam rentang tersebut
anak dapat mengalami berbagai pertumbuhan serta perkembangan yang
begitu cepat.
n. Mudah Sekali Frustasi
Karakteristik anak usia dini lainnya adalh mudah sekali frustasi. Rasa
keingintahuannya yang besar dan berlebihan terkadang membuat anak mudah
sekali frustasi apabila keingintahuannya tersebut tidak segera dituruti.

E. Jenis-Jenis Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)


Menurut peraturan mentri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia
nomor 84 tahun 2014 tentang pendirian satuan PAUD bahwa jenis-jenis PAUD
adalah :
a) Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak usia 0 tahun sampai dengan 6 tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jiwa raga agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan selanjutnya.
b) Satuan PAUD adalah Taman Kanak-Kanak (TK), Taman Kanak-Kanak
Luar Biasa (TKLB), Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak
(TPA), dan Satuan PAUD Sejenis (SPS).
c) Taman Kanak-Kanak adalah salah satu bentuk satuan PAUD pada jalur
pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi
anak berusia 4 tahun sampai dengan 6 tahun dengan memperioritaskan
usia 5 dan 6 tahun.

14
d) Taman Kanak-Kanak Luar adalah salah satu bentuk satuan PAUD pada
jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan
khusus bagi anak berusia 4 tahun sampai dengan 6 tahun dengan
memprioritaskan usia 5 dan 6 tahun.
e) Kelompok Bermain adalah salah satu bentuk satuan PAUD jalur
pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan
bagi anak usia 2 sampai dengan 6 tahun dengan memprioritaskan usia 3
dan 4 tahun.
f) Taman Penitipan Anak adalah salah satu bentuk satuan PAUD jalur
pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan
bagi anak sejak lahir sampai dengan 6 tahun dengan memprioritaskan
sejak lahir sampai dengan usia 4 tahun.
g) Satuan pendidikan anak usia dini sejenis yang selanjutnya disebut SPS
adalah salah satu bentuk satuan PAUD jalur pendidikan nonformal yang
menyelenggarakan program pendidikan bagi anak sejak lahir sampai
dengan 6 tahun secara mandiri atau terintegrasi dengan berbagai
layanan kesehatan, gizi, keagamaan, dan atau kesejahteraan sosial.

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PENGEMBANGAN

A. Subjek Penelitian
Perbaikan pengembangan upaya meningkatkan kemampuan berfikir pada
permainan menyusun balok di TK Babussalam.
1. Lokasi Penelitian
a. Nama TK : Taman Kanak-Kanak Babussalam
b. Alamat : Blok wanakerta Desa Rawa
c. Kelompok : B
d. Tema : Lingkunganku/Rumah
e. Waktu : 7.30 – 10.00 WIB

15
Karakteristik Anak Kelompok B TAMAN KANAK-KANAK
Babussalam Desa Rawa kecamatan Cingambul Kabupaten Majalengka
adalah sebagai berikut :
Jenis
Kelamin Umur Latar
No Nama anak
Tahun Belakang
L P

