Anda di halaman 1dari 50

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu amanat luhur yang tercantum dalam UUD 1945 adalah,

"Mencerdaskan Kehidupan Bangsa." Setiap manusia memiliki potensi / bakat

kecerdasan, tanggung jawab pendidik untuk memupuk dan mengembangkan

secara sistematis.

Langkah pemerintah untuk mewujudkan UUD 1945 tersebut adalah

dengan membuat UU. No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal 1 butir

14 yang bunyinya : “Pendidikan Anak Usia Dini” (PAUD) adalah pembinaan

untuk anak usia 0 – 6 tahun yang dilakukan dengan stimulasi pendidikan

untuk membantu pertumbuhan jasmani dan rohani agar anak siap untuk

mengikuti pendidikan selanjutnya.

Pada usia 0 – 6 tahun (menurut UU. no. 20 tahun 2003) atau 0 – 8 tahun

(menurut para pakar) adalah usia keemasan/Golden Ex Moment karena pada

usia ini perkembangan otak percepatannya hingga 80 % dari keseluruhan otak

orang dewasa. Hal ini menunjukkkan bahwa seluruh potensi dan kecerdasan

serta dasar – dasar perilaku seseorang telah mulai terbentuk pada usia tersebut.

Secara filosofi pendidikan adalah suatu upaya untuk membantu

memanusiakan manusia menurut Ahmad Tafsir (2005) dalam Suyadi, (2011:

6) artinya melalui proses pendidikan diharapkan terlahir manusia – manusia

yang lebih baik, dalam pengertian yang konkrit anak harus lebih baik daripada

orang tuanya.

1
Atas dasar ini disimpulkan bahwa untuk menciptakan generasi yang
cerdas dan berkwalitas, pendidikan harus dilakukan sejak dini. Dan satu –
satunya cara untuk memulainya adalah dengan menyelenggarakan lembaga
pendidikan anak usia dini disingkat PAUD.
Di pendidikan formal seperti PAUD atau yang setara terdapat 5
bidang pengembangan di dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) yang terdapat dalam :
1. pengembangan pembiasaan yang mencakup perkembangan nilai –
nilai agama dan moral serta sosial, emosional dan kemandirian.
2. Pengembangan kemampuan dasar mencakup perkembangan bahasa,
fisik motorik dan kognitif.
Dari kedua bidang pengembangan tersebut tujuannya antara lain ;
nilai – nilai agama dan moral dimana isi pembelajaran bertujuan
menanamkan norma agama dan pembentukan akhlaq anak didik agar dapat
berprilaku sesuai dengan norma yang berlaku di lingkungan tempat
tinggalnya, selain norma agama perkembangan sosial emosional anak didik
senantiasa dibimbing agar siswa dapat mengatur keadaan emosi dan bisa
menjalankan kehidupannya sebagai mahluk sosial. perkembangan bahasa
juga diberikan di pendidikan PAUD formal dari kemampuan berbahasa
verbal maupun nonverbal, dengan tujuan anak didik mampu memahami
dan mengungkapkan pikiran dan perasaan yang ada pada anak didik.
Perkembangan fisik anak juga diamati secara berkala dan
berkesinambungan baik motorik halusnya ataupun motorik kasarnya,
dengan tujuan kesehatan fisik jasmaninya dapat berkembang secara
optimal. Selanjutnya mengamati perkembangan kognitif anak didik, yang
berkaitan dengan perkembangan kognitif seperti baca tulis, mengenal
angka, sains, konsep mengelompokkan, meningkatkan kreativitas, dll.
Kelima bidang pengembangan tersebut diberi stimulasi agar
perkembangannya optimal sehingga anak akan mendapatkan ketrampilan
hidupnya.

2
Salah satu perkembangan kognitif di atas meningkatkan kreativitas
sangatlah penting dalam kehidupan anak didik dan secara tidak langsung
dapat meningkatkan prestasi belajar anak didik di tingkat pendidikan
selanjutnya.
Sebagian besar lembaga pendidikan selalu mengutamakan kecerdasan
intlektual / IQ saja padahal kreativitas penting, sebab kreativitas dan
intelegensi sama–sama berperan dalam prestasi belajar. Kreativitas yang
tinggi dapat meningkatkan prestasi belajar. Kreativitas sangat dibutuhkan
karena banyak permasalahan serta tantangan hidup yang menuntut
kemampuan adaptasi secara kreatif dan kepiawaian dalam mencari
pemecahan masalah yang imajinatif.
Torrance (1959) dkk , menyimpulkan bahwa kelompok siswa yang
kreativitasnya tinggi tidak beda dalam prestasi sekolah dengan siswa yang
inteligensinya tinggi. Selain itu secara umum orang lebih mengutamakan
kecerdasan IQ saja padahal kreativitas penting, hal ini juga terjadi di kelas
dimana kami mengajar.
Dalam pengamatan kami anak didik di Paud It Haer Tgh. Umar
Kelayu Desa Lenting, tahun pelajaran 2021/2022 pada semester genap ,
kreativitas anak masih rendah, hal ini dapat terlihat ketika mengerjakan
tugas ketrampilan apapun masih banyak terlihat anak yang hanya
mencontoh dan tidak berani / tidak mau mencoba menambah bentuk lain
dari contoh yang sudah ada. Selain itu anak didik banyak yang terlihat
bosan, mengantuk, kurang tertarik, dan bahkan ada yang main sendiri saat
mengerjakan ketrampilan seperti menggambar, mewarnai, menjiplak,
menggunting atau ketrampilan lainnya. Padahal jika anak tidak bosan
mengerjakan ketrampilan, hasil kegiatan atau prakarya anak dapat
meningkatkan kecerdasan visual spasial anak. Dengan ketrampilan tangan
anak dapat memanipulasi bahan, kreativitas dan imajinasi anak pun terlatih
karenanya. Selain itu kerajinan tangan dapat membangun kepercayaan diri
anak (menurut Yuliani Nurani Sujiono,dkk: 2008: 6.20)

3
Berbagai upaya telah dilakukan guru dalam meningkatkan kreativitas
anak didik, seperti menggambar di halaman, mewarnai gambar yang sudah
ada, dll. Akan tetapi belum didapat peningkatan kreativitas pada anak didik
secara signifikan. Dari 23 anak didik hanya 3 siswa yang dapat
mengerjakan tugas tanpa bantuan Guru, sedangkan yang lain masih dibantu
Guru, hal ini berarti kreativitas siswa masih sangat rendah.
Berdasarkan masalah diatas, maka peneliti memnggunakan metode

bermain untuk meningkatkan kreativitas anak dengan menggunakan plastisin

pada kelas B Paud It Haer Tgh Umar Kelayu

B. BATASAN MASALAH DAN RUMUSAN MASALAH

a. Batasan Masalah

Pembatasan masalah agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah

dan dapat dikaji lebih mendalam maka diperlukan pembatasan masalah

Adapun batasan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah :

masalah yang diteliti terbatas pada peningkatan kreativitas anak melalui

bermain plastisin pada siswa kelompok B Paud It Haer Tgh Umar

Kelayu Desa Lenting

b. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah : "apakah metode bermain plastisin dapat

meningkatkan kreativitas anak kelompok B Paud It Haer Tgh. Umar Kelayu

Desa Lenting semester genap tahun pelajaran 2021/2022 ?”

C. DEFINISI OPERASIONAL

4
Berdasarkan judul penelitian yang di teliti maka definisi operasional mengenai

meningkatkan kreativitas anak melalui metode bermain plastisin sebagai

berikut :

1. Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan sesuatu

yang baru sesuai imajinasi atau khayalannya.

2. Media plastisin adalah mainan sederhana seperti gumpalan tanah liat yang

dapat dibentuk sesuai keinginan. Bahan lunak yang ditemukan oleh

Wiliam Harburt ini digunakan sebagai pengganti tanah liat. Seperti yang

sudah diketahui, plastisin adalah jenis lilin mainan yang bisa dibentuk

sesuka hati oleh anak-anak

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa dengan metode

bermain plastisin itu dapat meningkatkan kreativitas anak, kelas B di Paud It

Haer Tgh. Umar Kelayu Desa Lenting pada semester genap tahun pelajaran

2021/2022.

E. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi anak didik :

a. Siswa dapat percaya diri dalam menyelesaikan tugasnya.

b. Siswa dapat mencurahkan imajinasinya sesuai keinginan tanpa

takut salah.

5
c. Siswa jadi termotivasi dalam pembelajaran yang meningkatkan

kreativitasnya.

d. Siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya secara optimal.

2. Bagi pendidik :

a. Untuk menambah pengetahuan penulis.

b. Untuk menambah khasanah ilmu bagi pendidik di PAUD.

c. Untuk memotivasi para guru PAUD khususnya, agar terus

berusaha memberikan model pembelajaranya kepada anak

didiknya jadi lebih menyenangkan.

d. Agar lebih kreatif dalam mengajar sehingga pembelajaran yang

dilaksanakan tidak monoton dan dapat menyenangkan bagi anak.

3. Bagi sekolah :

a. Dapat menyelesaikan masalah pembelajaran yang terjadi di

sekolah.

b. Dapat meningkatkan kreatif dan kinerja guru dalam mengajar

sehingga dapat meningkatkan kwalitas dan kwantitas

pendidikan.

4. Bagi Masyarakat

Masyarakat lebih mempercayakan putra/putrinya untuk bersekolah di

lembaga PAUD yang bermutu.

6
BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian Siti Rochayah (2012) Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui

Metode Bermain Plastisin pada Siswa Kelompok B TK Masyithoh 02

Kawunganten cilacap Semester genap Tahun pelajaran 2011/2012 dapat

7
dilihat pada kenaikan frekuensi dan persentase yang terjadi pada kondisi awal

dari 23 siswa yang kreatif hanya 3 anak (13%), pada siklus I meningkat jadi

14 siswa (61%) dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 21 siswa (90%),

dapat disimpulkan bahwa penelitian tersebut berhasil dengan baik.1

Penelitian Sadariah (2015) Meningkatkatkan Kreativitas Anak Melalui

Pemanfaatan Media Plastisin Di Ra Al Badar Salaka Kec. Pattallassang

Kabupaten Takalar Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat

disimpulkan bahwa Terjadi peningkatan perkembangan kreativitas anak didik

dari siklus I ke siklus II, peningkatan tersebut dapat dilihat pada siklus I

jumlah anak yang berkembang sesuai harapan dan berkembang sangat

baik/optimal sebanyak 10 orang atau 47,62 persen meningkat pada siklus

menjadi 17 orang atau 80,95 persen jumlah anak yang berkembang sesuai

harapan dan berkembang sangat baik/optimal, berarti terjadi peningkatan

sebesar 33,33 % dari siklus I ke siklus II.2

Penelitian Maulidya Nur Dheana (2020) Peningkatan Kreativitas Anak

Melalui Penggunaan Media Bermain Plastisin Pada Anak Usia Dini

Kelompok B Al Lail Di Ra Masjid Al Azhar Permata Puri Ngaliyan Semarang

Tahun Ajaran 2019/2020 dapat dilihat Dari kondisi awal pada pra siklus anak

yang sudah berkembang sesuai harapan berjumlah 6 orang atau 33,33%.

Meningkat pada siklus I jumlah anak yang sudah berkembang sesuai harapan

dan anak yang berkembang sangat baik/ optimal berjumlah 12 anak atau
1
Siti Rochayah, “ Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Metode Bermain Plastisin Pada
Siswa Kelompok B Tk Masytoh 02 Kawungaten Cilacap”, Skripsi ( Purwokerto : Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 2012 ).
2
Sadariah ,” Meningkatkatkan Kreativitas Anak Melalui Pemanfaatan Media Plastisin Di Ra Al
Badar Salaka Kec. Pattallassang Kabupaten Takalar “, Skripsi(Makassar, Fakultas Tarbiyah dan
KeguruanUniversitas Islam Negeri Alauddin,2015)

8
66,67% meningkat pada siklus II menjadi 83.3% atau anak yang terdiri dari 7

anak berkembang sesuai harapan dan 8 anak berkembang sangat baik /

optimal.3

B. LANDASAN TEORI

a. Kreativitas

1. Pengertian Kreativitas

Paul Torancce (1970), berpendapat sebagaimana dikutip oleh

(Mary Mayesky) suggest that creativity is the ability to produce

something novel, something with the stamp of uniqueness upon it

(mengemukakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk

menghasilkan sesuatu yang baru, sesuatu dengan khas keunikan di

atasnya).4

Kreativitas berasal dari kata kreatif dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, kreatif berarti memiliki kemampuan untuk menciptakan.

Jadi, kreativitas adalah suatu kondisi, sikap atau keadaan yang sangat

khusus sifatnya dan hampir tidak mungkin dirumuskan secara tuntas.

Kreativitas dapat didefinisikan dalam beraneka ragam pernyataan

tergantung siapa dan bagaimana menyorotinya. Istilah kreativitas

dalam kehidupan sehari– hari selalu dikaitkan dengan prestasi yang

istimewa dalam menciptakan sesuatu yang baru, menemukan cara–cara

pemecahan masalah yang tidak dapat ditemukan oleh kebanyakan

3
Maulidya Nur Dheana, “ Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Penggunaan Media Plastisin Pada
Anak Usia Dini Kelompok B Al Lail Di RA Masjid Al Azhar Permata Putri”, Skripsi ( Semarang, Fakultas
Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Walisongo, 2020).
4
Mary Mayesky, Creative Activites And Curriculum For Young Children, (Usa: Cengage
Learning,2014), hlm.3.

9
orang, ide–ide baru, dan melihat adanya berbagai kemungkinan.

Dengan mengembangkan daya kreativitas, daya cipta, dan juga daya

kemampuan berpikir anak dapat menjelajah ke dunia imajinasi dan

memuaskan rasa ingin tahunya pada berbagai benda dihadapannya.5

Menurut Solso, berpendapat sebagaimana dikutip oleh (Novan dan

Barnawi) kreativitas adalah aktivitas kognitif yang menghasilkan cara

pandang baru terhadap suatu masalah atau situasi. Kreativitas ini dapat

berupa kegiatan imajinatif atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan

hanya perangkuman, mungkin mencakup pembentukan pola–pola baru

dan gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya

serta pencangkokan hubungan lama kesituasi baru dan mungkin

mencakup pembentukan korelasi baru.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah

kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru atau suatu

kombinasi baru berdasarkan unsur– unsur yang telah ada sebelumnya

menjadi sesuatu yang bermakna atau bermanfaat. Kreativitas sangat

penting dalam kehidupan dengan kreativitas kita akan terdorong untuk

mencoba bermacam cara dalam melakukan sesuatu.

2. Ciri – Ciri Kreativitas

Proses kreatif hanya akan terjadi jika dibangkitkan melalui masalah

yang memacu pada macam perilaku kreatif sebagimana dipaparkan

oleh Parnes (dalam nursito : 2000) sebagai berikut :

5
Mursid, Belajar dan Pembelajaran Paud, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2015),
hlm.153.

10
1) Kelancaran, yaitu kemampuan mengemukakan ide yang

serupa untuk memecahkan masalah. Flexibility

2) Keluwesan, yaitu kemampuan untuk menghasilkan

beberapa ide

3) Orisinalitas, yaitu kemampuan memberikan respons yang

unik

4) Elaborasi, yaitu kemampuan menyatakan pengarahan ide

secara terperinci untuk mewujudkan ide

Salah satu aspek penting dalam kreativitas adalah memahami ciri–

cirinya. Upaya menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan

kreativitas hanya mungkin dilakukan jika kita memahami terlebih

dahulu sifat–sifat kemampuan kreatif dan iklim lingkungan yang

mengitarinya.

