Anda di halaman 1dari 22

PINTU-PINTU YANG DILEWATI

MEMASUKI DUNIA PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

PINTU I

1. Apakah anda puas dengan pembelajaran yang dilakukan selama ini ?


Jawab:
Saya belum puas dengan pembelajaran matematika di kelas saya, dimana di
kelas saya belum semua siswa berpartisi aktif dalam pembelajaran dan juga
prestasi belajar siswa belum sesuai dengan hasil yang saya harapkan.
2. Apakah ada masalah yang anda temui selama PBM ( misalnya: guru, PBM
yang membosankan, siswa kurang berani dalam bertanya, kurangnya
keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat, hasil belajar yang
kurang memuasakan, dll)
Jawab:
Masalah yang saya temui dalam pembelajaran:
Beberapa siswa belum terlibat secara aktif dalam pembelajaran karena
kesulitan dalam belajar matematika yang berdampak hasil belajar yang tidak
sesuai dengan yang saya harapkan.
3. apakah ada kemauan anda untuk memecahkan masalah yang dihadapi ?
Jawab:
Saya ingin mengatasi permasalahan ini
4. dari pertanyaan nomor 2, masalah apa yang mendesak bagi guru dan siswa
untuk diselesaikan, masalah tersebut dirasakan dapat diselesaikan oleh
guru, skalanya kecil dan terbatas
Jawab:
1. Minat belajar matematika siswa
2. Metode pembelajaran yang belum mampu mengaktifkan siswa
( Variabel masalah / penyakit, biasa disimbul dengan variabel x )

5. apa alternatif pemecahan yang anda tawarkan untuk menyelesaikan


masalah yang anda hadapi ( tindakan yang benar-benar dapat
memecahkan masalah dan memiliki landasan teori yang mantap)
Jawab:
Karena belajar matematika bukan kegiatan menghafalkan sebuah materi,
tetapi belajar matematika merupakan proses aktif yang dilakukan oleh
peserta didik untuk membangun pengetahuannya. Sehingga dalam suatu
proses pembelajaran matematika diperlukan keterlibatan mental dan aktivitas
peserta didik itu sendiri. Salah satu metode pembelajaran yang sesuai untuk
membuat peserta didik mampu secara aktif membangun pengetahuan dan
pemahaman mereka akan suatu konsep matematika adalah metode
penemuan terbimbing. Dengan menerapkan metode penemuan terbimbing
diharapkan permasalahan teratasi.
( variabel tindakan / obat, biasa disimbolkan dengan variabel y )

6. Rangkailah judul PTK anda, ( memuat : Tujuan, cara penyelesaian, tempat


masalah itu terjadi)
Jawab:
Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Trigonometri Kelas X MIPA 1 MAN IC Gowa Tahun Pelajaran
2020/2021
( misalnya: upaya peningkatan y melalui x , optimalisasi y melalui x,
penggunaan x untuk meningkatkan y, meningkatkan y melalui x )

SELAMAT
ANDA TELAH MEMASUKI DUNIA PENELITIAN TINDAKAN KELAS
DENGAN MEMILIKI JUDUL PTK YANG DIREKOMENDASIKAN OLEH
PEMERINTAH

PINTU PERTAMA TELAH ANDA LEWATI....!!!


MELANGKAHLAH DENGAN MEMASUKI PINTU KEDUA, YAITU LATAR
BELAKANG MASALAH
PINTU II

7. Buatlah latar belakang masalah yang meliputi sekurang kurangnya:


a. menulis kenyataan yang ada (kondisi awal)
b. menulis harapan yang akan dituju (kondisi akhir)
c. kesenjangan antara kenyataan dan harapan
d. tawarkan penyelesaian masalah, dengan identifikasi masalah,dan
pembatasan masalah.

