PENDAHULUAN
1
2
B. Identifikasi masalah
3
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian tindakan dapat terarah, maka secara operasional
permalasahan penelitian ini difokuskan pada pokok masalah yang diajukan maka
permasalah yang akan dibahas dibatasi sebagai berikut:
1. Aspek yang ditinjau adalah kemampuan membilang.
2. Media yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan membilang adalah
congklak dan biji-bijian.
3. Subyek penelitian adalah anak Kelompok B TK PGRI 01 Bajang Kecamatan
Talun Kabupaten Blitar Semester I Tahun Ajaran 2013/2014.
E. Tujuan Penelitian
4
F. Kegunaan Penelitian
Dengan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) kami berharap dapat
bermanfaat terutama:
1. Bagi lembaga TK PGRI 01 Bajang Kecamatan Talun Kabupaten Blitar
a. Dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak dengan permainan
congklak
b. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan penggunaan metode bermain
dan media yang menarik serta menantang rasa petualangan anak.
2. Bagi Guru TK Pada Umumnya
Sebagai media untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas mengajar,
mempermudah kegiatan pembelajaran yang disampaikan kepada anak didik
serta meningkatkan profesionalisme guru dalam pembelajaran dikelas.
3. Bagi Anak Didik Kelompok B TK PGRI 01 Bajang Kecamatan Talun
Kabupaten Blitar
Memudahkan anak didik untuk memahami kegiatan pembelajaran yang
disampaikan oleh guru, memiliki pengalaman belajar yang menyenangkan
serta bermakna dan meningkatkan kemampuan kognitif.
5
G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah, hipotesis tindakan dalam penelitian ini
adalah: Penggunaan permainan congklak dalam pembelajaran dapat meningkatkan
kemampuan kognitif mengenal bilangan 1-10 pada anak Kelompok B TK PGRI 01
Bajang Kecamatan Talun Kabupaten Blitar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kemampuan Kognitif
a. Pengertian Kognitif
Menurut Sujiono, dkk (2008: 1.3) kognitif adalah suatu proses dalam
berpikir, yaitu kemampuan setiap individu untuk menghubungkan,
menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa.
Selanjutnya menurut Sujiono, dkk (2008: 3.3) kemampuan kognitif
merupakan suatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku
anak terletak pada pemahaman bagaimana pengetahuan tersebut
terstruktur dalam berbagai aspeknya. Piaget sendiri mengemukakan bahwa
perkembangan kognitif bukan hanya hasil kematangan organisme, bukan
pula pengaruh lingkungan saja, melainkan interaksi antara keduanya.
Dalam pandangan ini organisme aktif mengadakan hubungan dengan
lingkungan. Perbuatan atau lebih jelas lagi penyesuaian terhadap objek-
objek yang ada di lingkungannya, yang merupakan proses interaksi yang
dinamis.
Menurut Suyanto (2005: 53) perkembangan kognitif
menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi
sehingga dapat berfikir. Menurut Padmonodewo (2003: 7) kognitif
diartikan sebagai kecerdasan atau berpikir. Kognitif adalah pengertian
yang luas mengenai berpikir dan mengamati, jadi merupakan tingkah laku
yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang
dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Perkembangan kognitif
menunjukkan perkembangan dari cara anak berpikir.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan intelek adalah berpikir,
sedangkan yang dimaksud dengan intelegen adalah kemampuan
kecerdasan. Pada dasarnya kedua istilah itu mempunyai arti yang sama,
sebenarnya perbedaannya hanya terletak pada waktunya saja. Didalam
6
7
2008: 2.7), cara berpikir anak belum logis dan belum menyerupai cara
berpikir orang dewasa yang sudah berpikir secara abstrak.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif
Menurut Yuliani Nurani Sujiono,dkk (2008: 1.25) faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan kognitif dapat dijelaskan antara lain sebagai
berikut:
1) Faktor Hereditas/Keturunan
Teori hereditas pertama kali dipelopori oleh seorang ahli filsafat
Schopenhauer. Dia berpendapat bahwa manusia lahir sudah membawa
potensi-potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi lingkungan.
Berdasarkan teorinya, taraf intelegensi sudah ditentukan sejak anak
dilahirkan, faktor lingkungan tak berarti pengaruhnya.
2) Faktor Lingkungan
Teori lingkungan atau empirisme dipelopori oleh John Locke. Dia
berpendapat bahwa manusia dilahirkan sebenarnya suci atau tabularasa.
Menurut pendapatnya, perkembangan manusia sangatlah ditentukan
oleh lingkungannya. Berdasarkan pendapat John Locke tersebut
perkembangan taraf intelegensi sangatlah ditentukan oleh pengalaman
dan pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan hidupnya.
3) Kematangan
Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia
telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
Kematangan berhubungan erat dengan usia kronologis (usia kalender).
4) Pembentukan
Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelegensi.
5) Minat dan Bakat
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan
dorongan bagi perbuatan itu. Sedangkan bakat diartikan sebagai
kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan
dan dilatihagar dapat terwujud.