Kreativitas hanya dapat dilahirkan dari orang cerdas yang memiliki

kondisi psikologis yang sehat. Kreativitas tidak hanya perbuatan otak

saja namun variabel emosi dan kesehatan mental sangat berpengaruh

terhadap lahirnya sebuah karya kreatif. Kecerdasan tanpa mental yang

sehat sulit sekali dapat menghasilkan karya kreatif.

Sedangkan mengenai ciri kepribadian dengan potensi kreatif dapat

dikenal secara mudah melalui pengamatan ciri – ciri yang dimiliki

terutama dalam setiap pertemuan atau diskusi, ciri –ciri tersebut, antara

lain :

1) Mempunyai hasrat ingin mengetahui

11
2) Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru

3) Panjang akal

4) Toleran terhadap perbedaan pendapat

5) Percaya diri dan mandiri

6) Kaya akan inisiatif

7) Senang mengajukan pertanyaan yang baik

Selanjutnya Ayan (2002) berpendapat sebagaimana dikutip oleh

( Yeni dan Euis) melengkapi ciri kepribadian orang kreatif dengan

menambahkan beberapa karakteristik, sebagai berikut:

1) Antusias

2) Banyak akal

3) Berpikiran terbuka

4) Bersikap sopan

5) Cerdas

Ada beberapa aspek yang menunjang dari perilaku anak sehari-hari

yang dapat dipakai untuk mengetahui bakat-bakatnya, diantaranya

sebagai berikut:

1) Pengamatan yang cermat

2) Bahasa lingkungan

3) Rasa ingin tahu dan keuletan

4) semangat6

6
Mursid, Pengembangan Pembelajaran Paud, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2016),
hlm.170.

12
Dari karakteristik tersebut kita dapat melihat, betapa sangat

beragam kepribadian orang kreatif. Orang kreatif memiliki potensi

kepribadian yang positif dan negatif.7

3. Pengembangan Kreativitas

Cara mendidik dan mengasuh anak harus disesuaikan dengan

pribadi dan kecepatan masing-masing anak. Pengembangan bakat dan

kreativitas anak dapat diuraikan dengan pendekatan 4P (pribadi, press,

proses, dan produk).

1) Pribadi

Kreativitas adalah ungkapan dari keunikan individu dalam

interaksi dengan lingkungannya. Dari ungkapan pribadi yang

unik inilah dapat diharapkan timbulnya ide-ide baru dan

produk-produk yang inovatif. Oleh karena itu, pendidik

hendaknya dapat menghargai keunikan pribadi dan bakat-bakat

peserta didiknya dan jangan mengharapkan semua peserta

melakukan dan menghasilkan hal-hal yang sama, atau

mempunyai minat yang sama. Guru hendaknya membantu anak

menemukan bakatbakatnya dan menghargainya.

2) Press atau Pendorong

Untuk perwujudan bakat kreatif anak diperlukan dorongan

dan dukungan dari lingkungan, yang berupa apresiasi,

dukungan, pemberian penghargaan pujian, insentif dan lain-

7
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak,
(Jakarta Kencana,2011), hlm.14-17.

13
lainnya. Dan dorongan kuat dalam diri anak itu sendiri untuk

menghasilkan sesuatu. Bakat kreatif dapat berkembang dalam

lingkungan yang mendukung tetapi juga dapat dihambat dalam

lingkungan yang tidak menunjang pengembangan bakat itu. Di

dalam keluarga di sekolah, di dalam lingkungan pekerjaan

maupun di dalam masyarakat harus ada penghargaan dan

dukungan terhadap sikap dan perilaku kreatif individu atau

kelompok individu. Banyak orang tua yang kurang menghargai

kegiatan kreatif anak mereka, yang lebih memprioritaskan

pencapaian prestasi akademis yang tinggi dan memperoleh

ranking di dalam kelas.

3) Proses

Kreativitas tidak dapat di wujudkan secara instan.

Pemunculan kreativitas diperlukan proses melalui pemberian

kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif. Yang penting

dalam memunculkan kegiatan kreatif adalah pemberian

kebebasan kepada anak untuk melakukan berbagai kegiatan

eksperimen dalam rangka mewujudkan atau melakukan

berbagai kegiatan dalam rangka mewujudkan atau

mengekspresikan dirinya secara kreatif.

4) Produk

Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan

produk kreatif yang bermakna adalah kondisi pribadi dan

14
lingkungan yaitu sejauh mana keduanya mendorong seseorang

untuk melibatkan dirinya dalam proses (kesibukan, kegiatan)

kreatif. Dengan menemukan bakat dan ciri-ciri pribadi kreatif

dengan menyediakan waktu dan sarana-prasarana yang

menggugah minat anak meskipun tidak perlu mahal, maka

produkproduk kreativitas anak dipastikan akan timbul. Yang

tidak boleh dilupakan adalah bahwa pendidik menghargai

produk kreativitas anak dan mengkomunikasikannya kepada

yang lain, missal dengan menunjukkan hasil karya anak. Hal

ini akan menggugah minat anak untuk berkreasi.8

4. Pentingnya Pengembangan Kreativitas Sejak Dini

Kreativitas memiliki kepentingan yang besar bagi kehidupan anak

kelak dikemudian hari. Sebab di dalam jiwa seorang anak yang kreatif

memiliki nilai-nilai kreativitas yaitu kreativitas memberi anak-anak

kesenangan dan kepuasan pribadi yang sangat besar penghargaan yang

mempunyai pengaruh nyata terhadap perkembangan kepribadiannya,

menjadi kreatif penting bagi anak kecil untuk menambah bumbu dalam

permainannya pusat kegiatan hidup mereka, jika kreativitas dapat

membuat permainan menyenangkan, mereka akan merasa bahagia dan

puas, ini sebaliknya akan menumbuhkan penyesuaian pribadi dan

sosial yang baik., prestasi merupakan kepentingan utama dalam

penyesuaian hidup mereka, maka kreativitas membantu mereka untuk

8
Masganti, Dkk., Pengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini : Teori Dan Praktik
( Medan : Perdana Publishing , 2016), hlm.10-12.

15
mencapai keberhasilan di bidang yang berarti bagi mereka dan

dipandang baik oleh orang yang berarti baginya akan menjadi sumber

kepuasan ego yang besar.

Masganti, dkk menekankan perlunya kreativitas dipupuk sejak dini

, disebabkan beberapa faktor dibawah ini :

1) Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan

perwujudan dari merupakan kebutuhan pokok pada tingkat

tertinggi dalam hidup manusia sebagaimana yang

dikembangkan oleh teori Maslow. Kreativitas merupakan

manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya.

2) Kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk

melihat bermacam–macam kemungkinan penyelesaian

terhadap suatu masalah merupakan bentuk pemikiran yang

sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam

pendidikan. Disekolah dasar terutama dilatih adalah

penerimaan pengetahuan, ingatan, dan penalaran.

3) Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi

diri pribadi dan lingkungan, tetapi berlebih juga

memberikan kepuasan kepada individu. Dan wawancara

terhadap tokoh–tokoh yang telah mendapat penghargaan

karena berhasil mencipta sesuatu yang bermakna, yaitu para

seniman, ilmuwan, dan para inventor, ternyata faktor

16
kepuasan ini amat berperan, bahkan lebih dari keuntungan

material semata– mata.

4) Kreativitas yang memungkinkan manusia meningkatkan

kulitas hidupnya. Dalam era pembangunan ini,

kesejahteraan dan kejayaan masyrakat dan negara

bergantung pada sumbangan kreatif, baru ide baru,

penemuan baru, dan teknologi baru, untuk mencapai hal ini,

sikap, pemikiran, dan perilaku kreatif harus dipupuk sejak

dini.9

5. Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas

Empat hal yang dapat diperhitungkan dalampengembangan

kreativitas yaitu: pertama, memberikan rangsangan mental baik pada

aspek kognitif maupun kepribadiannya serta suasana psikologis.