Jawab:
Indonesia sudah hampir 75 tahun merdeka, tetapi belum memiliki kualitas
sumber daya manusia yang memadai. Hal ini antara lain disebabkan oleh
karena kualitas penyelenggaraan dan hasil pendidikan dari berbagai jalur,
jenjang dan jenis pendidikan belum memadai. Rendahnya kualitas
penyelenggaraan dan hasil pendidikan ini antara lain disebabkan oleh karena
pembuatan kebijakan, pengembangan kurikulum dan pembelajaran yang
akan digunakan, pengadaan dan pengembangan tenaga kependidikan,
sistem pengajaran, sistem evaluasi, dan pengadaan sarana dan prasarana
tidak didasarkan dari hasil penelitian yang memadai.
Pembelajaran yang akan digunakan adalah salah faktor yang berpengaruh
besar dalam upaya mencetak kualitas sumber daya manusia yang memadai.
Oleh karena itu pembelajaran yang digunakan haruslah yang sebaik
mungkin. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian
yang bersifat analisis kebutuhan untuk menguji keefektifan produk tersebut
supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka di perlukan penelitian untuk
menguji keefektifan produk tersebut. Sehingga untuk menghasilkan
pembelajaran yang bermutu maka diperlukan penelitian yang bersifat analisis
kebutuhan untuk menguji keefektifan pembelajaran yang digunakan tersebut
supaya dapat berfungsi dengan baik.
Ada beberapa peserta didik yang menganggap bahwa matematika
merupakan pelajaran yang menarik dan menyenangkan namun ada sebagian
peserta didik yang merasa kesulitan dalam mempelajari materi yang ada
pada pelajaran matematika, khususnya peserta didik sekolah menengah. Bila
ditinjau lebih lanjut, pada dasarnya ada banyak faktor yang melatarbelakangi
kesulitan mereka dalam belajar matematika. (Widdihartono, 2008)
menyatakan bahwa salah satu faktor penting yang menjadi alasan mengapa
peserta didik mengalami kesulitan dalam belajar matematika adalah faktor
pedagogis yaitu faktor kurang tepatnya guru dalam mengelola proses
pembelajaran dan menerapkan metodologi pembelajaran di kelas.
PAT (Penilaian Akhir Tahun) adalah salah satu ukuran keberhasilan
pelaksanaan pembelajaran. Nilai PAT yang tinggi adalah indikator
keberhasilan pembelajan. Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang
diujikan pada PAT, sehingga keberhasilan seorang guru matematika sering
dikaitkan dengan nilai PAT yang diraih oleh peserta didiknya. Salah satu
materi yang muncul pada PAT dan juga merupakan bagian yang disebutkan
di dalam Kompetensi Dasar dalam permendikbud No. 37 Tahun 2018 adalah
materi Trigonometri Sehingga materi Trigonometri perlu mendapat perhatian
khusus.
Pada hakekatnya, belajar matematika bukanlah kegiatan menghafalkan
sebuah materi. Belajar merupakan proses aktif yang dilakukan oleh peserta
didik untuk membangun pengetahuannya. (Silbermen, 2006) menyatakan
bahwa dalam suatu proses pembelajaran diperlukan keterlibatan mental dan
aktivitas peserta didik itu sendiri. Salah satu metode pembelajaran yang
sesuai untuk membuat peserta didik mampu secara aktif membangun
pengetahuan dan pemahaman mereka akan suatu konsep matematika
adalah metode penemuan terbimbing.
Dengan menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing, peserta
didik dituntut untuk secara aktif mempelajari sebuah konsep melalui aktivitas
mengkonstruksi sendiri, mengungkapkan ide, melakukan diskusi serta
presentasi dalam sebuah kelompok dimana setiap anggota kelompok
memiliki peran dan tanggung jawabnya masing-masing.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
“Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Trigonometri Kelas X MIPA 1 MAN IC Gowa Tahun Pelajaran
2020/2021”.

( minimal 4 paragraf yang sederhana )

8. Rumusan Masalah ( Yang sederhana, apakah melalui x dapat meningkatkan


y)
Jawab:
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing
pada materi Trigonometri Kelas X MIPA 1 MAN IC Gowa?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar peserta didik setelah penerapan
model pembelajaran penemuan terbimbing?
( jangan lupa, tempat dimana masalah itu terjadi )

9. Tujuan Penelitian, meliputi:


a. Tujuan Umum; Untuk meningkatkan y
b. Tujuan Khusus; Untuk meningkatkan y melalui x
Jawab:
a. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi
Trigonometri
b. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi
Trigonometri dengan model pembelajaran penemuan terbimbing

10. Manfaat Penelitian, meliputi:


a. manfaat teoritis; (1) mendapatkan pengalaman baru tentang y melalui
x. (2) sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya
b. manfaat praktis; (1) manfaat bagi siswa, (2) manfaat bagi guru,
(3) manfaat bagi sekolah
Jawab:
a. Manfaat teoritis
(1) Mendapatkan pengalaman baru tentang peningkatan hasil belajar
matematika materi Trigonometri melalui penemuan terbimbing
(2) Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.

b. Manfaat praktis
(1) Manfaat bagi siswa
1. Meningkatkan pemahaman peserta didik mengenai materi
fungsi eksponen dan logaritma.
2. Mendorong peserta didik lebih aktif, kreatif, dan berani
mengungkapkan pendapat
3. Mendapatkan pengajaran yang konkrit yaitu tidak hanya
sekedar konsep melainkan proses suatu kejadian.
4. Menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan
sehingga peserta didik termotivasi dan merasa antusias
dalam mengikuti pembelajaran.

(2) Manfaat bagi guru


1. Meningkatkan pemahaman peserta didik mengenai materi
fungsi eksponen dan logaritma.
2. Mendorong peserta didik lebih aktif, kreatif, dan berani
mengungkapkan pendapat
3. Mendapatkan pengajaran yang konkrit yaitu tidak hanya
sekedar konsep melainkan proses suatu kejadian

(3) Manfaat bagi sekolah


1. Hasil penelitian dapat dijadikan acuan dalam upaya pengadaan
inovasi pembelajaran bagi para guru lain dalam mengajarkan
materi.
2. Sebagai masukan dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran secara intensif dan menggunakan model
pembelajaran yang lebih inovatif agar kualitas pembelajaran lebih
efektif khususnya pada kualitas sekolah.
11. Hipotesis Tindakan ( contohnya, melalui x dapat meningkatkan y )
Jawab
Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah “jika menggunakan model
pembelajaran penemuan terbimbing pada pembelajaran matematika
materi trigonometri kelas X MIPA 1 dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik.
( jangan lupa tempat dimana masalah PTK anda diteliti )