12
6) Kebebasan
Kebebasan yaitu kebebasan manusia berpikir divergen (menyebar)
yang berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode tertentu
dalam memecahkan masalah-masalah.
Berdasarkan posting dari (Wiriana, 2008), kemampuan kognitif
seseorang dipengaruhi oleh dua hal yaitu, faktor herediter atau keturunan
dan faktor non herediter. Faktor herediter merupakan faktor yang bersifat
statis, lebih sulit untuk berubah. Sebaliknya, faktor non herediter
merupakan faktor yang lebih plastis, lebih memungkinkan untuk diutak-
atik oleh lingkungan. Pengaruh non herediter antara lain peranan gizi,
peran keluarga, dalam hal ini lebih mengarah pada pengasuhan, dan peran
masyarakat atau lingkungan termasuk pengalaman dalam menjalani
kehidupan.
d. Ciri-ciri Kemampuan Kognitif
Renzulli (dalam Sujiono, dkk, 2008: 1.18) menggambarkan ciri-ciri
kemampuan kognitif diantaranya adalah mudah menangkap pelajaran,
ingatan baik, perbendaharaan kata luas, penalaran tajam (berpikir logis,
kritis memahami sebab akibat), daya konsentrasi baik, menguasai banyak
bahan, senang dan sering membaca, cepat memecahkan masalah, dan
mampu membaca pada usia lebih muda. Selain hal tersebut, ciri-ciri
kemampuan kognitif juga dijelaskan oleh Depdiknas (2007: 3) antara lain,
kemampuan berpikir anak lancar yaitu menghasilkan banyak gagasan, arus
pemikiran lancar, dapat memberikan jawaban pertanyaan yang relevan.
Kemampuan berpikir luwes, yaitu mampu mengubah cara
pendekatan dan arah pemikiran yang berbeda, dan jika diberi suatu
masalah biasanya memikirkan macam-macam cara untuk
menyelesaikannya. Kemampuan berpikir orisinal, yaitu anak dapat
memberikan jawaban yang tidak lazim, anak biasanya memikirkan hal-hal
yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain. Kemampuan berpikir
terperinci, yaitu mengembangkan, menambah, memperkaya, dan
memperluas suatu gagasan, anak biasanya mencari arti yang lebih
13
2. Permainan Congklak
a. Pengertian Permainan Congklak
Di Indonesia, (seperti dikutip dalam situs), permainan congklak
dikenal dengan nama yang berbeda dari daerah ke daerah. Nama yang
paling umum congklak, diambil dari kerang cowrie, yang biasa digunakan
untuk bermain permainan. Di Sumatra, permainan ini kebanyakan dikenal
sebagai congkak. Di Jawa, permainan ini dikenal sebagai congklak, dakon,
16
besarnya, namun yang relatif sederhana yang terbuat dari kayu. (Mutiatin,
2010). Sedangkan papan congklak yang saat ini terbuat dari bahan plastik.
barisnya, dua lubang terakhir biasanya lebih besar dan lebar sebagai
lumbung/indung.
kita sebut saja biji congklak. Jumlah biji tergantung jumlah pasangan
lubangnya. Jadi bila menggunakan lubang 5 pasang, maka tiap luang diisi
lima butir, demikian juga bila menggunakan lubang 7 pasang, maka tiap
lubang diisi 7 butir. Jadi jumlah biji yang digunaka adalah jumlah lubang
50 butir).
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan pengamatan dalam pembelajaran di TK PGRI 01 Bajang
Kecamatan Talun pada kemampuan kognitif masih belum dapat tercapai tujuan
pembelajarannya, maka peneliti mengambil tindakan untuk menggunakan
permainan congklak dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif
anak dalam mengenal konsep bilangan 1-10, sehingga pada proses
pembelajaran anak akan terasa senang dan dapat tercapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan.
Pelaksanaan pembelajaran dengan permainan congklak harus ditata
sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran sesuai kurikulum dapat tercapai
secara optimal. Dalam proses pembelajaran guru memfokuskan kegiatan pada
pengembangan kognitif anak, sehingga permainan dan media yang digunakan
dalam menarik perhatian anak agar mau melakukan kegiatan kognitif dengan
semangat dan tidak terpaksa. Dengan permainan ini akan menghasilkan
kesenangan, memberikan pengalaman yang bermakna dan seluruh aspek
perkembangan dapat berkembang secara optimal.
24
IDENTIFIKASI PENETAPAN
MASALAH MASALAH
Alternatif Pemecahan
Masalah
Pelaksanaan PTK
PELAKSANAAN
TINDAKAN
PERENCANAAN
Penyusunan RKH
REFLEKSI
Evaluasi pelaks.PBM
REVISI
Belum Berhasil
REKOMENDASI
dilanjut pada siklus
Berhasil Mencapai
berikutnya
Target Ketuntasan
Belajar
B. Prosedur Penilaian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan yang sengaja di munculkan dan terjadi dalam sebuah kelas yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas prosesdan hasil pembelajaran di kelas.