Kedua, menciptakan lingkungan kondusif yang akan memudahkan

anak untuk mengakses apa pun yang dilihat, dipegang, didengar, dan

dimainkan untuk pengembangan kreativitasnnya. Perangsangan mental

dan lingkungan kondusif dapat berjalan beriringan seperti halnya kerja

simultan otak kiri dan kanan. Ketiga, peran serta guru dalam

mengembangkan kreativitas, artinya ketika kita ingin anak menjadi

kreatif, maka akan dibutuhkan juga guru yang kreatif pula dan mampu

9
Masganti, Dkk., Pengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini : Teori Dan Praktik
( Medan : Perdana Publishing , 2016), hlm.25-28.

17
memberikan stimulasi yang tepat pada anak. Keempat, Peran serta

orang tua dalam mengembangkan kreativitas anak.10

b. Media Bermain Plastisin

1. Konsep dasar Media Plastisin

Menurut Sanggarang, Plastisin merupakan bahan yang bentuknya

hampir sama dengan tanah lempung sehingga dapat dibentuk sesuai

dengan keinginan. Plastisin mempunyai kandungan minyak, sehingga

tidak lengket ditangan. Sebagian orang menyebut bahan ini dengan

sebutan malam mainan. Plastisin berfungsi untuk membuat model atau

bentuk kerajinan. Seperti bentuk hewan, pot bunga dan bentuk

lainnya.11 Plastisin merupakan bahan yang digunakan untuk bermain

oleh anak-anak di kelas. Plastisin memberikan pengalaman yang

menyenangkan dan memuaskan bagi anakanak, namun bukan hanya

aktivitas “bersenang-senang”. Melalui media ini, guru dapat

menggunakan sebagai pembelajaran awal dan sebagai salah satu cara

untuk mengobservasi perkembangan anak dalam berbagai area

perkembangan. Ismail mengatakan bahwa media plastisin dapat

melatih sekaligus mengembangkan kreativitas anak. Sebab, dengannya

anak dapat melakukan aktivitas eksplorasi dalam membuat berbagai

bentuk model secara bebas dan spontan media plastisin merupakan

bahan pokok untuk bermain anak usia dini selain itu, plastisin juga

10
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak,
(Jakarta : Kencana,2011), hlm.27.
11
1Sanggarang D.L, Membuat Kerajinan Berbahan Fiberglass , (Jakarta : Kawan Pustaka ,
2004), hlm.11.

18
memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memuaskan bagi

anak. Kegiatan bermain plastisin ini dilakukan dengan cara

membentuk, mewarnai dan sehingga menimbulkan bentuk. Media

plastisin ini membuat anak suka berkreasi sehingga dapat

mengembangkan kreativitasnya. Anak dilatih untuk menggunakan

imajinasi untuk membuat atau menciptakan suatu bangunan atau benda

sesuai dengan khayalannya seperti angka, abjad, binatang dan lain-

lain.12

2. Tujuan dan Manfaat Plastisin sebagai Media Pembelajaran Anak Usia

Dini

Tujuan dimanfaatkannya lingkungan alam dan budaya dalam

pembelajaran adalah:

1) Agar pembelajaran bisa lebih efektif, dengan lingkungan

yang sudah dikenal anak maka anak dapat menerima dan

menguasai dengan baik.

2) Agar pelajaran jadi relevan dengan kebutuhan siswa sesuai

dengan minat dan perkembangannya.

3) Agar lebih efisien murah dan terjangkau yakni dengan

menggunakan bahan alam, seperti lilin.

4) Karena pembelajaran yang disukai anak adalah melalui

bermain maka metode bermain dengan tanah liat sangat

tepat untuk langkah awal pembentukan kreativitas karena


12
Kartini dan Sujarwo, “Penggunaan Media Pembelajaran Plastisin untuk Meningkatkan
Kreativitas Anak Usia”, Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, (Vol. 1 , No. 2, tahun
2014), hlm.201.

19
diawali dengan proses melemaskan tanah liat dengan

meremas, merasakan, menggulung, memipihkan, dll.13

5) Meningkatkan kecerdasan motorik anak dan melatih

kecerdasan anak.14

3. Kelebihan dan Kekurangan Plastisin

1) Bahan sulit menyerap air sehingga tidak cocok untuk

dijadikan lahan pertanian.

2) Teksturnya cenderung lengket bila dalam keadaan basah

dan kuat menyatu antara yang satu dengan lainnya.

3) Dalam keadaan kering, butiran bahan terpecah-pecah secara

halus.

4) Merupakan bahan baku pembuatan tembikar dan kerajinan

tangan lainnya yang dalam pembuatannya harus dibakar

dengan suhu di atas 10000C.

5) Membangun daya imajinasi, koordinasi dan keseimbangan

motorik anak.

6) Melatih kreatifitas pada anak usia dini.

7) Membuat karya seni merupakan keriangan dengan proses

yang menarik.

8) Melatih ketekunan, kerapihan, dan kesabaran.15


13
Milla Anggamala Supriatna, ”Penggunaan Tanah Liat sebagai Media Pembelajaran
Pengenalan Bentuk Dasar Tiga Dimensi Bagi Pendidikan Anak Usia Dini”, Jurnal Cakrawala Dini,
( Vol. 5 No. 1, Mei 2014), hlm.49.
14
Umi Khomsiyatun, Dkk., Permainan Tradisiobal untuk Anak Usia Dini, (Yogyakarta :
Spektrum Nusantara , 2018), hlm.64.
15
Milla Anggamala Supriatna, ”Penggunaan Tanah Liat sebagai Media Pembelajaran
Pengenalan Bentuk Dasar Tiga Dimensi Bagi Pendidikan Anak Usia Dini”, Junal Cakrawala Dini,
( Vol. 5 No. 1, Mei 2014), hlm.49.

20
4. Langkah – Langkah Pembelajaran dengan Media Plastisin

Sebagai permulaan guru menunjukkan benda konkrit untuk

diperlihatkan pada anak didik misalkan gelas dan piring, kemudian

guru membuat gelas dan piring dengan plastisin tanah liat sesuai

dengan contoh yang ada, kemudian anak diajarkan untuk membuat

yang sama dengan contoh atau membuat bentuk lain sesuka anak.

Guru membebaskan apapun yang dibuat anak, guru tidak boleh

membatasi atau menyalahkan apapun yang dibuat anak agar kreatif

mereka dapat berkembang. Sebaiknya belajar lilin/ plastisin dilakukan

di lantai daripada di bangku/ meja, sehingga anak dengan leluasa

berpindah tempat, dapat duduk dengan nyaman dan dapat menikmati

bermain plastisin tanah liat sesuai khayalan anak.

Untuk mengatasi kotornya plastisin anak menggunakan celemek

plastic dan disediakan tempat cuci tangan beserta lap agar sewaktu

pembelajaran selesai anak dengan mudah dapat segera membersihkan

tangannya.16

C. KERANGKA BERFIKIR

Dalam pengamatan kami anak didik di PAUD IT Haer Tgh. Umar Kelayu

Desa Lenting, tahun pelajaran 2021/2022 pada semester genap, kreativitas

anak masih rendah, hal ini dapat terlihat ketika mengerjakan tugas

keterampilan apapun masih banyak terlihat anak yang hanya mencontoh dan

16
Umi Khomsiyatu, Dkk., Permainan Tradisiobal Untuk Anak Usia Dini, (Yogyakarta :
Spektrum Nusantara , 2018) , hlm.64.

21
tidak berani / tidak mau mencoba menambah bentuk lain dari contoh yang

sudah ada. Selain itu anak didik banyak yang terlihat bosan, mengantuk,

kurang tertarik, dan bahkan ada yang main sendiri saat mengerjakan

ketrampilan seperti menggambar, mewarnai, menjiplak, menggunting atau

ketrampilan lainnya.

Perencanaan sumber belajar yang dilakukan oleh guru akan memberikan

manfaat apabila guru dapat menyiapkan dan memilih sumber belajar yang

sesuai dengan karakteristik, minat dan tujuan pembelajaran anak yang hendak

dicapai.