1. Aina Zahra Nadhifa P 6 Aktif

2. Andina P 6 Pendiam

3. Andini P 6 Pendiam

4. Azka Akila Permana L 6 Aktif

5. Elsi Nurul Fajri P 6 Aktif

6. Muhamad Ardiansyah L 6 Pendiam

7. Muhamad Azka Maulana L 5,5 Aktif

8. Muhamad Baihaki Ikhsan L 5,5 Aktif

9. Muhamad Hasbi Agashi L 5,5 Cengeng

10. Muhamad Lutfi Firmansah L 5,5 Pendiam

11. Muhamad Abdu Rofi L 6 Aktif

12. Naila Putri Apriliani P 6 Pendiam

13. Isma Siti Saadah P 6 Aktif

14. Muhamad Alfatih L 6 Aktif


15. Raisya Hikmatul Ula P 6 Aktif
16. Rindi Rahmawati P Pendiam

16
Adapun tema yang digunakan dalam kegiatan pengembangan ini dijelaskan
sebagai berikut :
a. Siklus 1 tema : Lingkungan/Rumah
b. Siklus 2 tema : Lingkungan/Jendela
2) Waktu pelaksanaan :
a. Siklus I : 23September s.d 27 September 2019
b. Siklus II : 30 September s.d 04 Oktober 2019
B. Deskripsi Per Siklus
Pelaksanaan kegiatan perbaikan pengembangan dalam setiap siklus
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
- Rencana
- Pelaksanaan
- Pengamatan
Penjelasan masing-masing langkah untuk setiap siklus, dipaparkan pada
bagian berikut :
I. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
1) Tindakan yang akan dilaksanakan/alternatif perbaikan dalam dua
siklus.
Pada siklus I peneliti merencanakan tindakan/alternatif perbaikan dalam
bentuk skenario perbaikan RPPH (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian).
RPPH I : Tindakan yang dilaksanakan adalah pengenalan bentuk-bentuk
balok.
RPPH II : Tindakan yang dilaksanakan adalah menghitung jumlah balok
RPPH III : Tindakan yang dilaksanakan adalah membuat bangunan
menggunakan balok.
RPPH IV : Tindakan yang dilaksanakan adalah mengelompokan balok
sesuai warna.
RPPH V: Tindakan yang dilaksanakan adalah Mencari jejak rumah.
2) Langkah-langkah perbaikan
a) Skenario perbaikan RPPH I

17
Pengenalan bentuk-bentuk balok :
 Pendidik mempersiapkan alat peraga yaitu balok
 Pendidik menjelaskan macam-macam balok
 Pendidik menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu
menyebutkan bagian-bagian rumah.
 Pendidik membagikan benda balok
 Pendidik menugaskan anak untuk menyebutkan bentuk balok
b) Skenario perbaikan RPPH II
Menghitung jumlah balok untuk dijadikan bentuk jendela
 Pendidik mempersiapkan alat peraga yaitu balok.
 Pendidik menjelaskan cara menyusun permainan balok
 Pendidik meminta anak untuk menyusun bilangan dengan
menggunakan balok
 Pendidik membagikan balok.
 Anak mengerjakan kegiatan
 Pendidik memberi penguat berupa pujian.
c) Skenario perbaikan RPPH III
Membuat bentuk kursi dan meja menggunakan balok
 Pendidik mempersiapkan alat peraga balok.
 Pendidik menjelaskan alat peraga
 Pendidik menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu cara
membuat bentuk kursi dan meja menggunakan balok.
 Pendidik memberikan penilaian awal
 Anak mengerjakan kegiatan yaitu membuat bentuk kursi dan meja
dengan balok.
 Pendidik memberi penilaian akhir dan riwerd.
d) Skenario perbaikan RPPH IV
Mengelompokan balok sesuai warna (merah,kuning,hijau)
 Pendidik mempersiapkan alat peraga balok.
 Pendidik menjelaskan alat peraga

18
 Pendidik menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu
mengelompokan balok sesuai warna
 Pendidik memberikan penilaian awal
 Pendidik membagikan lembar kerja anak..
 Pendidik memberi penilaian akhir dan riwerd.
e) Skenario perbaikan RPPH V
Mencari jejak rumah dan sekolah.
 Pendidik mempersiapkan alat peraga.
 Pendidik menjelaskan alat peraga.
 Pendidik menjelaskan cara menghubungkan gambar rumah
dengan rumah yang sesuai.
 Pendidik membagikan lembar kerja anak.
 Pendidik menugaskan anak untuk menunjukan gambar rumah
dengan sekolah yang sesuai pada lembar kerja .
 Pendidik membagikan lembar kerja anak.
 Anak mengerjakan tugasnya sesuai dengan penjelasan Pendidik.
 Pendidik memberikan penilaian akhir.

b. Tahap Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pengembangan


1) Menentukan penilai 1 dan 2
Penilai 1 : Adalah Pendidik Taman Kanak-Kanak yang bernama :
Siti Mariam S.Pd.I Pendidik Taman Kanak-Kanak
Babussalam Desa Rawa kec.Cingambul
kab.Majalengka.
Penilai II : Adalah Pendidik Taman Kanak-Kanak yang bernama :
Heri Iskandar S,Pd.I Pendidik Taman Kanak-Kanak
Babussalam Desa Rawa kec.Cingambul
kab.Majalengka.