LUAR BIASA.........!!!!!!!!!!!
ANDA TELAH MELEWATI PINTU KEDUA DAN SEMAKIN DALAM
MEMASUKI DUNIA PENELITIAN TINDAKAN KELAS

SELAMAT SEMOGA TAMBAH MENYENANGKAN

LANJUTKAN DENGAN PINTU KETIGA


KAJIAN PUSTAKAN
PINTU III
12. Kajian Pustaka ( sekurang-kurangnya memuat: (1) kajian tentang x, dan (2)
kajian tentang y )
Jawab:
A. Belajar dan Pembelajaran
Masalah belajar adalah masalah bagi setiap manusia, dengan
belajar manusia memperoleh keterampilan, kemampuan sehingga
terbentuklah sikap dan bertambahlah ilmu pengetahuan. Jadi hasil
belajar itu adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh peserta didik dalam
usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah yang
diwujudkan dalam bentuk raport pada setiap semester.
Menurut (Hamalik, 2013), belajar adalah modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Sedangkan menurut
Withering dalam (Sukmadinata, 2009), belajar merupakan perubahan
dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang
baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan
kecakapan. Dengan perkataan lain, belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruahn sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Untuk mengetahui perkembangan sampai di mana hasil yang telah
dicapai oleh seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi.
Untuk menentukan kemajuan yang dicapai maka harus ada kriteria
(patokan) yang mengacu pada tujuan yang telah ditentukan sehingga
dapat diketahui seberapa besar pengaruh strategi belajar mengajar
terhadap keberhasilan belajar peserta didik.  Menurut W. Winkel dalam
buku Psikologi Pengajaran, hasil belajar peserta didik  adalah
keberhasilan yang dicapai oleh peserta didik, yakni prestasi belajar
peserta didik di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka (Winkel,
1989).
Menurut Winarno Surakhmad (dalam buku, Interaksi Belajar
Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1980:25)  hasil belajar peserta didik bagi
kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan
tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan
keberhasilan peserta didik.
B. Hasil Belajar
Menurut Purwanto (2011 : 46) hasil belajar adalah perubahan
perilaku yang terjadi setelah mengikuti pembelajaran sesuai dengan
tujuan pendidikan  dalam domain kognitif, afektif dan psikomotorik.  Dalam
domain kognitif diklasifikasikan menjadi kemampuan hapalan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.  Dalam domain
afektif hasil belajar meliputi level penerimaan, partisipasi, penilaian,
organisasi, dan karakterisasi.  Sedang domain psikomotorik terdiri dari
level persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan
kompleks dan kreativititas.
Menurut (Arsyad, Media Pembelajaran, 2005) pengertian hasil
belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang
mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat
pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.  Perubahan diarahkan pada
diri peserta didik secara terencana, baik dalam aspek pengetahuan,
keterampilan, maupun sikap.
Menurut Aqib (2010 : 51) hasil belajar berupa perubahan perilaku,
baik yang menyangkut kognitif, psikomotorik, maupun afektif.  Karena
menurut Driscoll dalam Smaldino (2011 : 11) belajar didefinisikan sebagai
perubahan terus menerus dalam kemampuan yang berasal dari
pengalaman pembelajar dan interaksi pembelajar dengan dunia. 
Menurut Dimyati (2006 : 20) pengertian hasil belajar merupakan
suatu puncak proses belajar.  Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat
evaluasi guru.  Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan
dampak pengiring.  Dampak pengajaran adalah hasil belajar peserta didik
yang dapat diukur dengan segera atau secara langsung.  Dampak
pengiring adalah hasil belajar peserta didik yang tampak secara tidak
langsung atau merupakan transfer hasil belajar.  Kedua dampak tersebut
bermanfaat bagi guru dan peserta didik.
Menurut Sudjana (2009 :  22)  hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif,
ranah afektif dan ranah psikomotorik.  Ketiga ranah tersebut menjadi
obyek penilaian hasil belajar.  Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah
yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan
dengan kemampuan para peserta didik dalam menguasai isi bahan
pengajaran.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
perubahan tingkah laku peserta didik yang terjadi setelah mengikuti
pembelajaran.  Perubahan tersebut meliputi aspek kognitif (kemampuan
hapalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi), afektif
(penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan karakterisasi) dan
psikomotorik (persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa,
gerakan kompleks dan kreativititas).  Hasilnya dituangkan dalam bentuk
angka atau nilai.
Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil
belajar adalah prestasi belajar yang dicapai peserta didik dalam proses
kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan
pembentukan tingkah laku seseorang. Untuk menyatakan bahwa suatu
proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan
masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan
persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini
yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar
mengajar tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila
tujuan pembelajaran khususnya dapat dicapai.
Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran khusus,
guru perlu mengadakan tes formatif pada setiap menyajikan suatu
bahasan kepada peserta didik. Penilaian formatif ini untuk mengetahui
sejauh mana peserta didik telah menguasai tujuan pembelajaran khusus
yang ingin dicapai. Fungsi penelitian ini adalah untuk memberikan umpan
balik pada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan
melaksanakan program remedial bagi peserta didik yang belum berhasil.
Karena itulah, suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila
hasilnya memenuhi tujuan pembelajaran  khusus dari bahan tersebut. 
1) Indikator Hasil Belajar Peserta didik
Yang menjadi indikator utama hasil belajar peserta didik adalah
sebagai berikut:
a. Ketercapaian Daya Serap terhadap bahan pembelajaran yang diajarkan, baik secara
individual maupun kelompok. Pengukuran ketercapaian daya serap ini biasanya
dilakukan dengan penetapan Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM)
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh peserta
didik, baik secara individual maupun kelompok.
Namun demikian, menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain
(dalam buku  Strategi Belajar Mengajar 2002:120)  indikator yang banyak
dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan adalah daya serap.
2) Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Peserta didik
Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai hal.  Secara umum
Hasil belajar dipengaruhi 3 hal atau faktor Faktor-faktor tersebut akan
saya uraikan dibawah ini, yaitu : 
a. Faktor internal (faktor dalam diri) 
b. Faktor eksternal (faktor diluar diri) 
c. Faktor pendekatan belajar 
Faktor internal
Faktor internal yang mempengaruhi Hasil belajar yang pertama
adalah Aspek fisiologis. Untuk memperoleh hasil Hasil belajar yang baik,
kebugaran tubuh dan kondisi panca indera perlu dijaga dengan cara :
makanan/minuman bergizi, istirahat, olah raga. Tentunya banyak kasus
anak yang prestasinya turun karena mereka tidak sehat secara fisik. 
Faktor internal yang lain adalah aspek psikologis. Aspek psikologis
ini meliputi : inteligensi, sikap, bakat, minat, motivasi dan kepribadian.
Factor psikologis ini juga merupakan factor kuat dari Hasil belajar,
intelegensi memang bisa dikembangkang, tapi sikap, minat, motivasi dan
kepribadian sangat dipengaruhi oleh factor psikologi diri kita sendiri. Oleh
karena itu, berjuanglah untuk terus mendapat suplai motivasi dari
lingkungan sekitar, kuatkan tekad dan mantapkan sikap demi masa depan
yang lebih cerah. Berprestasilah. 
Faktor eksternal
Selain faktor internal, Hasil belajar juga dipengaruhi oleh faktor
eksternal. Faktor eksternal meliputi beberapa hal, yaitu: 
1. Lingkungan sosial, meliputi: teman, guru, keluarga dan masyarakat. 
Lingkungan sosial, adalah lingkungan dimana seseorang
bersosialisasi, bertemu dan berinteraksi dengan manusia di sekitarnya.
Hal pertama yang menjadi penting dari lingkungan sosial adalah
pertemanan, dimana teman adalah sumber motivasi sekaligus bisa
menjadi sumber menurunnya prestasi. Posisi teman sangat penting,
mereka ada begitu dekat dengan kita, dan tingkah laku yang mereka
lakukan akan berpengaruh terhadap diri kita. Kalau kalian sudah terlanjur
memiliki lingkungan pertemanan yang lemah akan motivasi belajar, sebisa
mungkin arahkan teman-teman kalian untuk belajar. Setidaknya dengan
cara itu kaluan bisa memposisikan diri sebagai seorang pelajar. 
Guru, adalah seorang yang sangat berhubungan dengan Hasil
belajar. Kualitas guru di kelas, bisa mempengaruhi bagaimana kita balajar
dan bagaimana minat kita terbangun di dalam kelas. Memang pada
kenyataanya banyak peserta didik yang merasa guru mereka tidak
memberi motivasi belajar, atau mungkin suasana pembelajaran yang
monoton. Hal ini berpengaruh terhadap proses pembelajaran. 
Keluarga, juga menjadi faktor yang mempengaruhi Hasil belajar
seseorang. Biasanya seseorang yang memiliki keadaan keluarga yang
berantakan (broken home) memiliki motivasi terhadap prestasi yang
rendah, kehidupannya terlalu difokuskan pada pemecahan konflik
kekeluargaan yang tak berkesudahan. Maka dari itu, bagi orang tua,
jadikanlah rumah keluarga kalian surga, karena jika tidak, anak kalian
yang baru lahir beberapa tahun lamanya, belum memiliki konsep
pemecahan konflik batin yang kuat, mereka bisa stress melihat tingkah
kalian wahai para orang tua yang suka bertengkar, dan stress itu dibawa
ke dalam kelas.
Yang terakhir adalah masyarakat, sebagai contoh seorang yang
hidup dimasyarakat akademik mereka akan mempertahankan gengsinya