Dalam hal ini bermain plastisin akan lebih menarik minat anak untuk

meningkatkan kreativitas, karena anak bisa bermain tanpa rasa bosan sehingga

tujuan dapat tercapai.

Sehingga dengan menggunakan media bermain plastisin sangat membantu

anak untuk meningkatkan kreativitas

1. Kreativitas
rendah Dilakukan
Kondisi 2. Siswa tidak perbaikan dengan
Awal aktif PTK (Media
3. Hasil belajar Plastisin)
rendah

Kondisi
sudah 1. Siswa mulai aktif
meningkat, 2. Hasil belajar Siklus 1
ada meningkat namun 3x
perbaikan belum optimal pertemuan
tapi belum 3. Kreativitas sudah
maksimal meningkat namun
belum optimal

22
Terjadi perbaikan
Siklus II 1. Siswa sudah aktif
yang optimal
3x 2. Hasil belajar optimal
penelitian
pertemuan 3. Kreativitas optimal
berhenti

Gambar F.3 Bagan siklus I dan II

D. HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan kerangka teoretik yang dikemukakan di atas, maka hipotesis

tindakan dalam penelitian ini adalah "Jika diterapkan media plastisin maka

kreativitas pada peserta didik kelompok B PAUD IT Haer Tgh Umar Kelayu

Desa Lenting smester genap tahun ajaran 2021/2022 dapat meningkat”.

23
BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Actions Research).

Pelaksanaannya dibagi atas dua Siklus dan setiap Siklus terdiri atas empat

tahapan. Tahapan dalam setiap Siklus tersebut meliputi : Tahapan

perencanaan, Tahap Pelaksanaan tindakan, Tahap Observasi dan evaluasi dan

Tahap Refleksi.

B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

1. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tahun 2021/2022

semester genap ,pada tanggal, 17 Maret – 17 juni

2. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di PAUD IT Haer Tgh.

Umar Kelayu Desa Lenting, pada kelompok B. PAUD kami berdiri pada

tahun 2016, di bawah naungan Yayasan Tgh Umar kelayu.

24
C. SUBYEK PENELITIAN

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah anak didik di kelompok B

PAUD IT Haer Tgh. Umar Kelayu Desa Lenting, yang berjumlah 20 anak

didik, dengan rincian anak laki – laki sejumlah 9 orang dan anak perempuan

sejumlah 11 orang, dan rentang usia berkisar antara 5 -6 tahun.

D. SUMBER DATA
Sumber data yang dikemukakan pada penelitian ini adalah sumber data

langsung melalui wawancara kepada siswa dan sumber data tidak langsung,

yang didapat dari observasi / pengamatan kepada siswa / dokumen hasil karya

siswa.

E. TEHNIK DAN ALAT PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan untuk

mengelola data yang telah dikumpulkan .Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah sebagai berikut :

a. Observasi

Pengamatan (Observasi) merupakan metode pengumpulan data

yang digunakan dengan cara mengamati langsung objek penelitian. Data

yang diamati adalah data tentang situasi pembelajaran pada saat

diadakannya penelitian tindakan kelas dengan menggunakan media

plastisin.

Tabel G.4.1

25
Lembar Observasi Kreativitas Anak

Kriteria
penilaian
No Indikator Ket

1 Keterampilan membuat bentuk


2 Kerapian membuat bentuk
3 Kemampuan untuk menambahkan
bentuk lain pada bentuk yang ada
4 Komposisi atau bentuk yang
proporsional dan menarik

Keterangan :

Symbol artinya anak berkembang sangat baik / optimal

symbol artinya anak berkembang sesuai harapan

symbol artinya anak mulai berkembang

symbol artinya anak belum berkembang

Tabel G.4.2

Lembar Observasi Keterlibatan Anak

No Aspek yang diamati Ya Tidak


1 Anak mampu mengikuti instruksi guru
selama proses kegiatan pembelajaran
2 Keterlibatan anak selama proses
pembelajaran
3 Keaktifan anak selama proses
pembelajaran
4 Perhatian / ketertarikan anak selama proses
pembelajaran

Tabel G.4.3

LEMBAR OBSERVASI GURU KELAS

26
KEMAMPUAN MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN

Indikator Ya Tidak
A. PEMBUKAAN
1. Menentukan media pembelajaran
2. Menyusun langkah-langkah kegiatan
pembelajaran
3. Apresiasi dalam pembelajaran sesuai tema
4. Menyiapkan alat penilaian

B. INTI
1. Melaksanakan kegiatan pembelajaran secara
individu, kelompok, dan klasikal
2. Menggunakan media pembelajaran

3. Melakukan komunikasi secara efektif dengan


anak didik
4. Membantu menumbuhkan kepercayaan diri
anak didik
5. Berorientasi pada kebutuhan anak didik

C. PENUTUP
1. Melaksanakan penilaian pada saat
pembelajaran
2. Melaksanakan penilaian pada akhir
pembelajaran
3. Mengulas kegiatan hari ini
4. Menyampaikan pesan pada pembelajaran
hari ini

b. Dokumentasi

Yaitu berupa alat yang dapat mendukung data yang dibutuhkan,

peneliti menggunakan beberapa alat dokumentasi antara lain: portofolio

anak, catatan anekdot record anak didik. Catatan anekdot anak didik dapat

dijadikan kriteria pembanding lainnya, di samping kondisi, perbuatan atau

performan yang ada.

F. VALIDASI DATA

27
Validasi data penelitian merupakan bagian yang penting yang terdapat

pada sejumlah metode penelitian, baik itu merupakan metode kualitatif

maupun metode kuantitatif.

G. ANALISIS DATA

Data tentang hasil penelitian pengamat dan aktivitas-aktivitas peserta didik

dianalisis secara kualitatif, sedangkan data tentang Pengamatan kreativitas

peserta didik dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus

Presentase. Sudijono (2003:40) yaitu :

% = 𝑓/ 𝑛 x 100%

Ket :

% : Persentase

f : Frekuensi

n : Jumlah Siswa17

Teknik penilaian berpedoman pada Ditjen PAUD dan Dikmas (2015)

pedoman penilaian dengan menggunakan lambang bintang (*) apabila anak

berkembang sangat baik/optimal diberi nilai (****), apabila berkembang

sesuai harapan diberi nilai (***), apabila anak mulai berkembang diberi nilai

(**) dan apabila anak belum berkembang (*).18

Data tersebut di interpretasikan ke dalam empat tingkatan, yaitu : kriteria

baik ( 76%-100%), kriteria cukup (56%- 75%), kriteria kurang baik ( 45%-

55%) , kriteria tidak baik kurang dari 40%.

17
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan. (Jakarta: Rajawali Press, 2003), hlm.40.
18
Ditjen PAUD dan Dikmas , penilaian pembelajaran pendidikan anak usia dini , (Jakarta :
direktorat pembinaan pendidikan anak usia dini , 2015 ), hlm.5-6

28
H. INDIKATOR KINERJA
Tindakan berhasil ketika presentase dari keseluruhan diperoleh pada

penerapan metode bermain plastisin dalam meningkatkan kreativitas anak

dilihat dari keterangan sangat baik atau berhasil mencapai 70% dari hasil tes.

I. PROSEDUR PENELITIAN
Dari berbagai desain penelitian yang ada peneliti menggunakan prosedur

adalah sebagai berikut :

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti menentukan langkah – langkah

pengembangan seperti :

1) Bekerjasama bersama observer menetapkan urutan materi

pembelajaran dan cakupannya.