19
2) Prosedur Kegiatan Perbaikan Pengembangan
Prosedur kegiatan perbaikan pengembangan secara umum adalah
kegiatan anak yang banyak menggunakan media. Sebagai bahan untuk
pengembangan kemampuan anak mengenal bentuk bangunan. Sehingga
akan menimbulkan pertanyaan, pemusatan perhatian, antusias
mengerjakan tugas dan sebagainya, juga tak lepas dari motivasi Pendidik
dalam memfasilitasi berbagai media, sarpras serta teknik pelaksanaan
tujuan perbaikan pengembangan agar berhasil secara optimal.

c. Pengamatan/Pengumpulan Data/Instrumen
Dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan pengembangan di siklus
I ini menggunakan :
1) Pengumpulan data mengenai hasil unjuk kerja dan penugasan pada
anak.
2) Instrumen yang digunakan adalah :
a) Rencana satu siklus
b) Rencana kegiatan 5 RPPH
c) Lembar refleksi
d) Skenario perbaikan RPPH I sampai V
e) Penilaian APKG PKP 1 dan APKG PKP 2

3) Data Observasi
Berdasarkan hasil observasi permainan menyusun balok untuk
meningkaTaman Kanak-Kanakan kemampuan berfikir pada TK
Babussalam pada siklus I hampir 60 % anak sudah berhasil.
Adapun yang belum berhasil adalah :
1) Dalam permaianan menyusun balok belum dapat digunakan
semua anak.
2) Anak belum mampu mengenal bentuk bangunan 11-20.

20
Hasil belajar anak
Nilai Siklus
4
3
9

Berdasarkan hasil belajar anak di siklus I dari jumlah anak 16


orang, yang sudah mampu mengenal bentuk bangunan di Taman Kanak-
Kanak Babussalam sebanyak 9 orang yang sudah berkembang sesuai
harapan. Yang mulai berkembang dalam mengenal bentuk bangunan
sebanyak 3 orang dan yang belum berkembang dalam mengenal bentuk
bangunan sebanyak 4 orang.
4). Refleksi
Setelah melakukan perbaikan dalam kegiatan pengembangan,
peneliti melakukan refleksi diri yaitu dengan menilai apa saja yang telah
peneliti lakukan dalam kegiatan perbaikan itu. Apakah masih ada
kekurangan atau kelebihan atau masih perlu ada perbaikan lagi untuk hari
berikutnya.

II. Siklus II
a. Tahap perencanaan
1. Tindakan yang akan dilaksanakan /alternatif perbaikan dalam
rancangan satu siklus pada siklus 2, peneliti merencanakan tindakan
atau alternatif perbaikan dalam bentuk skenario perbaikan RPPH
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian).
RPPH I : kegiatan perencanaan yang akan dilaksanakan pada
RPPH I adalah difokuskan pada kemampuan anak dalam
permainan menyusun balok.

21
RPPH II : Kegiatan perencanaan yang akan dilaksanakan pada
RPPH II adalah kemampuan anak dalam menghitung
jumlah benda.
RPPH III : Kegiatan perencanaan yang akan dilaksanakan pada
RPPH III adalah kemampuan anak dalam membuat
bentuk menggunakan balok.
RPPH IV : Kegiatan perencanaan tindakan perbaikan yang akan
dilaksanakan pada RKH IV adalah kemampuan anak dalam
mengelompokan balok sesuai warna.

RPPH V : Kegiatan perencanaan tindakan perbaikan yang akan


dilaksanakan pada RPPH V adalah kemampuan anak
dalam mencari jejak untuk memecahkan masalah.

b. Tahap pelaksanaan
Tahap Pelaksanaan pada Siklus II adalah dengan prosedur kegiatan
pengembangan sebagai berikut :
RPPH I : Kegiatan pengembangan difokuskan pada kemampuan
kemampuan anak dalam lomba mencari angka 11
sampai 20.
RPPH II : Kegiatan pengembangan disini difokuskan pada
kemampuan anak dalam mengelompokkan balok sesuai
warna
RPPH III : Fokus pada kegiatan pengembangan ini, kemampuan
anak dalam menyusun balok
RPPH IV : Kegiatan pengembangan difokuskan pada kemampuan
anak dalam menPendidikTaman Kanak-Kanakan bentuk
balok dari yang besar-kecil.
RPPH V : kegiatan pengembangan difokuskan pada kemampuan
anak dalam menghitung jumlah balok dan
menghubungkannya dengan gambar pintu.
Prosedur pengembangan secara umum adalah kegiatan anak banyak
menggunakan permainan menyusun balok sebagai bahan untuk