dalam hal akademik di hadapan masyarakatnya. Jadi lingkungan
masyarakat mempengaruhi pola pikir seorang untuk berprestasi.
Masyarakat juga, dengan segala aktifitas kemasyarakatannya
mepengaruhi tidakan seseorang, begitupun juga berpengaruh terhadap
peserta didik dan mahapeserta didik. 
2. Lingkungan non-sosial, meliputi : kondisi rumah, sekolah, peralatan, alam
(cuaca).
Non-sosial seperti hal nya kondiri rumah (secara fisik), apakah rapi,
bersih, aman, terkendali dari gangguan yang menurunkan Hasil belajar.
Sekolah juga mempengaruhi Hasil belajar, dari pengalaman saya, ketika
anak pintar masuk sekolah biasa-biasa saja, prestasi mereka bisa
mengungguli teman-teman yang lainnya. Tapi, bila disandingkan dengan
prestasi temannya yang memiliki kualitas yang sama saat lulus, dan dia
masuk sekolah favorit dan berkualitas, prestasinya biasa saja. Artinya
lingkungan sekolah berpengaruh. cuala alam, berpengaruh terhadap hasil
belajar. 
3) Penilaian Hasil Belajar
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (hal 120-121)
mengungkapkan, bahwa untuk mengukur dan mengevaluasi hasil belajar
peserta didik tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar.
Berdasarkan tujuan dan ruang lingkunya, tes prestasi belajar dapat
digolongkan ke dalam jenis penilaian, sebagai berikut:
a.    Tes Formatif, penilaian ini dapat mengukur satu atau beberapa pokok
bahasan tertentu dan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya
serap peserta didik terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini
dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dalam waktu
tertentu.
b.    Tes Subsumatif, tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang
telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk
memperoleh gambaran daya serap peserta didik untuk meningkatkan
tingkat prestasi belajar atau hasil belajar peserta didik. Hasil tes
subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar
dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
c.   Tes Sumatif, tes ini diadakan untuk mengukur daya serap peserta didik
terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu
semester, satu atau dua bahan pelajaran. Tujuannya adalah untuk
menetapkan tarap atau tingkat keberhasilan belajar peserta didik dalam
satu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk
kenaikan kelas, menyusun peringkat (rangking) atau sebagai ukuran mutu
sekolah.
C. Model Pembelajaran
a) Pengertian Model Pembelajaran
Dalam rangka implementasi Kurikulum 2013, guru diibaratkan
sebagai
penunjuk perjalanan (journey), yang berdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan tersebut
sehingga para guru secara bertahap dilatih berbagai pendekatan dan model
pembelajaran, agar dapat memfasilitasi peserta didik belajar.
Perlu dijelaskan bahwa konsep model pembelajaran (models of
teaching) relatif baru berkembang di Indonesia walaupun sebenarnya inisiator
awalnya yaitu Bruce Joyce telah mengembangkannya sejak tahun 1972.
Menurut Joyce, Weil, dan Calhoun dalam publikasi terakhirnya (2009 : 24)
mendeskripsikan.“Model pembelajaran antara lain “Model pembelajaran
adalah suatu deskripsi dari lingkungan pembelajaran, termasuk perilaku kita
sebagai guru dimana model itu diterapkan. Model-model semacam ini banyak
kegunaanya, mulai dari perencanaan pembelajaran dan perencanaan
kurikulum sampai perancangan bahan-bahan pembelajaran, termasuk
program-program multimedia.” Dalam hubungan ini ketiga ahli tersebut
sepakat bahwa model pengajaran (models of teaching) sebenarna adalah
model pembelajaran (models of learning) seperti dinyatakannya (2009 : 6) :
“Models of teaching are really models of learning. As we help students
acquire information, ideas, skills, values, ways of thingking, and means of
expressing themselves, we are also teaching them how to learn.” Tersirat
disini dengan penerapan model pengajaran guru membantu para peserta
didik dalam memperoleh informasi, gagasan, keterampilan, nilai, cara berpikir,
cara mengekspresikan diri, seta mengajar tentang bagaimana cara belajar”.
Sebenarnya perbedaan praktis antara metode pembelajaran dengan
model pembelajaran terutama pada metode pembelajaran langkah-langkah
atau
urutan kegiatannya (biasa disebut sintaks) tidak terstruktur secara ketat,
sedangkan pada model pembelajaran sintaksnya sudah terstruktur lebih
ketat.
Pengertian lebih ketat itu tetap relatif, bergantung kepada sudut pandang para
ahli yang mengungkapkannya.
b) Pengertian Metode Penemuan Terbimbing
Pemilihan metode pembelajaran perlu didasarkan pada kesesuaian
dengan tugas dan tujuan pembelajaran yang akan ditempuh oleh peserta
didik. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan membantu peserta
didik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Ada
beberapa metode pembelajaran yang dapat dipilih untuk digunakan dalam
kegiatan pembelajaran. Setiap metode memiliki ciri khas tersendiri yang
penggunaannya perlu disesuakan dengan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai. Ragam metode pembelajaran yang dapat digunakan salah