2) Membuat dan melengkapi alat peraga

3) Menetapkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran ini

menggunakan media plastisin dari tanah liat

4) Membuat lembar observasi untuk mengamati aktifitas anak

didik, aktifitas guru dan kegiatan pembelajaran

5) Mendesain alat evaluasi yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

6) Mengubah letak pembelajaran yang tadinya di kelas menjadi di

ruang terbuka.

b. Tahap pelaksanaan tindakan

29
Pada tahap ini, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai

dengan yang telah direncanakan. Guru melaksanakan kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang telah

ditetapkan bersama pengembang. Pelaksanaan tindakan selengkapnya

sebagai berikut:

a. Tahap Pengamatan / Observasi

Pada tahap ini tim observasi / pengamat melakukan observasi

terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi

kreativitas anak. Disamping observasi kreativitas anak, peneliti

menggunakan observasi keterlibatan anak yang digunakan kepada anak

didik untuk mengetahui hambatan yang dialami anak didik selama

proses pembelajaran berlangsung, dan untuk mengetahui kemampuan

anak dalam membuat berbagai macam bentuk sesuai dengan keinginan

anak.

b. Tahap Refleksi

Setelah data observasi dianalisis, guru melakukan refleksi diri

terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada tahap

ini, tim observer dan guru berusaha untuk dapat mengetahui

kemampuan anak didik dalam pembelajaran yang telah dilakukan.

Hasil tersebut digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus

berikutnya.

Adapun langkah – langkah dalam refleksi tindakan yaitu

diantaranya langkah pertama merinci dan menganalisis efektifitas

30
pembelajaran yang didasarkan pada hasil diskusi antara tim observer

terhadapa hasil observasi aktifitas anak didik, data hasil observasi

guru, serta hambatan yang dihadapi guru, minat / ketertarikan belajar

anak terhadap permainan plastisin tanah liat dalam membuat macam

bentuk peralatan rumah tangga.

Langkah kedua mengidentifikasi permasalahan yang sudah dan

belum terpecahkan atau yang muncul selama pembelajaran

berlangsung, dengan mengajukan pertanyaan refleksi terhadap

komponen Kegiatan Belajar Mengajar / KBM seperti :

1. Apakah anak didik sudah memahami macam – macam bentuk

Misalkan bentuk peralatan rumah tangga yang sering dijumpai

anak didik?

2. Apakah guru sudah berperan sesuai dengan yang telah

direncanakan, misalnya sebagai fasilitator, mediator,

motivator?

Langkah ketiga yaitu menentukan tindak lanjut dengan cara

merencanakan tindakan selanjutnya berdasarkan hasil refleksi yang

direncanakan secara kolaborasi antara guru dan tim observer.

BAB IV

31
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Pembelajaran akan kreativitas sebelum penelitian dilakukan sangat kurang

diminati anak didik, selain itu secara umum orang lebih mengutamakan

kecerdasan IQ saja daripada kreativitas, padahal kreativitas penting, hal ini

juga terjadi di kelas dimana kami mengajar. Dalam pengamatan kami anak

didik di PAUD IT Haer Tgh Umar Kelayu Desa Lenting, tahun pelajaran

2021/2022 semester genap ini, kreativitas anak masih rendah, hal ini dapat

terlihat ketika mengerjakan tugas ketrampilan apapun masih banyak terlihat

anak yang hanya mencontoh dan tidak berani/ tidak mau mencoba menambah

bentuk lain dari contoh yang sudah ada. Selain itu anak didik banyak yang

terlihat bosan, ngantuk, kurang tertarik, dan bahkan ada yang main sendiri saat

mengerjakan ketrampilan seperti menggambar, mewarnai, menjiplak,

menggunting atau ketrampilan lainnya. Padahal jika anak tidak bosan

mengerjakan ketrampilan, hasil kegiatan atau prakarya anak dapat

meningkatkan kecerdasan visual spasial anak. Dengan ketrampilan tangan

anak dapat memanipulasi bahan, kreativitas dan imajinasi anak pun terlatih

karenanya. Selain itu kerajinan tangan dapat membangun kepercayaan diri

anak. Berbagai upaya telah dilakukan guru dalam meningkatkan kreativitas

anak didik, seperti menggambar di halaman, mewarnai gambar yang sudah

ada, dll. Akan tetapi belum didapat peningkatan kreativitas pada anak didik

secara signifikan. Dari 20 anak didik hanya 3 siswa yang dapat mengerjakan

32
tugas tanpa bantuan Guru, sedangkan yang lain masih dibantu Guru, hal ini

berarti kreativitas siswa masih sangat rendah. Berdasarkan pengamatan

masalah yang ada pada PAUD kami, langkah yang akan diambil peneliti agar

kreativitas anak dapat meningkat adalah dengan metode bermain plastisin.

Peneliti mencoba mencari jalan keluar masalah dengan upaya perbaikan

pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK), karena masalah

tersebut dapat menimbulkan masalah baru dalam Kegiatan Balajar Mengajar

(KBM) di PAUD yang kami kelola.

1. DESKRIPSI KONDISI AWAL

Pada kondisi awal kemampuan anak dalam peningkatan kreativitas di

PAUD IT Haer Tgh Umar Kelayu Desa Lenting masih rendah. Hal ini

dapat dilihat pada kondisi anak yang lebih suka main sendiri-sendiri,

kurang antusias saat guru memberi pembelajaran tentang kreativitas.

Ketidakmampuan anak menciptakan hasil karya sesuai yang

diinginkan disebabkan belum adanya keberanian dalam membuat

berbagai hasil karya, perasaan takut salah dan juga kurangnya motifasi

guru dalam membuat hasil karya baik berupa menggambar, mewarnai,

membuat bentuk dengan berbagai media, dll. Berdasarkan hasil

penelitian awal, jumlah anak yang sudah mampu mencapai indikator

keberhasilan masih sedikit, dari 20 anak didik hanya 3 siswa yang

dapat mengerjakan tugas tanpa bantuan Guru, sedangkan yang lain

masih dibantu Guru, hal ini berarti kreativitas siswa masih sangat

rendah, hal demikian dapat dilihat pada table 4.1.

33
Tabel 4.1 lembar Observasi Kondisi Awal

Indikator Kesimpulan

No Nama Anak 1 2 3 4

1 Aditia BB

2 Alpano BB

3 Andri MB

4 Atafaris BB

5 Ayudia MB

6 Dea MB

7 Zahra MB

8 Gian MB

9 Ginan BB

10 Keysha BSH

11 Lea BB

12 Naenanda MB

13 Nur MB

14 Pika BB

15 Raida BSH

16 Raya MB

17 Rizki BSH

18 Salman BB

19 Salsa MB

34
20 Zian BB

Keterangan indikator kreativitas:

Indikator 1. Trampil membuat bentuk

Indikator 2. Rapi membuat bentuk

Indikator 3. Mampu menambah bentuk lain pada bentuk yang ada

Indikator 4. Komposisi bentuk proporsional

Keterangan penilaian:

: artinya anak belum berkembang (BB)

: artinya anak mulai berkembang (MB)

: artinya anak berkembang sesuai harapan (BSH)

: artinya anak berkembang sangat baik/ optimal (BSB)

Tabel 4.2 Pada kondisi awal, Data Frekuensi dan prosentase

pembelajaran

Belum mulai Berkembang Berkembang


berkembang Berkembang Sesuai Harapan sangat baik
Tahap
F % F % F % F %

Studi awal 8 4 9 45 3 15 0 0

Dari tabel 4.1 dan 4.2 dapat diketahui bahwa pada kondisi awal dari 20

jumlah anak yang ada. Jumlah anak yang belum berkembang ada 8

anak (4%), anak yang mulai berkembang ada 9 anak (45%), dan anak

35
yang berkembang sesuai harapan ada 3 anak (15%) sedangkan yang

berkembang sangat baik/ optimal masih belum ada.

2. DESKRIPSI SIKLUS DAN SETERUSNYA

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan di PAUD IT Haer

Tgh Umar Kelayu Desa Lenting dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus I

dan II masing-masing dilaksanakan dalam 3 pertemuan. Siklus I

dilaksanakan pada hari senin sampai dengan rabu, tanggal 7-9 Mei

2022. Siklus II dilaksanakan pada hari senin sampai dengan rabu,

tanggal 14-16 Mei 2022. Hasil belajar anak didik pada kelompok

PAUD IT Haer Tgh Umar Kelayu Desa Lenting pada tahun pelajaran

2021/2022 dalam upaya meningkatkan kreativitas anak didik melalui

metode bermain plastisin secara umum mengalami kemajuan.