22
pengembangan kemampuan berfikir anak sehingga akan menimbulkan
pertanyaan, pemusatan perhatian, antusias mengerjakan tugas dan
sebagainya.
c. Pengamatan/pengumpulan data/instrumen
Dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan pengembangan di siklus 2 ini
menggunakan :
1) Pengumpulan data melalui hasil unjuk kerja dan penugasan pada
anak.
2) Instrumen yang digunakan adalah :
a) Rencana satu siklus
b) Rencana kegiatan 5 RPPH
c) Lembar refleksi
d) Skenario perbaikan RPPH I sampai 5
e) Penilaian APKG PKP 1 dan APKG PKP 2
3) Data Observasi
Berdasarkan hasil observasi permainan menyusun balok untuk
meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal bentuk bangunan
di TK Babussalam pada siklus II hampir 100 % anak sudah berhasil.
Hasil belajar anak Siklus II
Nilai Siklus
1
2
13

4) Refleksi
Setelah melakukan perbaikan dalam kegiatan pengembangan,
peneliti melakukan refleksi diri yaitu dengan menilai apa saja yang
telah peneliti lakukan dalam kegiatan perbaikan itu. Apakah masih
ada kekurangan atau kelebihan atau masih perlu ada perbaikan lagi
untuk hari berikutnya.

23
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pengembangan
1. Deskripsi Pra Siklus
Berdasarkan hasil pratindakan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
kondisi awal kemampuan berfikir dalam mengenal bilangan sangat kurang dan
anak masih mengalami kesulitan dan banyak bertanya kepada Pendidik.Terlihat
dari hasil pratindakan dari 16 peserta didik yang mampu membilang angka hanya
sebanyak 2 anak, 14 lainnya masih mengalami kesulitan.Hasil tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

Data Frekuensi dan Persentase Kondisi Awal Kemampuan


Berfikir Pada Permainan Menyusun Balok
No. Kriteria Penilaian Frekuensi Persentase

1. Belum Berkembang 5 20%

2. Mulai Berkembang 6 45%

3. Berkembang Sesuai Harapan 3 25%

4. Berkembang Sangat Baik 2 10%

Jumlah 16 100%

Berdasarkan data pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan


berfikir anak di TK Babussalam masih rendah dan belum berkembang secara
optimal yaitu dari 16 anak hanya 2 atau sama dengan 10% yang sudah
berkembang sangat baik, 3 anak sama dengan 25% berkembang sesuai harapan,
dan sisa nya 6 anak atau sama dengan 45% mulai berkembang serta 5 anak atau
sama dengan 20% belum berkembang.

24
2. Deskripsi Siklus I
Penelitian tindakan kelas pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 26
September 2019 dengan tema lingkunganku/Rumah. Adapun hasil dari siklus I
adalah sebagai berikut:

Data Frekuensi dan Persentase Kemampuan Berfikir pada


permainan menyusun balok siklus I
No Kriteria Penilaian Frekuensi Persentase
.

1. Belum Berkembang 0 0%

2. Mulai Berkembang 4 25%

3. Berkembang Sesuai Harapan 5 55%

4. Berkembang Sangat Baik 7 20%

Jumlah 16 100%

Berdasarkan data pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan


Berfikir anak di TK Babussalam pada permainan menyusun balok mengalami
peningkatan dibandingkan kondisi awal sebelum tindakan perbaikan yaitu dengan
kriteria belum berkembang yang tadinya berjumlah 5 anak atau sama dengan 20%
menjadi 0%,

Refleksi Siklus I
Pada siklus pertama ini permainan menyusun balok dengan kegiatan
membuat bentuk rumah, anak-anak terlihat antusias dengan kegiatan yang
diberikan.Namun ada beberapa kendala yang sehingga belum mencapai target
yang diharapkan.

25
3. Deskripsi Siklus II
Penelitian tindakan kelas pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 03
Oktober 2019 dengan tema Lingkunganku/jendela. Adapun hasil dari siklus II
adalah sebagai berikut:
Data Frekuensi dan Persentase Kemampuan berfikir pada permainan
menyusun balok Siklus II
No. Kriteria Penilaian Frekuensi Persentase

1. Belum Berkembang 0 0%

2. Mulai Berkembang 0 0%

3. Berkembang Sesuai Harapan 4 25%

4. Berkembang Sangat Baik 12 75%

Jumlah 16 100%

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kemampan


berfikir anak di TK Babussalam pada permainan menyusun balok siklus I yaitu
dengan kriteria anak yang belum berkembang dan mulai berkembang sudah tidak
ada.