satunya adalah metode penemuan. Menurut Sund dalam (Suryasubroto,
2009), discovery adalah proses mental dimana peserta didik
mengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental itu
misalnya: mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Menurut
(Markaban, 2006) metode penemuan terbagi dua, yaitu penemuan murni,
disebut sebagai “heuristic”, apa yang hendak ditemukan, jalan atau proses
semata-mata ditentukan oleh peserta didk itu sendiri. Pada metode
penemuan murni, masalah yang akan ditemukan semata-mata ditentukan
oleh peserta didik. Begitu pula jalannya penemuan.
Metode penemuan murni ini kurang tepat karena pada umumnya
sebagian besar peserta didik masih membutuhkan konsep dasar untuk
dapat menemukan sesuatu. Menurut Bruner dalam (Markaban, 2006),
penemuan adalah suatu proses, suatu jalan atau cara dalam mendekati
permasalahan bukannya suatu produk atau item pengetahuan tertentu.
Hal ini terkait dengan karakteristik pelajaran matematika yang lebih
merupakan deductive reasoning dalam perumusannya. Di samping itu,
penemuan tanpa bimbingan dapat memakan waktu berhari-hari dalam
pelaksanaannya atau bahkan peserta didik tidak berbuat apa-apa karena
tidak tahu, begitu pula jalannya penemuan. Jelas bahwa metode
penemuan ini kurang tepat untuk peserta didik apabila tidak dengan
bimbingan guru, karena materi matematika yang ada dalam kurikulum
tidak banyak yang dipelajarai karena kekurangan waktu bahkan peserta
didik cenderung tergesa-gesa menarik kesimpulan dan tidak semua
peserta didik menemukan sendiri.
Metode penemuan terbimbing merupakan metode terbimbing yang
dipandu oleh guru, metode ini pertama kali ditemukan oleh Plato dalam
suatu dialog antara Scorates dan seorang anak, maka sering disebut juga
dengan metode Socrates. Metode ini melibatkan suatu dialog atau
interaksi antara peserta didik dan guru dimana peserta didik mencari
kesimpulan yang diinginkan melalui suatu urutan pertanyaan yang diatur
oleh guru. Dalam (Markaban, 2006) disebutkan salah satu buku yang
pertama menggunakan teknik penemuan terbimbing adalah Wellen
Colburn yang pelajaran pertamanya berjudul: Intelectual arithmetic upon
the inductive method of instructive. Buku tersebut isinya menekankan
penggunaan suatu urutan pertanyaan dalam mengembangkan konsep
dan prinsip matematika. Menurut metode ini peserta didik didorong untuk
berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum, berdasarkan
bahan yang difasilitasi oleh guru. Dengan demikian, materi yang akan
dipelajari peserta didik tidak disajikan dalam bentuk final. Peserta didik
harus melakukan aktivitas mental yang mungkin melibatkan aktivitas fisik
dalam upaya memperoleh pemahaman pada materi tertentu. Samapi
seberapa jauh peserta didik dibimbing, tergantung pada kemampuannya
dan materi yang dipelajari. Dalam hal ini, guru merencanakan serangkaian
pertanyaan yang memandu peserta didik, langkah demi langkah logis,
membuat serangkaian penemuan yang mengarah kepada tujuan yang
telah ditentukan.
Belajar penemuan dapat terjadi di dalam situasi yang sangat
teratur, baik peserta didik maupun guru mengikuti langkah-langkah yang
sistematis. Guru membimbing dan mengarahkan peserta didik selangkah
demi selangkah dengan mengikuti bentuk tanya jawab yang telah diatur
secara sistematis untuk membuat penemuan. Langkah-langkah kegiatan
atau petunjuk dapat dituangkan dalam lembar kerja yang dibuat guru.
Selain itu, diperlukan pula campur tangan guru untuk membangkitkan
perhatian peserta didik pada tugas yang sedang dihadapi dan mengurangi
pemborosan waktu. Peserta didik bukanlah ilmuwan dan sesuatu yang
dihadapi benar-benar merupakan sesuatu yang baru bagi peserta didik,
sehingga petunjuk atau pun instruksi guru sangatlah diperlukan peserta
didik.
Salah satu bahan, berupa fasilitas oleh guru yang akan
membimbing peserta didik dalam proses penemuan terhadap konsep-
konsep, rumus dari materi yang diajarkan adalah Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD). LKPD adalah bagian pokok dari suatu perangkat
pembelajaran yang berisi tujuan umum topik yang dibahas dan disertai
soal latihan atau instruksi praktik bagi peserta didik. LKPD digunakan
untuk menuntun peserta didik belajar mandiri dan dapat menarik
kesimpulan pokok bahasan yang diajarkan. Penyajian bahan pelajaran
umumnya dapat mendorong peserta didik mengembangkan kreativitas
dalam belajar. Dengan demikian mampu mendorong peserta didik secara
aktif mengembangkan dan menerapkan kemampuannya. Dengan
menggunakan LKPD ini, diharapkan peserta didik akan terbimbing dalam
proses penemuan terhadap konsep-konsep dan rumus dari materi yang
diajarkan.
Dalam (Trianto, 2010) yang dimaksud dengan pembelajaran
penemuan adalah “suatu metode pembelajaran yang menekankan
pentingnya pemahaman tentang struktur materi (ide kunci) dari ilmu yang
dipelajari, perlunya belajar aktif sebagai dasar pemahaman sebenarnya,
dan nilai dari berfikir secara induktif dalam belajar”. Sementara menurut