B. PEMBAHASAN ANTAR SIKLUS

1. Siklus I

Masih banyak anak yang belum mampu memcapai indikator-

indikator keberhasilan pada kondisi awal, hal tersebut membuat peneliti

berusaha melakukan perbaikan melalui kegiatan pada siklus I. Kegiatan

pada siklus I adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

a) Bekerjasama bersama observer menetapkan urutan materi

pembelajaran dan cakupannya.

b) Membuat dan melengkapi alat peraga

36
c) Menetapkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran ini menggunakan

media plastisin dari tanah liat

d) Membuat lembar observasi untuk mengamati aktifitas anak didik,

aktifitas guru dan kegiatan pembelajaran

e) Mendesain alat evaluasi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

f) Mengubah letak pembelajaran yang tadinya di kelas menjadi di

ruang terbuka.

b. pelaksanaan tindakan

1. Rencana Kegiatan Harian (RKH) pertemuan ke-1 Senin, 7 Mei

2022

Kegiatan Awal:

a) Peneliti mengkondisikan anak sebelum kegiatan pembelajaran

b) Peneliti memimpin doa dan membuka pelajaran dengan salam

c) Peneliti menyampaikan apersepsi penyampaian sarana belajar

d) Peneliti memotifasi kebutuhan belajar

Kegiatan Inti:

a) Peneliti menunjukkan contoh bentuk seperti botol, sendok,

piring, gelas

b) Peneliti mengenalkan nama dan kegunaan dari bentuk yang

dibuat

c) Peneliti membuat botol, piring, gelas dan sendok dari tanah liat,

anak memperhatikan kemudian mereka menirukan membuat

Kegiatan Akhir:

37
a) Peneliti mengajak anak menyanyikan lagu “botol namanya

budu”.

b) Peneliti mengulas dan menyimpulkan kegiatan yang telah

dilakukan dalam sehari.

2. Rencana Kegiatan Harian (RKH) pertemuan ke-2 Selasa, 8 Mei

2022

Kegiatan awal:

a) Mengkondisikan anak sebelum kegiatan pembelajaran

b) Peneliti melakukan apersepsi penyampaian sarana belajar.

c) Peneliti mengajak anak untuk menyanyikan lagu “ botol

namanya budu”.

d) Peneliti mengajak anak tanya jawab tentang macam bentuk

tanah liat yang dibuat kemarin

Kegiatan Inti:

a) Peneliti menunjukkan bentuk yang lain seperti, sapu, serok,

kursi, dan meja.

b) Peneliti mengenalkan nama dan kegunaan dari sapu, serok,

kursi, dan meja.

c) Peneliti membuat sapu, serok, kursi dan meja dari tanah liat,

anak memperhatikan kemudian mereka menirukan membuat.

Kegiatan Akhir:

a) Peneliti mengajak anak untuk menyanyikan lagu “Botol

namanya budu”. Dan lagu “Rumahku”.

38
b) Peneliti mengulas dan menyimpulkan kegiatan yang telah

dilakukan.

c) Peneliti mengevaluasi anak didik dari sehari kegiatan.

3. Rencana Kegiatan Harian (RKH) pertemuan ke-3, Rabu, 9 Mei

2022

Kegiatan awal:

a) Peneliti mengkondisikan anak sebelum kegiatan pembelajaran.

b) Peneliti melakukan apersepsi penyampaian sarana belajar.

c) Peneliti mengajak anak untuk bermain tebak benda, dari

macam– macam gambar bentuk dalam kotak rahasia.

d) Peneliti mengajak anak tanya jawab tentang kegunaan benda

yang pernah dibuat anak dari plastisin tanah liat.

Kegiatan Inti:

a) Peneliti memberikan motivasi dan arahan untuk kegiatan hari

ini.

b) Peneliti menjelaskan tentang macam– macam bentuk yang

dibuat

c) Peneliti menunjukkan benda nyata yang lain seperti, HP, TV,

CD.

d) Peneliti menugaskan anak didik untuk membuat bentuk

HP,TV,CD, tanpa diperlihatkan cara membuatnya.

e) Peneliti memberikan reward berupa kalung gambar buah pada

anak yang telah mengerjakan tugas dengan baik.

39
Kegiatan Akhir:

a) Peneliti mengulas dan menyimpulkan kegiatan yang telah

dilakukan.

b) Peneliti memberikan pesan agar anak suka bermain tanah liat

membuat macam bentuk yang disukai.

c) Menyanyikan lagu “Botol” dan “Rumahku”.

d) Peneliti mengevaluasi anak didik dari kegiatan sehari.

c. Tahap Pengamatan / Observasi

Pada tahap ini tim observasi / pengamat melakukan observasi

terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi

kreativitas anak. Disamping observasi kreativitas anak, peneliti

menggunakan observasi keterlibatan anak yang digunakan kepada anak

didik untuk mengetahui hambatan yang dialami anak didik selama

proses pembelajaran berlangsung, dan untuk mengetahui kemampuan

anak dalam membuat berbagai macam bentuk sesuai dengan keinginan

anak.

d. Tahap Refleksi

Setelah dilakukan pengamatan pada siklus I, peneliti mendapatkan

hasil observasi seperti yang tertera pada tabel 4.3 kondisi anak berubah

setelah dilakukan siklus I, peneliti melakukan penelitian selama 3 kali

pertemuan pada siklus I.

Tabel 4.3 Hasil observasi siklus I

Indikator Kesimpulan

40
No
Nama Anak 1 2 3 4

1 Aditia MB

2 Alpano MB

3 Andri BSH

4 Atafaris MB

5 Ayudia BSH

6 Dea BSH

7 Zahra BSH

8 Gian BSH

9 Ginan MB

10 Keysha BSB

11 Lea MB

12 Naenanda BSH

13 Nur MB

14 Pika MB

15 Raida BSB

16 Raya BSH

17 Rizki BSB

18 Salman MB

19 Salsa BSH

20 Zian MB

41
Keterangan indikator kreativitas:

Indikator 1. Trampil membuat bentuk

Indikator 2. Rapi membuat bentuk

Indikator 3. Mampu menambah bentuk lain pada bentuk yang ada

Indikator 4. Komposisi bentuk proporsional

Keterangan penilaian:

: artinya anak belum berkembang (BB)

: artinya anak mulai berkembang (MB)

: artinya anak berkembang sesuai harapan (BSH)

: artinya anak berkembang sangat baik/ optimal (BSB)

Tabel 4.4 Pada Siklus I , Data Frekuensi dan prosentase


kegiatan pembelajaran

Belum mulai Berkembang Berkembang


berkembang Berkembang Sesuai Harapan sangat baik
Tahap
F % F % F % F %

Siklus I 0 0 8 4 9 45 3 15

Pada tabel 4.3 dan 4.4 dari hasil observasi pada siklus I dapat

diketahui peningkatan kemampuan anak dari jumlah anak yang

belum berkembang pada kondisi awal ada 9 anak, pada siklus I

jumlah anak yang belum berkembang sudah tidak ada lagi, jumlah

anak yang mulai berkembang pada siklus I menjadi 8 anak (4%)

jumlah anak yang berkembang sesuai harapan ada 9 anak (45%)

42
dan jumlah anak yang berkembang sangat baik/ optimal ada 3 anak

(15%).

2. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Diskusi dengan observer tentang permasalahan baru yang timbul

pada siklus I, hasil refleksi pada siklus I dijadikan dasar menyusun

rencana perbaikan pembelajaran di RKH pada siklus II.

b. Tahap pelaksanaan tindakan

Pada tahap ini, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai

dengan yang telah direncanakan. Guru melaksanakan kegiatan dengan

media sama dengan siklus I bedanya pada siklus I anak mengerjakan

tugas secara individu pada siklus II anak melakukan kegiatan secara

berkelompok

Pelaksanaan tindakan selengkapnya sebagai berikut:

1. Rencana Kegiatan Harian (RKH) pertemuan ke-1, Senin, 14 Mei

2022

Kegiatan awal:

a) Peneliti mengkondisikan anak sebelum kegiatan pembelajaran.

b) Peneliti memimpin doa dan membuka pelajaran dengan salam.

c) Peneliti melakukan apersepsi penyampaian sarana belajar.

d) Peneliti memotifasi kebutuhan belajar.

Kegiatan Inti:

a) Peneliti membagi jumlah anak 20 menjadi 3 kelompok kecil.

43
b) Peneliti memperlihatkan benda konkrit berupa gelang, cincin,

kalung dan jam tangan.

c) Peneliti mulai membuat benda kesukaan seperti: gelang,

kalung, cincin, dan jam tangan.

Kegiatan Akhir:

a) Peneliti mengajak anak untuk tanya jawab kegunaan kalung,

gelang, cincin, dan jam tangan.

b) Menyanyikan lagu “nama-nama jari”

c) Peneliti mengulas dan menyimpulkan kegiatan yang telah

dilakukan dalam sehari.

2. Rencana Kegiatan Harian (RKH) pertemuan ke-2,Selasa, 15 Mei

2022

Kegiatan awal:

a) Peneliti mengkondisikan anak sebelum kegiatan pembelajaran.

b) Peneliti melakukan apersepsi penyampaian sarana belajar, anak

duduk sesuai kelompoknya kemarin.

c) Peneliti mengajak anak untuk menyanyikan lagu “ nama-nama

jari”.

d) Peneliti mengajak anak tanya jawab tentang macam bentuk

tanah liat yang dibuat kemarin.

Kegiatan Inti:

a) Peneliti menunjukkan bentuk yang lain seperti mobil, motor,

dan becak.

44
b) Peneliti mengenalkan nama dan kegunaan dari mobil, motor

dan becak.

c) Tanpa diberi contoh cara membuatnya, siswa diberi tugas

membuat mobil, motor dan becak pada kelompoknya masing-

masing.

Kegiatan Akhir:

a) Peneliti mengajak anak untuk menyanyikan lagu “naik becak”.

Dan lagu “ nama-nama jari”.

b) Peneliti mengulas dan menyimpulkan kegiatan yang telah

dilakukan.

c) Peneliti mengevaluasi anak didik dari sehari kegiatan.

3. Rencana Kegiatan Harian (RKH) pertemuan ke-3, Rabu, 16 Mei

2022

Kegiatan awal:

a) Peneliti mengkondisikan anak sebelum kegiatan pembelajaran.

b) Peneliti melakukan apersepsi penyampaian sarana belajar.

c) Peneliti mengajak anak untuk bermain tebak benda, dari

macam – macam gambar bentuk dalam kotak rahasia.

d) Peneliti mengajak anak tanya jawab tentang kegunaan benda

yang pernah dibuat anak dari plastisin tanah liat.

Kegiatan Inti:

a) Peneliti memberikan motivasi dan arahan untuk kegiatan hari

ini.

45
b) Peneliti menugaskan anak secara berkelompok membuat

bentuk benda yang disukai anak, baik yang pernah dibuat atau

bentuk yang lain.

c) Peneliti memberikan reward berupa kalung gambar buah pada

kelompok anak yang telah mengerjakan tugas dengan baik.

Kegiatan Akhir:

a) Peneliti mengulas dan menyimpulkan kegiatan yang telah

dilakukan.

b) Peneliti memberikan pesan agar anak suka bermain tanah liat

membuat macam bentuk yang disukai.

c) Menyanyikan lagu yang sudah dihafal anak.

d) Peneliti mengevaluasi anak didik dari kegiatan sehari.

c. Tahap Pengamatan / Observasi

Penilaian yang diobservasi adalah tentang kreatifitas anak dan

keterlibatan anak pada saat pembelajaran. Pada penilaian ini dilihat

perubahan yang terjadi pada anak saat siklus I dan pada siklus II. Cara

penilaian berdasarkan kemampuan anak masing-masing pada siklus I

dan ke II bukan pada kemampuan kelompoknya.

d. Tahap Refleksi

Setelah data observasi dianalisis, guru melakukan refleksi diri

terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada tahap

ini, tim observer dan guru berusaha untuk dapat mengetahui

kemampuan anak didik dalam pembelajaran yang telah dilakukan pada

46
siklus II. Hasil tersebut digunakan untuk menentukan tindakan pada

siklus berikutnya apakah perlu melakukan siklus III atau cukup

berhenti pada siklus II saja

Setelah dilakukan pengamatan pada siklus I, berdasarkan lampiran

4 peneliti mendapatkan hasil yang tertera pada tabel 4.5.

Ternyata setelah dilakukan pembelajaran pada siklus II terjadi

peningkatan jumlah anak yang mampu mencapai indikator-indikator

penilaian. Peningkatan kemampuan pada anak didik ini membuktikan

bahwa peneliti berhasil melakukan penelitian pada anak didik.

Tabel 4.5 Hasil observasi siklus II

Indikator Kesimpulan

No Nama Anak 1 2 3 4

1 Aditia BSH

2 Alpano MB

3 Andri BSB

4 Atafaris BSH

5 Ayudia BSB

6 Dea BSH

7 Zahra BSB

8 Gian BSB

9 Ginan MB

10 Keysha BSB

47
11 Lea BSH

12 Naenanda BSB

13 Nur BSH

14 Pika BSH

15 Raida BSB

16 Raya BSB

17 Rizki BSB

18 Salman BSH

19 Salsa BSH

20 Zian BSH

Keterangan indikator kreativitas:

Indikator 1. Trampil membuat bentuk

Indikator 2. Rapi membuat bentuk

Indikator 3. Mampu menambah bentuk lain pada bentuk

yang ada

Indikator 4. Komposisi bentuk proporsional

Keterangan penilaian:

: artinya anak belum berkembang (BB)

: artinya anak mulai berkembang (MB)

: artinya anak berkembang sesuai harapan (BSH)

: artinya anak berkembang sangat baik/ optimal (BSB)

48
Tabel 4.6 Pada Siklu II , Data Frekuensi dan prosentase

pembelajaran

Belum mulai Berkembang Berkembang


berkembang Berkembang Sesuai Harapan sangat baik
Tahap
F % F % F % F %

Siklus II 0 0 2 1 9 45 9 45

Pada tabel 4.5 dan 4.6 dari hasil observasi pada siklus II dapat

diketahui bahwa jumlah anak yang belum berkembang sudah

tidak ada sama dengan siklus I, sedangkan jumlah anak yang

mulai berkembang ada 2 anak (1%), jumlah anak yang dapat

berkembang sesuai harapan ada 9 anak (45%) dan jumlah anak

yang berkembag sangat baik/optimal meningkat dari 3 anak di

siklus I menjadi 9 anak (45%) di siklus II.

49
BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Pada tabel hasil penelitian di atas dapat dikatakan bahwa bermain plastisin

dapat meningkatkan kreativitas pada anak kelompok B PAUD IT Haer Tgh

Umar Kelayu Desa Lenting. Pada semester genap tahun pelajaran 2021/2022.

Dengan dibuktikan adanya hasil diskriptif prosentase ketuntasan belajar yaitu

dari kondisi awal jumlah anak yang sudah berkembang sesuai harapan dan

anak yang berkembang sangat baik / optimal berjumlah 3 anak atau 15%

meningkat pada siklus I menjadi 6 % atau 12 anak berkembang sesuai harapan

dan berkembang sangat baik /optimal. Dan pada siklus II meningkat lebih baik

lagi menjadi 9 % atau 18 anak yang terdiri dari 9 anak berkembang sesuai

harapan dan 9 anak berkembang sangat baik / optimal.

50

Anda mungkin juga menyukai