Refleksi Siklus II
Berdasarkan hasil observasi keberhasilan anak dari kondisi awal, siklus I,
dan siklus II menunjukkan bahwa perbaikan yang dilakukan pada siklus II dalam
rangka meningkaTaman Kanak-Kanakan kemampuan berfikir anak pada
permainan menyusun balok di TK Babussalam Desa Rawa Kecamatan Cingambul
Kabupaten Majalengka mengalami peningkatan dalam kemampuan berfikir anak.
Kesulitan dalam kemampuan berfikir bagi anak di TK Babussalam Desa Rawa
Kecamatan Cingambul Kabupaten Majalengka dapat diatasi dengan permainan
menyusun balok, perkembangan anak dalam kemampuan berfikir dengan
permainan menyusun balok ini berkembang secara optimal

26
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pengembangan

Hasil rekapitulasi keberhasilan anak dalam kemampuan berfikir dari


Kondisi Awal, Siklus I, dan siklus II
Kondisi
No Siklusi I Siklus II
Kriteria Penilaian Awal
.
F % F % F %

1. Belum Berkembang 5 20% 0 0% 0 0%

2. Mulai Berkembang 6 45% 4 25% 0 0%

3. Berkembang Sesuai Harapan 3 25% 5 55% 4 25%

4. Berkembang Sangat Baik 2 10% 7 20% 12 75%

Jumlah 16 100% 16 100% 16 100%

Pada kondisi awal sebelum tindakan perbaikan yaitu dengan kriteria


berkembang sangat baik hanya 2 anak atau sama dengan 10%, pada siklus I
meningkat menjadi 7 anak atau sama dengan 20%, dan pada siklus II meningkat
secara signifikan menjadi 12 anak atau sama dengan 75%.
Kemampuan berfikir anak di TK Babussalam Desa Rawa Kecamatan
Cingambul Kabupaten Majalengka juga dijelaskan pada Grafik dibawah ini:

27
Grafik Peningkatan Kemampuan Berfikir Pada Permainan
Menyusun Balok

Persentase Kemampuan berpikir


80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2

Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa hipotesis


tindakan untuk kemampuan Berfikir anak dapat ditingkaTaman Kanak-Kanakan
pada permainan Menyusun Balok di TK Babussalam Desa Rawa Kecamatan
Cingambul Kabupaten Majalengka Hal ini cukup efektif bagi anak untuk
memberikan pengalaman secara langsung apa yang mereka pelajari.

SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan
Berdasarkan analisis pengamatan yang diperoleh dari pembelajaran siklus
I dan siklus II, dapat disimpulkan bahwa Permainan Menyusun Balok, ternyata
dapat meningkatkan kemampuan berfikir. Temuan ini menyatakan bahwa
Permainan Menyusun Balok adalah sesuatu yang sangat penting dalam
menunjang keberhasilan anak usia dini.

B. Saran Tindak Lanjut


Berdasarkan temuan ketika pelaksanaan perbaikan pengembangan pada
siklus 1 dan siklus 2 maka dapat dirumuskan saran-saran sebagai berikut:

Bagi anak usia dini, Pendidik TK, kepala TK, orang tua anak untuk
meningkatkan kemampuan Berfikir dalam mengenal bentuk bangunan
disarankan untuk menggunakan Permainan Menyusun Balok. Hal ini

28
terbukti dari hasil penelitian yang menunjukan penggunaan Permainan
Menyusun Balok secara signifikan dapat meningkatkan kemampuan
berfikir anak dalam mengenal bentuk bangunan, Menggunakan Permainan
Menyusun Balok dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pembinaan
peningkatan kompetensi Pendidik lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Munawar Sholeh. (1991). Psikologi Perkembangan  .Jakarta :
Rineka Cipta

Anggani, Sudono, MA. (1995). Alat Permainan dan Sumber Belajar TAMAN
KANAK-KANAK. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.

Carol See Feldt dan Barbara A. Wasik. (2008). Pendidikan Anak usia Dini 
.Cetakan 1.Di cetak dan dijilid di Indonesia Oleh PT. Macanan Jaya Cemerlang.

Siti Aisyah, DKK. (2008).  Perkembangan dan Konsep Dasar


Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka

Tadkiroatun Musfiroh. (2008). Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Jakarta


: Universitas Terbuka

Winda Gunarti, Lilis Suryani, Azizah Muis. 2008  Metode Pengembangan


Prilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta :  Universitas Terbuka.

29

Anda mungkin juga menyukai