(Sutama, 2012:3). Ada empat langkah utama dalam PTK yaitu (1) perencanaan,
(2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Keempat langkah tersebut
merupakan satu siklus dan dalam PTK siklus selalu berulang.Setelah satu siklus
selesai, barangkali guru menemukan masalah baru atau masalah lama yang
belum tuntas dipecahkan, dilanjutkan ke siklus kedua dengan langkah yang sama
seperti siklus pertama dan seterusnya. Dengan demikian, berdasarkan hasil
tindakan atau pengalaman pada siklus pertama guru akan kembali mengikuti
langkah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi pada siklus kedua.
(Arikunto, 2008:20)
Siklus penelitian dapat di lihat pada bagan alur penelitian tindakan kelas di
bawah ini
25
26
Refleksi awal
Perencanaan Pelaksanaan
Tindakan I Tindakan 1 Refleksi
Perencanaan
Tindakan I Pelaksanaan
(Perencanaan Refleksi
Tindakan 2
Tindakan 2)
Perencanaan
Tindakan
2(Perencanaan
Dan seterusnya
Tindakan 3)
I
Gambar 3.1
Bagan Prosedur Penelitian (model Kemmis & Taggart)
- Bahan Ajar
- Skenario Pembelajaran
- Sumber Kegiatan Anak
- Media
- Lembar Observasi
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tahapan tindakan mengacu pada langkah-langkah
pembelajaran yang tertulis dalam RKH dan akan dilakukan oleh guru
dalam mengajarkan mengajarkan konsep bilangan 1-10 melalui
permainan congklak.
c. Tahap Pengamatan/Observasi
Pengamatan atau observasi dilakukan pada saat proses
pembelajaran berlangsung, peneliti yang bertindak sebagai observer
melakukan pengamatan dan mencatat perkembangan-perkembangan
dan kegiatan yang terjadi, berfokus pada format yang tersedia.
Pengamatan ini dilaksanakan untuk mengetahui sampai sejauh mana
keberhasilan yang dicapai oleh guru dalam pembelajarannya
d. Tahap Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan mengemukakan kembali apa yang
sudah dilaksanakan dan dianalisis untuk mengetahui kegagalan atau
keberhasilan yang telah dialami guru. Dari sini juga akan diketahui
kelebihan dan kelemahan dari tindakan yang baru dilakukan dan
peneliti menentukan apakah penelitian dihentikan atau dilanjutkan pada
siklus berikutnya.
3. Siklus Ketiga
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini ada beberapa perangkat yang disiapkan yaitu
sebagai berikut :
- Rencana Kegiatan Harian (RKH)
- Bahan Ajar
- Skenario Pembelajaran
- Sumber Kegiatan Anak
29
- Media
- Lembar Observasi
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Dalam pelaksanaan tindakan perbakan tetap mengacu pada
langkah-langkah pembelajaran yang tertulis dalam RKH dan akan
dilakukan oleh guru dalam mengajarkan mengajarkan konsep bilangan
1-10 melalui permainan congklak.
c. Tahap Pengamatan/Observasi
Pengamatan atau observasi dilakukan pada saat proses
pembelajaran berlangsung, peneliti yang bertindak sebagai observer
melakukan pengamatan dan mencatat perkembangan-perkembangan
dan kegiatan yang terjadi, berfokus pada format yang tersedia.
Pengamatan ini dilaksanakan untuk mengetahui sampai sejauh mana
keberhasilan yang dicapai oleh guru dalam pembelajaran.
d. Tahap Refleksi
Berdasarkan refleksi selama 3 siklus dalam pelaksanaan
perbaikan kemampuan berbahasa permulaan melalui media gambar
anak meningkat lebih baik dari pada siklus 1 dan siklus 2 baik dalam
binat, kemampuan dan ketuntasan, jadi penelitian dihentikan pada sikus
ketiga.
P = F x 100%
N
P : Prosentase anak yang mendapatkan bintang tertentu
F : Jumlah anak yang mendapatkan bintang tertentu
N : Jumlah anak keseluruhan
Seorang anak dikatakan mencapai ketuntasan jika taraf penugasan
mencapai lebih dari 75% dan belum mencapai ketuntasan apabila penugasan
Bulan
No Jenis Kegiatan
Oktober Nopember Desember Januari Pebruari Maret
1 Pengarahan
bimbingan
skripsi
2 Pengajuan
judul
3 Penyusunan
proposal
4 Pengembangan
instrumen
5 Pengumpulan
data
6 Analisis data
7 Penarikan
kesimpulan
8 Penyusunan
laporan
DAFTAR PUSTAKA
http://www.expat.or.id/info/congklak.html
http://experiencingindonesia.blogspot.com/search/label/traditionalgames. 7
Sumber : www.keluargacaladine.com/photo,491 8
33
34
PROPOSAL SKRIPSI
OLEH :
TITIK SAFITRI
NPM: 10.1.01.11.0326