Bruner dalam (Trianto, 2010), belajar akan lebih bermakna bagi peserta
didik jika mereka memusatkan perhatiannya untuk memahami struktur
materi yang dipelajari. Untuk memperoleh struktur informasi, peserta didik
harus aktif mengidentifikasi sendiri prinsip-prinsip kunci dari pada hanya
sekedar menerima penjelasan dari guru. Oleh karena itu, guru harus
memunculkan masalah berupa pertanyaan yang mendorong peserta didik
untuk melakukan kegiatan penemuan. Dalam pembelajaran melalui
penemuan, guru memberikan contoh peserta didik bekerja berdasarkan
contoh tersebut sampai menemukan hubungan antar bagian dari suatu
struktur materi. Menurut Encyclopedia of Education Research, penemuan
merupakan suatu strategi yang unik, dapat diberi bentuk oleh guru dalam
berbagai cara, termasuk mengajarkan keterampilan menyelidiki dan
memecahkan masalah sebagai alat bagi peserta didik untuk mencapai
tujuan pendidikannya (Suryasubroto, 2009). Dengan demikian, peserta
didik didorong untuk berfikir sendiri, menganalisis sendiri, sehingga dapat
menemukan prinsip-prinsip umum berdasarkan bahan-bahan atau data
yang disediakan oleh guru. Selama proses penemuan, peserta didik
memanipulasi, membuat struktur, dan mentrasfer informasi sehingga
menemukan informasi baru yang berupa konjektur, hipotesis, atau
kebenaran matematika. Metode penemuan adalah metode yang lebih
menekankan pada pengalaman langsung (Suwangsih, 2006). Peserta
didik menemukan pengetahuan sebagian atau seluruhnya sendiri, berarti
pembelajaran berpusat pada peserta didik dan dia memecahkan masalah
untuk menciptakan, menghubungkan, dan mengeneralisasi pengetahuan.
Pengetahuan baru yang diperoleh peserta didik didapat dengan cara
mengkonstruksi sendiri, tanpa diberitahu oleh guru. Pengetahuan akan
melekat lebih lama jika peserta didik dilibatkan secara langsung dalam
proses pemahaman dan mengkonstruksi sendiri konsep atau
pengetahuan tersebut (Widayanti, 2009). Posisi guru adalah sebagai
fasilitator yang mengupayakan agar proses konstruksi dapat terjadi pada
diri peserta didik, sehingga peserta didik tidak perlu dijejali informasi dari
bahan ajar yang harus disampaikan.
Dalam pembelajaran matematika belajar melalui penemuan itu
penting karena pada kenyataannya ilmu-ilmu itu diperoleh dengan
penemuan, matematika adalah Bahasa yang abstrak, konsep, dalil dan
sebagainya akan lebih melekat bila melalui penemuan, melalui penemuan
generalisasi akan diperoleh lebih mantap. Untuk meningkatkan kreativitas,
menemukan sesuatu dengan sendiri dapat menumbuhkan rasa percaya
diri, meningkatkan motivasi (motivasi intrinsic) dan pada umumnya akan
bersifat positif pada matematika.
Agar pelaksanann metode penemuan terbimbing berjalan dengan
efektif, beberapa langkah yang perlu ditempuh oleh guru matematika
adalah merumuskan masalah yang akan diberikan kepada peserta didik
dengan data secukupnya; dari data yang diberikan guru, peserta didik
menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut;
peserta didik konjektur (perkiraan) dari hasil analisis yang dilakukan; bila
dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat peserta didik tersebut
diperiksa oleh guru; apabila diperoleh kepastian tentang kebenaran
konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga
kepada peserta didik untuk menyusunnya dan sesudah peserta didik
menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan
atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar
(Markaban, 2006).
Dengan demikian, guru berperan sebagai pembimbing dengan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara aktif,
sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan
kegiatan belajar peserta didik sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini
ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi
student oriented.
Menurut Bruner dalam (Buto, 2009) perkembangan kognitif
seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat
kondisi lingkungan. Pertama tahap enaktif, tahap dimana seseorang
melakukan aktivitas-aktivitas dalam usahanya memahami lingkungan.
Kedua tahap ikonik, tahap dimana seseorang melihat dunia melaui
gambar-gambar dari visualisasi verbal dan terakhir tahap simbolik, tahap
dimana gagasan-gagasan abstrak banyak dipengaruhi oleh Bahasa
logika.
Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara
aktif oleh peserta didik, dan dengan sendirinya memberikan hasil yang
paling baik. Perkembangan kognitif seseorang sangat ditentukan oleh
proses yang dijalaninya, melalui peristiwa, lingkungan, dan simbol-simbol
dan berkat pertolongan kata-kata yang nantinya dapat menjadi kesimpulan
pengetahuan serta dapat menambah perbendaharaan daya kognitif.
( maaf.....pintu ketiga ini, cukup panjang dan melelahkan tapi kami percaya
anda bisa menyelesaikannya. Lakukan dengan teknik penulisan yang baku
sesuai dengan tata penulisan ilmiah, antara lain penggunaan teknik penulisan
tanda baca, kutipan langsung dan tidak langsung dengan menyebutkan
sumber bacaan yang anda baca)

ANDA ADALAH INSAN UTAMA YANG DILAHIRKAN OLEH YANG MAHA


KUASA, MEMILIKI KEMAMPUAN YANG TINGGI

LANJUTKAN TERUS DENGAN MEMASUKI PINTU KE-EMPAT

METODOLOGI PENELITIAN
PINTU IV

13. Metodologi Penelitian, yang meliputi antara lain:


a. Lokasi dan karakteristik subjek penelitian
b. Rencana tindakan ( perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi)
c. Pengumpulan data ( teknik pengumpulan data, dan instrumen
pengumpulan data )
d. Jadwa penelitian
e. (rencana) biaya
Jawab:
a. Lokasi dan Subjek Penelitian.
1. Lokasi penelitian ini adalah MAN IC Gowa yang beralamat di
Jl. Pendidikan Desa Belapunranga Kec. Parangloe, Kab.
Gowa.
2. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas X MIPA 1
MAN IC Gowa yang berjumlah 24 peserta didik.
b. Rencana Tindakan
1) Perencanaan tindakan, menggambarkan secara rinci hal-hal yang
perlu dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan, diuraikan sebagai berikut:
a. Mendiskusikan dengan guru tentang langkah-langkah, model, dan media yang
akan digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
b. Menyesuaikan rancangan penelitian dengan pokok bahasan
c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
d. Mempersiapkan media yang akan digunakan untuk mengaplikasikan kegiatan
eksperimen
e. Mempersiapkan perangkat-perangkat pembelajaran yang perlu disiapkan dan
dikembangkan, yaitu: lembaran-lembaran evaluasi dan instrumen lain berikut
kriteria penilaian dan kunci jawaban yang akan disiapkan dan dikembangkan.
f. Mempersiapkan alat-alat untuk dokumentasi kegiatan pembelajaran
2) Pelaksanaan tindakan berisi uraian tahapan-tahapan tindakan yang akan
dilakukan oleh peneliti, observer, dan peserta didik dalam pembelajaran.
Pelaksanaan dilakukan pada bulan Juli 2020. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran,
dalam tahap ini kegiatan pembelajaran yang dirumuskan diaplikasikan dalam kelas.
3) Observasi, menggambarkan mengenai pengamatan observer terhadap
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik dan sembilan orang peserta
didik. Mengobservasi kesesuaian rencana dengan aplikasinya pada saat
berlangsungnya proses belajar mengajar serta mengobservasi ketercapaian
indikator kognitif dan indikator afektif pada saat kegiatan pembelajaran
berlangsung. Kegiatan observasi ini dilakukan oleh observer dengan menggunakan
instrumen yang telah disiapkan oleh peneliti.
4) Refleksi, dilakukan untuk mengevaluasi kekurangan dan kelebihan proses
belajar mengajar pada siklus I. Kekurangan dapat diperbaiki pada siklus II.
c. Pengumpulan Data
Berbagai data yang dikumpulkan dalam penelitian dan teknik pengambilan
data tersebut dapat dilihat secara ringkas pada tabel berikut.
No Data Alat / Instrumen Metode / Prosedur
1 Nilai prestasi belajar Tes Tes akhir setiap siklus
2 Skor aktivitas belajar Lembar observasi Pengamatan
peserta didik
3 Pengelolaan Lembar observasi Pengamatan
pembelajaran oleh
guru

d. Jadwal Penelitian
Waktu penelitian ini diprediksi selesai dalam 8 minggu yaitu dari Juli 2020
sampai dengan September 2020.

15. Daftar pustaka


Jawab:
Suryasubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Markaban. (2006). Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Penemuan
Terbimbing. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Pusat
Pengembangan dan Penataran Guru Matematika.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Widayanti, E. Y. (2009). Pembelajaran Matematika MI. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Suwangsih, E. (2006). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI PRESS.
Buto, Z. A. (2009). Implikasi Teori Perkembangan Jerome Bruner dalam Nuansa
Pendidikan Modern.
Hamalik, O. (2013). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukmadinata, N. S. (2009). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Arsyad, A. (2005). Media Pembelajaran. Jakarta, Indonesia: PT. Raja Grafindo
Persada.
Winkel, W. (1989). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
Widdihartono, R. (2008). Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP dan
Alternatif Proses Remidinya. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika. Yogyakarta:
PPPPTK Matematika.
Silbermen, M. (2006). Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung:
Nusamedia.

S. Sadiman, A. (2007). Media Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

16. Rencana biaya dan daftar personil yang melakukan PTK (kolaboratif)
ANDA LAYAK MENJADI YANG TERBAIK

SELAMAT DAN SUKSES........!!!!


PROPOSAL ANDA TELAH SELESAI, SILAHKAN DI PRESENTASIKAN
DENGAN BANGGA

SELAMAT PRESENTASI

KAMI TUNGGU HASIL PENELITIAN ANDA


UNTUK DISEMINARKAN

Anda mungkin juga menyukai